diare

28
Nama Peserta : dr. Laili Khairani Nama Wahana : RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram Topik : Diare Akut Tanpa Dehidrasi Tanggal (kasus) : Januari 2015 Nama Pasien : By. G No. RM : 022883 Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Made Hasri Dewi dr. Ni Gusti Made Noviani Tempat Presentasi : Aula RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram Objektif Presentasi: Tatalaksana Diare Akut pada Bayi Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos Data pasien: By. G, 5 bulan, laki-laki, Sandik, Batu Layar No. RM: 022883 Nama Klinik: RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram Telp: Terdaftar sejak: Deskripsi: Bayi laki-laki, 5 bulan. Datang dengan keluhan diare sejak kemarin, frekuensi > 5x per hari, lender (-),

description

portofolio

Transcript of diare

Nama Peserta : dr. Laili Khairani

Nama Wahana : RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram

Topik : Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Tanggal (kasus) : Januari 2015

Nama Pasien : By. G No. RM : 022883

Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :

dr. Made Hasri Dewi

dr. Ni Gusti Made Noviani

Tempat Presentasi : Aula RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram

Objektif Presentasi: Tatalaksana Diare Akut pada Bayi

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien:By. G, 5 bulan, laki-laki,

Sandik, Batu Layar No. RM: 022883

Nama Klinik: RSAD Wirabhakti Tk IV

MataramTelp:

Terdaftar sejak:

Deskripsi: Bayi laki-laki, 5 bulan. Datang dengan keluhan diare sejak kemarin,

frekuensi > 5x per hari, lender (-), darah (-), konsistensi cair tanpa ampas, demam

(+)

Tujuan: Tatalaksana diare pada bayi

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran klinis: mata cekung (-), air mata (+), tampak kehausan

(-).

2. Riwayat Pengobatan: diberikan oralit di Puskesmas

3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Tidak pernah menderita penyakit serupa sebelumnya

4. Riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.

5. Riwayat pekerjaan: (-)

6. Lain-lain: pasien sampai saat ini masih ASI eksklusif.

Daftar Pustaka:

1. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah sakit. 2008 : Departemen

Kesehatan. Bina Pelayanan Medik.

2. Departemen Kesehatan. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita. 2011 :

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

3. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan

penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba Medika

4. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan anak.

Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/

5. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam Sari

pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001

Hasil Pembelajaran:

1. Tatalaksana Diare Akut pada Bayi

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

Bayi laki-laki, 5 bulan datang ke Rumah sakit dengan keluhan diare sejak kemarin dengan

frekuensi > 5 kali per hari, konsistensi cair tanpa ampas, lender (-), darah (-), menangis

kuat dan keluar air mata, demam (+) sejak timbulnya diare, pasien juga dikeluhkan batuk

pilek sejak 3 hari yang lalu, berdahak (+). Mual(-), muntah (-).

Pasien tidak pernah mengalami sakit serupa sebelumnya (-).

Pasien sampai saat ini masih diberikan ASI, namun dikarenakan ASI dirasakan ibu kurang

cukup, maka pasien diberikan tambahan susu formula.

Riwayat pengobatan: oralit, obat batuk puyer dari Puskesmas

2. Objektif :

Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

KU : Baik

Nadi : 98 kali/menit

Nafas : 20 kali/menit

Suhu : 37,9 0 C

Kepala : mata cekung (-)

THT : tonsil tidak ada kelainan

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor

Thorak :

Inspeksi : simetris (+), retraksi subkostae (-), gerakan napas simetris

Palpasi : gerakan napas simetris

Perkusi : sonor +/+, batas jantung normal

Paru : bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung : irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : bising usus (+) meningkat

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan epigastik (+), hepar lien tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik, oedem (-)

3. Assesment :

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah

dilakukan didapatkan kasus Diare Akut tanpa dehidrasi.

DIARE AKUT

Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang

berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid diare akut

ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan

karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa

gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7

hari.

Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh

gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare

pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari

80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis

mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus

lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.

Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus

cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,

Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan

Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,

Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia,

Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan

trichuris trichiura.

Patogenesis

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui

makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi

usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,

villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan

meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul

diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan

pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis

terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh

virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel

mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat

masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri

ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Sebuah studi tentang maslah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di

bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen

infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak penderita

diare. Agen ini adalah Rotavirus, Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik. Rotavirus jelas

merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas

tropis dan iklim sedang. Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu

seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak

sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia.

Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika

akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal

antibiotika akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri

juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya

malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia,

radang tenggorokan, dan otitis media.

Manifestasi Klinis

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai

dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan

berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan

berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan

dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.

Derajat Dehidrasi

Gejala &

Tanda

Keadaan

Umum

MataMulut/

LidahRasa Haus Kulit BB %

Estimasi

def.

cairan

Tanpa

DehidrasiBaik, Sadar Normal Basah

Minum Normal,

Tidak HausTurgor baik < 5 50 %

Dehidrasi

Ringan -

Sedang

Gelisah Rewel Cekung KeringTampak

Kehausan

Turgor

lambat5 – 10 50–100 %

Dehidrasi Letargik, Sangat Sangat Sulit, tidak bisa Turgor >10 >100 %

BeratKesadaran

Menurun

cekung dan

keringkering minum

sangat

lambat

Sumber : Sandhu 2001

Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi

hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m – 150 mEg/L) dan dehidrasi

hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso-natremia

(80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare

hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik

dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain

penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan

merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya

meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul). Untuk pemenuhan

kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya

produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat

dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara

bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.

Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, sehingga pada

keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan

tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan

hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali

pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian

karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi

lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya

gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel

tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.

Penatalaksanaan

Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif

diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang

sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya

sebagai baku emas.

Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara

oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa

nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan

pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe

vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat

(violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat

dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya

untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah

dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS)

untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan

dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L. Anak yang diare dan tidak lagi

dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.

Diare Tanpa Dehidrasi

Diare dengan Dehidrasi Ringan – Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral

sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak

: 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum

sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam

pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak

10ml/kgbb setiap diare atau muntah.

Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu

diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu :

1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )

2. Cairan hipotonik

3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam

4. Realiminasi cepat dengan makanan normal

5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus

6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan

7. ASI diteruskan

8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )

9. Anti diare tidak diperlukan

Diare dengan Dehidrasi Berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak

dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,

gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian

cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut:

Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam

Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita

akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu

yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya . Segala

kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah

sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila

memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada

dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum

tetap dapat dilanjutkan.

Pemilihan jenis cairan

Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,

sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan

hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan

mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme

menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung

glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat

dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis

cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan

pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan

osmolaliti 210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi

pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.

Komposisi cairan Parenteral dan Oral :

Osmolalitas

(mOsm/L)Glukosa(g/L) Na+(mEq/L) CI-(mEq/L) K+(mEq/L) Basa(mEq/L)

NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -

NaCl 0,45 %+D5 428 50 77 77 - -

NaCl 0,225%

+D5253 50 38,5 38,5 - -

Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28

Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20

Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10

Standard WHO-

ORS311 111 90 80 20 Citrat 10

Reduced

osmalarity

WHO-ORS

245 70 75 65 20 Citrat 10

EPSGAN

recommendation213 60 60 70 20 Citrat 3

 Komposisi elektrolit pada diare akut :

Macam

Komposisi rata-rata elektrolit

mmol/L

Na K Cl HCO3

Diare Kolera

Dewasa140 13 104 44

Diare Kolera Balita 101 27 92 32

Diare Non Kolera

Balita56 26 55 14

Sumber : Ditjen PPM dan PLP,1999

Mengobati kausa Diare

Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis. Obat

anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki

kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan

sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar

kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya

sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita

diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus

(Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh

karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang

menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare

dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan

loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth,

gangguan absorpsi dan sirkulasi.

Beberapa antimikroba yang sering menjadi etiologi diare pada anak

Kolera :

Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)

Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella :

Trimetroprim 5-10mg/kg/hari

Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)

Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)

Amebiasis:

Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)

Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg) (im) s/d

5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis :

Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

Antisekretorik - Antidiare

Salazer–lindo E dkk, dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano

Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang

merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup

efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu

motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan

rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya

memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk

dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut

yang bersifat multi senter dan melibatkan sampel yang lebih besar.

Probiotik

Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada

host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna

sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor

dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai

dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus

maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh

karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan

travellers,s diarrhea.

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut

pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam

pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya

diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1 – 2 kali.

Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan

lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen,

kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor

toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.

Mikronutrien

Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan

kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan

terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali berperan di

dalam metallo – enzymes, polyribosomes , selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting

di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan .Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan

anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam

menurunkan lama dan beratnya diare. Strand, Menyatakan efek pemberian seng tidak

dipengaruhi atau meningkat bila diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut

dengan vitamin A tidak memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun

frekuensi diare. Bhandari dkk, mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan

plasebo selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi diare

persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang mendapat

ASI.

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama

pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24

jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak makalah ini

akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik. Pemberian kembali

makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi

kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan

lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan

pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh

Lama more RA dkk, menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara

signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide adalah

bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel

imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin

( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan cereal). Makanan yang

harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat

memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak

yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.

Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang

menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa

berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan

sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh

karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2 – 3 hari akan sembuh

terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan

berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama.

Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa.

Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya

sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada

situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah

lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik

Menanggulangi Penyakit Penyerta

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga

dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa

penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran

nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain

(sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal.

PEMBAHASAN

Pada pasien ini didiagnosis dengan diare pada anak, dikarenakan pada pasien

dikeluhkan BAB cair tanpa ampas dengan frekuensi > 5 kali sehari, dan dialami oleh pasien

sejak kemarin. Hal ini berdasarkan American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan

diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat

disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut. Kemudian

berdasarkan anamnesis tidak terdapatnya lendir atau darah, dan berdasarkan hal tersebut

etiologi dari diare pada pasien adalah rotavirus. Dan berdasarkan patogenesis terjadinya diare

yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke

enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak

diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak

dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid

osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare. Dan pada pasien tidak

terdapat tanda-tanda dehidrasi, dimana pada pasien keadaan umumnya baik, mata normal

(tidak cowong), bibir masih tampak basah dan tidak tampak kehausan. Sehingga pada pasien

tersebut dapat didianosis dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi.

1. Planning

Terapi

Prinsip tatalaksana diare pada anak ada 3 hal yaitu terapi rehidrasi, pemberian zinc dan

lanjutkan pemberian makanan.

Oralit

Untuk anak usia < 2 tahun berikan oralit sebanyak 50 sampai 100 ml setiap kali BAB.

Cara pembuatan oralit, satu bungkusnya dilarutkan menggunakan air minum sebanyak

200ml. Meminumkannya sedikit-sedikit namun sering, dan jika anak muntah maka

tunggu 10 menit terlebih dahulu kemudian lanjutkan pemberian.

Zinc 1 x 1tablet

Untuk anak berusia > 2 bulan, berikan tablet zinc selama 10 hari. Dan untuk anak usia

< 6 bulan berikan ½ tablet (10mg) per harinya.

L-bio 1 x 1 saset

Syr. Paracetamol 3 x 1 cth

Lanjutkan pemberian makanan pendamping ASI.

Pendidikan

Edukasi tentang kebersihan diri dan makanan untuk pencegahan agar penyakit ini tidak

menular dan kambuh kembali. Pada balita harus memperhatikan kebersihan alat-alat

makan yang digunakan, seperti botol susu yang sebaiknya direbus atau direndam dengan

air panas sebelum digunakan.

Konsultasi

Konsultasi Spesialis Penyakit Anak jika timbul penyulit.

Kontrol

Jika ada keluhan

Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan

Tatalaksana diare akut tanpa

dehidrasi

Rawat jalan Tampak perbaikan klinis

KIE Selama dirumah Ibu pasien mendapat penjelasan

mengenai cara pemberian zink dan

oralit. Serta hal-hal yang harus

diperhatikan oleh ibu, agar diare

pada anak tidak berulang.

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal ..................................... telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama Peserta : dr. Laili Khairani

Dengan judul/topik : Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Nama Pendamping : dr. Made Hasri Dewi / dr. Ni Gusti Made Noviani

Nama Wahana : RSAD Wira Bhakti Tk IV Mataram

No. Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.

Pendamping

dr. Made Hasri Dewi / dr. Ni Gusti Made Noviani