DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

9
KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decapterus russelli) BERBASIS PANJANG BERAT DARI PERAIRAN MAPUR YANG DIDARATKAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang Dian Desmawanti 1) , T. Efrizal 2) , Andi Zulfikar 2) Study Programme of Aquatic Resources Management Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji Email : [email protected] ABSTRAK Ikan layang merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis penting dan banyak diminati oleh masyarakat. Dengan semakin meningkatnya permintaan, menyebabkan ikan ini menjadi sasaran tangkapan. Namun hal ini akan berdampak negatif terhadap populasi ikan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai Bulan Mei 2013 di Tempat Pendaratan Ikan Pelantar KUD Kota Tanjungpinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stok ikan layang yang meliputi panjang berat, pertumbuhan, faktor kondisi, mortalitas dan laju eksploitasi. Pengambilan data Primer berupa pengukuran panjang total dan bobot basah dari ikan objek penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal 22 Maret sampai 21 Mei 2013, serta melakukan wawancara kepada nelayan penangkap ikan layang. Ikan layang yang diukur selama penelitian berjumlah 600 ekor dengan kisaran panjang 103-240 mm terdiri atas 5 kelompok umur yang dipisahkan dengan metode Bhattacharya menggunakan bantuan software FISAT II dengan panjang rata-rata 155 mm, 180 mm, 200 mm, 209 mm, dan 230 mm. Koefisien pertumbuhan (K) adalah 1,018 per tahun dengan panjang asimtotik (L∞) sebesar 288 mm dan umur teoritis mula-mula (t 0 ) sebesar -0,509 per tahun. Berdasarkan hubungan panjang berat diasumsikan pola pertumbuhan ikan layang di perairan mapur bersifat allometrik negatif. Nilai faktor kondisi rata-rata 0,98- 1,08, hal ini menunjukkan ikan dalam keadaan baik dan gemuk pada saat penelitian. Laju mortalitas total (Z) adalah 6,455 per tahun, mortalitas alami (M) 0,790 per tahun, dan laju mortalitas penangkapan (F) 5,665 per tahun sehingga didapatkan laju eksploitasi 0,878. Nilai laju eksploitasi ini telah melebihi nilai eksploitasi optimum 0,5. Kata kunci : Stok, Ikan Layang, pertumbuhan, faktor kondisi, mortalitas, dan eksploitasi 1 Student of Aquatic Resource Management Study Programme 1 Lecture of Aquatic Resource Management Study Programme

Transcript of DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

Page 1: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

1

KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decapterus russelli)

BERBASIS PANJANG BERAT DARI PERAIRAN MAPUR YANG

DIDARATKAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN PELANTAR

KUD KOTA TANJUNGPINANG

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus

russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD

Tanjungpinang

Dian Desmawanti

1), T. Efrizal

2), Andi Zulfikar

2)

Study Programme of Aquatic Resources Management

Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

Email : [email protected]

ABSTRAK

Ikan layang merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis penting dan banyak diminati

oleh masyarakat. Dengan semakin meningkatnya permintaan, menyebabkan ikan ini menjadi sasaran tangkapan.

Namun hal ini akan berdampak negatif terhadap populasi ikan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan

Maret sampai Bulan Mei 2013 di Tempat Pendaratan Ikan Pelantar KUD Kota Tanjungpinang. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui stok ikan layang yang meliputi panjang berat, pertumbuhan, faktor kondisi,

mortalitas dan laju eksploitasi. Pengambilan data Primer berupa pengukuran panjang total dan bobot basah dari

ikan objek penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal 22 Maret sampai 21 Mei 2013, serta melakukan

wawancara kepada nelayan penangkap ikan layang. Ikan layang yang diukur selama penelitian berjumlah 600

ekor dengan kisaran panjang 103-240 mm terdiri atas 5 kelompok umur yang dipisahkan dengan metode

Bhattacharya menggunakan bantuan software FISAT II dengan panjang rata-rata 155 mm, 180 mm, 200 mm, 209

mm, dan 230 mm. Koefisien pertumbuhan (K) adalah 1,018 per tahun dengan panjang asimtotik (L∞) sebesar 288

mm dan umur teoritis mula-mula (t0) sebesar -0,509 per tahun. Berdasarkan hubungan panjang berat diasumsikan

pola pertumbuhan ikan layang di perairan mapur bersifat allometrik negatif. Nilai faktor kondisi rata-rata 0,98-

1,08, hal ini menunjukkan ikan dalam keadaan baik dan gemuk pada saat penelitian. Laju mortalitas total (Z)

adalah 6,455 per tahun, mortalitas alami (M) 0,790 per tahun, dan laju mortalitas penangkapan (F) 5,665 per

tahun sehingga didapatkan laju eksploitasi 0,878. Nilai laju eksploitasi ini telah melebihi nilai eksploitasi

optimum 0,5.

Kata kunci : Stok, Ikan Layang, pertumbuhan, faktor kondisi, mortalitas, dan eksploitasi

1 Student of Aquatic Resource Management Study Programme

1Lecture of Aquatic Resource Management Study Programme

Page 2: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

2

ABSTRACT

Round Scad is an important commercial species and many people in Tanjungpinang consume it.

This make Round Scad one of the most exploited species. This research was conducted to investigate the impact

of exploitation on round scad stock and was done from March to May 2013. Data was collected at KUD

Tanjungpinang landing site. The objective of this research is to study stock condition of round scad based on

length-weight relationship, Von-Bertalanffy growth parameter, condition factor, mortality and level of

exploitation. Total length data was measured from 600 fish, the average of total length was from 103 to 240 mm.

Separation of cohort length groups using Bhattacharya method produced five length frequency with length

average 155 mm, 180 mm, 200 mm, 209 mm and 230 mm respectively. Growth coefficient (K) was 1.018, L

infinity (L∞) 288 mm and t0 0.509. Length-weight relationship revealed that round scad had allometric negative

growth with overall condition factor around 1 meaning that round scad had good condition and relatively big.

Total mortality (Z) was 6.455 per year with natural mortality (M) 0.790 per year, fishing mortality (F) 5.665 per

year and the rate of exploitation was 0.878. The rate of exploitation of round scad had exceed the rate of

optimum exploitation which is 0,5.

Key word : Stock, Round scad, length-weight, growth, condition factor, mortality, and exploitation

I. PENDAHULUAN

Ikan layang merupakan salah satu

komponen perikanan pelagis yang sangat penting di

Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini

biasanya hidup bergerombol (Nontji, 2005) dan

merupakan salah satu ikan yang benyak diminati

oleh masyarakat. Mencermati pentingnya

sumberdaya ikan bagi kebutuhan manusia baik

untuk pemenuhan gizi maupun kegiatan

perekonomian, mendorong manusia untuk

mengeksploitasi sumberdaya ikan sebanyak-

banyaknya.

Perairan Mapur adalah salah satu wilayah

tangkapan ikan layang di Tanjungpinang. Volume

produksi tangkapan ikan layang di Kepulauan Riau

tercatat pada tahun 2009 berjumlah 589 ton dan pada

tahun 2010 berjumlah 563 ton (BPS–KEPRI, 2013).

Kajian tentang ketersediaan ikan-ikan

pelagis maupun demersal telah banyak dilakukan

dan hasilnya dapat bermanfaat dalam membuat

langkah-langkah pengelolaan sumberdaya

perikanan. Sejauh ini informasi mengenai kondisi

ikan layang di Kota Tanjungpinang belum ada. Oleh

karena itu perlu kiranya dilakukan kajian mengenai

stok ikan layang di perairan Mapur yang didaratkan

di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang berdasarkan

parameter hubungan panjang berat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui stok ikan layang berdasarkan tingkat

mortalitas dan laju eksploitasi serta untuk

mengetahui hubungan panjang berat dan faktor

kondisi ikan layang di Perairan Mapur.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk

memberikan informasi tentang pengelolaan

sumberdaya ikan layang sehingga dapat dijadikan

acuan sebagai suatu rujukan dalam kebijakan

pemanfaatan sumberdaya secara optimum dan

berkelanjutan. Hasil penelitian diharapkan dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan

ikan layang dan dapat menjadi bahan informasi

untuk penelitian lebih lanjut.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama dua

bulan yaitu pada tanggal 22 Maret 2013 sampai 22

Mei 2013 di Tempat Pendaratan Ikan Pelantar KUD

Kota Tanjung Pinang. Alat dan bahan yang

digunakan terlihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Page 3: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

3

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

No Alat dan Bahan Kegunaan

1. Alat Tulis Mencatat data

2. Kamera Digital Dokumentasi

3. Timbangan Digital

ketelitian 1 gr

Mengukur

berat objek

penelitian

4. Penggaris 30 cm ketelitian

0,1 cm

Mengukur

panjang ikan

5. Ikan Layang Objek

penelitian

6. Formulir Kuisioner Data sekunder

7. Literatur yang mendukung

penelitian

Data sekunder

Ikan contoh kemudian diukur panjang total

dan berat basahnya. Analisis data menggunakan

bantuan software FISAT II Ver. 1.1.0 yang

dikeluarkan oleh FAO-ICLARM dan secara manual.

Analisis data yang dilakukan mencakup sebagai

berikut :

2.1 Distribusi Frekuensi Panjang

Distribusi drekuensi panjang didapatkan

dengan menentukan lebar selang kelas, nilai tengah

kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang

distribusi frekuensi panajng yang telah ditentukan

dalam slang kelas yang sama kemudian diplotkan

dalam sebuah grafik.

2.2 Identifikasi Kelompok Ukuran

Metode Bhattacharya merupakan metode

pemisahan kelompok umur yang terdiri atas

pemisahan sejumlah distribusi normal, masing-

masing mewakili suatu kohort ikan, dari distribusi

keseluruhan, dimulai dari bagian sebelah kiri dari

distribusi total.dari bagian sebelah kiri dari distribusi

total. Begitu distribusi normal yang pertama telah

ditentukan, kemudian disingkirkan dari distribusi

total.

2.3 Parameter Pertumbuhan (L∞, K) dan t0

Pendugaan parameter pertumbuhan

dilakukan dengan menggunakan rumus pertumbuhan

Von Bertalanffy sebagai berikut :

Lt = L∞ ( 1 – e [– K ( t-t0)]

)

Lt adalah panjang ikan pada saat umur t

(satuan waktu), L∞ adalah panjang maksimum

secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah

koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), t0 adalah

umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol.

Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan

nol dapat diduga secara terpisah menggunakan

persamaan empiris Pauly (Pauly dalam Sparre dan

Venema, 1999) :

Log(-t0) = 0,3922–0,2752(LogL∞) –1,038(Log K)

2.4 Hubungan Panjang Berat

Hubungan panjang-berat ikan layang

digunakan rumus yang umum sebagai berikut

(Effendie, 1997) :

W = a L b

Untuk mendapatkan parameter a dan b,

digunakan analisis regresi dengan ln W sebagai y

dan Ln L sebagai x. Untuk menguji nilai b = 3

atau b ≠ 3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan

hipotesis (b<3, pertambahan berat lebih cepat

daripada pertambahan panjang) atau (b>3,

pertambahan panjang lebih cepat daripada

pertambahan berat).

2.5 Faktor Kondisi

Faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang

dan berat ikan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut (Effendie, 2002):

Jika nilai b = 3 (tipe pertumbuhan bersifat

isometrik), maka rumus yang digunakan adalah:

Jika nilai b ≠ 3 (tipe pertumbuhan bersifat

allometrik), maka rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

K = faktor kondisi

W = bobot ikan (gram)

L = panjang total ikan (mm)

a dan b = konstanta

Page 4: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

4

Nilai K pada ikan yang badannya agak pipih

berkisar antara 2-4 sedangkan yang badannya

kurang pipih adalah 1-3 (Effendie, 2002).

2.6 Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Laju mortalitas alami (M) diduga dengan

menggunakan rumus empiris Pauly dalam Sparre

dan Venema (1999) sebagai berikut :

M = e (ln M)

Keterangan:

M = mortalitas alami

L∞ = panjang asimtotik pada persamaan

pertumbuhan von Bertalanffy

K = koefisien pertumbuhan pada persamaan

pertumbuhan von Bertalanffy

T = rata-rata suhu permukaan air (0C)

Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan :

F =Z-M

Laju eksploitasi ditentukan dengan

membandingkan mortalitas penangkapan (F)

terhadap mortalitas total (Z) (Pauly dalam Sparre an

Venema, 1999):

=

M =

Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju

eksploitasi optimum menurut Gulland dalam Sparre

dan Venema (1999) adalah:

Foptimum = M dan Eoptimum = 0,5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang

Panjang minimum Ikan Layang adalah 150

mm dan panjang maksimumnya 240 mm. Sebaran

ukuran panjang Ikan Layang dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Sebaran Ukuran Panjang Ikan

Layang : a) Gabungan b) Maret c) April d) Mei

Pada sebaran ukuran panjang bulan Maret

lebih kecil bila dibandingkan dengan bulan April

dan Mei. Hal ini dapat diduga adanya rekrutmen

ikan layang pada bulan April dan Mei dan

menyebabkan masuknya individu baru yang

membentuk kelas panjang baru. Dengan asumsi

bahwa ikan contoh yang diambil telah mewakili

populasi yang ada dan ukuran panjang total

maksimum yang kecil dapat disebabkan oleh pola

arus, angin, dan tekanan penangkapan yang tinggi.

Hasil pengukuran panjang ikan layang di

Perairan Mapur memiliki ukuran panjang terpendek

adalah 150 mm dan terpanjang 240 mm. Berbeda

dengan Prihartini (2006) yang menemukan ikan

020406080

150-1

53

159-1

62

168-1

71

177-1

80

186-1

89

195-1

98

204-2

07

213-2

16

222-2

25

231-2

34

Fre

ku

ensi

(g

r)

Selang Kelas Panjang (mm)

a

05

1015201

50

-15

3

15

9-1

62

16

8-1

71

17

7-1

80

18

6-1

89

19

5-1

98

20

4-2

07

21

3-2

16

22

2-2

25

23

1-2

34

Fre

kue

nsi

(gr

)

Selang Kelas Panjang (mm)

d

05

1015202530

15

0-1

53

15

9-1

62

16

8-1

71

17

7-1

80

18

6-1

89

19

5-1

98

20

4-2

07

21

3-2

16

222-2

25

23

1-2

34

Fre

ku

ensi

(g

r)

Selang Kelas Panjang (mm)

b

01020304050

15

0-1

53

15

9-1

62

16

8-1

71

17

7-1

80

18

6-1

89

19

5-1

98

20

4-2

07

21

3-2

16

222-2

25

231-2

34

Fre

ku

ensi

(g

r)

Selang Kelas Panjang (mm)

c

Page 5: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

5

layang di perairan Barat Laut Jawa terpendek adalah

16,5 cm dan terpanjang 18,02 cm. Sedangkan Manik

(2009) memperoleh panjang ikan layang terpendek

8,4 cm dan terpanjang 25,2 cm. Perbedaan ukuran

tersebut dapat diasumsikan oleh perbedaan lokasi

perairan dan kondisi dari perairan tersebut.

3.2 Parameter Pertumbuhan (L∞, K) dan t0

Kelompok ukuran ikan layang ini

dipisahkan dengan menggunakan metode

Bhattacharya dibantu software FISAT II Ver.1.1.0

yang dikeluarkan oleh FAO-ICLARM, Hasil

pemisahan kelompok ukuran menunjukkan bahwa

ikan objek penelitian terdiri atas lima kelompok

ukuran seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kelompok Ukuran Panjang Ikan

Layang

Pada Tabel 2 dibawah ini akan disajikan

hasil analisis pemisahan kelompok ukuran ikan

layang yang memiliki panjang rata-rata, jumlah

sampel dan indeks separasi masing-masing

kelompok ukuran.

Tabel 2. Sebaran Kelompok Ukuran Ikan

Layang

Kelompok

Ukuran

Panjang

rata-

rata(mm)

Jumlah

Sampel

Indeks

Separasi

(I)

1. 154,523 169 -

2. 180,186 204 19,2

3. 200,198 105 14,5

4. 208,583 104 7,8

5. 229,831 18 19,9

Total 600

Berdasarkan Tabel 1 di atas, nilai indeks

separasi dari hasil analisis pemisahan kelompok

ukuran ikan layang >2 yang artinya dapat diterima

dan digunakan untuk analisis selanjutnya.

Hasil analisis parameter pertumbuhan terdiri

dari koefisien pertumbuhan (K) dan panjang infinitif

(L∞) serta umur teoritis ikan pada saat panjang sama

dengan nol (t0) seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Parameter pertumbuhan berdasarkan

model von Bertalanffy (K, L∞, t0) ikan

layang

No. Parameter Nilai

1. a 52,44

2. b 0,818

3. K 0,084(bln);1,018 (thn)

4. L∞ 288

5. t0 -0,509

Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy

yang terbentuk untuk Ikan Layang adalah . Lt

=288(1-e[-0,084(t+0.509]

). Panjang total maksimum ikan

yang tertangkap di perairan Mapur dan didaratkan di

TPI Pelantar KUD adalah 240 mm, panjang ini lebih

kecil dari panjang asimtotik (infinitif) ikan layang

(L∞) yaitu 288 mm. Koefisien pertumbuhan (K)

ikan layang di Perairan Mapur yang didaratkan di

Pelantar KUD adalah 1,018 per tahun. Hasil

penelitian dari peneliti lain mengenai parameter

pertumbuhan ikan layang dapat dilihat di tabel 4.

Tabel 4. Parameter pertumbuhan ikan layang

Prihartini (2006)

No. Nama

Peneliti

K (per

thn)

L∞ Lokasi

1. Prihartini

(2006)

0,63

0,72

25,73

25,73

-Timur

Laut

Jawa

-Barat

Laut

Jawa

Berdasarkan Tabel 3 penelitian yang

dilakukan oleh Prihartini (2006), Nilai K oleh

Ambar Prihartini tersebut lebih besar dibandingkan

dengan nilai K yang di Perairan Mapur. Sedangkan

untuk L∞ ikan di Perairan Mapur lebih besar

Page 6: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

6

dibandingkan dengan L∞ pada penelitian Prihartini

(2006). Perbedaan nilai yang diperoleh disebabkan

faktor internal yaitu faktor genetik (perbedaan

spesies), parasit dan penyakit dan faktor eksternal

yaitu kualitas perairan dan ketersediaan makanan

(Effendie, 1997).

Selanjutnya kurva pertumbuhan ikan layang

akan disajikan pada Gambar 3 dengan memasukkan

umur (bulan) dan panjang teoritis (mm) ikan sampai

berumur 60 bulan.

Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Ikan Layang

Dari gambar kurva diatas dapat diketahui

panjang maksimum ikan layang yang tertangkap 240

mm berumur 21 bulan dan saat ikan berumur 60

bulan (5 tahun), secara teoritis panjang total ikan

adalah 288 mm. Ikan yang berumur muda (<20

bulan) memiliki laju pertumbuhan mulai dari 0

sampai 236 mm sedangkan ikan yang berumur tua

(>20 bulan) memiliki laju pertumbuhan 240-288

mm. Hal tersebut dapat dikarenakan kemampuan

tumbuh serta penyerapan makanan ikan yang

berumur muda lebih tinggi.

3.3 Hubungan Panjang Berat

Hubungan panjang berat ikan layang akan

disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan Panjang Berat ikan layang

Tabel 5. Hasil perhitungan panjang dan berat

ikan layang

No Keterangan Nilai

1. N 600

2. a -9,882

3. b 2,698

4. R 0,824

5. W=aLb

0,0005*L2,698

6. Pola

Pertumbuhan

Allometrik Negatif

Hasil analisis hubungan panjang berat

terlihat bahwa persamaan hubungan panjang berat

ikan layang adalah W= 0,00005*L2,698

dengan

kisaran nilai b sebesar 2,6985. Dari persamaan itu

dapat diketahui bahwa setiap penambahan satu

logaritma panjang akan menurunkan logaritma

bobot ikan sebesar 2,698 gram. Nilai dari koefisien

determinasi (R2) 0,824 menjelaskan bahwa variasi

bobot ikan layang yang terjadi akibat perubahan

panjang dapat diasumsikan mampu menjelaskan

data sebesar 82,4 %. Dari nilai b 2,698 setelah

dilakukan uji t (α=0,05) terhadap nilai b tersebut

didapatkan nilai t5,9167 > t2,2470 (b<3), ini

menunjukkan bahwa ikan layang memiliki pola

pertumbuhan Allometrik Negatif, artinya

pertambahan panjang lebih cepat daripada

pertambahan berat (Effendie, 1997).

Dari hasil tersebut, pola pertumbuhan yang

berbeda ditemukan pada ikan layang yang berada di

Perairan Sekitar Teluk Likupang yang memiliki pola

pertumbuhan allometrik positif dengan nilai b

2,933400–3,388204 (Manik, 2009), sedangkan

berdasarkan hasil penelitian Prihartini (2006) di

Perairan Timur didapatkan nilai b = 3,027 dan

0

20

40

60

80

100

120

140

0 100 200 300

Be

rat

(gr)

Panjang (mm)

0

50

100

150

200

250

300

350

0 20 40 60 80

Pan

jan

g (m

m)

Umur (Bulan)

Lt=288(1-e[-0,084 (t+0,509] )

Page 7: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

7

Perairan Barat Laut Jawa b = 2,910 memiliki pola

pertumbuhan isometrik.

Jenning et al. dalam Mulfizal et al. (2012)

menyatakan secara umum nilai b bergantung pada

kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu,

salinitas, letak geografis dan teknik sampling. Dan

juga kondisi biologis seperti perkermbangan gonad

dan ketersediaan makanan.

3.4 Faktor Kondisi

Nilai rata-rata faktor kondisi ikan layang

disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Faktor Kondisi ikan layang

Nilai faktor kondisi (K) ikan layang pada

setiap bulan tidak terjadi variasi temporal yang

terlalu jauh bahkan hampir relatif sama. Nilai

tertinggi adalah 1,08 pada tanggal 3 April 2013 dan

terendah 0,98 pada tanggal 21 Mei 2013. Hasil yang

sama juga ditemukan pada penelitian Prihartini

(2006) terlihat pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Faktor Kondisi (K) Pada Penelitian

Prihartini (2006) di Perairan Barat

Laut Jawa dan Perairan Timur Laut

Jawa.

Lokasi Nilai K Rata-Rata

-Barat Laut

Jawa

2,018;2,048;1,729;1,554 1,837

-Timur

Laut Jawa

2,224;2,23;1,659;1,838 1,987

Harga K tersebut berkisar antara 2-4

apabila badan ikan itu agak pipih Ikan-ikan

yang badannya kurang pipih itu berkisar antara

1 – 3 . Variasi nilai faktor kondisi tergantung

pada makanan, umur, jenis kelamin dan

kematangan gonad (Effendie, 2002).

3.5 Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Laju mortalitas total (Z) adalah penjumlahan

laju mortalitas penangkapan (F) dan laju mortalitas

alami (M) sehingga ketiga jenis mortalitas tersebut

perlu di analisis (King dalam Sylfia, 2009). Kurva

hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data

panjang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar

6.

Gambar 10. Kurva hasil tangkapan yang

dilinierkan berbasis data panjang( : Titik yang

digunakan dalam analisis regresi untuk

menduga Z)( : Tidak digunakan karena

belum masuk kawasan penangkapan)

Untuk pendugaan laju mortalitas alami ikan

layang digunakanlah rumus empiris Pauly (Sparre

dan Venema, 1999) dengan suhu rata-rata

permukaan perairan Mapur 29,750

C (DKP-KEPRI,

2011). Hasil analisis pendugaan laju mortalitas dan

laju eksploitasi ikan layang dapat dilihat pada Tabel

6.

Tabel 7. Laju mortalitas dan Laju

eksploitasi Ikan Layang

No. Laju Nilai

(thn)

1. Mortalitas Total (Z) 6,455

2. Mortalitas Alami (M) 0,790

3. Mortalitas Penangkapan (F) 5,665

4. Eksploitasi 0,878

22/03/13

3/4/2013

15/4/13

27/4/13

9/5/2013

21/5/13, 0.98

0.96

0.98

1

1.02

1.04

1.06

1.08

1.1

0 2 4 6 8

0

2

4

6

8

10

0 0.5 1 1.5 2

LN (

fI/d

t)

t(L1+L2/2)

Page 8: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

8

Tabel 6 menunjukkan bahwa laju mortalitas

total (Z) ikan layang adalah 6,455 per tahun dengan

laju mortalitas alami (M) sebesar 0,790 per tahun.

Laju mortalitas alami lebih kecil dibandingkan

dengan laju mortalitas penangkapan, hal ini

menunjukkan bahwa tingkat kematian ikan secara

alami lebih sedikit dan banyak ikan yang mati

diakibatkan oleh kegiatan penangkapan. Besarnya

nilai laju eksploitasi 87% dapat diartikan bahwa

87% dari mortalitas total disebabkan oleh

eksploitasi. Berdasarkan gambar kurva pertumbuhan

dapat terlihat bahwa ikan yang berumur muda

memiliki umur < 20 bulan (0-236 mm), sedangkan

yang berumur tua > 20 bulan (240-288 mm) dan

panjang maksimum yang tertangkap di Perairan

Mapur adalah 240 mm. Hal ini menunjukkan bahwa

ikan di Perairan Mapur yang tertangkap lebih

banyak yang berumur muda daripada yang berumur

tua.

Banyaknya ikan-ikan yang tertangkap

berumur muda tersebut akan menimbulkan dugaan

terjadinya growth overfishing yaitu sedikitnya

jumlah ikan tua yang ditangkap (Sparre dan

Venema, 1999) karena ikan yang berumur muda

tidak sempat untuk tumbuh akibat tertangkap.

Tekanan penangkapan pada stok tersebut seharusnya

dikurangi sampai mencapai kondisi optimum yaitu

laju mortalitas penangkapan sama dengan laju

mortalitas alami.

3.6 Rencana Pengelolaan Ikan Layang

Untuk mencegah terjadinya penangkapan

yang berlebihan maka dibutuhkanlah suatu upaya

pengelolaan perikanan agar sumberdaya ikan tetap

lestari. Dalam pengelolaan perikanan tidaklah

mudah untuk mengatur dan merubah keadaan yang

telah ada sehingga cara yang mungkin dilakukan

adalah dengan melakukan sistem pengawasan

terhadap kapal-kapal yang masuk ke perairan

khususnya bagi kapal penangkap yang masuk ke

perairan yang bukan wilayah tangkapannya serta

melakukan sistem pendataan terhadap produksi ikan

secara menyeluruh baik itu terhadap ikan yang

bernilai jual, konsumsi, ataupun yang terbuang. Dari

hasil yang ditemukan di lapangan, masih banyak

jumlah hasil tangkapan nelayan yang belum terdata

secara menyeluruh.

IV. KESIMPULAN

Laju mortalitas penangkapan (F) lebih besar

bila dibandingkan dengan laju mortalitas alami (M)

sehingga dapat diketahui bahwa kematian ikan lebih

besar diakibatkan oleh aktifitas penangkapan dengan

tingkat laju eksploitasi yang telah melebihi nilai

optimum. Banyaknya ikan-ikan yang tertangkap

berumur muda, sehingga dapat diasumsikan bahwa

ikan layang dari Perairan Mapur yang didaratkan di

tempat pendaratan ikan Pelantar KUD telah

mengalami growth overfishing.

Ikan layang pada penelitian ini terdiri atas

lima kelompok umur dengan pola pertumbuhan

Allometrik Negatif yang berarti pertambahan

panjang lebih cepat dari pertambahan beratnya.

Tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada Variasi

temporal faktor kondisi ikan layang selama dua

bulan penelitian, hal ini menunjukkan bahwa contoh

ikan pada penelitian dalam kondisi baik atau agak

gemuk.

V. SARAN

Dalam penelitian kajian stok ikan layang

(Decapterus russelli) selanjutnya disarankan :

1. Dilakukan penelitian tentang beberapa aspek

sumberdaya Ikan layang yang belum dikaji

diantaranya aspek reproduksi secara menyeluruh,

aspek makanan dan kebiasaan makan, aspek

mortalitas dan laju eksploitasi, serta kaitannya

terhadap lingkungan dan sumberdaya ikan layang

dimasa yang akan datang. Selain itu diperlukan

penelitian sejenis tentang stok ikan sehingga

dapat dibuat suatu kebijakan dan tata pengelolaan

ikan layang yang efektif serta mencapai tujuan

pengelolaan sumberdaya perikanan yang

berkelanjutan.

2. Selanjutnya disarankan kepada pemerintah

Kabupaten Bintan, cara yang mungkin dilakukan

adalah dengan melakukan sistem pengawasan

terhadap kapal-kapal yang masuk ke perairan

khususnya bagi kapal penangkap yang masuk ke

perairan yang bukan wilayah tangkapannya serta

pengaturan dalam penggunaan ukuran mata

pancing.

Page 9: DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf

9

VI. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan,

bimbingan, serta dukungan kepada penulis

diantaranya kepada :

1. Dr. Ir. T. Efrizal, M.Si selaku dosen

pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, masukan, dan saran

selama pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi.

2. Andi Zulfikar, S.Pi, MP selaku dosen

pembimbing II yang telah banyak

bimbingan, masukan, dan saran selama

pelaksanaan penelitian dan penyusunan

skripsi.

3. Keluarga tercinta ; Ayah, Ibu yang

membantu saya dalam penelitian, dan adik

atas doa, pengorbanan, kesabaran dan

motivasinya.

4. Rekan-rekan seperjuangan semasa

perkuliahan.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau.

2013. Volume Produksi Perikanan Tangkap

Di Kepulauan Riau.

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Profil Kapal

Perikanan Provinsi Kepulauan Riau 2001.

PEMPROV Kepulauan Riau.

Effendie M.I.1997. Biologi perikanan. Yayasan

Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal.

Manik, N. 2009. Hubungan Panjang Berat dan

Faktor Kondisi Ikan Layang (Decapterus

russelli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang

Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di

Indonesia. No. 35 Vol. 1:65 – 74.

Mulfizar, A.Z Muchlisin, dan I Dewiyanti. 2012.

Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi

Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan

Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh.

ISSN 2089 – 7790.

Nontji , A , 2005. Laut Nusantara Penerbit

Djambatan, Jakarta.

Prihartini, A. 2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan

Layang (Decapterus Spp) Hasil Tangkapan

Purse Seine Yang Didaratkan Di Ppn

Pekalongan. Tesis. Program Pascasarjana.

Universitas Diponegoro, Semarang. 19 hal.

Sparre, P., dan S. C. Venema. 1999. Introduksi

Pengkajian Stok Ikan Tropis. Diterjemahkan

oleh Puslitbangkan. Jakarta: Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perikanan. 438 hal.

Sparre, P.dan S.C. Venema. 1999. Introduksi

Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku 2: Latihan.

Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perikanan.

Syakila. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang

(Sardinella Fimbriata) di Perairan Teluk

Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,

Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 88 hal.