Dian Prasetyoningsih

114
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat yang mempunyai peranan dan fungsi penting. Bahasa memiliki fungsi dalam kegiatan masyarakat yaitu sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, ide, dan pendapat yang menghasilkan suatu variasi. Bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa dipakai oleh kelompok manusia atau pemakainya yang juga beragam terdiri dari laki-laki, perempuan, tua, muda, yang bersekolah maupun tidak. Chaer dan Agustina (2004:62) menyatakan bahwa variasi bahasa dibedakan berdasarkan penutur dan penggunaannya. Berdasarkan penutur berarti, siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis 1

Transcript of Dian Prasetyoningsih

Page 1: Dian Prasetyoningsih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat yang mempunyai

peranan dan fungsi penting. Bahasa memiliki fungsi dalam kegiatan masyarakat yaitu

sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, ide, dan pendapat yang

menghasilkan suatu variasi.

Bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa dipakai oleh kelompok

manusia atau pemakainya yang juga beragam terdiri dari laki-laki, perempuan, tua,

muda, yang bersekolah maupun tidak.

Chaer dan Agustina (2004:62) menyatakan bahwa variasi bahasa dibedakan

berdasarkan penutur dan penggunaannya. Berdasarkan penutur berarti, siapa yang

menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di

dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakannya.

Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang

apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.

Timbulnya keragaman atau kevariasian bahasa yang digunakan dalam

berkomunikasi, juga disebabkan kegiatan sehari-hari masyarakat sebagai penutur di

dalam berinteraksi sosial yang sangat beragam. Keragaman kegiatan interaksi ini

akan memunculkan bahasa yang beragam karena pada setiap kegiatan selalu terjadi

1

Page 2: Dian Prasetyoningsih

komunikasi antara penutur yang satu dengan penutur lainnya. Kondisi inilah yang

memungkinkan timbulnya keragaman dan kevarasian bahasa.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sumarsono (2004:19) yang

mengungkapkan bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu, masyarakat, secara

keseluruhan dan saling mempengaruhi dan saling bergantung. Bahasa sebagai milik

masyarakat juga tersimpan dalam diri masing-masing individu. Setiap individu dapat

bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual ini dapat

berpengaruh pada anggota masyarakat lainnya.

Chaer dan Agustina (2004:19) menyatakan bahwa bahasa merupakan salah

satu ciri pembeda yang menonjol, karena setiap kelompok sosial merasa dirinya

sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Dengan kata lain, adanya

kelompok sosial yang berbeda satu sama lainnya menyebabkan bahasa yang

digunakan itu bervariasi atau beragam. Setiap variasi bahasa ditandai oleh bentuk

suatu konsep tertentu yang mencerminkan keadaan kelompok sosialnya. Berkaitan

dengan hal tersebut, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat multibahasa yang

sarat dengan permasalahan bahasa.

Keragaman dan kevariasian bahasa yang terjadi di masyarakat bukan hanya

disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, melainkan juga karena

kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Pilihan bahasa itu

tidak bersifat acak, melainkan harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti siapa

yang berbicara, kepada siapa, dengan bahasa apa, kapan peristiwa tutur itu

berlangsung dan tujuan apa yang diharapkan dari tuturan tersebut.

2

Page 3: Dian Prasetyoningsih

Bahasa yang ada dalam sebuah masyarakat merupakan media komunikasi

yang berfungsi menyalurkan pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada

sejumlah orang banyak yang terpencar-pencar.

Tarigan (dalam Haryati, 2003:2) menjelaskan bahwa komunikasi mempunyai

fungsi yang bersifat purposif, mengandung maksud dan tujuan tertentu, dan dirancang

untuk menghasilkan efek, pengaruh, atau akibat pada lingkungan para penyimak dan

para pembicara.

Salah satu bentuk komunikasi di antaranya adalah iklan. Iklan merupakan

bentuk komunikasi antara produsen dan konsumen. Karena iklan tidak sekedar

memberikan informasi kepada khalayak melainkan membujuk khalayak ramai,

mengarahkan konsumen agar membeli produk, dan meyakinkan konsumen bahwa

iklan tersebut dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan.

Wright (dalam Mulyana, 2005:63) menyatakan bahwa iklan merupakan

proses komunikasi yang mempunyai kekuatan paling penting sebagai sarana

pemasaran, membantu layanan, serta gagasan, dan ide-ide melalui saluran tertentu

dalam bentuk informasi yang bersifat persuasif.

Mulyana (2005:65) menyatakan bahwa bahasa iklan disamping memiliki

fungsi informatif juga mengandung fungsi persuasif. Fungsi ini kiranya justru

ditekankan untuk mendapatkan dampak nyata (efek perlokusi) dari suatu tuturan

karena tujuannya untuk mempengaruhi masyarakat agar tertarik dengan sesuatu yang

diiklankan.

3

Page 4: Dian Prasetyoningsih

Media penyampaian iklan dibedakan menjadi dua, yakni media cetak dan

media elektronik. Media cetak merupakan media massa yang digunakan pada

komunikasi secara tertulis. Media cetak dapat melalui koran, majalah, dan lain-lain.

Media elektronik merupakan media massa yang digunakan pada komunikasi secara

lisan. Media elektronik dapat berupa telepon, televisi, radio, dan sebagainya. Media

elektronik bersifat sekilas pandang. Jadi begitu terdengar dan digunakan harus

membekas pada ingatan, menarik, dan mudah diingat dari pendengar atau penyimak.

Radio adalah media massa yang paling besar jangkauannya di antara semua

media lisan. Walaupun sifatnya masih lokal, tetapi siaran radio menjangkau

pendengar jauh lebih banyak pada waktu bersamaan karena penyampaian pesannya

cepat, dari berbagai daerah baik di kota maupun di daerah terpencil, mudah dipahami,

tidak memerlukan kemampuan membaca yang memang belum dimiliki rakyat, dan

paling banyak pecinta setianya dibanding media elektronik yang lain.

Pemilikan radio bersifat universal sehingga dapat digunakan oleh pemasang

iklan lokal maupun nasional untuk mempromosikan barang dan jasa sehingga

distribusi barang dan jasa menjadi luas dan mudah diperoleh misalnya, melalui pasar

swalayan, toko, kios kecil, dan lain-lain.

Dengan demikian, peranan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting.

Penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi keberhasilan sebuah iklan.

Agar menarik pendengar, iklan harus menggunakan bahasa yang menarik, indah, dan

sederhana. Dengan demikian iklan menjadi lebih mudah dimengerti dan sasaran akan

mudah dicapai. Bahasa yang terdapat dalam iklan di radio yang disiarkan tidak lepas

4

Page 5: Dian Prasetyoningsih

dari keragaman para penutur sebagai alatnya. Hal ini berpengaruh terhadap

keragaman atau kevariasian bahasa yang digunakan.

Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada wacana iklan berbahasa Jawa di

radio yang ada di Semarang yang sangat efektif karena mudah dijangkau dan

didengar oleh khalayak ramai atau konsumen di mana saja dan kapan saja. Oleh

karena itu, bahasa dalam iklan yang disiarkan di radio harus mampu menarik

perhatian pendengar dan dapat menimbulkan kesan yang tidak mudah hilang dari

ingatan pendengar.

Berikut ini adalah contoh kutipan iklan yang menawarkan barang dagangan

yang terdapat di radio dengan menggunakan kalimat berbahasa Jawa, memenuhi

fungsi persuasif yang menggunakan bahasa secara efektif, yaitu agar konsumen atau

pendengar menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan seperti ilutrasi berikut.

Bu Rini : “Bu Sastra, Bu Sastra!”

‘Bu Sastro, Bu Sastro!’

Bu Sastra : “Oh, jeng Rini. Kok mruput lo, mundhut Srongpas nggih?”

‘Oh, dik Rini. Kok pagi lo, beli Srongpas ya?’

Bu Rini : “Ah, Bu Sastra kok ngerti wae lo.”

‘Ah, Bu Sastro kok tahu saja lho.’

Bu Sastra : “Resepe lakya manjur lo Jeng. Yen dinggo ngaten-ngaten niku

Srongpas dereng enten tandingane lo Jeng. Pokoke ya pring cagak

radio, tambah jengking tambah jero sing macul….”

5

Page 6: Dian Prasetyoningsih

‘Resepnya memang manjur lho Dik. Kalau digunakan seperti itu

Srongpas belum ada tandingannya lho Dik. Pokoknya ya pring

cagak radio, tambah jengking tambah jero sing macul….’

Pak Sastra : “Wah gayeng tenan. Pancen bener kok Jeng, kula esuk-esuk seger

padahal bar lembur lo!”

‘Wah rame sekali. Memang benar kok Dik, saya pagi-pagi segar

padahal habis lembur lho!’

Bu Rini : “Ah, Pak Sastra ki.”

‘Ah, Pak Sastro ini.’

NARATOR : Saya jelas khasiyatipun. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria.

Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea.

Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul

setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.

‘Semakin jelas khasiyatnya. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria.

Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea.

Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul

setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.’

Bu Rini : “Wah bojoku saiki tambah lhep tenan….”

‘Wah suamiku sekarang makin lhep saja….’

NARATOR : Ya tangi dhewe!

Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria.

‘Ya bangun sendiri!’

6

Page 7: Dian Prasetyoningsih

Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria.

Kutipan wacana iklan tersebut merupakan iklan yang terdapat dalam media

radio. Pada kutipan saya jelas khasiyatipun merupakan kalimat berbahasa Jawa (B1),

kemudian dilanjutkan dengan kalimat Srongpas kapsul obat kuat khusus pria…(dan

seterusnya) merupakan kalimat berbahasa Indonesia (B2). Dengan demikian, iklan

tersebut menggunakan variasi dua bahasa dalam menawarkan produknya, yakni

bahasa Jawa (B1) dan bahasa Indonesia (B2). Iklan tersebut termasuk dalam kategori

iklan peyakinan. Kutipan Srongpas kapsul obat kuat khusus pria, terbuat dari pasak

bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea, menambah daya tahan dan kekuatan

pria, merupakan peyakinan bahwa Srongpas merupakan obat kuat pilihan yang

terbuat dari bahan-bahan berkualitas.

Berdasarkan uraian di muka, penelitian terhadap wacana iklan berbahasa Jawa

dilakukan untuk membahas penggunaan variasi bahasa dengan mengidentifikasi

variasi bahasa yang digunakan dalam wacana iklan pada media radio. Media radio

dipilih karena memiliki kelebihan yakni, dapat didengar oleh semua kalangan, mulai

dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Selain itu, penelitian tentang variasi

bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa belum pernah diteliti.

Berdasarkan uraian di muka, penelitian ini akan mengungkapkan apakah jenis

variasi bahasa dalam iklan berbahasa Jawa di radio yang ada di Semarang memenuhi

persyaratan sebagai variasi yang dapat menarik atau mempengaruhi konsumen atau

pendengar. Dengan melihat jenis variasi bahasa yang digunakan dalam iklan produk

barang atau jasa maka dapat dilihat pula sasaran yang dituju. Selain itu juga dapat

7

Page 8: Dian Prasetyoningsih

diketahui bagaimana cara penyampaian iklan melalui variasi bahasa dalam wacana

iklan berbahasa Jawa di radio.

1.2 Identifikasi Masalah

Pemilihan bahasa merupakan sesuatu yang kompleks dan rumit. Kekomplekan

dan kerumitan tersebut disebabkan oleh banyaknya faktor dan variasi yang

mempengaruhi peristiwa pemilihan bahasa yang terjadi pada suatu masyarakat

bahasa. Demikian pula adanya hal ini terjadi pada wacana iklan berbahasa Jawa di

radio.

Variasi bahasa yang dikaji dalam penelitian ini adalah variasi bahasa wacana

iklan berbahasa Jawa di radio yang ada Semarang. Variasi bahasa yang dimaksud

adalah penggunaan bahasa yang digunakan di dalam iklan oleh produsen untuk

menawarkan produknya kepada masyarakat atau konsumen. Tujuan produsen adalah

membuat variasi bahasa yang tepat untuk dapat mempengaruhi konsumen yang

dituju. Berkaitan dengan penggunaan variasi bahasa dalam wacana iklan, ternyata

banyak iklan yang memanfaatkan variasi untuk mempengaruhi konsumen, dengan

variasi bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa (ngoko, krama).

Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa produsen dalam upaya

menawarkan barang atau jasa melalui iklan, tidak bisa lepas dari variasi bahasa.

Berdasarkan hal itu, pada penelitian ini permasalahan yang dikaji adalah penggunaan

keberagaman atau kevariasian bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio.

8

Page 9: Dian Prasetyoningsih

Adapun permasalahan yang diteliti difokuskan pada variasi bahasa iklan berbahasa

Jawa di radio yang ada di Semarang.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut.

1. Kategori iklan apa sajakah yang terdapat dalam wacana iklan berbahasa Jawa

di radio?

2. Bagaimana variasi pilihan bahasa yang digunakan dalam wacana iklan

berbahasa Jawa di radio?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan.

1. Mengidentifikasi kategori iklan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio.

2. Mendeskripsikan variasi bahasa yang digunakan dalam wacana iklan

berbahasa Jawa di radio.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian variasi bahasa ini dapat menambah khasanah dalam bidang kajian

linguistik, khususnya sosiolinguistik.

b. Sebagai bahasa pertimbangan dan juga menambah acuan teoretis bagi

peneliti lain.

9

Page 10: Dian Prasetyoningsih

2. Manfaat Praktis

a. Menambah pengetahuan: para pembaca, peneliti dan pemerhati bahasa,

terutama yang tertarik dan selalu bergelut dalam bidang sosiolinguistik.

b. Memberikan manfaat kepada pembuat iklan untuk mengoptimalkan

pemakaian variasi bahasa yang efektif dan komunikatif dalam keberhasilan

meyakinkan masyarakat agar menggunakan produk barang atau jasa yang

ditawarkan.

10

Page 11: Dian Prasetyoningsih

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian bahasa khususnya pilihan bahasa hingga saat ini merupakan kajian

yang menarik. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya penelitian pemilihan bahasa

yang dilakukan, baik yang sifatnya melengkapi dan menguatkan hasil-hasil penelitian

yang telah ada, maupun penelitian baru.

Beberapa pustaka yang ikut memberikan sumbangan bagi kajian pilihan

bahasa adalah Hifdhiyah (1999), Apriyani (2000), Hosidah (2001), Suseno (2001),

Muslihudin (2001), Cholissibah (2002), Peni (2002), Haryati (2003).

Hifdhiyah (1999) melakukan penelitian berjudul Pilihan Bahasa Masyarakat

Perajin Batik di Pekalongan: Kajian Sosiolinguistik. Ia mendeskripsikan bahasa yang

dipilih oleh perajin batik di Pekalongan meliputi (1) bahasa Jawa dengan ragam

ngoko lugu, ngoko alus, dan krama lugu, serta (2) bahasa Indonesia. Penggunaan

pilihan bahasa-bahasa tersebut dilatarbelakangi oleh adanya penutur yang sudah kenal

akrab dengan lawan tutur, suasana santai atau mencari kemudahan berkomunikasi.

Aspek lain yang berhasil ditemukan adalah adanya kosakata dan frase khusus yang

berkaitan dengan perbatikan. Akhirnya dijelaskan bahwa karakteristik pilihan bahasa

masyarakat perajin batik di Pekalongan yaitu (1) digunakannya bahasa Jawa ragam

ngoko lugu, ngoko alus, dan krama lugu, (2) digunakannya bahasa Indonesia, (3)

11

11

Page 12: Dian Prasetyoningsih

digunakannya kosakata khusus bidang perbatikan, (4) digunakannya nada santai dan

akrab.

Apriyani (2000) melakukan penelitian mengenai iklan berjudul Gaya Bahasa

dalam Iklan Berbahasa Jawa di Media Radio. Berdasarkan penelitian tersebut

Apriyani mennyimpulkan bahwa gaya bahasa yang digunakan dalam iklan berbahasa

Jawa di radio sangat beragam disesuaikan dengan fungsi dan efek yang ditimbulkan

oleh gaya bahasa tersebut. Penggunaannya ditekankan pada gaya bahasa yang

berbahasa Jawa untuk memperindah, mempertegas, menyangatkan, menonjolkan

bagian-bagian tertentu yang dipentingkan, menggugah simpati, serta memperjelas

penggambaran suatu hal.

Hosidah (2001) dalam skripsinya yang berjudul Pilihan Bahasa dalam Ranah

Pasar Masyarakat Tutur Dialek Banyumas. Berdasarkan penelitian ini ditemukan

bahwa pilihan bahasa pada penjual dan pembeli di pasar Bukateja, Kecamatan

Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Karesidenan Banyumas pada saat berkomunikasi

pada proses jual beli adalah menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumas dengan

ragam ngoko lugu, ngoko alus, dan krama lugu, serta bahasa Indonesia. Karakteristik

pilihan bahasanya adalah sering digunakannya alih kode dan campur kode dalam

percakapan sehari-hari maupun dalam proses jual beli baik sengaja maupun tidak

sengaja untuk mencapai tujuan komunikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih

kode dan campur kode pada bahasa penjual dan pembeli dalam proses jual beli adalah

(1) mempengaruhi pembeli, (2) tawar menawar, (3) penjual dan pembeli tidak senang

12

Page 13: Dian Prasetyoningsih

(marah), (4) mencela, (5) penjual tertarik melihat barang dagangan, (6) meyakinkan

pembeli.

Sementara itu, Suseno (2001) meneliti Pilihan Bahasa Warga FBS UNNES”.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa variasi pilihan bahasa yang digunakan

oleh warga FBS UNNES sebagai masyarakat multilingual adalah variasi tunggal

bahasa, alih kode dan campur kode. Variasi tunggal bahasa terjadi dalam komunikasi

antarmahasiswa, antara mahasiswa dengan dosen, antardosen, antara dosen dengan

karyawan, dan antarkaryawan. Faktor yang mempengaruhi adalah partisipan, situasi,

tujuan, fungsi interaksi dan topik pembicaraan. Campur kode terjadi dalam

komunikasi antara dosen dengan mahasiswa, antarmahasiswa, antardosen, dan antara

mahasiswa dengan karyawan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi ini

adalah partisipan, situasi, tujun, dan fungsi interaksi, topik pembicaraan dan

kebiasaan. Karakteristik pemakaian bahasa oleh warga FBS adalah banyak

digunakannya variasi alih kode dan campur kode dalam pertuturan sehari-hari

antarwarga.

Muslihudin (2001) dalam skripsinya yang berjudul Gaya Bahasa Retoris

dalam Iklan Berbahasa Jawa di Televisi menyimpulkan bahwa terdapat lima puluh

iklan yang mengandung gaya bahasa retoris: aliterasi, asonansi, asindenton,

hiperbola, erotesis. Yang berefek terhadap pola kalimat dalam iklan tersebut.

Penelitian lain tentang pilihan bahasa telah dilakukan oleh Cholissibah (2002)

dalam skripsi yang berjudul Pilihan Bahasa Para Pedagang Etnik Cina di Pasar

Banjarsari Pekalongan. Pilihan bahasa yang digunakan oleh para pedagang etnik

13

Page 14: Dian Prasetyoningsih

Cina dan pembeli di pasar Banjarsari pada saat transaksi jual beli adalah variasi

pilihan tunggal bahasa, alih kode, campur kode. Bahasa yang digunakan sebagai

pilihannya meliputi bahasa Jawa dialek Pekalongan dengan ragam ngoko lugu, ngoko

alus, krama lugu, serta bahasa Indonesia. Faktor yang mempengaruhi (1) perasaan

jengkel penjual kepada pembeli, (2) perasan jengkel pembeli kepada penjual, (3)

penjual ingin mempengaruhi pembeli, (4) penjual berkilah kepada pembeli, (5) terjadi

tawar-menawar dalam transaksi jual beli.

Peni (2002) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Perlokusi Wacana

Iklan Obat di Televisi” menyimpulkan (1) wujud tindak tutur perlokusi berdasarkan

cara penyampaiannya yaitu tindak tutur perlokusi langsung dan tindak tutur perlokusi

tidak langsung; (2) tingkat tindak tutur perlokusi wacana iklan obat di televisi, yaitu

perlokusi tingkat tinggi, perlokusi sedang, perlokusi rendah, dan perlokusi gagal; dan

(3) efek psikologis yang dirasakan oleh pemirsa setelah menyaksikan iklan obat di

televisi adalah wajar, terharu, menyenangkan, dan benci.

Haryati (2003) dalam skipsinya yang bejudul Tindak Tutur dalam Wacana

Iklan Berbahasa Indonesia di Radio Swasta Semarang menyimpulkan bahwa tindak

tutur yang digunakan dalam iklan berbahasa Indonesia antara lain tindak tutur lokusi,

ilokusi, dan perlokusi. Aspek situasi tutur dalam pemakaian tindak tutur didominasi

oleh tujuan tuturan pembuat iklan yaitu berusaha mempengaruhi calon konsumen

atau pendengar agar menggunakan produk yang ditawarkan. Kategori cara

penyampaian iklan meliputi iklan pernyataan, kealatan, peyakinan, pemasaran,

ajakan, nasehat, dan gabungan dari dua atau lebih kategori cara penyampaian iklan.

14

Page 15: Dian Prasetyoningsih

Berpijak dari pustaka beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut,

ditemukan adanya peluang yang belum diteliti secara khusus, salah satunya adalah

jenis pilihan bahasa yang digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio.

Oleh karena itu, penelitian ini selain untuk melengkapi penelitian-penelitian tentang

wacana iklan khususnya yang berbahasa Jawa di radio juga memiliki kajian yang

berbeda. Dengan demikian penelitian pilihan bahasa yang terdapat pada wacana iklan

berbahasa Jawa di radio perlu untuk dilakukan, sehingga dapat melengkapi hasil

penelitian sosiolinguistik sebelumnya.

2.2 Landasan Teoretis

Konsep-konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: (1)

Masyarakat bahasa (2) kedwibahasaan, (3) variasi bahasa, (4) pilihan bahasa: alih

kode dan campur kode, (5) iklan, (6) jenis-jenis iklan, (7) wacana, (8) wacana iklan,

dan (9) kategori cara penyampaian iklan.

2.2.1 Masyarakat Bahasa

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari penutur sebagai

pengirim pesan kepada mitra tutur sebagai penerima pesan melalui saluran berupa

sistem tanda yaitu bahasa. Komunikasi ini berhasil apabila penerima pesan melalui

pesan dapat menerima pesan seperti yang ada dalam pikiran pengirim pesan tersebut.

Bahasa sebagai alat komunikasi hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Masyarakat ini terbagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan tempat daerah asal,

15

Page 16: Dian Prasetyoningsih

profesi, pekerjaan, usia, jenis kelamin, status sosial, dan sebagainya. Setiap kelompok

masyarakat mempunyai bahasa yang khas yang membedakan dari kelompok lain.

Akan tetapi, anggota setiap kelompok biasanya menggunakan bentuk bahasa yang

sama serta mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian

bahasa. Seperti yang dikemukakan Kartomihardja (dalam Cholissibah, 2002:16)

bahwa masyarakat dalam mengatur warganya berinteraksi dalam kehidupan

bermasyarakat menyediakan berbagai pedoman yang berupa adat istiadat, norma,

nilai, dan berbagai peraturan yang ditetapkan bersama oleh anggota masarakat yang

bersangkutan untuk digunakan dan dipatuhi bersama. Jadi dapat dikatakan kelompok

tersebut telah membentuk suatu masayarakat tutur.

Lebih lanjut Chaer dan Agustina (2004: 36) mengemukakan bahwa kalau

suatu kelompok orang atau masyarakat mempunyai verbal repertoire yang relatif

sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma

pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu adalah sebuah

masayarakat tutur.

Alwasilah menyatakan bahwa masyarakat bahasa terbentuk karena adanya

saling pengertian (mutual intelligibility), terutama karena adanya persamaan kode-

kode linguistik.

2.2.2 Kedwibahasaan

Istilah kedwibahasaan dalam bahasa Inggris disebut juga bilinguialism

(bilingualisme). Istilah tersebut secara harfiah dapat dipahami maksud dari

16

Page 17: Dian Prasetyoningsih

bilingualisme, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa.

Secara umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang

penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey, 1962: 73,

Fishman, 1975: 73 dalam Chaer dan Agustina, 2004: 84).

Sependapat dengan Chaer dan Agustina, Tarigan (1998: 2) menyatakan bahwa

kewdibahasaan adalah perihal pemakaian dua bahasa seperti pemakaian bahasa

daerah di samping bahasa nasional.

Weinrich (dalam Rusyana, 1989: 1) menerangkan bahwa kedwibahasaan

sebagai praktek penggunaan dua bahasa secara berganti-ganti. Kemudian pengertian

tersebut diperluas lagi dalam bahasa yang digunakan, sehingga kedwibahasaan

mencakup bukan saja penggunaan dua buah bahasa yang berbeda melainkan juga

penguasaan dialek-dialek dari bahasa yang sama, atau ragam-ragam dari dialek yang

sama.

Sedangkan Einar Haugen (1966 dalam Kushartanti, 2005: 58) mengartikan

bahawa kedwibahasaan sebagai kemampuan (seseorang) menghasilkan tuturan yang

lengkap dan bermakna bahasa lain.

Sehubungan dengan hal tersebut (Hammers dan Blanc: 1998 dalam

Kusharyanti, 2005: 28) menyatakan bahwa kedwibahasaan adalah suatu konsep yang

mencakup konsep bilingualitas dan juga keadaan yang menggambarkan terjadinya

kontak bahasa di antara sebuah masyarakat bahasa tertentu dengan masyarakat bahasa

lainnya. Dewasa ini kedwibahasaan mencakup pengertian yang luas: dari penguasaan

sepenuhnya atas dua bahasa hingga pengetahuan minimal akan bahasa kedua.

17

Page 18: Dian Prasetyoningsih

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kedwibahasaan merupakan penggunaan dua bahasa secara bergantian oleh seseorang

untuk menghasilkan sebuah tuturan.

2.2.3 Variasi Bahasa

Bahasa hidup dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini disebabkan bahasa

merupakan sistem dan subsistem yang sama oleh semua penutur bahasa itu. Bahasa

dalam masyarakat digunakan dapat dipakai oleh penutur bahasa yang heterogen dan

mempunyai latar belakang pemakaian yang berbeda-beda. Keragaman pemakaian ini

mengakibatkan terbentuknya variasi bahasa dalam masyarakat. Chaer dan Agustina

(2004: 61) mengungkapkan bahwa variasi bahasa bukan saja disebabkan masyarakat

penuturnya yang heterogen tetapi juga karena keragaman interaksi sosial yang

dilakukan oleh penutur bahasa sehingga menimbulkan variasi bahasa. Karena bahasa

merupakan media komunikasi yang dinamis, yang menyesuaikan aspek sosial

pemakainya (the users) dan pemakaiaannya (the uses) (Suhardi dalam Kushartanti,

2005: 47).

2.2.4 Pilihan Bahasa

Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari komunikasi. Komunikasi

merupakan suatu proses yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur.

Dalam masyarakat yang bilingual bahkan multilingual banyak sekali bahasa

dan ragam bahasa yang cocok dan sesuai untuk digunakan dalam komunikasinya.

18

Page 19: Dian Prasetyoningsih

Masyarakat biasanya menghadapi masalah dalam pemilihan bahasa. Hal ini

disebabkan banyaknya ragam bahasa yang ada dan heterogennya masyarakat pemakai

bahasa itu.

Situasi kebahasaan masyarakat yang bilingual dan multilingual mengharuskan

masyarakat untuk mempertimbangkan berbagai faktor dalam melakukan pemilihan

bahasa. Rusyana (1989: 34) menjelaskan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

pemilihan bahasa, yaitu partisipan, situasi, isi pembicaraan dan fungsi serta tujuan

interaksi. Pada partisipan berkaitan dengan penguasaan bahasa, status sosial ekonomi,

usia, jenis kelamin, kedudukan, pendidikan, latar belakang etnis, hubungan

kekerabatan, keakraban, relasi kekuasaan, sikap terhadap bahasa, tekanan dari luar,

dan sebagainya; situasi berkaitan dengan tempat; kehadiran ekabahasa berkaitan

dengan topik dan jenis kosa kata; sedangkan fungsi interaksi berkaitan dengan tujuan

menaikkan status, menciptakan jarak sosial, mengecualikan seseorang, meminta atau

memohon.

2.2.4.1 Alih Kode

Dalam kamus Linguistik diberikan gambaran pengertian alih kode sebagai

penggunaan variasi bahasa lain atau bahasa lain untuk menyesuaikan diri dari peranan

dan situasi lain atau karena adanya situasi yang lain (Kridalaksana, 1995: 17).

Kushartanti (2005: 59) mengartikan alih kode (code-switching) yakni

penggantian bahasa dalam bertutur secara bergantian. Alih kode disebabkan oleh

beberapa hal, antara lain karena orang yang bersangkutan berlatih menggunakan

19

Page 20: Dian Prasetyoningsih

suatu bahasa tertentu atau karena kurangnya kata atau istilah dalam salah satu bahasa

yang dikuasainya untuk mengungkapkan gagasannya.

Pengertian alih kode yang lain adalah dikarenakan pemakaian lebih dari satu

bahasa dengan variasinya. Alih kode bukan merupakan alih kode leksikon, melainkan

alih tutur yang dalam hal ini mempunyai batas paling kecil dalam tataran kalimat

(Poedjosoedarmo, 1979: 7). Komponen atau unsur-unsur yang terlibat dalam alih

kode, antara lain: (1) bahasa sebagai unsur yang utama, (2) variasi bahasa, (3) ragam

bahasa, (4) dialek, (5) serta register dan tema atau pokok pembicaraan.

Ada beberapa ciri alih kode seperti yang dikemukakan oleh Poedjosoedarmo

(1979: 8) antara lain: (1) alih kode merupakan penggunaan dua bahasa atau dua vaiasi

bahasa secara bergantian yang masing-masing daerah atau variasinya menunjukkan

fungsinya sendiri, (2) alih kode ditandai oleh dua, yaitu masing-masing bahasa masih

mendukung fungsi masing-masing bahasa, masih mendukung fungsi-fungsi bahasa

tersendiri sesuai dengan konteksnya dan fungsinya masing-masing bahasa

disesuaikan dengan perubahan konteksnya. Alih kode dapat terjadi pada masyarakat

bilingual yang mengenal variasi bahasanya, (3) alih kode hanya terjadi pada diri

seorang penutur yang dwibahasa.

Chaer dan Agustina (2004: 108) merumuskan penyebab terjadinya alih kode

secara umum, yakni: (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3)

perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke

informal atau sebaliknya, (5) perubahan topik pembicaraan.

20

Page 21: Dian Prasetyoningsih

Kushartanti (2005: 59) menyatakan bahwa alih kode disebabkan oleh

beberapa hal, antara lain karena orang yang bersangkutan berlatih menggunakan

suatu bahasa tertentu dalam membicarakan suatu pokok pembicaraan tertentu atau

karena kurangnya kata atau istilah dalam salah satu bahasa yang dikuasainya untuk

mengungkapkan gagasannya.

2.2.4.2 Campur Kode

Batasan campur kode dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Suwito

(1983: 75) menyatakan bahwa dalam kondisi yang masih dalam campur kode

merupakan disurgensi kebahasaan yang unsurnya dari beberapa bahasa yang masing-

masing meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya.

Menurut Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115-116) menyatakan

bahwa campur kode terjadi apabila suatu peristiwa tutur klausa-klausa maupun frasa-

frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing-maing klausa

mendukung fungsi masing-masing. Seorang penutur yang dalam berbahasa saling

menyelipkan bahasa-bahasa lain biasanya disebut dengan campur kode.

Nababan (1993: 32) menyatakan apabila seseorang mencampur dua atau tiga

lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act) tanpa ada

sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa dinamakan

campur kode.

21

Page 22: Dian Prasetyoningsih

2.2.5 Iklan

Arens (dalam Noviani, 2002:22) mengemukakan iklan adalah struktur

informasi dan susunan komunikasi nonpersonal yang biasanya dibiayai dan bersifat

persuasif, tentang produk-produk (barang, jasa, dan gagasan) oleh sponsor yang

teridentifikasi, melalui berbagai macam media.

Sependapat dengan Arens, Lee dan Johnson (2004:3) menyatakan bahwa

iklan merupakan komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan

produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media

bersifat misal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan

langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum.

Sementara itu Jefkins (1997: 5) menyatakan bahwa iklan merupakan pesan-

pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang

paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-

murahnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:332) iklan memiliki dua

pengertian sebagai berikut:

1. Berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tentang

benda dan jasa yang ditawarkan.

2. Pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual,

dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) dan media

elektronik.

22

Page 23: Dian Prasetyoningsih

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklan

merupakan sarana promosi atau cara menjual melalui penyebaran informasi bagi

perorangan, kelompok, pengusaha, lembaga pemerintah untuk menyampaikan pesan-

pesan yang bersifat persuasif kepada khalayak ramai yang memiliki tujuan mencari

keuntungan melalui media massa baik cetak maupun elektronik.

Menurut Madjadikara (2004:17) iklan dibedakan menjadi 3 jenis, yakni (1)

iklan komersial, (2) iklan nonkomersial, dan (3) iklan corporate, yakni sebagai

berikut:

Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan mendukung kampanye pemasaran

suatu produk atau jasa; iklan nonkomersial adalah iklan yang bertujuan menjual

gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat (public service). Iklan

ini biasa disebut juga dengan iklan layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat

atau iklan nonkomersial ini biasanya berupa ajakan atau himbauan kepada

masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan

umum atau mengubah suatu kebiasaan atau perilaku masyarakat “yang tidak baik”

supaya menjadi lebih baik, misalnya masalah pembuangan sampah, keluarga

berencana, berlalu-lintas dengan tertib, berhenti merokok, menghindari AIDS, “say

no to drugs” dan sebagainya; iklan corporate adalah iklan yng bertujuan membangun

citra (image) suatu perusahaan yang pada akhirnya tentu diharapkan juga membangun

citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.

Menurut Jefkins (1997:39) iklan dibagi menjadi 7 jenis, yaitu (1) iklan

konsumen (consumer advertising), (2) iklan bisnis ke bisnis atau iklan antarbisnis

23

Page 24: Dian Prasetyoningsih

(business to business advertising), (3) iklan perdagangan (trade advertising), (4) iklan

eceran (retail advertising), (5) iklan keuangan (financial advertising), (6) iklan

rekruitmen (recruitment advertising).

Iklan konsumen (consumer advertising) adalah adalah iklan yang ditujukan

langsung pada konsumen karena diminati secara luas (banyak lapisan sosial atau

kelompok sosial dalam masyarakat) selain itu karena konsumen membutuhkannya;

iklan bisnis ke bisnis (business to business advertising) adalah iklan yang berfungsi

untuk mempromosikan barang-barang dan jasa non-konsumen. Dan produk yang

diiklankan adalah barang setengah jadi atau barang antara harus diolah atau menjadi

unsur produksi; iklan perdagangan (trade advertising) adalah iklan yang ditujukan

kepada kalangan distributor, pedagang-pedagang kulakan besar, para agen, eksportir/

importir, dan para pedagang besar dan kecil; iklan eceran (retail advertising) adalah

iklan yang dibuat dan disebarluaskan oleh pihak pemasok atau perusahaan/ pabrik

pembuat produk, dan iklan itu biasanya ditempatkan di semua lokasi (toko, gerai

penjualan) yang menjual produk tadi kepada para konsumen; iklan keuangan

(financial advertising) adalah iklan yang biasanya digunakan untuk menghimpun

dana pinjaman atau menawarkan modal, baik dalam bentuk asuransi, penjualan

saham, surat obligasi, surat utang, atau dana pensiun; iklan rekruitmen (recruitment

advertising) adalah iklan yang bertujuan merekrut calon pegawai dan bentuknya

antara lain iklan kolom yang menjanjikan kerahasiaan pelamar atau iklan selebaran

biasa.

24

Page 25: Dian Prasetyoningsih

Menurut Lee dan Johson (2004: 4-10) iklan dibagi menjadi 9 jenis, yaitu (1)

iklan produk, (2) iklan eceran, (3) iklan korporasi, (4) iklan bisnis-ke-bisnis, (5) iklan

politik, (6) iklan direktori, (7) iklan respon langsung, (8) iklan pelayanan masyarakat,

dan (9) iklan advokasi, yakni sebagai berikut:

Iklan produk adalah iklan yang memfokuskan pengeluaran atau belanja untuk

produk, baik itu produk untuk kampanye pemasaran atau penjualan; iklan eceran

adalah iklan yang bersifat lokal dan berfokus pada toko, tempat dimana beragam

produk dapat dibeli atau di mana jasa ditawarkan; iklan korporasi adalah iklan yang

berfungsi untuk membangun identitas korporasi atau untuk mendapatkan dukungan

publik terhadap sudut pandang organisasi; iklan bisnis-ke-bisnis adalah iklan yang

ditujukan kepada para pelaku industri, para pedagang perantara, serta para

professional; iklan politik adalah iklan yang biasanya digunakan para politisi untuk

menarik atau membujuk masyarakat agar memilih mereka; iklan direktori adalah

iklan yang biasanya dirujuk oleh konsumen untuk menemukan cara membeli sebuah

produk atau jasa; iklan respon langsung adalah adalah iklan yang melibatkan

komunikasi dua arah di antara pengiklan dan konsumen. Iklan ini biasanya

menggunakan sembarang media periklanan (pos, televisi, koran, atau majalah) dan

konsumen dapat menanggapinya lewat pos, telepon, atau faks; iklan pelayanan

masyarakat adalah iklan yang dirancang untuk beroperasi untuk kepentingan

masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat; iklan advokasi adalah

iklan yang berkaitan dengan penyebaran gagasan-gagasan dan klasifikasi isu sosial

yang kontroversial dan menjadi kepentingan masyarakat.

25

Page 26: Dian Prasetyoningsih

Menurut Kasali (1995: 26) iklan menurut media dibagi menjadi tiga jenis,

yaitu (1) iklan dalam media televisi, (2) iklan dalam media bioskop, dan (3) iklan

dalam media radio.

Suhandang (2005: 45) memberikan pengertian yang berbeda, yakni membagi

iklan dari segi penjualan barang dan jasa, iklan dari segi penampilannya.

Berdasarkan penjualan barang dan jasa iklan dibagi menjadi tiga, yakni: (1)

iklan berbentuk pioneering, yakni iklan yang digunakan untuk memperkenalkan

produk baru dengan menceritakan tentang produknya, dari apa produk itu dibuat, dan

di mana dapat diperoleh dengan menggunakan kunci utama memberitahukan target

pasar secara informatif, (2) iklan competitive, yakni iklan yang mempromosikan ciri-

ciri khusus dan keuntungan penggunannya dari barang atau jasa yang ditawarkan.

Bentuk iklan competitive yang lebih efektif adalah bersifat komparatif yakni

memperlihatkan nilai lebih suatu barang atau jasa hasil produksinya dibanding

dengan produksi perusahaan saingannya. Contoh iklan competitive yakni iklan sepeda

motor Jupiter (Jupiter: cepat, lincah, irit. Yang lain pasti ketinggalan!!!), (3) iklan

reminder, yakni iklan yang bersifat menguatkan, digunakan untuk memperkuat

pengetahuan sebelumnya akan sesuatau produk.

Iklan bila ditinjau dai segi penampilannya, yakni antara lain: (1) price

advertising, yaitu iklan yang tampil dengan lebih menonjolkan harga barang atau jasa

yang ditawarkan, (2) quality advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan

mutu dari barang atau jasa yang ditawarkan, (3) brand advertising, yaitu iklan yang

tampil dengan menonjolkan merk atau logo dari barang atau jasa yang ditawarkan, (4)

26

Page 27: Dian Prasetyoningsih

prestige advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan prestise orang yang

menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan.

Iklan yang disiarkan melalui media radio berdasarkan tujuannya dapat

digolongkan menjadi dua jenis, yakni (1) iklan perniagaan, dan (2) iklan

pemberitahuan tentang lowongan pekerjaan, informasi kesehatan, tender, dan

sebagainya (Omar dalam Mulyana, 2005: 64).

Dari segi cara penyampaian, iklan dikelompokan berdasarkan kaidah retorika

yang digunakan oleh iklan yang bersangkutan. Menurut Asmah (1984: 40-43 dalam

Haryati, 2003:27) retorika iklan mencakup beberapa kategori, sebagai berikut.

a) Iklan yang menggunakan pernyataan. Cirinya adalah iklan ini semata-mata hanya

memberitahu keberadaan barang yang diproduksi.

b) Iklan yang menggunakan perkaitan konsep. Cirinya adalah iklan jenis ini

mengaitkan jenis barang dengan konsep yang asing sama sekali dari ciri, sifat,

upaya, atau mekanisme barang yang diiklankan.

c) Iklan yang menggunakan kealatan. Cirinya adalah iklan jenis ini memberikan

pesan dengan menggunakan kategori kealatan, yakni dengan menggunakan kata

dengan.

d) Iklan yang menggunakan kategori pemasaran. Cirinya adalah iklan jenis ini

memperlihatkan bahwa sasaran mesra dengan barang yang diiklankan.

e) Iklan yang menggunakan kategori peyakinan. Cirinya adalah iklan ini mencoba

meyakinkan sasaran tentang dirinya sendiri atau tentang barang yang diiklankan.

27

Page 28: Dian Prasetyoningsih

f) Iklan yang menggunakan reorika kenal pasti. Cirinya adalah iklan ini secara tidak

langsung mengenalpastikan sasaran dengan barang yang diiklankan.

g) Iklan yang menggunakan retorika perbandingan. Cirinya adalah iklan jenis ini

menunjukkan kelebihan dengan barang lain yang sejenis.

h) Iklan yang menggunakan retorika pernyataan. Cirinya adalah iklan ini

mempromosikan barang dan jasa dengan bertanya kepada masyarakat sasaran.

i) Iklan yang menggunakan retorika peringatan. Cirinya adalah iklan jenis ini

mengingatkan sasaran tentang suatu peristiwa yang memerlukan pemakaian

barang yang diiklankan.

j) Iklan yang menggunakan retorika suruhan. Cirinya adalah iklan jenis ini berisi

suruhan dan sangat jelas mempromosikan barang agar barang tersebut laku,

misalnya dengan kata ayolah, cobalah, dsb.

k) Iklan yang menggunakan retorika larangan. Cirinya adalah iklan jenis ini jelas

melarang sasaran berbuat sesuatu di luar yang dikehendaki oleh pengeluar barang,

misalnya penggunaan kata janganlah, hindarilah, dsb.

l) Iklan yang menggunakan retorika ajakan. Cirinnya adalah iklan yang berisi

ajakan, penghasil atau perusahaan yang memproduksi barang mengajak sasaran

ke tujuan yang diiinginkan. Misalnya penggunaan kata cobalah, lakukanlah,

pakailah, dan sebagainya.

m) Iklan yang menggunakan retorika nasehat. Cirinya adalah iklan ini berisi nasehat,

yakni menasehati sasaran untuk berbuat seperti yang diinginkan si produsen.

28

Page 29: Dian Prasetyoningsih

n) Iklan yang menggunakan retorika gabungan yaitu iklan yang menggunakan dua

retorika, tiga atau empat retorika. Cirinya adalah dalam satu iklan berisi dua atau

lebih retorika.

Lee dan Johnson (2004: 10) menyatakan bahwa fungsi iklan antara lain, yakni:

1. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi’; ia mengomunikasikan

informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualannya. Ia memberitahu konsumen

tentang produk-produk baru.

2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “persuasif”; ia mencoba membujuk para

konsumen untuk membeli merk-merk tertentu atau mengubah sikap mereka

terhadap produk atau perusahaan tersebut.

3. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “pengingat”; ia terus-menerus

mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap

membeli produk yang diiklankan tanpa memedulikan merk pesaingnya.

Dari beberapa definisi iklan di atas, maka yang akan digunakan sebagai acuan

dalam penelitian yakni definisi iklan menurut Suhandang dengan pertimbangan:

1. Ragam dan definisi iklan jelas.

2. Ragam iklan yang diberikan tidak terlalu banyak sehingga tidak membingungkan

peneliti maupun pembaca.

3. Ragam iklan beserta definisi yang diberikan oleh orang lain telah banyak

digunakan dalam sebuah penelitian, misalnya definisi iklan oleh Madjadikara.

29

Page 30: Dian Prasetyoningsih

2.2.6 Wacana

Tarigan (1987: 27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang

paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi

yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat

disampaikan secara lisan atau tertulis.

Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan utuh. Satuan ide atau pesan

yang disampaikan akan dapat dipahami pendengar atau pembaca tanpa keraguan, atau

tanpa merasa adanya kekurangan informasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam

wacana itu (Chaer dan Agustina, 1994: 272).

Hartono (2000: 18) mengungkapkan bahwa wacana adalah satuan kebahasaan

yang unsurnya terlengkap, tersusun oleh kata, frase, kalimat atau kalimat-kalimat,

baik lisan maupun tulis yang membentuk suatu pengertian yang serasi dan terpadu,

baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.

Pengertian tersebut mendukung gagasan bahwa sebuah wacana merupakan

satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terebesar

dalam hierarki gramatikal. Namun, dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan

yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase,

bahkan kata yang membawa amanat lengkap (Kridalaksana, 1995: 231).

Sedangkan Yuwono (2005: 92) menyatakan bahwa wacana adalah kesatuan

makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa karena sebagai bangun

bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana berhubungan secara padu dan

terikat pada konteks.

30

Page 31: Dian Prasetyoningsih

Berdasarkan pendapat di atas yang dimaksud wacana adalah satuan bahasa

terlengkap, utuh, yang memiliki ide atau pesan yang disampaikan secara lisan atau

tulisan dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.

2.2.7 Wacana Iklan

Iklan merupakan sarana promosi atau cara menjual melalui penyebaran

informasi bagi perorangan, kelompok, pengusaha, lembaga pemerintah untuk

menyampaikan pesan yang bersifat persuasif kepada khalayak ramai yang memiliki

tujuan untuk mencari keuntungan melalui media massa baik cetak maupun elektronik.

Sedangkan wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, utuh, yang memiliki

ide atau pesan yang disampaikan secara lisan atau tulisan dan dapat dipahami oleh

pendengar atau pembaca.

Dengan demikian yang dimaksud wacana iklan yakni, sarana promosi bagi

khalayak ramai yang disampaikan secara lisan atau tertulis sehingga dapat dipahami

oleh pendengar atau pembaca.

31

Page 32: Dian Prasetyoningsih

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan penelitian

teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan penelitian secara teoretis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiolinguistik, yaitu pendekatan

yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang dialami dilihat dari segi sosial

masyarakat pemakai bahasa karena sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang

mengkaji tentang bahasa berkaitan dengan penggunaannya dalam masyarakat (Chaer

dan Agustina 2004: 2). Pendekatan ini digunakan karena yang menjadi objek dalam

penelitian ini adalah iklan berbahasa Jawa.

Pendekatan penelitian secara metodologis dalam penelitian ini adalah

pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang

berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka tetapi berupa kualitas bentuk-

bentuk variabel yang berwujud tuturan sebagai data yang dihasilkan berupa kata-kata

tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu

yang diamati (Moleong, 2004: 248). Lebih lanjut pendekatan kualitatif yang bersifat

deskriptif menurut Bodyan dan Taylor dalam (Moleong, 2004: 3) adalah metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Untuk itu, data

32

Page 33: Dian Prasetyoningsih

yang dianalisis berbentuk deskriptif fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha

mendeskripsikan pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio.

3.2 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa iklan berbahasa Jawa di radio swasta di Semarang.

Wacana yang dimaksud merupakan bentuk bahasa verbal lisan yang berupa lambang-

lambang bahasa.

Sumber data penelitian ini adalah iklan berbahasa Jawa di radio. Radio yang

digunakan sebagai sumber data penelitian adalah radio swasta yang ada di Semarang

meliputi Pop FM, Suara Semarang FM, Gajah Mada FM, dan Kiss FM yang cukup

sering menyiarkan iklan berbahasa Jawa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (1) teknik rekam, (2)

teknik simak, dan (3) teknik catat. Berikut ini penjelasan ketiga teknik tersebut.

1. Teknik Rekam

Setelah mengamati dan menentukan objek yang akan diteliti kemudian

peneliti melakukan perekaman terhadap iklan berbahasa Jawa di radio yaitu merekam

penggunaan bahasa.

2. Teknik Simak

Setelah melakukan perekaman terhadap objek yang akan diteliti, maka

langkah selanjutnya yakni menyimak hasil rekaman. Teknik ini digunakan untuk

33

Page 34: Dian Prasetyoningsih

menyimak variasi bahasa yang digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di

radio.

3. Teknik Catat

Setelah melakukan teknik simak kemudian dilakukan pencatatan (transkripsi),

sehingga data yang semula berwujud lisan menjadi data yang berwujud tertulis. Hasil

pencatatan data penelitian ini disimpan dalam suatu alat yang dinamakan kartu data.

Kartu Data

(1) No. Data

……………..

(2) Nama Iklan

………………………………..

(3) Sumber

………………………………

(4) Konteks:

……………………………………………………………………………………………

….

(5) Penggalan Percakapan:

34

Page 35: Dian Prasetyoningsih

Keterangan:

(1) Kolom pertama berisi nomor data yang akan dianalisis.

(2) Kolom kedua dicantumkan nama iklan.

(3) Kolom ketiga dicantumkan sumber data.

(4) Kolom keempat berisi data yang memuat konteks dalam iklan.

(5) Kolom kelima berisi data yang memuat penggalan percakapan dalam iklan.

3.4 Teknik Analsis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

identifikasi. Teknik identifikasi adalah teknik yang dilakukan dengan cara

menetapkan suatu pilihan bahasa berdasarkan variasi bahasa yang digunakan, dan

kategori cara penyampaiannya.

Kegiatan analisis data tersebut dilakukan dalam empat tahap, yaitu

menyeleksi data, membuat kategorisasi, menafsirkan data, dan menyimpulkan data.

(1) Menyeleksi Data

Data yang telah terkumpul diseleksi sehingga data yang diperoleh memenuhi

kriteria iklan berbahasa Jawa di radio.

(2) Membuat Kategorisasi

Kategorisasi dibuat dari kartu data yang telah ada kemudian dikelompokkan

menurut bagian-bagian yang sekategori.

35

Page 36: Dian Prasetyoningsih

(3) Menafsirkan Data

Pada tahap ini data yang telah dikategorikan kemudian diuraikan dan

diidentifikasi sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

(4) Menyimpulkan Data

Setelah iidentifikasi maka langkah selanjutnya yakni menyimpulkan data.

3.5 Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode informal untuk memaparkan hasil

analisis data, hal ini dilakukan karena penyajian data dalam penelitian ini berupa

perumusan kata-kata. Selain itu, metode informal ini semata-mata langsung

berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada

pemikir-pemikirnya sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat hanya perian bahasa

yang dituturkan (Sudaryanto, 1992: 63).

Pemaparan hasil analisis data dapat dirumuskan menjadi dua, yaitu (1)

kategori cara penyampaian iklan, (2) variasi bahasa Jawa yang terdapat dalam iklan

berbahasa Jawa di radio.

36

Page 37: Dian Prasetyoningsih

BAB IV

PILIHAN BAHASA DALAM WACANA IKLAN BERBAHASA JAWA DI

RADIO

Pada bab ini diketengahkan hasil penelitian mengenai pilihan bahasa dalam

wacana iklan berbahasa Jawa di radio yang terdiri atas: (1) kategori cara

penyampaian iklan dan (2) variasi bahasa Jawa.

4.1 Kategori Cara Penyampaiaan Iklan atau Jenis-jenis Iklan

Kategori cara penyampaian iklan berdasarkan penjualan barang yakni, (1)

iklan pioneering, (2) iklan competitive, (3) iklan reminder. Berikut ini data penelitian

yang dikategorikan pada cara penyampaian iklan.

4.1.1 Iklan Pioneering

Iklan pioneering adalah iklan yang digunakan untuk memperkenalkan produk

baru dengan menceritakan tentang produknya, dari apa produk itu dibuat, dan di

mana dapat diperoleh dengan menggunakan kunci utama memberitahukan target

pasar secara informatif untuk menarik perhatian, meyakinkan, dimana efektifitasnya

tergantung pada keputusan konsumen.

Berikut ini wacana iklan berbahasa Jawa di radio yang termasuk kategori

iklan pioneering:

(1) NAMA IKLAN : SRONGPAS KAPSUL 1

KONTEKS : SEORANG WANITA PAGI-PAGI MENGETUK PINTU

HENDAK MEMBELI SRONGPAS KAPSUL.

37

Page 38: Dian Prasetyoningsih

Bu Rini : “Ah, Bu Sastra kok ngerti wae lo.”‘Ah, Bu Sastra kok tahu saja lo.’

Bu Sastra : “Resepe lak ya manjur lo Jeng. Yen dinggo ngaten-ngaten niku Srongpas dereng enten tandingane lo Jeng. Pokoke ya pring cagak radio, tambah jengking tambah jero sing macul….”‘Resepnya memang manjur lho dik. Kalau di pakai seperti itu Srongpas belum ada tandingannya lho dik. Pokoknya ya pring cagak radio, semakin nungging semakin dalam yang nyangkul....’

(PAK SASTRA KELUAR MENAMBAHKAN APA YANG TELAH DIKATAKAN OLEH BU SASTRA)NARATOR: Saya jelas khasiyatipun. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria.

Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.‘Semakin jelas khasiatnya. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria. Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.’ (WI 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Srongpas kapsul 1 tersebut di atas merupakan iklan pioneering

karena berdasarkan kutipan iklan tersebut memberikan informasi atau

memperkenalkan obat kuat khusus pria dengan merk Srongpas Kapsul lengkap

dengan informasi kegunaan atau khasiatnya, bahan-bahan yang digunakan, dan aturan

minumnya.

Khasiat Srongpas Kapsul ditunjukkan dengan dialog antara Bu Rini dan Bu

Sastra yang dituturkan oleh Bu Sastra, yakni “Resepe lakya manjur lo Jeng. Yen

dinggo ngaten-ngaten niku Srongpas dereng enten tandingane lo Jeng. Pokoke ya

pring cagak radio, tambah jengking tambah jero sing macul….” Sedangkan

informasi mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam Srongpas Kapsul dan aturan

minum dinyatakan oleh narator.

38

Page 39: Dian Prasetyoningsih

(2) NAMA IKLAN : CAMPUR SARI PUYER SEMBILAN BELAS

KONTEKS : SEORANG LELAKI SEDANG MENDENGARKAN

RADIO.

LAKI-LAKI : “Ngrungokake lagu campur sari kuwi jan nglaraske ati.” ‘Mendengarkan lagu campur sari itu memang menenangkan hati.’

SUARA : (RADIO) Yen ing tawang ana lintang….LAKI-LAKI : “Lha contone kaya ngene iki. Wenak dirungokake ora marahi

puyeng neng sirah. Mulane ayo Dimas Diajeng kabeh padha ngrungokake lagu-lagu campur sari persembahan puyer cap sangalas.” ‘Lha contohnya seperti ini. Enak didengarkan tidak membuat pusing kepala. Maka dari itu mari mas mbak semua mendengarkan lagu-lagu campur sari persembahan puyer cap sembilan belas.’

NARATOR : Setiap hari jam lima nganti setengah enem sore saka Irawan jaya Agung di Pop FM Semarang ana ing acara campur sari puyer sembilan belas jan gayeng tenan!‘Setiap hari jam lima sampai setengah enam sore dari Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ada di acara campur sari puyer sembilan belas memang enak sekali!’ (WI 06)

Kutipan iklan Campur Sari Puyer Sembilan belas tersebut di atas merupakan

iklan pioneering karena memperkenalkan acara baru yakni lagu-lagu campur sari

persembahan puyer sembilan belas lengkap dengan informasi acara tersebut di gelar

dan mutu acara tersebut.

Mutu acara tersebut ditunjukkan pada tuturan laki-laki, yakni ngrungokake

lagu campur sari kuwi jan nglaraske ati (mendengarkan lagu-lagu campur sari itu

memang menenangkan hati) selain itu juga terdapat dalam tuturan Wenak

dirungokake ora marahi puyeng neng sirah (enak didengarkan tidak membuat pusing

kepala). Kedua tuturan tersebut menunjukkan bahwa mendengarkan lagu-lagu

39

Page 40: Dian Prasetyoningsih

campur sari membuat hati tenang dan tidak membuat kepala pusing. Sedangkan

informasi mengenai waktu dan tempat digelarnya acara tersebut terdapat dalam

tuturan narator, yakni setiap hari jam lima sampai jam setengah enam sore di radio

Suara Semarang FM.

(3) NAMA IKLAN : SRONGPAS KAPSUL 2

KONTEKS : WANITA 1, 2, 3, DAN 4 SEDANG MEMBICARAKAN

SUAMINYA YANG TELAH MEMBUKTIKAN KHASIAT

SRONGPAS KAPSUL.

WANITA 1 : “Sawise teratur ngombe Srongpas Kapsul yo pring cagak radio. Tambah jengking tambah jero.”‘Setelah teratur minum Srongpas Kapsul ya pring cagak radio. Makin nungging makin dalam.’

WANITA 1, 2, 3, 4 : “Le macul…. (TERTAWA BERSAMA) he…he…he….”‘Mencangkulnya…. (TERTAWA BERSAMA) he…he…he….’

WANITA 2 : “Sanajan sakawan kesel macul nang sawah neng omah nek bengi yo tetep sengkut.”‘Meskipun seharian capek nyangkul di sawah, kalau malam di rumah ya tetap bertenaga.

WANITA 1, 2, 3, 4 : “Nggone macul….” ‘Mencangkulnya….’

NARATOR : Sampun ngertos rahasianipun. Srongpas kapsul obat kuat kuat khusus pria terbuat dari ramuan pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah kekuatan daya tahan pria. Minum srongpas kapsul setiap hari. Obat kuat khusus untuk pria. Rahasia suami agar di puji istri.‘Sudah tahu rahasianya. Srongpas kapsul obat kuat kuat khusus pria terbuat dari ramuan pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah kekuatan daya tahan pria. Minum srongpas kapsul setiap hari. Obat kuat khusus untuk pria. Rahasia suami agar di puji istri.(WI 08) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

40

Page 41: Dian Prasetyoningsih

Kutipan iklan Srongpas kapsul 2 tersebut di atas merupakan iklan pioneering

karena memperkenalkan obat kuat khusus pria dengan merk Srongpas Kapsul

lengkap dengan informasi kegunaan atau khasiatnya, bahan-bahan yang digunakan,

dan aturan minumnya.

Khasiat Srongpas Kapsul ditunjukkan dengan dialog antara wanita 1, 2, 3,

adan 4 yang dituturkan oleh wanita 1, yakni “Sawise teratur ngombe Srongpas

Kapsul yo pring cagak radio. Tambah jengking tambah jero.” Tuturan tersebut

menunjukkan bahwa setelah suami wanita 1 teratur minum Srongpas Kapsul maka

mereka dapat merasakan khasiatnya. Sedangkan informasi mengenai bahan-bahan

yang terkandung dalam Srongpas Kapsul dan aturan minum dinyatakan oleh narator.

(4) NAMA IKLAN : RINGGIT PURWA SUARA SEMARANG

KONTEKS : SEORANG LELAKI BERLAKU SEPERTI DALANG

DENGAN DIIRINGI TEMBANG-TEMBANG JAWA.

LAKI-LAKI : “Sanghyaning para pamirsa dalah para kadang sutrisna ampun kesupen bilih giyaran adicara ringgit purwa sedalu natas lumantar radio pilihane keluarga Suara Semarang FM saben hari rabu wiwit tabuh wolu dalu ngantos tancep kayon. Para dalang ingkang mbeberaken lampahan sampun kondhang. Jagat pakeliran Suara Semarang tansah nggelar cerita-cerita ingkang sae. Ringgit purwa Suara Semarang FM inggih ngawontenaken cangkriman utawi sayembara. Sumangga kula aturi sesarengan midhangetaken giyaran adicara ringgit purwa sedalu natas lumantar radio Suara Semarang.”‘Para pemirsa semua dan dan para saudara pecinta budaya jangan lupa bahwa acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio pilihan keluarga Suara Semarang FM setiap hari rabu mulai jam delapan malam sampai akhir cerita. Para dalang yang membawakan cerita sudah terkenal. Dunia pewayangan Suara Semarang juga mengadakan cerita-cerita yang bagus, wayang kulit Suara Semarang FM juga mengadakan tebakan atau

41

Page 42: Dian Prasetyoningsih

sayembara. Mari saya persilakan bersama-sama mendengarkan acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio Suara Semarang.’.(WI 09) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Ringgit Purwa Suara Semarang tersebut di atas merupakan

iklan pioneering karena memperkenalkan acara baru lengkap dengan waktu yang

telah ditentukan. Dalam kutipan iklan tersebut menunjukkan adanya informasi

mengenai disajikannya cerita-cerita wayang yang dibawakan oleh dalang yang telah

terkenal. Selain itu acara Ringgit Purwa Suara Semarang juga mengadakan

sayembara atau tebak-tebakan.

(5) NAMA IKLAN : SALEP KULIT CAP SANGALAS

KONTEKS : SEORANG LELAKI MENGELUH KARENA

TERSERANG KUTU AIR KEMUDIAN

ISTRINYA MENYARANKAN UNTUK SEGERA

MEMAKAI SALEP KULIT CAP SANGALAS.

LAKI-LAKI : “Salep Kulit cap sangalas?’ ‘Salep Kulit Cap Sembilan belas?’

WANITA : “Iyo. Salep Kulit Cap Sangalas. khasiyate wis hebat kanggone kutu air cepet garing. Gatele yo cepet ilang.”‘Iya. Salep Kulit Cap Sembilan belas, khasiatnya hebat untuk kutu air cepat kering. Gatalnya juga cepat hilang.’

NARATOR : Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal dipun olesi Salep Kulit Cap 19. Salep Kulit Cap sangalas khasiyatipun langkung hebat. Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Sumangga kita mbrasta sedaya penyakit kulit kaliyan Salep Kulit Cap sangalas. Salep Kulit Cap sangalas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.‘Benar. Apabila Anda terserang panu, kurap, kadas, kutu air segera diolesi Salep Kulit Cap Sembilan belas. Salep Kulit Cap

42

Page 43: Dian Prasetyoningsih

Sembilan belas khasiatnya lebih hebat. Tidak terasa perih dan terasa dingin. Untuk kutu air cepat kering dan gatalnya cepat hilang. Mari kita memberantas semua penyakit kulit bersama Salep Kulit Cap Sembilan belas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.’(WI 01) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Khasiat Salep Kulit Cap Sangalas ditunjukkan dengan dialog antara laki-laki

dan wanita, yakni yang dituturkan oleh wanita: “Iyo. Salep Kulit Cap Sangalas.

khasiyate wis hebat kanggone kutu air cepet garing. Gatele yo cepet ilang.” Tuturan

tersebut menunjukkan bahwa wanita tersebut meyakinkan lawan tuturnya untuk

menggunakan Salel Kulit Cap Sangalas karena apabila digunakan untuk mengobati

kutu air cepat kering dan gatalnya cepat hilang. Tuturan wanita tersebut dikuatkan

oleh narator yakni: Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air,

mangga enggal dipun olesi Salep Kulit Cap 19. Salep Kulit Cap sangalas

khasiyatipun langkung hebat. Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun

kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Tuturan narator tersebut

menunjukkan bahwa Salep Kulit Cap Sangalas dapat digunakan untuk mengobati

panu, kurap, kadas, dan kutu air. Dan kelebihan dari Salep Kulit Cap Sangalas adalah

tidak terasa perih dan terasa dingin.

(6) NAMA IKLAN : PUYER CAP SANGALAS

KONTEKS : SEORANG BAPAK SAKIT KEPALA DAN ANAKNYA

SAKIT GIGI KEMUDIAN IBU MENYARANKAN

AGAR MINUM PUYER CAP SANGALAS.

43

Page 44: Dian Prasetyoningsih

IBU : “Walah iki pisan lara untu kok betah. Lha wong ana puyer cap 19 kok bingung!”

‘Alah ini juga sakit gigi kok betah. Lha ada puyer cap sembilan belas kok bingung!’

NARATOR : Bapak-bapak lan ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu, linu ing otot lan sendi utawi sakit bulanan sumangga ngunjuk puyer cap 19 menawi putra-putri panjenengan sakit benter puyer cap 19 ugi saged ngandapaken benter. Saupami panjenengan keganggu amargi sirah ngelu obat sakit kepala cap sangalas.‘Bapak-bapak dan ibu-ibu tidak perlu bingung kalau kepala pusing, nyeri otot dan sendi atau sakit karena datang bulan minum

BAPAK : “Wah bener, sirahku dadi entheng lara untuku ilang.” ‘Wah benar, kepalaku jadi enteng sakit gigiku hilang.’ (WI

04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Puyer Cap Sangalas di atas merupakan iklan pioneering karena

memperkenalkan Puyer Cap Sangalas lengkap dengan informasi khasiat atau

kegunaannya.

Khasiat dari penggunaan Puyer Cap Sangalas ditunjukkan oleh tuturan

narator, yakni: Bapak-bapak lan ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu,

linu ing otot lan sendi utawi sakit bulanan sumangga ngunjuk Puyer Cap Sangalas

menawi putra-putri panjenengan sakit benter puyer cap 19 ugi saged ngandapaken

benter. Saupami panjenengan keganggu amargi sirah ngelu obat sakit kepala cap

sangalas. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa Puyer Cap Sangalas berkhasiat untuk

menyembuhkan sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi, sakit di saat datang bulan,

dan panas untuk anak-anak. Selain itu Puyer Cap Sangalas juga berkhasiat untuk

menyembuhkan sakit gigi yang terdapat dalam tuturan bapak, yakni; “Wah bener,

sirahkku dadi entheng lara untuku ilang.”

44

Page 45: Dian Prasetyoningsih

(7) NAMA IKLAN : ASKAMEX

KONTEKS : SEORANG IBU KEBINGUNGAN KARENA

ANAKNNYA MALAS BERMAIAN DAN BELAJAR.

NARATOR 1: Cacingen, paringi Askamex. Efektif mbrasta cacing. Putra panjenengan dados sehat, aktif, lan semangat sinaunipun.

‘Cacingan, beri Askamex. Efektif memberantas cacing. Anak Anda jadi sehat, aktif, dan semangat belajarnya. (WI 07) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Askamex di atas merupakan iklan pioneeering karena

menunjukkan adanya keuntungan menggunakan produk tersebut. Hal tersebut

ditunjukkan dalam tuturan narator, yakni dengan menggunakan askamex maka

cacingan hilang, anak menjadi sehat, aktif, dan semangat belajar.

(4) NAMA IKLAN : SRONGPAS KAPSUL 3

KONTEKS : SEORANG LELAKI MENGINGATKAN TUKUL

BAHWA ADA JADWAL SELANJUTNYA.

Tukul : “Siap, siap. Arep ngapa wae sedina muput aku siyap. Wis ngombe srongpas tenagaku kedongkrak stamina berlipat.”

‘Siap, siap. Mau apa saja sehari penuh aku siap. Sudah minum srongpas tenagaku terdongkrak stamina berlipat.

……………………..NARATOR : Ya minum srongpas kapsul meningkatkan tenaga dan stamina

Anda. Srongpas kapsul ramuan alami khusus pria. Minum srongpas dua kapsul sebelum tidur malam dan tidur lelap bangun pun segar dongkrak tenaga dan stamina Anda sepanjang hari.

Istri : “Mas, akune durung kramas kok wis push up meneh mas?” ‘Mas, aku belum cuci rambut kok sudah push up lagi mas?’

Tukul : “Srongpas darling, yen ngombe srongpas pengene yo kudu ngegas lan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!”

‘Srongpas darling, kalau minum srongpas inginnya ya ngegas dan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak

45

Page 46: Dian Prasetyoningsih

tenaga. Puas, puas!’ (WI 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Srongpas Kapsul 3 tersebut termasuk dalam iklan pioneering

karena menunjukkan adanya informasi kegunaan produk tersebut yang ditunjukkan

dengan tuturan Tukul, yakni Siap, siap. Arep ngapa wae sedina muput aku siap. Wis

ngombe srongpas tenagaku kedongkrak stamina berlipat maksudnya adalah kalau

sudah minum Srongpas maka sehari penuh bisa beraktivitas apa saja karena stamina

berlipat. Selain itu terdapat pula dalam tuturan narator, yakni kalau setiap hari minum

Srongpas maka tidur bisa lelap dan ketika bangun badan menjadi segar. Srongpas

juga mendongkrak tenaga dan stamina sepanjang hari.

(8) NAMA IKLAN : PUDER TIGA DELAPAN

KONTEKS : LAKI-LAKI 1 BERTANYA PADA LELAKI 2 KARENA

KETIKA LAGU DIPUTAR LELAKI 2 JUSTRU

MEMEGANG KEPALA DAN PIPINYA.

Laki-laki 1 : “Yen sirah mumet, awak pegel linu, untu cekot-cekot cepet ngombe pudel tiga delapan.”

‘Kalau kepala pusing, badan pegal linu, gigi cekot-cekot cepat minum puder tiga delapan.’

(NYANYIAN) : Minum pudel tiga delapan awak sehat dadi sumringah. Minum puder tiga delapan langsung cespleng…. Minum pudel tiga delapan badan jadi segar. Minum puder tiga delapan langsung cespleng....’

NARATOR : Benar sakit kepala, sakit gigi, demam, badan lesu minum puder tiga delapan pasti cespleng. (WI 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

46

Page 47: Dian Prasetyoningsih

Kutipan iklan Pudel Tiga Delapan di atas merupakan iklan pioneering karena

menunjukkan adanya informasi kegunaan produk tersebut, yakni terdapat dalam

nyanyian yang menyatakan bahwa apabila minum puder tiga delapan maka badan

menjadi segar yang kemudian diperkuat narator, yakni apabila sakit kepala, sakit gigi,

demam, badan lesu maka langsung cespleng (cepat sembuh atau menuju ke rasa

sakitnya).

4.1.3 Iklan Reminder

Iklan reminder adalah iklan yang bersifat menguatkan, digunakan untuk

memperkuat pengetahuan sebelumnya akan sesuatau produk.

Berikut ini beberapa kutipan iklan yang termasuk dalam iklan reminder, yakni

sebagai berikut:

(1) NAMA IKLAN : SUARA MERDEKA

KONTEKS : SEORANG LELAKI MENYANYI TENTANG HARIAN

SUARA MERDEKA.

LAKI-LAKI 1 : (MENYANYI) “Esuk sore maca koran. Rame-rame maca Koran. Aja lali, aja nganti ketinggalan. Saben dina beritane ngetutke jaman.”‘Pagi sore baca koran. Ramai-ramai baca koran. Jangan lupa, jangan sampai ketinggalan. Setiap hari beritanya mengikuti jaman.’

LAKI-LAKI 2 : (MENYANYI) “Hai… ya e ya o….”LAKI-LAKI 1 : (MENYANYI) “Suara Merdeka saya misuwur….”

‘Suara Merdeka semakin terkenal....’LAKI-LAKI 2 : (MENYANYI) “Hai… ya e ya o….”LAKI-LAKI 1 : (MENYANYI) “Suara Merdeka rajane koran.”

‘Suara Merdeka rajanya koran....’

47

Page 48: Dian Prasetyoningsih

NARATOR : Para sedulur pancen nyata. Suara Merdeka rajane koran Jawa Tengah. ‘Saudara semua memang nyata Suara Merdeka rajanya koran Jawa Tengah.’(W 03).

Kutipan iklan Suara Merdeka di atas termasuk dalam iklan reminder karena

memperkuat pengetahuan sebelumnya akan suatu produk yakni koran Suara Merdeka

yang telah mencapai posisi terkenal di masyarakat dan dalam tahap pemantapan

keberadaannya. Penguatan yang dimaksud adalah digunakan untuk menjamin

pembaca atau konsumen sehingga menentukan pilihannya dengan benar. Dalam iklan

tersebut di atas mengingatkan para pembaca akan keunggulan Suara Merdeka yang

selalu mengikuti perkembangan jaman dan bahwa Suara Merdeka merupakan raja

koran di Jawa Tengah.

(2) NAMA IKLAN : BPR MRANGGREN MITRA PERSADA

KONTEKS : SEORANG WANITA MEMBERI SARAN KEPADA

PENJUAL BAKSO KELILING AGAR MANGKAL DAN

MEMINJAM UANG DI BPR MRANGGEN MITRA

PERSADA SEBAGAI MODAL.

WANITA : “Ooo… bungane ringan syarate gampang cepet lan aman.” ‘Ooo... bunganya ringan syaratnya mudah dan aman.’ PENJUAL BAKSO : Oh….NARATOR 1 : BPR Mranggen Mitra Persada melayani kredit sampai dengan

dua ratus juta rupiah dengan bunga ringan. Jaminan BPKB mobil atau motor syarat mudah dan cepat.Syarat mudah dan cepat.

NARATOR 2 :BPR Mranggen Mitra Persada kini juga menerima tahara tabungan hari raya yang menguntungkan. Dengan iuran tahara per bulan tiga ratus ribu dalam sepuluh kali iuran Anda akan memeproleh tiga ratus dua puluh juta rupiah. BPR

48

Page 49: Dian Prasetyoningsih

Mranggen Mitra Persada alamat Jl. Banung Rejo 92 telp. (024) 677253 atau 677362. dan telah dibuka BPR Mranggen Mitra Persada cabang Kudus telp. (0291) 22933198. Jl. Agus Salim 22A Kudus (0291) 3315991 Komplek pertokoan A Salim Kudus.

BPR Mranggen Mitra Persada sukses bersama Anda.

Kutipan iklan BPR Mranggen Mitra Persada tersebut di atas merupakan iklan

reminder karena memperkuat pengetahuan sebelumnya yakni mengenai BPR

Mranggen Mitra Persada yang telah mencapai posisi terkenal di masyarakat dan

dalam tahap pemantapan keberadaannya. Penguatan yang dimaksud adalah digunakan

untuk menjamin pembaca atau konsumen sehingga menentukan pilihannya dengan

benar. Dalam iklan tersebut di atas mengingatkan para nasabah akan kecepatan dan

kemudahan dalam layanan kredit.

4.2 Pilihan Bahasa dalam Wacana Iklan Berbahasa Jawa di Radio

Hasil penelitian pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio

menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hasil penelitian

ini terdiri atas: (1) pemakaian tunggal bahasa, (2) pemakaian alih kode, dan (3)

pemakaian campur kode. Ketiga hal tersebut diuraikan sebagai berikut.

4.2.1 Tunggal Bahasa

Pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa menggunakan variasi

tunggal bahasa, yakni penggunaan satu bahasa atau satu ragam bahasa oleh seorang

49

Page 50: Dian Prasetyoningsih

penutur dalam sebuah wacana iklan berbahasa Jawa di radio, yakni bahasa Jawa

ragam ngoko lugu.

(1) Iklan Puyer Cap Sangalas

a. Tunggal Bahasa oleh Ibu

IBU : “Lha rak tenan. Yen wis sirah ngelu bingung to?” ‘Benar kan. Kalau sudah kepala pusing bingung kan!

IBU : “Walah iki pisan lara untu kok betah. Lha wong ana Puyer Cap Sangalas kok bingung!”‘Alah ini juga sakit gigi kok tahan. Ada Puyer Cap Sembilan belas kok bingung!

IBU : “Ya mesthi wae wong nganggo Puyer Cap Sangalas.”‘Ya pasti kan minum Puyer Cap Sembilan belas.’(W 04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

b. Tunggal Bahasa oleh Bapak

BAPAK : “Aduh!” ‘Aduh!’

BAPAK : “Piye to, ana wong lara kok dilokke?” ‘Bagaimana sih, ada orang sakit kok dimarahi?’

BAPAK : “Wah bener, sirahku dadi entheng lara untuku ilang.”‘Wah benar, kepalaku jadi enteng sakit gigiku hilang.’(W 04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Puyer Cap Sangalas di atas merupakan variasi tunggal bahasa

karena hanya menggunakan satu macam bahasa dalam sebuah tuturan ke tuturan yang

lain oleh penutur (Ibu dan Bapak).

(2) Iklan Askamex

IBU : “Aras-arasen dolanan, sinau males.”‘Malas bermain, belajar malas.’

IBU : “Anakku wis ra cacingen.”‘Anakku sudah tidak cacingan.’ (W 07) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

50

Page 51: Dian Prasetyoningsih

Kutipan iklan Askamex di atas merupakan variasi tunggal bahasa karena

hanya menggunakan satu macam bahasa dalam tuturan satu ke tuturan yang lain oleh

penutur (Ibu) yakni bahasa Jawa ragam ngoko lugu.

(3) Iklan Srongpas kapsul 1

Bu Rini : “Bu Sastra, Bu Sastra!” ‘Bu Sastra, Bu Sastra!’

Bu Rini : “Ah, Bu Sastra kok ngerti wae lo.” ‘Ah, Bu sastra kok tahu saja lho.’

Bu Rini : “Ah, Pak Sastra ki.” ‘Ah, Pak Sastra ini.’

Bu Rini : “Wah bojoku saiki tambah lhep tenan….” ‘Wah suamiku sekarang makin lhep benar….’ (W 02)

(Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakan variasi tunggal bahasa

karena hanya menggunakan satu macam bahasa dalam tuturan satu ke tuturan yang

lain oleh penutur (Bu Rini) yakni bahasa Jawa ragam ngoko lugu.

4.2.2 Alih Kode

Pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa selain menggunakan

tunggal bahasa sebagai pilihan bahasa dalam penyajiannya juga menggunakan variasi

lain yaitu alih kode.

Alih kode merupakan peristiwa peralihan satu bahasa ke bahasa lain atau dari

satu ragam ke ragam lain atau penggunaan satu bahasa pada satu keperluan dan

menggunakan bahasa lain ke keperluan yang lain.

51

Page 52: Dian Prasetyoningsih

4.2.2.1 Alih Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa Ragam

Ngoko Lugu

(1) Iklan Srongpas kapsul 1

NARATOR: Ya tangi dhewe! ‘Ya bangun sendiri!’

Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria. (W 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakan peristiwa alih kode. Alih

kode yang terjadi yakni alih kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam

ngoko lugu. Pada kalimat pertama narator menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko

lugu (ya tangi dhewe) kemudian dilanjutkan dengan kalimat kedua yang

menggunakan bahasa Indonesia (Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada

pria).

(2) Iklan Srongpas Kapsul 2

NARATOR: Ya tangi dhewe! Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria.

‘Ya bangun sendiri’Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria. (W 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Tuturan narator pada kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakan

peristiwa alih kode. Peristiwa alih kode yang terjadi yakni alih kode dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu karena pada kalimat pertama

narator menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko lugu (ya tangi dhewe) kemudian

52

Page 53: Dian Prasetyoningsih

dilanjutkan kalimat kedua dengan menggunakan bahasa Indonesia (Srongpas

meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria).

(3) Iklan Srongpas Kapsul 3

Tukul : “Siap, siap. Arep ngapa wae sedina muput aku siap. Wis ngombe Srongpas tenagaku kedongkrak stamina berlipat.”‘Siap, siap. Mau apa saja sehari penuh aku siap. Sudah minum Srongpas tenagaku terdongkrak stamina berlipat.

(SUARA SORAI SORAI PENONTON)Tukul : “Kembali bersama saya cover boy ngganteng Tukul Reinaldi

Arwana….”Tukul : “Tenagaku siap dikuras meneh.”

‘Tenagaku siap dikuras lagi.’Tukul : “Srongpas darling, yen ngombe srongpas pengene yo kudu ngegas

lan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!”

‘Srongpas darling, kalau minum Srongpas inginnya ya harus ngegas dan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Alih kode pada kutipan iklan di atas terjadi pada Tukul. Sebelumnya Tukul

menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko lugu (Siap, siap. Arep ngapa wae sedina

muput aku siap.....................) Kemudian pada kalimat berikutnya Tukul

menggunakan bahasa Indonesia (Kembali bersama saya cover boy ngganteng Tukul

Reinaldi Arwana..............). Kemudian Tukul kembali menggunakan bahasa Jawa

ragam ngoko lugu (tenagaku siap dikuras meneh) dan (Srongpas darling, yen ngombe

srongpas pengene yo kudu ngegas lan siap kerja keras) kemudian beralih

menggunakan bahasa Indonesia pada kalimat selanjutnya (Srongpas kembali

dongkrak tenaga. Puas, puas).

53

Page 54: Dian Prasetyoningsih

4.2.2.2 Alih Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa ragam

Krama Lugu

Iklan Srongpas Kapsul 1

NARATOR: Saya jelas khasiyatipun. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria. Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.

‘Semakin jelas khasiatnya. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria. Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.’ (W 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakan peristiwa alih kode. Alih

kode yang terjadi yakni alih kode bahasa Indonesia ke dalam alih kode bahasa Jawa

ragam krama lugu. Pada kalimat pertama narator menggunakan bahasa Jawa ragam

krama lugu (Saya jelas khasiyatipun) kemudian dilanjutkan kalimat berikutnya

dengan menggunakan bahasa Indonesia (Srongpas kapsul obat kuat khusus pria....

dan seterusnya).

4.2.2.3 Alih Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa Ragam

Krama Alus

Iklan Salep Kulit Cap Sangalas

NARATOR : Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal dipunolesi Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas khasiyatipun langkung hebat. Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Sumangga kita mbrasta

54

Page 55: Dian Prasetyoningsih

sedaya penyakit kulit kaliyan Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.

‘Benar. Apabila Anda terserang panu, kurap, kadas, kutu air, segera diolesi salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas khasiatnya lebih hebat. Tidak terasa perih dan terasa dingin. Untuk kutu air cepat kering dan gatalnya cepat hilang. Mari kita berantas semua penyakit kulit bersama Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas produksi PT. irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.’ (W 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Alih kode pada kutipan iklan Salep Kulit Cap Sangalas di atas terjadi pada

narator. Sebelumnya narator menggunakan bahasa Jawa ragam krama alus (Leres.

Menawi panjenengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal

dipunolesi Salep Kulit Cap Sangalas….dan seterusnya) kemudian pada kalimat

terakhir narator menggunakan bahasa Indonesia (Baca aturan pakai jika sakit

berlanjut hubungi dokter).

4.2.3 Campur Kode

Selain tunggal bahasa dan alih kode, variasi pilihan bahasa lain yang

digunakan dalam wacan iklan berbahasa Jawa di radio adalah campur kode. Campur

kode merupakan peristiwa percampuran dua atau lebih bahasa atau dua ragam bahasa

dalam suatu peristiwa tutur. Wujud campur kode dalam iklan berbahasa Jawa di radio

terdiri atas: (1) campur kode frase bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Jawa

ragam ngoko lugu, (2) campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

55

Page 56: Dian Prasetyoningsih

ragam ngoko lugu, (3) campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

ragam krama lugu, (4) campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

ragam ngoko lugu, (5) campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

ragam krama lugu, (6) campur kode kata bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa

Indonesia, dan (7) campur kode kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa ngoko

lugu.

4.2.3.1 Campur Kode Frase Bahasa Jawa Ragam Krama ke dalam

Bahasa Jawa Ragam Ngoko Lugu

Iklan Srongpas Kapsul 1

Bu Sastra : “Resepe lak ya manjur lo Jeng. Yen dinggo ngaten-ngaten niku Srongpas dereng enten tandingane lo Jeng. Pokoke ya pring cagak radio, tambah jengking tambah jero sing macul….”

‘Resepnya memang manjur lho Dik. Kalau dipakai gitu-gituan itu Srongpas belum ada tandingannya lho Dik. Pokoknya ya pring cagak radio, makin nungging makin dalam yang nyangkul…’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakn peristiwa campur kode.

Campur kode trsebut terdapat pada tuturan bu Sastra. Peristiwa campur kode yang

terjadi pada kutipan iklan di atas yakni campur kode bahasa Jawa ragam krama

(ngaten-ngaten niku Srongpas dereng enten) ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko

lugu.

56

Page 57: Dian Prasetyoningsih

4.2.3.2 Campur Kode Frase Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa

Ragam Ngoko Lugu

(1) Iklan Salep Kulit Cap Sangalas

WANITA : “Wah ya iku sing jenenge kena kutu air. Mbebayani lo Pak! Gek enggal diolesi Salep Kulit Cap Sangalas.”

‘Wah ya itu yang namanya kena kutu air. Berbahaya lho Pak! Segera diolesi Salep Kulit Cap Sembilan Belas.

WANITA : “Iya, Salep Kulit Cap sangalas. khasiyate wis hebat kanggone kutu air cepet garing. Gatele yo cepet ilang.”

‘Iya. Salep Kulit Cap Sembilan Belas. Khasiatnya sudah hebat

untuk kutu air cepat hilang.’ (W 01 Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Kutipan iklan Salep Kulit Cap Sangalas di atas merupakan peristiwa campur

kode. Campur kode yang terjadi yakni campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa ragam ngoko lugu. Frase tersebut yakni kutu air yang terdapat pada

kalimat dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu.

(2) Iklan Campur Sari Puyer Sembilan Belas

NARATOR : Setiap hari jam lima nganti setengah enem sore saka Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ana ing acara Campur Sari Puyer Sangalas jan gayeng tenan!

‘Setiap hari jam lima sampai setengah enam sore dari Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ada di acara Campur sari Puyer Sembilan belas ramai sekali!’ (W 06) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode pada kutipan iklan Campur Sari Puyer Sembilan Belas di atas

terjadi pada narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode frase bahasa

57

Page 58: Dian Prasetyoningsih

Indonesia dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu. Frase tersebut yakni setiap hari dan

di Pop FM Semarang.

(3) Iklan Srongpas Kapsul 3

TUKUL : “Siap, siap. Arep ngapa wae sedina muput aku siap. Wis ngombe Srongpas tenagaku kedongkrak stamina berlipat.”‘Siap, siap. Mau apa saja sehari penuh aku siap. Sudah minum Srongpas tenagaku terdongkrak stamina berlipat.’

TUKUL : “Srongpas darling, yen ngombe Srongpas pengene ya kudu ngegas lan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!” ‘Srongpas darling, kalau minum Srongpas inginya ya harus digas terus dan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode pada kutipan iklan Campur Srongpas Kapsul 3 di atas terjadi

pada narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode frase bahasa Indonesia

dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu. Frase tersebut yakni stamina berlipat dan kerja

keras.

4.2.3.3 Campur Kode Frase Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa

Ragam Krama Lugu

(1) Iklan Salep Kulit Cap Sangalas

a. WANITA : “Wah ya iku sing jenenge kena kutu air. Mbebayani lo Pak! Gek enggal diolesi Salep Kulit Cap Sangalas.” ‘Wah ya itu yang namanya kena kutu air. Berbahaya lho Pak!’

b. NARATOR : Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal dipunolesi Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas khasiyatipun langkung hebat.

58

Page 59: Dian Prasetyoningsih

Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Sumangga kita mbrasta sedaya penyakit kulit kaliyan Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.

Campur kode pada kutipan iklan Salep Kulit Cap Sangalas di atas terjadi pada

wanita dan narator. Campur kode yang terjadi pada wanita dan narator adalah campur

kode dalam bentuk frase bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama lugu

yakni, frase kutu air.

(2) Iklan Puyer Cap Sangalas

NARATOR : Bapak-bapak lan ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu, linu ing otot lan sendi utawi sakit bulanan sumangga ngunjuk Puyer Cap Sangalas menawi putra-putri panjenengan sakit benter Puyer Cap Sangalas ugi saged ngandapaken benter. Saupami panjenengan keganggu amargi sirah ngelu obat sakit kepala Cap Sangalas.

‘Bapak-bapak dan ibu-ibu tidak perlu bingung apabila kepala pusing, nyeri otot dan sendi atau sakit karena datang bulan minum Puyer Cap Sembilan belas apabila putra-putri Anda sakit panas Puyer Cap Sembilan belas juga bisa menurunkan panas. Misalnya Anda terganggu karena kepala pusing obat sakit kepala Cap Sembilan belas.’(W 04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode pada kutipan iklan Puyer Cap Sangalas di atas terjadi pada

narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode frase bahasa Indonesia dalam

bahasa Jawa ragam krama lugu. Frase tersebut yakni sakit kepala.

59

Page 60: Dian Prasetyoningsih

(3) Iklan Ringgit Purwa Suara Semarang

LAKI-LAKI : “Sanghyaning para pamirsa dalah para kadang sutrisna ampun kesupen bilih giyaran adicara Ringgit Purwa sedalu natas lumantar radio pilihane keluarga Suara Semarang FM saben hari Rabu wiwit tabuh wolu dalu ngantos tancep kayon. Para dalang ingkang mbeberaken lampahan sampun kondhang. Jagat pakeliran Suara Semarang tansah ngelar cerita-cerita ingkang sae. Ringgit Purwa Suara Semarang FM inggih ngawontenaken cangkriman utawi sayembara. Sumangga kula aturi sesarengan midhangetaken giyaran adicara ringgit purwa sedalu natas lumantar radio Suara Semarang.”

‘Para pemirsa semua dan para saudara tercinta jangan lupa bahwa acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio pilihan keluarga Suara Semarang FM setiap hari rabu mulai jam delapan malam sampai selesai. Para dalang yang membawakan sudah terkenal. Dunia pewayangan Suara Semarang juga menggelar cerita-cerita yang bagus. Wayang kulit Suara Semarang FM juga mengadakan tebakan atau sayembara. Mari saya persilakan bersama-sama mendengarkan acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio Suara Semarang.’ (W 09) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode pada kutipan iklan Ringgit Purwa Suara Semarang di atas

terjadi pada laki-laki. Campur kode yang terjadi adalah campur kode frase bahasa

Indonesia dalam bahasa Jawa ragam krama lugu. Frase tersebut yakni hari Rabu.

4.2.3.4 Campur Kode Kata Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa

Ragam Ngoko Lugu

(1) Iklan Salep Kulit Cap Sangalas

WANITA : “Iya, Salep Kulit Cap Sangalas khasiyate wis hebat kanggone kutu air cepet garing. Gatele ya cepet ilang.”

60

Page 61: Dian Prasetyoningsih

‘Iya, Salep Kulit Cap Sembilan belas khasiatnya sudah hebat untuk kutu air cepat kering. Gatalnya juga cepat hilang.’ (W 01) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode pada kutipan iklan Salep Kulit Cap Sangalas di atas terjadi pada

narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode kata bahasa Indonesia dalam

bahasa Jawa ragam ngoko lugu. Kata tersebut yakni kata hebat.

(2) Iklan Suara Merdeka

LAKI-LAKI 1 : (MENYANYI) “Esuk sore maca koran. Rame-rame maca koran. Aja lali, aja nganti ketinggalan. Saben dina beritane ngetutke jaman.”

‘Pagi sore baca koran. Ramai-ramai baca koran. Jangan lupa, jangan sampai ketinggalan. Setiap hari beritanya mengikuti jaman.’ (W 03) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode pada kutipan iklan Suara Merdeka di atas terjadi pada narator.

Campur kode yang terjadi adalah campur kode kata bahasa Indonesia dalam bahasa

Jawa ragam ngoko lugu. Kata tersebut yakni kata koran, ketinggalan, dan berita.

(3) Iklan BPR Mranggen Mitra Persada

a. WANITA : “Yah ono yah ene kok isih ider wae. Mbok mangkal to Kang. Pelanggane sampeyan kan wis akeh!”‘Dari dulu sampai sekarang kok masih keliling saja. Mangkal dong Kang. Pelanggan kamu kan sudah banyak!’

b. PENJUAL BAKSO : “Modale ki lo Mbak cupet.”‘Modalnya ini lho mbak kecil.’ (W 05) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode dalam kutipan iklan BPR Mranggen Mitra Persada di atas

terjadi pada wanita, yakni campur kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

61

Page 62: Dian Prasetyoningsih

ragam ngoko lugu. (a) Campur kode terdapat dalam kalimat pertama, yakni mangkal

dan pelanggan yang berasal dari kata bahasa Indonesia, (b) Campur kode terjadi pada

penjual bakso karena adanya percampuran bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

ragam ngoko lugu, yakni adanya penggunaan kata modal yang berasal dari bahasa

Indonesia.

(4) Iklan Campur Sari Puyer Sembilan belas

a. LAKI-LAKI : “Ngrungokake lagu campur sari kuwi jan nglaraske ati.”

‘Mendengarkan lagu campur sari itu memang menenangkan hati.’

b. LAKI-LAKI : “Lha contone kaya ngene iki. Wenak dirungokake ora marahi puyeng neng sirah. Mulane ayo Dimas Diajeng kabeh padha ngrungokake lagu-lagu Campur Sari persembahan Puyer Cap Sangalas.”

‘Nah contohnya seperti ini. Enak didengarkan tidak menyebabkan pusing di kepala. Makanya ayo mas mbak semua dengarkan lagu-lagu campur sari persembahan Puyer Cap Sembilan belas.’

c. NARATOR : Setiap hari jam lima nganti setengah enem sore saka Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ana ing acara Campur Sari Puyer Sangalas jan gayeng tenan!

‘Setiap hari jam lima sampai setengah enam sore dari Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ada di acara Campur sari Puyer Sembilan belas ramai sekali!’ (W 06) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode dalam kutipan iklan Campur Sari Puyer Sembilan belas di atas

terjadi pada wanita, yakni campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

ragam ngoko lugu. (a) Campur kode terdapat dalam kalimat pertama, yakni lagu yang

di ambil dari bahasa Indonesia, (b) Campur kode terjadi karena adanya percampuran

62

Page 63: Dian Prasetyoningsih

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu, yakni adanya penggunaan

kata lagu dan persembahan yang berasal dari bahasa Inonesia. (c) campur kode pada

bagian ketiga terjadi pada narator, yakni adanya percampuran bahasa Indonesia

dengan penggunaan kata acara, dan kata depan di ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko

lugu.

(5) Iklan Srongpas Kapsul 2

WANITA 1: “Sawise teratur ngombe Srongpas Kapsul yo pring cagak radio. Tambah jengking tambah jero.”

‘Setelah teratur minum Srongpas Kapsul ya pring cagak radio. Makin nungging makin dalam.’ (W 08) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode dalam kutipan iklan Srongpas Kapsul di atas terjadi pada

wanita, yakni penggunaaan kata teratur yang berasal dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa ragam ngoko lugu.

(6) Iklan Srongpas Kapsul 3

LAKI-LAKI : “Mas Tukul, dina iki ana jadwal talk show jam wolu lanjut shooting iklan lanjut wawancara karo majalah lan….”

‘Mas Tukul, hari ini ada jadwal talk show jam delapan lanjut shooting iklan lanjut wawancara dengan majalah dan....’

Campur kode dalam kutipan iklan Srongpas Kapsul 3 di atas terjadi pada laki-

laki, yakni penggunaaan kata iklan, wawancara, dan majalah yang berasal dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu.

(7) Iklan Puder Tiga delapan a. Laki-laki 1 : “Enak lagune gayeng jogede. Cak, kok nyekeli sirah karo pipi

joged model anyar ta Cak?”

63

Page 64: Dian Prasetyoningsih

‘Enak lagunya mantap jogetnya. Cak, kok pegang kepala sama pipi joget model baru ta Cak?’

b. Laki-laki 2 : “Model anyar. Iki lo sirahku mumet, awakku pegel linu, untu cekot-cekot endi iso enak jogedku?”‘Model baru. Ini lho kepalaku pusing, badanku pegal limu, gigi cekot-cekot mana bisa enak jogetku?’

Campur kode dalam kutipan iklan Puder Tiga Delapan di atas terjadi pada

laki-laki 1 dan laki-laki 2. campur kode yang terjadi pada laki-laki 1, yakni

penggunaan kata lagu dan model. Sedangkan pada laki-laki 2 yakni dengan

digunakannya kata model yang berasal dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

ragam ngoko lugu.

4.2.3.5 Campur Kode Kata Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa

Ragam Krama Lugu

(1) Iklan Salep Kulit Cap Sangalas

NARATOR : Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal dipunolesi Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas khasiyatipun langkung hebat. Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Sumangga kita mbrasta sedaya penyakit kulit kaliyan Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.

‘Benar. Apabila Anda terserang panu, kadas, kutu air, segera diolesi Salep Kulit Cap Sembilan belas. Salep Kulit Cap Sembilan belas khasiatnya lebih hebat. Tidak terasa perih dan terasa dingin. Untuk kutu air cepat kering dan gatalnya cepat hilang. Mari kita berantas semua penyakit kulit bersama Salep Kulit Cap Sembilan belas. Salep Kulit Cap Sembilan belas produksi PT. Irawan Jaya Agung Suarabaya. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.’ (W 01) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

64

Page 65: Dian Prasetyoningsih

Campur kode pada kutipan iklan Campur Srongpas Kapsul 3 di atas terjadi

pada narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode kata bahasa Indonesia

dalam bahasa Jawa ragam krama lugu. Frase tersebut yakni kata hebat.

(2) Iklan Puyer Cap Sangalas

NARATOR : Bapak-bapak lan ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu, linu ing otot lan sendi utawi sakit bulanan sumangga ngunjuk Puyer Cap Sangalas menawi putra-putri panjenengan sakit benter Puyer Cap Sangalas ugi saged ngandapaken benter. Saupami panjenengan keganggu amargi sirah ngelu obat sakit kepala Cap Sangalas.

‘Bapak-bapak dan ibu-ibu tidak perlu bingung apabila kepala pusing, nyeri otot dan sendi atau sakit karena datang bulan minum Puyer Cap Sembilan belas apabila putra-putri Anda sakit panas Puyer Cap Sembilan belas juga bisa menurunkan panas. Misalnya Anda terganggu karena kepala pusing obat sakit kepala Cap Sembilan belas.’(W 04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode dalam kutipan iklan Puyer Cap Sangalas di atas terjadi pada

narator, yakni penggunaaan kata bulanan yang berasal dari kata bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa ragam krama lugu.

(3) Iklan Ringgit Purwa Suara Semarang

LAKI-LAKI : “Sanghyaning para pamirsa dalah para kadang sutrisna ampun kesupen bilih giyaran adicara Ringgit Purwa sedalu natas lumantar radio pilihane keluarga Suara Semarang FM saben hari rabu wiwit tabuh wolu dalu ngantos tancep kayon. Para dalang ingkang mbeberaken lampahan sampun kondhang. Jagat pakeliran Suara Semarang tansah ngelar cerita-cerita ingkang sae. Ringgit Purwa Suara Semarang FM inggih ngawontenaken cangkriman utawi sayembara. Sumangga kula aturi sesarengan midhangetaken giyaran adicara ringgit purwa sedalu natas lumantar radio Suara Semarang.”

65

Page 66: Dian Prasetyoningsih

‘Para pemirsa semua dan para saudara tercinta jangan lupa bahwa acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio pilihan keluarga Suara Semarang FM setiap hari rabu mulai jam delapan malam sampai selesai. Para dalang yang membawakan sudah terkenal. Dunia pewayangan Suara Semarang juga menggelar cerita-cerita yang bagus. Wayang kulit Suara Semarang FM juga mengadakan tebakan atau sayembara. Mari saya persilakan bersama-sama mendengarkan acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio Suara Semarang.’ (W 09) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode dalam kutipan iklan Ringgit Purwa Suara Semarang di atas

terjadi pada narator, yakni penggunaaan kata pilihan, hari rabu yang berasal dari kata

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama lugu.

(4) Iklan Askamex

NARATOR 1 : Cacingen, paringi Askamex. Efektif mbrasta cacing. Putra panjenengan dados sehat, aktif, lan semangat sinaunipun.

‘Cacingan, beri Askamex. Efektif berantas cacing. Anak Anda jadi sehat, aktif, dan semangat belajarnya.’ (W 07) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode dalam kutipan iklan Askamex di atas terjadi pada narator 1,

yakni penggunaaan kata efektif, aktif, semangat yang berasal dari kata bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama lugu.

66

Page 67: Dian Prasetyoningsih

4.2.3.6 Campur Kode Kata Bahasa Jawa Ragam Ngoko ke dalam Bahasa

Indonesia

Iklan Puder Tiga Delapan

NARATOR : Benar sakit kepala, sakit gigi, demam, badan lesu minum puder tiga delapan pasti cespleng.

‘Benar sakit kepala, sakit gigi, demam, badan lesu minum Puder Tiga Delapan pasti manjur.’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

Campur kode dalam kutipan iklan Puder Tiga Delapan di atas terjadi pada

laki-laki, yakni penggunaaan kata cespleng yang berasal dari Jawa ragam ngoko lugu

ke dalam bahasa Indonesia.

4.2.3.7 Campur Kode Kata Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Jawa

Ragam Ngoko Lugu

Iklan Srongpas Kapsul 3

a. Laki-laki : “Mas Tukul, dina iki ana jadwal talk show jam wolu lanjut shooting iklan lanjut wawancara karo majalah lan….”

‘Mas Tukul, hari ini ada jadwal talk show jam delapan lanjut shooting iklan lanjut wawancara dengan majalah dan....

b. TUKUL : “Srongpas darling, yen ngombe Srongpas pengene ya kudu ngegas lan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!”

‘Srongpas darling, kalau minum Srongpas inginya ya harus digas terus dan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).

67

Page 68: Dian Prasetyoningsih

Campur kode dalam kutipan iklan Srongpas Kapsul 3 di atas terjadi pada laki-

laki dan Tukul. Pada laki-laki terjadi campur kode kata bahasa Inggris ke dalam

bahasa Jawa ragam ngoko lugu yakni penggunaan kata talk show dan shooting.

Sedangkan pada Tukul terjadi campur kode kata darling yang berasal dari bahasa

Inggris ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu.

68

Page 69: Dian Prasetyoningsih

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis penelitian tentang pilihan bahasa dalam wacana iklan

berbahasa Jawa di radio dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Jenis-jenis iklan atau kategori cara penyampaian iklan yang ditemukan dalam

wacana iklan berbahasa Jawa di radio adalah iklan berdasarkan penjualan barang

dan jasanya. Iklan berdasarkan penjualan barang dan jasa yang ditemukan dalam

penelitian ini meliputi iklan pioneering dan iklan reminder. Iklan pioneering yang

ditemukan dalam penelitian ini meliputi (1) iklan Srongpas Kapsul 1, (2) iklan

Campur Sari Puyer Sembilan belas, (3) iklan Srongpas Kapsul 2, (3) iklan Ringgit

Purwa Suara Semarang, (4) iklan Salep Kulit Cap Sangalas, (5) iklan Puyer Cap

Sangalas, (6) iklan Askamex, (7) iklan Srongpas Kapsul 3, dan (8) iklan Puder

Tiga Delapan. Iklan reminder terdapat dalam wacana (1) iklan Suara Merdeka dan

(2) iklan BPR Mranggen Mitra Persada.

2. Pilihan bahasa yang ditemukan dalam wacana iklan berbahasa Jawa yakni

meliputi (1) penggunaan tunggal bahasa, (2) alih kode, dan (3) campur kode.

Tunggal bahasa yang terdapat dalam wacana iklan berbahasa Jawa yakni tunggal

bahasa ragam ngoko lugu. Alih kode yang ditemukan yakni (1) alih kode bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu, (2) alih kode bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama lugu, dan (3) alih kode bahasa

69

Page 70: Dian Prasetyoningsih

Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama alus. Campur kode yang

ditemukan yakni (1) campur kode frase bahasa Jawa ragam krama ke dalam

bahasa Jawa ragam ngoko lugu, (2) campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa ragam ngoko lugu, (3) campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa ragam krama lugu, (4) campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa ragam ngoko lugu, (5) campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa ragam krama lugu, (6) campur kode kata bahasa Jawa ragam ngoko

ke dalam bahasa Indonesia, dan (7) campur kode kata bahasa Inggris ke dalam

bahasa Jawa ngoko lugu.

5.2 Saran

Berdasarkan temuan penelitian ini, disarankan sebagai berikut.

1. Para penulis iklan agar mempertimbangkan penggunaan pilihan bahasa dan

kategori cara penyampaian iklan yang benar dan tepat sesuai sasaran agar dapat

lebih menarik konsumen atas barang atau produk yang ditawarkan.

2. Para pemerhati dan peneliti bahasa diharapkan dapat menindaklanjuti data dalam

penelitian pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio sebagai

penelitian lanjutan.

70

Page 71: Dian Prasetyoningsih

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Nunik Sri. 2000. Gaya Bahasa dalam Iklan Berbahasa Jawa di Media Radio. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Sebuah Pengantar Awal. 2004. Jakarta: Rineka Cipta.

Cholissibah. 2002. Pilihan Bahasa Para Pedagang Etnik Cina di Pasar Banjarsari Pekalongan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fakultas Bahasa dan Seni. 2004. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Semarang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes.

Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Hifdhiyah.1999. Pilihan Bahasa Masyarakat Perajin Batik di Pekalongan: Kajian Sosiolinguistik”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Hosidah. 2001. Pilihan Bahasa dalam Ranah Pasar Masyarakat Tutur Dialek Banyumas. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Kridalaksana, Harimurti. 1995. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia .

Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lee, Monle dan Carla Johnson. 2004. Prinsip-prinsip Periklanan dalam Perspektif Global. Jakarta: Prenada Media.

71

Page 72: Dian Prasetyoningsih

Madjadikara, Agus S. 2004. Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan: Bimbingan Praktis Penulisan Naskah Iklan (Copywriting). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogykarta: Tiara Wacana.

Muslihudin. 2001. Gaya Bahasa Retoris dalam Iklan Berbahasa Jawa di Televisi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Nababan. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Noviani, Ratna. 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Peni, Sri. 2002. Tindak Tutur Perlokusi Wacana Iklan Obat di Televisi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang

Poedjosoedarmo, Soepomo. 1979. Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rina, Cicik Haryati. 2003. “Tindak Tutur dalam wacana Iklan berbahasa Indonesia di Radio Swasta Semarang.” Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Rusyana, Yus. 1988. Perihal Kedwibahsaan (Bilingualisme). Bandung: Depdikbud.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Suhandang, Kustadi. 2005. Periklanan: Kiat, Strategi dan Manajemen. Bandung: Nuansa.

72

Page 73: Dian Prasetyoningsih

Sumarsono, 2004. Sodiolinguistik. Jakarta:

Suseno. 2001. Pilihan Bahasa Warga FBS UNNES. Skripsi. Universitas Negeri Seamarang, Semarang.

Suwito. 1983. Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Surakarta: Henary Offset.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

.

73

Page 74: Dian Prasetyoningsih

74