DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf
-
Upload
yaya-kelautan-stitek -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
Transcript of DIAN-DESMAWANTI-090254242017.pdf
1
KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decapterus russelli)
BERBASIS PANJANG BERAT DARI PERAIRAN MAPUR YANG
DIDARATKAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN PELANTAR
KUD KOTA TANJUNGPINANG
Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus
russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD
Tanjungpinang
Dian Desmawanti
1), T. Efrizal
2), Andi Zulfikar
2)
Study Programme of Aquatic Resources Management
Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji
Email : [email protected]
ABSTRAK
Ikan layang merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis penting dan banyak diminati
oleh masyarakat. Dengan semakin meningkatnya permintaan, menyebabkan ikan ini menjadi sasaran tangkapan.
Namun hal ini akan berdampak negatif terhadap populasi ikan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
Maret sampai Bulan Mei 2013 di Tempat Pendaratan Ikan Pelantar KUD Kota Tanjungpinang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui stok ikan layang yang meliputi panjang berat, pertumbuhan, faktor kondisi,
mortalitas dan laju eksploitasi. Pengambilan data Primer berupa pengukuran panjang total dan bobot basah dari
ikan objek penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal 22 Maret sampai 21 Mei 2013, serta melakukan
wawancara kepada nelayan penangkap ikan layang. Ikan layang yang diukur selama penelitian berjumlah 600
ekor dengan kisaran panjang 103-240 mm terdiri atas 5 kelompok umur yang dipisahkan dengan metode
Bhattacharya menggunakan bantuan software FISAT II dengan panjang rata-rata 155 mm, 180 mm, 200 mm, 209
mm, dan 230 mm. Koefisien pertumbuhan (K) adalah 1,018 per tahun dengan panjang asimtotik (L∞) sebesar 288
mm dan umur teoritis mula-mula (t0) sebesar -0,509 per tahun. Berdasarkan hubungan panjang berat diasumsikan
pola pertumbuhan ikan layang di perairan mapur bersifat allometrik negatif. Nilai faktor kondisi rata-rata 0,98-
1,08, hal ini menunjukkan ikan dalam keadaan baik dan gemuk pada saat penelitian. Laju mortalitas total (Z)
adalah 6,455 per tahun, mortalitas alami (M) 0,790 per tahun, dan laju mortalitas penangkapan (F) 5,665 per
tahun sehingga didapatkan laju eksploitasi 0,878. Nilai laju eksploitasi ini telah melebihi nilai eksploitasi
optimum 0,5.
Kata kunci : Stok, Ikan Layang, pertumbuhan, faktor kondisi, mortalitas, dan eksploitasi
1 Student of Aquatic Resource Management Study Programme
1Lecture of Aquatic Resource Management Study Programme
2
ABSTRACT
Round Scad is an important commercial species and many people in Tanjungpinang consume it.
This make Round Scad one of the most exploited species. This research was conducted to investigate the impact
of exploitation on round scad stock and was done from March to May 2013. Data was collected at KUD
Tanjungpinang landing site. The objective of this research is to study stock condition of round scad based on
length-weight relationship, Von-Bertalanffy growth parameter, condition factor, mortality and level of
exploitation. Total length data was measured from 600 fish, the average of total length was from 103 to 240 mm.
Separation of cohort length groups using Bhattacharya method produced five length frequency with length
average 155 mm, 180 mm, 200 mm, 209 mm and 230 mm respectively. Growth coefficient (K) was 1.018, L
infinity (L∞) 288 mm and t0 0.509. Length-weight relationship revealed that round scad had allometric negative
growth with overall condition factor around 1 meaning that round scad had good condition and relatively big.
Total mortality (Z) was 6.455 per year with natural mortality (M) 0.790 per year, fishing mortality (F) 5.665 per
year and the rate of exploitation was 0.878. The rate of exploitation of round scad had exceed the rate of
optimum exploitation which is 0,5.
Key word : Stock, Round scad, length-weight, growth, condition factor, mortality, and exploitation
I. PENDAHULUAN
Ikan layang merupakan salah satu
komponen perikanan pelagis yang sangat penting di
Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini
biasanya hidup bergerombol (Nontji, 2005) dan
merupakan salah satu ikan yang benyak diminati
oleh masyarakat. Mencermati pentingnya
sumberdaya ikan bagi kebutuhan manusia baik
untuk pemenuhan gizi maupun kegiatan
perekonomian, mendorong manusia untuk
mengeksploitasi sumberdaya ikan sebanyak-
banyaknya.
Perairan Mapur adalah salah satu wilayah
tangkapan ikan layang di Tanjungpinang. Volume
produksi tangkapan ikan layang di Kepulauan Riau
tercatat pada tahun 2009 berjumlah 589 ton dan pada
tahun 2010 berjumlah 563 ton (BPS–KEPRI, 2013).
Kajian tentang ketersediaan ikan-ikan
pelagis maupun demersal telah banyak dilakukan
dan hasilnya dapat bermanfaat dalam membuat
langkah-langkah pengelolaan sumberdaya
perikanan. Sejauh ini informasi mengenai kondisi
ikan layang di Kota Tanjungpinang belum ada. Oleh
karena itu perlu kiranya dilakukan kajian mengenai
stok ikan layang di perairan Mapur yang didaratkan
di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang berdasarkan
parameter hubungan panjang berat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui stok ikan layang berdasarkan tingkat
mortalitas dan laju eksploitasi serta untuk
mengetahui hubungan panjang berat dan faktor
kondisi ikan layang di Perairan Mapur.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk
memberikan informasi tentang pengelolaan
sumberdaya ikan layang sehingga dapat dijadikan
acuan sebagai suatu rujukan dalam kebijakan
pemanfaatan sumberdaya secara optimum dan
berkelanjutan. Hasil penelitian diharapkan dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan
ikan layang dan dapat menjadi bahan informasi
untuk penelitian lebih lanjut.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama dua
bulan yaitu pada tanggal 22 Maret 2013 sampai 22
Mei 2013 di Tempat Pendaratan Ikan Pelantar KUD
Kota Tanjung Pinang. Alat dan bahan yang
digunakan terlihat pada Tabel 1 dibawah ini.
3
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan
No Alat dan Bahan Kegunaan
1. Alat Tulis Mencatat data
2. Kamera Digital Dokumentasi
3. Timbangan Digital
ketelitian 1 gr
Mengukur
berat objek
penelitian
4. Penggaris 30 cm ketelitian
0,1 cm
Mengukur
panjang ikan
5. Ikan Layang Objek
penelitian
6. Formulir Kuisioner Data sekunder
7. Literatur yang mendukung
penelitian
Data sekunder
Ikan contoh kemudian diukur panjang total
dan berat basahnya. Analisis data menggunakan
bantuan software FISAT II Ver. 1.1.0 yang
dikeluarkan oleh FAO-ICLARM dan secara manual.
Analisis data yang dilakukan mencakup sebagai
berikut :
2.1 Distribusi Frekuensi Panjang
Distribusi drekuensi panjang didapatkan
dengan menentukan lebar selang kelas, nilai tengah
kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang
distribusi frekuensi panajng yang telah ditentukan
dalam slang kelas yang sama kemudian diplotkan
dalam sebuah grafik.
2.2 Identifikasi Kelompok Ukuran
Metode Bhattacharya merupakan metode
pemisahan kelompok umur yang terdiri atas
pemisahan sejumlah distribusi normal, masing-
masing mewakili suatu kohort ikan, dari distribusi
keseluruhan, dimulai dari bagian sebelah kiri dari
distribusi total.dari bagian sebelah kiri dari distribusi
total. Begitu distribusi normal yang pertama telah
ditentukan, kemudian disingkirkan dari distribusi
total.
2.3 Parameter Pertumbuhan (L∞, K) dan t0
Pendugaan parameter pertumbuhan
dilakukan dengan menggunakan rumus pertumbuhan
Von Bertalanffy sebagai berikut :
Lt = L∞ ( 1 – e [– K ( t-t0)]
)
Lt adalah panjang ikan pada saat umur t
(satuan waktu), L∞ adalah panjang maksimum
secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah
koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), t0 adalah
umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol.
Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan
nol dapat diduga secara terpisah menggunakan
persamaan empiris Pauly (Pauly dalam Sparre dan
Venema, 1999) :
Log(-t0) = 0,3922–0,2752(LogL∞) –1,038(Log K)
2.4 Hubungan Panjang Berat
Hubungan panjang-berat ikan layang
digunakan rumus yang umum sebagai berikut
(Effendie, 1997) :
W = a L b
Untuk mendapatkan parameter a dan b,
digunakan analisis regresi dengan ln W sebagai y
dan Ln L sebagai x. Untuk menguji nilai b = 3
atau b ≠ 3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan
hipotesis (b<3, pertambahan berat lebih cepat
daripada pertambahan panjang) atau (b>3,
pertambahan panjang lebih cepat daripada
pertambahan berat).
2.5 Faktor Kondisi
Faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang
dan berat ikan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Effendie, 2002):
Jika nilai b = 3 (tipe pertumbuhan bersifat
isometrik), maka rumus yang digunakan adalah:
Jika nilai b ≠ 3 (tipe pertumbuhan bersifat
allometrik), maka rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
K = faktor kondisi
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total ikan (mm)
a dan b = konstanta
4
Nilai K pada ikan yang badannya agak pipih
berkisar antara 2-4 sedangkan yang badannya
kurang pipih adalah 1-3 (Effendie, 2002).
2.6 Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas alami (M) diduga dengan
menggunakan rumus empiris Pauly dalam Sparre
dan Venema (1999) sebagai berikut :
∞
M = e (ln M)
Keterangan:
M = mortalitas alami
L∞ = panjang asimtotik pada persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy
K = koefisien pertumbuhan pada persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy
T = rata-rata suhu permukaan air (0C)
Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan :
F =Z-M
Laju eksploitasi ditentukan dengan
membandingkan mortalitas penangkapan (F)
terhadap mortalitas total (Z) (Pauly dalam Sparre an
Venema, 1999):
=
M =
Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju
eksploitasi optimum menurut Gulland dalam Sparre
dan Venema (1999) adalah:
Foptimum = M dan Eoptimum = 0,5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang
Panjang minimum Ikan Layang adalah 150
mm dan panjang maksimumnya 240 mm. Sebaran
ukuran panjang Ikan Layang dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Sebaran Ukuran Panjang Ikan
Layang : a) Gabungan b) Maret c) April d) Mei
Pada sebaran ukuran panjang bulan Maret
lebih kecil bila dibandingkan dengan bulan April
dan Mei. Hal ini dapat diduga adanya rekrutmen
ikan layang pada bulan April dan Mei dan
menyebabkan masuknya individu baru yang
membentuk kelas panjang baru. Dengan asumsi
bahwa ikan contoh yang diambil telah mewakili
populasi yang ada dan ukuran panjang total
maksimum yang kecil dapat disebabkan oleh pola
arus, angin, dan tekanan penangkapan yang tinggi.
Hasil pengukuran panjang ikan layang di
Perairan Mapur memiliki ukuran panjang terpendek
adalah 150 mm dan terpanjang 240 mm. Berbeda
dengan Prihartini (2006) yang menemukan ikan
020406080
150-1
53
159-1
62
168-1
71
177-1
80
186-1
89
195-1
98
204-2
07
213-2
16
222-2
25
231-2
34
Fre
ku
ensi
(g
r)
Selang Kelas Panjang (mm)
a
05
1015201
50
-15
3
15
9-1
62
16
8-1
71
17
7-1
80
18
6-1
89
19
5-1
98
20
4-2
07
21
3-2
16
22
2-2
25
23
1-2
34
Fre
kue
nsi
(gr
)
Selang Kelas Panjang (mm)
d
05
1015202530
15
0-1
53
15
9-1
62
16
8-1
71
17
7-1
80
18
6-1
89
19
5-1
98
20
4-2
07
21
3-2
16
222-2
25
23
1-2
34
Fre
ku
ensi
(g
r)
Selang Kelas Panjang (mm)
b
01020304050
15
0-1
53
15
9-1
62
16
8-1
71
17
7-1
80
18
6-1
89
19
5-1
98
20
4-2
07
21
3-2
16
222-2
25
231-2
34
Fre
ku
ensi
(g
r)
Selang Kelas Panjang (mm)
c
5
layang di perairan Barat Laut Jawa terpendek adalah
16,5 cm dan terpanjang 18,02 cm. Sedangkan Manik
(2009) memperoleh panjang ikan layang terpendek
8,4 cm dan terpanjang 25,2 cm. Perbedaan ukuran
tersebut dapat diasumsikan oleh perbedaan lokasi
perairan dan kondisi dari perairan tersebut.
3.2 Parameter Pertumbuhan (L∞, K) dan t0
Kelompok ukuran ikan layang ini
dipisahkan dengan menggunakan metode
Bhattacharya dibantu software FISAT II Ver.1.1.0
yang dikeluarkan oleh FAO-ICLARM, Hasil
pemisahan kelompok ukuran menunjukkan bahwa
ikan objek penelitian terdiri atas lima kelompok
ukuran seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kelompok Ukuran Panjang Ikan
Layang
Pada Tabel 2 dibawah ini akan disajikan
hasil analisis pemisahan kelompok ukuran ikan
layang yang memiliki panjang rata-rata, jumlah
sampel dan indeks separasi masing-masing
kelompok ukuran.
Tabel 2. Sebaran Kelompok Ukuran Ikan
Layang
Kelompok
Ukuran
Panjang
rata-
rata(mm)
Jumlah
Sampel
Indeks
Separasi
(I)
1. 154,523 169 -
2. 180,186 204 19,2
3. 200,198 105 14,5
4. 208,583 104 7,8
5. 229,831 18 19,9
Total 600
Berdasarkan Tabel 1 di atas, nilai indeks
separasi dari hasil analisis pemisahan kelompok
ukuran ikan layang >2 yang artinya dapat diterima
dan digunakan untuk analisis selanjutnya.
Hasil analisis parameter pertumbuhan terdiri
dari koefisien pertumbuhan (K) dan panjang infinitif
(L∞) serta umur teoritis ikan pada saat panjang sama
dengan nol (t0) seperti yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Parameter pertumbuhan berdasarkan
model von Bertalanffy (K, L∞, t0) ikan
layang
No. Parameter Nilai
1. a 52,44
2. b 0,818
3. K 0,084(bln);1,018 (thn)
4. L∞ 288
5. t0 -0,509
Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy
yang terbentuk untuk Ikan Layang adalah . Lt
=288(1-e[-0,084(t+0.509]
). Panjang total maksimum ikan
yang tertangkap di perairan Mapur dan didaratkan di
TPI Pelantar KUD adalah 240 mm, panjang ini lebih
kecil dari panjang asimtotik (infinitif) ikan layang
(L∞) yaitu 288 mm. Koefisien pertumbuhan (K)
ikan layang di Perairan Mapur yang didaratkan di
Pelantar KUD adalah 1,018 per tahun. Hasil
penelitian dari peneliti lain mengenai parameter
pertumbuhan ikan layang dapat dilihat di tabel 4.
Tabel 4. Parameter pertumbuhan ikan layang
Prihartini (2006)
No. Nama
Peneliti
K (per
thn)
L∞ Lokasi
1. Prihartini
(2006)
0,63
0,72
25,73
25,73
-Timur
Laut
Jawa
-Barat
Laut
Jawa
Berdasarkan Tabel 3 penelitian yang
dilakukan oleh Prihartini (2006), Nilai K oleh
Ambar Prihartini tersebut lebih besar dibandingkan
dengan nilai K yang di Perairan Mapur. Sedangkan
untuk L∞ ikan di Perairan Mapur lebih besar
6
dibandingkan dengan L∞ pada penelitian Prihartini
(2006). Perbedaan nilai yang diperoleh disebabkan
faktor internal yaitu faktor genetik (perbedaan
spesies), parasit dan penyakit dan faktor eksternal
yaitu kualitas perairan dan ketersediaan makanan
(Effendie, 1997).
Selanjutnya kurva pertumbuhan ikan layang
akan disajikan pada Gambar 3 dengan memasukkan
umur (bulan) dan panjang teoritis (mm) ikan sampai
berumur 60 bulan.
Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Ikan Layang
Dari gambar kurva diatas dapat diketahui
panjang maksimum ikan layang yang tertangkap 240
mm berumur 21 bulan dan saat ikan berumur 60
bulan (5 tahun), secara teoritis panjang total ikan
adalah 288 mm. Ikan yang berumur muda (<20
bulan) memiliki laju pertumbuhan mulai dari 0
sampai 236 mm sedangkan ikan yang berumur tua
(>20 bulan) memiliki laju pertumbuhan 240-288
mm. Hal tersebut dapat dikarenakan kemampuan
tumbuh serta penyerapan makanan ikan yang
berumur muda lebih tinggi.
3.3 Hubungan Panjang Berat
Hubungan panjang berat ikan layang akan
disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan Panjang Berat ikan layang
Tabel 5. Hasil perhitungan panjang dan berat
ikan layang
No Keterangan Nilai
1. N 600
2. a -9,882
3. b 2,698
4. R 0,824
5. W=aLb
0,0005*L2,698
6. Pola
Pertumbuhan
Allometrik Negatif
Hasil analisis hubungan panjang berat
terlihat bahwa persamaan hubungan panjang berat
ikan layang adalah W= 0,00005*L2,698
dengan
kisaran nilai b sebesar 2,6985. Dari persamaan itu
dapat diketahui bahwa setiap penambahan satu
logaritma panjang akan menurunkan logaritma
bobot ikan sebesar 2,698 gram. Nilai dari koefisien
determinasi (R2) 0,824 menjelaskan bahwa variasi
bobot ikan layang yang terjadi akibat perubahan
panjang dapat diasumsikan mampu menjelaskan
data sebesar 82,4 %. Dari nilai b 2,698 setelah
dilakukan uji t (α=0,05) terhadap nilai b tersebut
didapatkan nilai t5,9167 > t2,2470 (b<3), ini
menunjukkan bahwa ikan layang memiliki pola
pertumbuhan Allometrik Negatif, artinya
pertambahan panjang lebih cepat daripada
pertambahan berat (Effendie, 1997).
Dari hasil tersebut, pola pertumbuhan yang
berbeda ditemukan pada ikan layang yang berada di
Perairan Sekitar Teluk Likupang yang memiliki pola
pertumbuhan allometrik positif dengan nilai b
2,933400–3,388204 (Manik, 2009), sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Prihartini (2006) di
Perairan Timur didapatkan nilai b = 3,027 dan
0
20
40
60
80
100
120
140
0 100 200 300
Be
rat
(gr)
Panjang (mm)
0
50
100
150
200
250
300
350
0 20 40 60 80
Pan
jan
g (m
m)
Umur (Bulan)
Lt=288(1-e[-0,084 (t+0,509] )
7
Perairan Barat Laut Jawa b = 2,910 memiliki pola
pertumbuhan isometrik.
Jenning et al. dalam Mulfizal et al. (2012)
menyatakan secara umum nilai b bergantung pada
kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu,
salinitas, letak geografis dan teknik sampling. Dan
juga kondisi biologis seperti perkermbangan gonad
dan ketersediaan makanan.
3.4 Faktor Kondisi
Nilai rata-rata faktor kondisi ikan layang
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Faktor Kondisi ikan layang
Nilai faktor kondisi (K) ikan layang pada
setiap bulan tidak terjadi variasi temporal yang
terlalu jauh bahkan hampir relatif sama. Nilai
tertinggi adalah 1,08 pada tanggal 3 April 2013 dan
terendah 0,98 pada tanggal 21 Mei 2013. Hasil yang
sama juga ditemukan pada penelitian Prihartini
(2006) terlihat pada tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6. Faktor Kondisi (K) Pada Penelitian
Prihartini (2006) di Perairan Barat
Laut Jawa dan Perairan Timur Laut
Jawa.
Lokasi Nilai K Rata-Rata
-Barat Laut
Jawa
2,018;2,048;1,729;1,554 1,837
-Timur
Laut Jawa
2,224;2,23;1,659;1,838 1,987
Harga K tersebut berkisar antara 2-4
apabila badan ikan itu agak pipih Ikan-ikan
yang badannya kurang pipih itu berkisar antara
1 – 3 . Variasi nilai faktor kondisi tergantung
pada makanan, umur, jenis kelamin dan
kematangan gonad (Effendie, 2002).
3.5 Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) adalah penjumlahan
laju mortalitas penangkapan (F) dan laju mortalitas
alami (M) sehingga ketiga jenis mortalitas tersebut
perlu di analisis (King dalam Sylfia, 2009). Kurva
hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data
panjang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar
6.
Gambar 10. Kurva hasil tangkapan yang
dilinierkan berbasis data panjang( : Titik yang
digunakan dalam analisis regresi untuk
menduga Z)( : Tidak digunakan karena
belum masuk kawasan penangkapan)
Untuk pendugaan laju mortalitas alami ikan
layang digunakanlah rumus empiris Pauly (Sparre
dan Venema, 1999) dengan suhu rata-rata
permukaan perairan Mapur 29,750
C (DKP-KEPRI,
2011). Hasil analisis pendugaan laju mortalitas dan
laju eksploitasi ikan layang dapat dilihat pada Tabel
6.
Tabel 7. Laju mortalitas dan Laju
eksploitasi Ikan Layang
No. Laju Nilai
(thn)
1. Mortalitas Total (Z) 6,455
2. Mortalitas Alami (M) 0,790
3. Mortalitas Penangkapan (F) 5,665
4. Eksploitasi 0,878
22/03/13
3/4/2013
15/4/13
27/4/13
9/5/2013
21/5/13, 0.98
0.96
0.98
1
1.02
1.04
1.06
1.08
1.1
0 2 4 6 8
0
2
4
6
8
10
0 0.5 1 1.5 2
LN (
fI/d
t)
t(L1+L2/2)
8
Tabel 6 menunjukkan bahwa laju mortalitas
total (Z) ikan layang adalah 6,455 per tahun dengan
laju mortalitas alami (M) sebesar 0,790 per tahun.
Laju mortalitas alami lebih kecil dibandingkan
dengan laju mortalitas penangkapan, hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kematian ikan secara
alami lebih sedikit dan banyak ikan yang mati
diakibatkan oleh kegiatan penangkapan. Besarnya
nilai laju eksploitasi 87% dapat diartikan bahwa
87% dari mortalitas total disebabkan oleh
eksploitasi. Berdasarkan gambar kurva pertumbuhan
dapat terlihat bahwa ikan yang berumur muda
memiliki umur < 20 bulan (0-236 mm), sedangkan
yang berumur tua > 20 bulan (240-288 mm) dan
panjang maksimum yang tertangkap di Perairan
Mapur adalah 240 mm. Hal ini menunjukkan bahwa
ikan di Perairan Mapur yang tertangkap lebih
banyak yang berumur muda daripada yang berumur
tua.
Banyaknya ikan-ikan yang tertangkap
berumur muda tersebut akan menimbulkan dugaan
terjadinya growth overfishing yaitu sedikitnya
jumlah ikan tua yang ditangkap (Sparre dan
Venema, 1999) karena ikan yang berumur muda
tidak sempat untuk tumbuh akibat tertangkap.
Tekanan penangkapan pada stok tersebut seharusnya
dikurangi sampai mencapai kondisi optimum yaitu
laju mortalitas penangkapan sama dengan laju
mortalitas alami.
3.6 Rencana Pengelolaan Ikan Layang
Untuk mencegah terjadinya penangkapan
yang berlebihan maka dibutuhkanlah suatu upaya
pengelolaan perikanan agar sumberdaya ikan tetap
lestari. Dalam pengelolaan perikanan tidaklah
mudah untuk mengatur dan merubah keadaan yang
telah ada sehingga cara yang mungkin dilakukan
adalah dengan melakukan sistem pengawasan
terhadap kapal-kapal yang masuk ke perairan
khususnya bagi kapal penangkap yang masuk ke
perairan yang bukan wilayah tangkapannya serta
melakukan sistem pendataan terhadap produksi ikan
secara menyeluruh baik itu terhadap ikan yang
bernilai jual, konsumsi, ataupun yang terbuang. Dari
hasil yang ditemukan di lapangan, masih banyak
jumlah hasil tangkapan nelayan yang belum terdata
secara menyeluruh.
IV. KESIMPULAN
Laju mortalitas penangkapan (F) lebih besar
bila dibandingkan dengan laju mortalitas alami (M)
sehingga dapat diketahui bahwa kematian ikan lebih
besar diakibatkan oleh aktifitas penangkapan dengan
tingkat laju eksploitasi yang telah melebihi nilai
optimum. Banyaknya ikan-ikan yang tertangkap
berumur muda, sehingga dapat diasumsikan bahwa
ikan layang dari Perairan Mapur yang didaratkan di
tempat pendaratan ikan Pelantar KUD telah
mengalami growth overfishing.
Ikan layang pada penelitian ini terdiri atas
lima kelompok umur dengan pola pertumbuhan
Allometrik Negatif yang berarti pertambahan
panjang lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada Variasi
temporal faktor kondisi ikan layang selama dua
bulan penelitian, hal ini menunjukkan bahwa contoh
ikan pada penelitian dalam kondisi baik atau agak
gemuk.
V. SARAN
Dalam penelitian kajian stok ikan layang
(Decapterus russelli) selanjutnya disarankan :
1. Dilakukan penelitian tentang beberapa aspek
sumberdaya Ikan layang yang belum dikaji
diantaranya aspek reproduksi secara menyeluruh,
aspek makanan dan kebiasaan makan, aspek
mortalitas dan laju eksploitasi, serta kaitannya
terhadap lingkungan dan sumberdaya ikan layang
dimasa yang akan datang. Selain itu diperlukan
penelitian sejenis tentang stok ikan sehingga
dapat dibuat suatu kebijakan dan tata pengelolaan
ikan layang yang efektif serta mencapai tujuan
pengelolaan sumberdaya perikanan yang
berkelanjutan.
2. Selanjutnya disarankan kepada pemerintah
Kabupaten Bintan, cara yang mungkin dilakukan
adalah dengan melakukan sistem pengawasan
terhadap kapal-kapal yang masuk ke perairan
khususnya bagi kapal penangkap yang masuk ke
perairan yang bukan wilayah tangkapannya serta
pengaturan dalam penggunaan ukuran mata
pancing.
9
VI. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, serta dukungan kepada penulis
diantaranya kepada :
1. Dr. Ir. T. Efrizal, M.Si selaku dosen
pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan, dan saran
selama pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi.
2. Andi Zulfikar, S.Pi, MP selaku dosen
pembimbing II yang telah banyak
bimbingan, masukan, dan saran selama
pelaksanaan penelitian dan penyusunan
skripsi.
3. Keluarga tercinta ; Ayah, Ibu yang
membantu saya dalam penelitian, dan adik
atas doa, pengorbanan, kesabaran dan
motivasinya.
4. Rekan-rekan seperjuangan semasa
perkuliahan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau.
2013. Volume Produksi Perikanan Tangkap
Di Kepulauan Riau.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Profil Kapal
Perikanan Provinsi Kepulauan Riau 2001.
PEMPROV Kepulauan Riau.
Effendie M.I.1997. Biologi perikanan. Yayasan
Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal.
Manik, N. 2009. Hubungan Panjang Berat dan
Faktor Kondisi Ikan Layang (Decapterus
russelli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang
Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia. No. 35 Vol. 1:65 – 74.
Mulfizar, A.Z Muchlisin, dan I Dewiyanti. 2012.
Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi
Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan
Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh.
ISSN 2089 – 7790.
Nontji , A , 2005. Laut Nusantara Penerbit
Djambatan, Jakarta.
Prihartini, A. 2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan
Layang (Decapterus Spp) Hasil Tangkapan
Purse Seine Yang Didaratkan Di Ppn
Pekalongan. Tesis. Program Pascasarjana.
Universitas Diponegoro, Semarang. 19 hal.
Sparre, P., dan S. C. Venema. 1999. Introduksi
Pengkajian Stok Ikan Tropis. Diterjemahkan
oleh Puslitbangkan. Jakarta: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan. 438 hal.
Sparre, P.dan S.C. Venema. 1999. Introduksi
Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku 2: Latihan.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan.
Syakila. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang
(Sardinella Fimbriata) di Perairan Teluk
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 88 hal.