Dian Prasetyoningsih
-
Upload
ervian-arif-muhafid -
Category
Documents
-
view
1.209 -
download
16
Transcript of Dian Prasetyoningsih
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat yang mempunyai
peranan dan fungsi penting. Bahasa memiliki fungsi dalam kegiatan masyarakat yaitu
sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, ide, dan pendapat yang
menghasilkan suatu variasi.
Bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa dipakai oleh kelompok
manusia atau pemakainya yang juga beragam terdiri dari laki-laki, perempuan, tua,
muda, yang bersekolah maupun tidak.
Chaer dan Agustina (2004:62) menyatakan bahwa variasi bahasa dibedakan
berdasarkan penutur dan penggunaannya. Berdasarkan penutur berarti, siapa yang
menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di
dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakannya.
Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang
apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.
Timbulnya keragaman atau kevariasian bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi, juga disebabkan kegiatan sehari-hari masyarakat sebagai penutur di
dalam berinteraksi sosial yang sangat beragam. Keragaman kegiatan interaksi ini
akan memunculkan bahasa yang beragam karena pada setiap kegiatan selalu terjadi
1
komunikasi antara penutur yang satu dengan penutur lainnya. Kondisi inilah yang
memungkinkan timbulnya keragaman dan kevarasian bahasa.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sumarsono (2004:19) yang
mengungkapkan bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu, masyarakat, secara
keseluruhan dan saling mempengaruhi dan saling bergantung. Bahasa sebagai milik
masyarakat juga tersimpan dalam diri masing-masing individu. Setiap individu dapat
bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual ini dapat
berpengaruh pada anggota masyarakat lainnya.
Chaer dan Agustina (2004:19) menyatakan bahwa bahasa merupakan salah
satu ciri pembeda yang menonjol, karena setiap kelompok sosial merasa dirinya
sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Dengan kata lain, adanya
kelompok sosial yang berbeda satu sama lainnya menyebabkan bahasa yang
digunakan itu bervariasi atau beragam. Setiap variasi bahasa ditandai oleh bentuk
suatu konsep tertentu yang mencerminkan keadaan kelompok sosialnya. Berkaitan
dengan hal tersebut, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat multibahasa yang
sarat dengan permasalahan bahasa.
Keragaman dan kevariasian bahasa yang terjadi di masyarakat bukan hanya
disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, melainkan juga karena
kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Pilihan bahasa itu
tidak bersifat acak, melainkan harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti siapa
yang berbicara, kepada siapa, dengan bahasa apa, kapan peristiwa tutur itu
berlangsung dan tujuan apa yang diharapkan dari tuturan tersebut.
2
Bahasa yang ada dalam sebuah masyarakat merupakan media komunikasi
yang berfungsi menyalurkan pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada
sejumlah orang banyak yang terpencar-pencar.
Tarigan (dalam Haryati, 2003:2) menjelaskan bahwa komunikasi mempunyai
fungsi yang bersifat purposif, mengandung maksud dan tujuan tertentu, dan dirancang
untuk menghasilkan efek, pengaruh, atau akibat pada lingkungan para penyimak dan
para pembicara.
Salah satu bentuk komunikasi di antaranya adalah iklan. Iklan merupakan
bentuk komunikasi antara produsen dan konsumen. Karena iklan tidak sekedar
memberikan informasi kepada khalayak melainkan membujuk khalayak ramai,
mengarahkan konsumen agar membeli produk, dan meyakinkan konsumen bahwa
iklan tersebut dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan.
Wright (dalam Mulyana, 2005:63) menyatakan bahwa iklan merupakan
proses komunikasi yang mempunyai kekuatan paling penting sebagai sarana
pemasaran, membantu layanan, serta gagasan, dan ide-ide melalui saluran tertentu
dalam bentuk informasi yang bersifat persuasif.
Mulyana (2005:65) menyatakan bahwa bahasa iklan disamping memiliki
fungsi informatif juga mengandung fungsi persuasif. Fungsi ini kiranya justru
ditekankan untuk mendapatkan dampak nyata (efek perlokusi) dari suatu tuturan
karena tujuannya untuk mempengaruhi masyarakat agar tertarik dengan sesuatu yang
diiklankan.
3
Media penyampaian iklan dibedakan menjadi dua, yakni media cetak dan
media elektronik. Media cetak merupakan media massa yang digunakan pada
komunikasi secara tertulis. Media cetak dapat melalui koran, majalah, dan lain-lain.
Media elektronik merupakan media massa yang digunakan pada komunikasi secara
lisan. Media elektronik dapat berupa telepon, televisi, radio, dan sebagainya. Media
elektronik bersifat sekilas pandang. Jadi begitu terdengar dan digunakan harus
membekas pada ingatan, menarik, dan mudah diingat dari pendengar atau penyimak.
Radio adalah media massa yang paling besar jangkauannya di antara semua
media lisan. Walaupun sifatnya masih lokal, tetapi siaran radio menjangkau
pendengar jauh lebih banyak pada waktu bersamaan karena penyampaian pesannya
cepat, dari berbagai daerah baik di kota maupun di daerah terpencil, mudah dipahami,
tidak memerlukan kemampuan membaca yang memang belum dimiliki rakyat, dan
paling banyak pecinta setianya dibanding media elektronik yang lain.
Pemilikan radio bersifat universal sehingga dapat digunakan oleh pemasang
iklan lokal maupun nasional untuk mempromosikan barang dan jasa sehingga
distribusi barang dan jasa menjadi luas dan mudah diperoleh misalnya, melalui pasar
swalayan, toko, kios kecil, dan lain-lain.
Dengan demikian, peranan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting.
Penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi keberhasilan sebuah iklan.
Agar menarik pendengar, iklan harus menggunakan bahasa yang menarik, indah, dan
sederhana. Dengan demikian iklan menjadi lebih mudah dimengerti dan sasaran akan
mudah dicapai. Bahasa yang terdapat dalam iklan di radio yang disiarkan tidak lepas
4
dari keragaman para penutur sebagai alatnya. Hal ini berpengaruh terhadap
keragaman atau kevariasian bahasa yang digunakan.
Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada wacana iklan berbahasa Jawa di
radio yang ada di Semarang yang sangat efektif karena mudah dijangkau dan
didengar oleh khalayak ramai atau konsumen di mana saja dan kapan saja. Oleh
karena itu, bahasa dalam iklan yang disiarkan di radio harus mampu menarik
perhatian pendengar dan dapat menimbulkan kesan yang tidak mudah hilang dari
ingatan pendengar.
Berikut ini adalah contoh kutipan iklan yang menawarkan barang dagangan
yang terdapat di radio dengan menggunakan kalimat berbahasa Jawa, memenuhi
fungsi persuasif yang menggunakan bahasa secara efektif, yaitu agar konsumen atau
pendengar menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan seperti ilutrasi berikut.
Bu Rini : “Bu Sastra, Bu Sastra!”
‘Bu Sastro, Bu Sastro!’
Bu Sastra : “Oh, jeng Rini. Kok mruput lo, mundhut Srongpas nggih?”
‘Oh, dik Rini. Kok pagi lo, beli Srongpas ya?’
Bu Rini : “Ah, Bu Sastra kok ngerti wae lo.”
‘Ah, Bu Sastro kok tahu saja lho.’
Bu Sastra : “Resepe lakya manjur lo Jeng. Yen dinggo ngaten-ngaten niku
Srongpas dereng enten tandingane lo Jeng. Pokoke ya pring cagak
radio, tambah jengking tambah jero sing macul….”
5
‘Resepnya memang manjur lho Dik. Kalau digunakan seperti itu
Srongpas belum ada tandingannya lho Dik. Pokoknya ya pring
cagak radio, tambah jengking tambah jero sing macul….’
Pak Sastra : “Wah gayeng tenan. Pancen bener kok Jeng, kula esuk-esuk seger
padahal bar lembur lo!”
‘Wah rame sekali. Memang benar kok Dik, saya pagi-pagi segar
padahal habis lembur lho!’
Bu Rini : “Ah, Pak Sastra ki.”
‘Ah, Pak Sastro ini.’
NARATOR : Saya jelas khasiyatipun. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria.
Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea.
Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul
setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.
‘Semakin jelas khasiyatnya. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria.
Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea.
Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul
setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.’
Bu Rini : “Wah bojoku saiki tambah lhep tenan….”
‘Wah suamiku sekarang makin lhep saja….’
NARATOR : Ya tangi dhewe!
Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria.
‘Ya bangun sendiri!’
6
Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria.
Kutipan wacana iklan tersebut merupakan iklan yang terdapat dalam media
radio. Pada kutipan saya jelas khasiyatipun merupakan kalimat berbahasa Jawa (B1),
kemudian dilanjutkan dengan kalimat Srongpas kapsul obat kuat khusus pria…(dan
seterusnya) merupakan kalimat berbahasa Indonesia (B2). Dengan demikian, iklan
tersebut menggunakan variasi dua bahasa dalam menawarkan produknya, yakni
bahasa Jawa (B1) dan bahasa Indonesia (B2). Iklan tersebut termasuk dalam kategori
iklan peyakinan. Kutipan Srongpas kapsul obat kuat khusus pria, terbuat dari pasak
bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea, menambah daya tahan dan kekuatan
pria, merupakan peyakinan bahwa Srongpas merupakan obat kuat pilihan yang
terbuat dari bahan-bahan berkualitas.
Berdasarkan uraian di muka, penelitian terhadap wacana iklan berbahasa Jawa
dilakukan untuk membahas penggunaan variasi bahasa dengan mengidentifikasi
variasi bahasa yang digunakan dalam wacana iklan pada media radio. Media radio
dipilih karena memiliki kelebihan yakni, dapat didengar oleh semua kalangan, mulai
dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Selain itu, penelitian tentang variasi
bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa belum pernah diteliti.
Berdasarkan uraian di muka, penelitian ini akan mengungkapkan apakah jenis
variasi bahasa dalam iklan berbahasa Jawa di radio yang ada di Semarang memenuhi
persyaratan sebagai variasi yang dapat menarik atau mempengaruhi konsumen atau
pendengar. Dengan melihat jenis variasi bahasa yang digunakan dalam iklan produk
barang atau jasa maka dapat dilihat pula sasaran yang dituju. Selain itu juga dapat
7
diketahui bagaimana cara penyampaian iklan melalui variasi bahasa dalam wacana
iklan berbahasa Jawa di radio.
1.2 Identifikasi Masalah
Pemilihan bahasa merupakan sesuatu yang kompleks dan rumit. Kekomplekan
dan kerumitan tersebut disebabkan oleh banyaknya faktor dan variasi yang
mempengaruhi peristiwa pemilihan bahasa yang terjadi pada suatu masyarakat
bahasa. Demikian pula adanya hal ini terjadi pada wacana iklan berbahasa Jawa di
radio.
Variasi bahasa yang dikaji dalam penelitian ini adalah variasi bahasa wacana
iklan berbahasa Jawa di radio yang ada Semarang. Variasi bahasa yang dimaksud
adalah penggunaan bahasa yang digunakan di dalam iklan oleh produsen untuk
menawarkan produknya kepada masyarakat atau konsumen. Tujuan produsen adalah
membuat variasi bahasa yang tepat untuk dapat mempengaruhi konsumen yang
dituju. Berkaitan dengan penggunaan variasi bahasa dalam wacana iklan, ternyata
banyak iklan yang memanfaatkan variasi untuk mempengaruhi konsumen, dengan
variasi bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa (ngoko, krama).
Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa produsen dalam upaya
menawarkan barang atau jasa melalui iklan, tidak bisa lepas dari variasi bahasa.
Berdasarkan hal itu, pada penelitian ini permasalahan yang dikaji adalah penggunaan
keberagaman atau kevariasian bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio.
8
Adapun permasalahan yang diteliti difokuskan pada variasi bahasa iklan berbahasa
Jawa di radio yang ada di Semarang.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Kategori iklan apa sajakah yang terdapat dalam wacana iklan berbahasa Jawa
di radio?
2. Bagaimana variasi pilihan bahasa yang digunakan dalam wacana iklan
berbahasa Jawa di radio?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan.
1. Mengidentifikasi kategori iklan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio.
2. Mendeskripsikan variasi bahasa yang digunakan dalam wacana iklan
berbahasa Jawa di radio.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian variasi bahasa ini dapat menambah khasanah dalam bidang kajian
linguistik, khususnya sosiolinguistik.
b. Sebagai bahasa pertimbangan dan juga menambah acuan teoretis bagi
peneliti lain.
9
2. Manfaat Praktis
a. Menambah pengetahuan: para pembaca, peneliti dan pemerhati bahasa,
terutama yang tertarik dan selalu bergelut dalam bidang sosiolinguistik.
b. Memberikan manfaat kepada pembuat iklan untuk mengoptimalkan
pemakaian variasi bahasa yang efektif dan komunikatif dalam keberhasilan
meyakinkan masyarakat agar menggunakan produk barang atau jasa yang
ditawarkan.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian bahasa khususnya pilihan bahasa hingga saat ini merupakan kajian
yang menarik. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya penelitian pemilihan bahasa
yang dilakukan, baik yang sifatnya melengkapi dan menguatkan hasil-hasil penelitian
yang telah ada, maupun penelitian baru.
Beberapa pustaka yang ikut memberikan sumbangan bagi kajian pilihan
bahasa adalah Hifdhiyah (1999), Apriyani (2000), Hosidah (2001), Suseno (2001),
Muslihudin (2001), Cholissibah (2002), Peni (2002), Haryati (2003).
Hifdhiyah (1999) melakukan penelitian berjudul Pilihan Bahasa Masyarakat
Perajin Batik di Pekalongan: Kajian Sosiolinguistik. Ia mendeskripsikan bahasa yang
dipilih oleh perajin batik di Pekalongan meliputi (1) bahasa Jawa dengan ragam
ngoko lugu, ngoko alus, dan krama lugu, serta (2) bahasa Indonesia. Penggunaan
pilihan bahasa-bahasa tersebut dilatarbelakangi oleh adanya penutur yang sudah kenal
akrab dengan lawan tutur, suasana santai atau mencari kemudahan berkomunikasi.
Aspek lain yang berhasil ditemukan adalah adanya kosakata dan frase khusus yang
berkaitan dengan perbatikan. Akhirnya dijelaskan bahwa karakteristik pilihan bahasa
masyarakat perajin batik di Pekalongan yaitu (1) digunakannya bahasa Jawa ragam
ngoko lugu, ngoko alus, dan krama lugu, (2) digunakannya bahasa Indonesia, (3)
11
11
digunakannya kosakata khusus bidang perbatikan, (4) digunakannya nada santai dan
akrab.
Apriyani (2000) melakukan penelitian mengenai iklan berjudul Gaya Bahasa
dalam Iklan Berbahasa Jawa di Media Radio. Berdasarkan penelitian tersebut
Apriyani mennyimpulkan bahwa gaya bahasa yang digunakan dalam iklan berbahasa
Jawa di radio sangat beragam disesuaikan dengan fungsi dan efek yang ditimbulkan
oleh gaya bahasa tersebut. Penggunaannya ditekankan pada gaya bahasa yang
berbahasa Jawa untuk memperindah, mempertegas, menyangatkan, menonjolkan
bagian-bagian tertentu yang dipentingkan, menggugah simpati, serta memperjelas
penggambaran suatu hal.
Hosidah (2001) dalam skripsinya yang berjudul Pilihan Bahasa dalam Ranah
Pasar Masyarakat Tutur Dialek Banyumas. Berdasarkan penelitian ini ditemukan
bahwa pilihan bahasa pada penjual dan pembeli di pasar Bukateja, Kecamatan
Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Karesidenan Banyumas pada saat berkomunikasi
pada proses jual beli adalah menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumas dengan
ragam ngoko lugu, ngoko alus, dan krama lugu, serta bahasa Indonesia. Karakteristik
pilihan bahasanya adalah sering digunakannya alih kode dan campur kode dalam
percakapan sehari-hari maupun dalam proses jual beli baik sengaja maupun tidak
sengaja untuk mencapai tujuan komunikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih
kode dan campur kode pada bahasa penjual dan pembeli dalam proses jual beli adalah
(1) mempengaruhi pembeli, (2) tawar menawar, (3) penjual dan pembeli tidak senang
12
(marah), (4) mencela, (5) penjual tertarik melihat barang dagangan, (6) meyakinkan
pembeli.
Sementara itu, Suseno (2001) meneliti Pilihan Bahasa Warga FBS UNNES”.
Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa variasi pilihan bahasa yang digunakan
oleh warga FBS UNNES sebagai masyarakat multilingual adalah variasi tunggal
bahasa, alih kode dan campur kode. Variasi tunggal bahasa terjadi dalam komunikasi
antarmahasiswa, antara mahasiswa dengan dosen, antardosen, antara dosen dengan
karyawan, dan antarkaryawan. Faktor yang mempengaruhi adalah partisipan, situasi,
tujuan, fungsi interaksi dan topik pembicaraan. Campur kode terjadi dalam
komunikasi antara dosen dengan mahasiswa, antarmahasiswa, antardosen, dan antara
mahasiswa dengan karyawan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi ini
adalah partisipan, situasi, tujun, dan fungsi interaksi, topik pembicaraan dan
kebiasaan. Karakteristik pemakaian bahasa oleh warga FBS adalah banyak
digunakannya variasi alih kode dan campur kode dalam pertuturan sehari-hari
antarwarga.
Muslihudin (2001) dalam skripsinya yang berjudul Gaya Bahasa Retoris
dalam Iklan Berbahasa Jawa di Televisi menyimpulkan bahwa terdapat lima puluh
iklan yang mengandung gaya bahasa retoris: aliterasi, asonansi, asindenton,
hiperbola, erotesis. Yang berefek terhadap pola kalimat dalam iklan tersebut.
Penelitian lain tentang pilihan bahasa telah dilakukan oleh Cholissibah (2002)
dalam skripsi yang berjudul Pilihan Bahasa Para Pedagang Etnik Cina di Pasar
Banjarsari Pekalongan. Pilihan bahasa yang digunakan oleh para pedagang etnik
13
Cina dan pembeli di pasar Banjarsari pada saat transaksi jual beli adalah variasi
pilihan tunggal bahasa, alih kode, campur kode. Bahasa yang digunakan sebagai
pilihannya meliputi bahasa Jawa dialek Pekalongan dengan ragam ngoko lugu, ngoko
alus, krama lugu, serta bahasa Indonesia. Faktor yang mempengaruhi (1) perasaan
jengkel penjual kepada pembeli, (2) perasan jengkel pembeli kepada penjual, (3)
penjual ingin mempengaruhi pembeli, (4) penjual berkilah kepada pembeli, (5) terjadi
tawar-menawar dalam transaksi jual beli.
Peni (2002) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Perlokusi Wacana
Iklan Obat di Televisi” menyimpulkan (1) wujud tindak tutur perlokusi berdasarkan
cara penyampaiannya yaitu tindak tutur perlokusi langsung dan tindak tutur perlokusi
tidak langsung; (2) tingkat tindak tutur perlokusi wacana iklan obat di televisi, yaitu
perlokusi tingkat tinggi, perlokusi sedang, perlokusi rendah, dan perlokusi gagal; dan
(3) efek psikologis yang dirasakan oleh pemirsa setelah menyaksikan iklan obat di
televisi adalah wajar, terharu, menyenangkan, dan benci.
Haryati (2003) dalam skipsinya yang bejudul Tindak Tutur dalam Wacana
Iklan Berbahasa Indonesia di Radio Swasta Semarang menyimpulkan bahwa tindak
tutur yang digunakan dalam iklan berbahasa Indonesia antara lain tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Aspek situasi tutur dalam pemakaian tindak tutur didominasi
oleh tujuan tuturan pembuat iklan yaitu berusaha mempengaruhi calon konsumen
atau pendengar agar menggunakan produk yang ditawarkan. Kategori cara
penyampaian iklan meliputi iklan pernyataan, kealatan, peyakinan, pemasaran,
ajakan, nasehat, dan gabungan dari dua atau lebih kategori cara penyampaian iklan.
14
Berpijak dari pustaka beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut,
ditemukan adanya peluang yang belum diteliti secara khusus, salah satunya adalah
jenis pilihan bahasa yang digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio.
Oleh karena itu, penelitian ini selain untuk melengkapi penelitian-penelitian tentang
wacana iklan khususnya yang berbahasa Jawa di radio juga memiliki kajian yang
berbeda. Dengan demikian penelitian pilihan bahasa yang terdapat pada wacana iklan
berbahasa Jawa di radio perlu untuk dilakukan, sehingga dapat melengkapi hasil
penelitian sosiolinguistik sebelumnya.
2.2 Landasan Teoretis
Konsep-konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: (1)
Masyarakat bahasa (2) kedwibahasaan, (3) variasi bahasa, (4) pilihan bahasa: alih
kode dan campur kode, (5) iklan, (6) jenis-jenis iklan, (7) wacana, (8) wacana iklan,
dan (9) kategori cara penyampaian iklan.
2.2.1 Masyarakat Bahasa
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari penutur sebagai
pengirim pesan kepada mitra tutur sebagai penerima pesan melalui saluran berupa
sistem tanda yaitu bahasa. Komunikasi ini berhasil apabila penerima pesan melalui
pesan dapat menerima pesan seperti yang ada dalam pikiran pengirim pesan tersebut.
Bahasa sebagai alat komunikasi hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Masyarakat ini terbagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan tempat daerah asal,
15
profesi, pekerjaan, usia, jenis kelamin, status sosial, dan sebagainya. Setiap kelompok
masyarakat mempunyai bahasa yang khas yang membedakan dari kelompok lain.
Akan tetapi, anggota setiap kelompok biasanya menggunakan bentuk bahasa yang
sama serta mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian
bahasa. Seperti yang dikemukakan Kartomihardja (dalam Cholissibah, 2002:16)
bahwa masyarakat dalam mengatur warganya berinteraksi dalam kehidupan
bermasyarakat menyediakan berbagai pedoman yang berupa adat istiadat, norma,
nilai, dan berbagai peraturan yang ditetapkan bersama oleh anggota masarakat yang
bersangkutan untuk digunakan dan dipatuhi bersama. Jadi dapat dikatakan kelompok
tersebut telah membentuk suatu masayarakat tutur.
Lebih lanjut Chaer dan Agustina (2004: 36) mengemukakan bahwa kalau
suatu kelompok orang atau masyarakat mempunyai verbal repertoire yang relatif
sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma
pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu adalah sebuah
masayarakat tutur.
Alwasilah menyatakan bahwa masyarakat bahasa terbentuk karena adanya
saling pengertian (mutual intelligibility), terutama karena adanya persamaan kode-
kode linguistik.
2.2.2 Kedwibahasaan
Istilah kedwibahasaan dalam bahasa Inggris disebut juga bilinguialism
(bilingualisme). Istilah tersebut secara harfiah dapat dipahami maksud dari
16
bilingualisme, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa.
Secara umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang
penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey, 1962: 73,
Fishman, 1975: 73 dalam Chaer dan Agustina, 2004: 84).
Sependapat dengan Chaer dan Agustina, Tarigan (1998: 2) menyatakan bahwa
kewdibahasaan adalah perihal pemakaian dua bahasa seperti pemakaian bahasa
daerah di samping bahasa nasional.
Weinrich (dalam Rusyana, 1989: 1) menerangkan bahwa kedwibahasaan
sebagai praktek penggunaan dua bahasa secara berganti-ganti. Kemudian pengertian
tersebut diperluas lagi dalam bahasa yang digunakan, sehingga kedwibahasaan
mencakup bukan saja penggunaan dua buah bahasa yang berbeda melainkan juga
penguasaan dialek-dialek dari bahasa yang sama, atau ragam-ragam dari dialek yang
sama.
Sedangkan Einar Haugen (1966 dalam Kushartanti, 2005: 58) mengartikan
bahawa kedwibahasaan sebagai kemampuan (seseorang) menghasilkan tuturan yang
lengkap dan bermakna bahasa lain.
Sehubungan dengan hal tersebut (Hammers dan Blanc: 1998 dalam
Kusharyanti, 2005: 28) menyatakan bahwa kedwibahasaan adalah suatu konsep yang
mencakup konsep bilingualitas dan juga keadaan yang menggambarkan terjadinya
kontak bahasa di antara sebuah masyarakat bahasa tertentu dengan masyarakat bahasa
lainnya. Dewasa ini kedwibahasaan mencakup pengertian yang luas: dari penguasaan
sepenuhnya atas dua bahasa hingga pengetahuan minimal akan bahasa kedua.
17
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kedwibahasaan merupakan penggunaan dua bahasa secara bergantian oleh seseorang
untuk menghasilkan sebuah tuturan.
2.2.3 Variasi Bahasa
Bahasa hidup dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini disebabkan bahasa
merupakan sistem dan subsistem yang sama oleh semua penutur bahasa itu. Bahasa
dalam masyarakat digunakan dapat dipakai oleh penutur bahasa yang heterogen dan
mempunyai latar belakang pemakaian yang berbeda-beda. Keragaman pemakaian ini
mengakibatkan terbentuknya variasi bahasa dalam masyarakat. Chaer dan Agustina
(2004: 61) mengungkapkan bahwa variasi bahasa bukan saja disebabkan masyarakat
penuturnya yang heterogen tetapi juga karena keragaman interaksi sosial yang
dilakukan oleh penutur bahasa sehingga menimbulkan variasi bahasa. Karena bahasa
merupakan media komunikasi yang dinamis, yang menyesuaikan aspek sosial
pemakainya (the users) dan pemakaiaannya (the uses) (Suhardi dalam Kushartanti,
2005: 47).
2.2.4 Pilihan Bahasa
Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari komunikasi. Komunikasi
merupakan suatu proses yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur.
Dalam masyarakat yang bilingual bahkan multilingual banyak sekali bahasa
dan ragam bahasa yang cocok dan sesuai untuk digunakan dalam komunikasinya.
18
Masyarakat biasanya menghadapi masalah dalam pemilihan bahasa. Hal ini
disebabkan banyaknya ragam bahasa yang ada dan heterogennya masyarakat pemakai
bahasa itu.
Situasi kebahasaan masyarakat yang bilingual dan multilingual mengharuskan
masyarakat untuk mempertimbangkan berbagai faktor dalam melakukan pemilihan
bahasa. Rusyana (1989: 34) menjelaskan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
pemilihan bahasa, yaitu partisipan, situasi, isi pembicaraan dan fungsi serta tujuan
interaksi. Pada partisipan berkaitan dengan penguasaan bahasa, status sosial ekonomi,
usia, jenis kelamin, kedudukan, pendidikan, latar belakang etnis, hubungan
kekerabatan, keakraban, relasi kekuasaan, sikap terhadap bahasa, tekanan dari luar,
dan sebagainya; situasi berkaitan dengan tempat; kehadiran ekabahasa berkaitan
dengan topik dan jenis kosa kata; sedangkan fungsi interaksi berkaitan dengan tujuan
menaikkan status, menciptakan jarak sosial, mengecualikan seseorang, meminta atau
memohon.
2.2.4.1 Alih Kode
Dalam kamus Linguistik diberikan gambaran pengertian alih kode sebagai
penggunaan variasi bahasa lain atau bahasa lain untuk menyesuaikan diri dari peranan
dan situasi lain atau karena adanya situasi yang lain (Kridalaksana, 1995: 17).
Kushartanti (2005: 59) mengartikan alih kode (code-switching) yakni
penggantian bahasa dalam bertutur secara bergantian. Alih kode disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain karena orang yang bersangkutan berlatih menggunakan
19
suatu bahasa tertentu atau karena kurangnya kata atau istilah dalam salah satu bahasa
yang dikuasainya untuk mengungkapkan gagasannya.
Pengertian alih kode yang lain adalah dikarenakan pemakaian lebih dari satu
bahasa dengan variasinya. Alih kode bukan merupakan alih kode leksikon, melainkan
alih tutur yang dalam hal ini mempunyai batas paling kecil dalam tataran kalimat
(Poedjosoedarmo, 1979: 7). Komponen atau unsur-unsur yang terlibat dalam alih
kode, antara lain: (1) bahasa sebagai unsur yang utama, (2) variasi bahasa, (3) ragam
bahasa, (4) dialek, (5) serta register dan tema atau pokok pembicaraan.
Ada beberapa ciri alih kode seperti yang dikemukakan oleh Poedjosoedarmo
(1979: 8) antara lain: (1) alih kode merupakan penggunaan dua bahasa atau dua vaiasi
bahasa secara bergantian yang masing-masing daerah atau variasinya menunjukkan
fungsinya sendiri, (2) alih kode ditandai oleh dua, yaitu masing-masing bahasa masih
mendukung fungsi masing-masing bahasa, masih mendukung fungsi-fungsi bahasa
tersendiri sesuai dengan konteksnya dan fungsinya masing-masing bahasa
disesuaikan dengan perubahan konteksnya. Alih kode dapat terjadi pada masyarakat
bilingual yang mengenal variasi bahasanya, (3) alih kode hanya terjadi pada diri
seorang penutur yang dwibahasa.
Chaer dan Agustina (2004: 108) merumuskan penyebab terjadinya alih kode
secara umum, yakni: (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3)
perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke
informal atau sebaliknya, (5) perubahan topik pembicaraan.
20
Kushartanti (2005: 59) menyatakan bahwa alih kode disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain karena orang yang bersangkutan berlatih menggunakan
suatu bahasa tertentu dalam membicarakan suatu pokok pembicaraan tertentu atau
karena kurangnya kata atau istilah dalam salah satu bahasa yang dikuasainya untuk
mengungkapkan gagasannya.
2.2.4.2 Campur Kode
Batasan campur kode dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Suwito
(1983: 75) menyatakan bahwa dalam kondisi yang masih dalam campur kode
merupakan disurgensi kebahasaan yang unsurnya dari beberapa bahasa yang masing-
masing meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya.
Menurut Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115-116) menyatakan
bahwa campur kode terjadi apabila suatu peristiwa tutur klausa-klausa maupun frasa-
frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing-maing klausa
mendukung fungsi masing-masing. Seorang penutur yang dalam berbahasa saling
menyelipkan bahasa-bahasa lain biasanya disebut dengan campur kode.
Nababan (1993: 32) menyatakan apabila seseorang mencampur dua atau tiga
lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act) tanpa ada
sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa dinamakan
campur kode.
21
2.2.5 Iklan
Arens (dalam Noviani, 2002:22) mengemukakan iklan adalah struktur
informasi dan susunan komunikasi nonpersonal yang biasanya dibiayai dan bersifat
persuasif, tentang produk-produk (barang, jasa, dan gagasan) oleh sponsor yang
teridentifikasi, melalui berbagai macam media.
Sependapat dengan Arens, Lee dan Johnson (2004:3) menyatakan bahwa
iklan merupakan komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan
produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media
bersifat misal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan
langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum.
Sementara itu Jefkins (1997: 5) menyatakan bahwa iklan merupakan pesan-
pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang
paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-
murahnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:332) iklan memiliki dua
pengertian sebagai berikut:
1. Berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tentang
benda dan jasa yang ditawarkan.
2. Pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual,
dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) dan media
elektronik.
22
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklan
merupakan sarana promosi atau cara menjual melalui penyebaran informasi bagi
perorangan, kelompok, pengusaha, lembaga pemerintah untuk menyampaikan pesan-
pesan yang bersifat persuasif kepada khalayak ramai yang memiliki tujuan mencari
keuntungan melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Menurut Madjadikara (2004:17) iklan dibedakan menjadi 3 jenis, yakni (1)
iklan komersial, (2) iklan nonkomersial, dan (3) iklan corporate, yakni sebagai
berikut:
Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan mendukung kampanye pemasaran
suatu produk atau jasa; iklan nonkomersial adalah iklan yang bertujuan menjual
gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat (public service). Iklan
ini biasa disebut juga dengan iklan layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat
atau iklan nonkomersial ini biasanya berupa ajakan atau himbauan kepada
masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan
umum atau mengubah suatu kebiasaan atau perilaku masyarakat “yang tidak baik”
supaya menjadi lebih baik, misalnya masalah pembuangan sampah, keluarga
berencana, berlalu-lintas dengan tertib, berhenti merokok, menghindari AIDS, “say
no to drugs” dan sebagainya; iklan corporate adalah iklan yng bertujuan membangun
citra (image) suatu perusahaan yang pada akhirnya tentu diharapkan juga membangun
citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.
Menurut Jefkins (1997:39) iklan dibagi menjadi 7 jenis, yaitu (1) iklan
konsumen (consumer advertising), (2) iklan bisnis ke bisnis atau iklan antarbisnis
23
(business to business advertising), (3) iklan perdagangan (trade advertising), (4) iklan
eceran (retail advertising), (5) iklan keuangan (financial advertising), (6) iklan
rekruitmen (recruitment advertising).
Iklan konsumen (consumer advertising) adalah adalah iklan yang ditujukan
langsung pada konsumen karena diminati secara luas (banyak lapisan sosial atau
kelompok sosial dalam masyarakat) selain itu karena konsumen membutuhkannya;
iklan bisnis ke bisnis (business to business advertising) adalah iklan yang berfungsi
untuk mempromosikan barang-barang dan jasa non-konsumen. Dan produk yang
diiklankan adalah barang setengah jadi atau barang antara harus diolah atau menjadi
unsur produksi; iklan perdagangan (trade advertising) adalah iklan yang ditujukan
kepada kalangan distributor, pedagang-pedagang kulakan besar, para agen, eksportir/
importir, dan para pedagang besar dan kecil; iklan eceran (retail advertising) adalah
iklan yang dibuat dan disebarluaskan oleh pihak pemasok atau perusahaan/ pabrik
pembuat produk, dan iklan itu biasanya ditempatkan di semua lokasi (toko, gerai
penjualan) yang menjual produk tadi kepada para konsumen; iklan keuangan
(financial advertising) adalah iklan yang biasanya digunakan untuk menghimpun
dana pinjaman atau menawarkan modal, baik dalam bentuk asuransi, penjualan
saham, surat obligasi, surat utang, atau dana pensiun; iklan rekruitmen (recruitment
advertising) adalah iklan yang bertujuan merekrut calon pegawai dan bentuknya
antara lain iklan kolom yang menjanjikan kerahasiaan pelamar atau iklan selebaran
biasa.
24
Menurut Lee dan Johson (2004: 4-10) iklan dibagi menjadi 9 jenis, yaitu (1)
iklan produk, (2) iklan eceran, (3) iklan korporasi, (4) iklan bisnis-ke-bisnis, (5) iklan
politik, (6) iklan direktori, (7) iklan respon langsung, (8) iklan pelayanan masyarakat,
dan (9) iklan advokasi, yakni sebagai berikut:
Iklan produk adalah iklan yang memfokuskan pengeluaran atau belanja untuk
produk, baik itu produk untuk kampanye pemasaran atau penjualan; iklan eceran
adalah iklan yang bersifat lokal dan berfokus pada toko, tempat dimana beragam
produk dapat dibeli atau di mana jasa ditawarkan; iklan korporasi adalah iklan yang
berfungsi untuk membangun identitas korporasi atau untuk mendapatkan dukungan
publik terhadap sudut pandang organisasi; iklan bisnis-ke-bisnis adalah iklan yang
ditujukan kepada para pelaku industri, para pedagang perantara, serta para
professional; iklan politik adalah iklan yang biasanya digunakan para politisi untuk
menarik atau membujuk masyarakat agar memilih mereka; iklan direktori adalah
iklan yang biasanya dirujuk oleh konsumen untuk menemukan cara membeli sebuah
produk atau jasa; iklan respon langsung adalah adalah iklan yang melibatkan
komunikasi dua arah di antara pengiklan dan konsumen. Iklan ini biasanya
menggunakan sembarang media periklanan (pos, televisi, koran, atau majalah) dan
konsumen dapat menanggapinya lewat pos, telepon, atau faks; iklan pelayanan
masyarakat adalah iklan yang dirancang untuk beroperasi untuk kepentingan
masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat; iklan advokasi adalah
iklan yang berkaitan dengan penyebaran gagasan-gagasan dan klasifikasi isu sosial
yang kontroversial dan menjadi kepentingan masyarakat.
25
Menurut Kasali (1995: 26) iklan menurut media dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu (1) iklan dalam media televisi, (2) iklan dalam media bioskop, dan (3) iklan
dalam media radio.
Suhandang (2005: 45) memberikan pengertian yang berbeda, yakni membagi
iklan dari segi penjualan barang dan jasa, iklan dari segi penampilannya.
Berdasarkan penjualan barang dan jasa iklan dibagi menjadi tiga, yakni: (1)
iklan berbentuk pioneering, yakni iklan yang digunakan untuk memperkenalkan
produk baru dengan menceritakan tentang produknya, dari apa produk itu dibuat, dan
di mana dapat diperoleh dengan menggunakan kunci utama memberitahukan target
pasar secara informatif, (2) iklan competitive, yakni iklan yang mempromosikan ciri-
ciri khusus dan keuntungan penggunannya dari barang atau jasa yang ditawarkan.
Bentuk iklan competitive yang lebih efektif adalah bersifat komparatif yakni
memperlihatkan nilai lebih suatu barang atau jasa hasil produksinya dibanding
dengan produksi perusahaan saingannya. Contoh iklan competitive yakni iklan sepeda
motor Jupiter (Jupiter: cepat, lincah, irit. Yang lain pasti ketinggalan!!!), (3) iklan
reminder, yakni iklan yang bersifat menguatkan, digunakan untuk memperkuat
pengetahuan sebelumnya akan sesuatau produk.
Iklan bila ditinjau dai segi penampilannya, yakni antara lain: (1) price
advertising, yaitu iklan yang tampil dengan lebih menonjolkan harga barang atau jasa
yang ditawarkan, (2) quality advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan
mutu dari barang atau jasa yang ditawarkan, (3) brand advertising, yaitu iklan yang
tampil dengan menonjolkan merk atau logo dari barang atau jasa yang ditawarkan, (4)
26
prestige advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan prestise orang yang
menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan.
Iklan yang disiarkan melalui media radio berdasarkan tujuannya dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yakni (1) iklan perniagaan, dan (2) iklan
pemberitahuan tentang lowongan pekerjaan, informasi kesehatan, tender, dan
sebagainya (Omar dalam Mulyana, 2005: 64).
Dari segi cara penyampaian, iklan dikelompokan berdasarkan kaidah retorika
yang digunakan oleh iklan yang bersangkutan. Menurut Asmah (1984: 40-43 dalam
Haryati, 2003:27) retorika iklan mencakup beberapa kategori, sebagai berikut.
a) Iklan yang menggunakan pernyataan. Cirinya adalah iklan ini semata-mata hanya
memberitahu keberadaan barang yang diproduksi.
b) Iklan yang menggunakan perkaitan konsep. Cirinya adalah iklan jenis ini
mengaitkan jenis barang dengan konsep yang asing sama sekali dari ciri, sifat,
upaya, atau mekanisme barang yang diiklankan.
c) Iklan yang menggunakan kealatan. Cirinya adalah iklan jenis ini memberikan
pesan dengan menggunakan kategori kealatan, yakni dengan menggunakan kata
dengan.
d) Iklan yang menggunakan kategori pemasaran. Cirinya adalah iklan jenis ini
memperlihatkan bahwa sasaran mesra dengan barang yang diiklankan.
e) Iklan yang menggunakan kategori peyakinan. Cirinya adalah iklan ini mencoba
meyakinkan sasaran tentang dirinya sendiri atau tentang barang yang diiklankan.
27
f) Iklan yang menggunakan reorika kenal pasti. Cirinya adalah iklan ini secara tidak
langsung mengenalpastikan sasaran dengan barang yang diiklankan.
g) Iklan yang menggunakan retorika perbandingan. Cirinya adalah iklan jenis ini
menunjukkan kelebihan dengan barang lain yang sejenis.
h) Iklan yang menggunakan retorika pernyataan. Cirinya adalah iklan ini
mempromosikan barang dan jasa dengan bertanya kepada masyarakat sasaran.
i) Iklan yang menggunakan retorika peringatan. Cirinya adalah iklan jenis ini
mengingatkan sasaran tentang suatu peristiwa yang memerlukan pemakaian
barang yang diiklankan.
j) Iklan yang menggunakan retorika suruhan. Cirinya adalah iklan jenis ini berisi
suruhan dan sangat jelas mempromosikan barang agar barang tersebut laku,
misalnya dengan kata ayolah, cobalah, dsb.
k) Iklan yang menggunakan retorika larangan. Cirinya adalah iklan jenis ini jelas
melarang sasaran berbuat sesuatu di luar yang dikehendaki oleh pengeluar barang,
misalnya penggunaan kata janganlah, hindarilah, dsb.
l) Iklan yang menggunakan retorika ajakan. Cirinnya adalah iklan yang berisi
ajakan, penghasil atau perusahaan yang memproduksi barang mengajak sasaran
ke tujuan yang diiinginkan. Misalnya penggunaan kata cobalah, lakukanlah,
pakailah, dan sebagainya.
m) Iklan yang menggunakan retorika nasehat. Cirinya adalah iklan ini berisi nasehat,
yakni menasehati sasaran untuk berbuat seperti yang diinginkan si produsen.
28
n) Iklan yang menggunakan retorika gabungan yaitu iklan yang menggunakan dua
retorika, tiga atau empat retorika. Cirinya adalah dalam satu iklan berisi dua atau
lebih retorika.
Lee dan Johnson (2004: 10) menyatakan bahwa fungsi iklan antara lain, yakni:
1. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi’; ia mengomunikasikan
informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualannya. Ia memberitahu konsumen
tentang produk-produk baru.
2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “persuasif”; ia mencoba membujuk para
konsumen untuk membeli merk-merk tertentu atau mengubah sikap mereka
terhadap produk atau perusahaan tersebut.
3. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “pengingat”; ia terus-menerus
mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap
membeli produk yang diiklankan tanpa memedulikan merk pesaingnya.
Dari beberapa definisi iklan di atas, maka yang akan digunakan sebagai acuan
dalam penelitian yakni definisi iklan menurut Suhandang dengan pertimbangan:
1. Ragam dan definisi iklan jelas.
2. Ragam iklan yang diberikan tidak terlalu banyak sehingga tidak membingungkan
peneliti maupun pembaca.
3. Ragam iklan beserta definisi yang diberikan oleh orang lain telah banyak
digunakan dalam sebuah penelitian, misalnya definisi iklan oleh Madjadikara.
29
2.2.6 Wacana
Tarigan (1987: 27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang
paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi
yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan utuh. Satuan ide atau pesan
yang disampaikan akan dapat dipahami pendengar atau pembaca tanpa keraguan, atau
tanpa merasa adanya kekurangan informasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam
wacana itu (Chaer dan Agustina, 1994: 272).
Hartono (2000: 18) mengungkapkan bahwa wacana adalah satuan kebahasaan
yang unsurnya terlengkap, tersusun oleh kata, frase, kalimat atau kalimat-kalimat,
baik lisan maupun tulis yang membentuk suatu pengertian yang serasi dan terpadu,
baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.
Pengertian tersebut mendukung gagasan bahwa sebuah wacana merupakan
satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terebesar
dalam hierarki gramatikal. Namun, dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan
yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase,
bahkan kata yang membawa amanat lengkap (Kridalaksana, 1995: 231).
Sedangkan Yuwono (2005: 92) menyatakan bahwa wacana adalah kesatuan
makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa karena sebagai bangun
bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana berhubungan secara padu dan
terikat pada konteks.
30
Berdasarkan pendapat di atas yang dimaksud wacana adalah satuan bahasa
terlengkap, utuh, yang memiliki ide atau pesan yang disampaikan secara lisan atau
tulisan dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.
2.2.7 Wacana Iklan
Iklan merupakan sarana promosi atau cara menjual melalui penyebaran
informasi bagi perorangan, kelompok, pengusaha, lembaga pemerintah untuk
menyampaikan pesan yang bersifat persuasif kepada khalayak ramai yang memiliki
tujuan untuk mencari keuntungan melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Sedangkan wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, utuh, yang memiliki
ide atau pesan yang disampaikan secara lisan atau tulisan dan dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca.
Dengan demikian yang dimaksud wacana iklan yakni, sarana promosi bagi
khalayak ramai yang disampaikan secara lisan atau tertulis sehingga dapat dipahami
oleh pendengar atau pembaca.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan penelitian
teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan penelitian secara teoretis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiolinguistik, yaitu pendekatan
yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang dialami dilihat dari segi sosial
masyarakat pemakai bahasa karena sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang
mengkaji tentang bahasa berkaitan dengan penggunaannya dalam masyarakat (Chaer
dan Agustina 2004: 2). Pendekatan ini digunakan karena yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah iklan berbahasa Jawa.
Pendekatan penelitian secara metodologis dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka tetapi berupa kualitas bentuk-
bentuk variabel yang berwujud tuturan sebagai data yang dihasilkan berupa kata-kata
tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu
yang diamati (Moleong, 2004: 248). Lebih lanjut pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif menurut Bodyan dan Taylor dalam (Moleong, 2004: 3) adalah metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Untuk itu, data
32
yang dianalisis berbentuk deskriptif fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
mendeskripsikan pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio.
3.2 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa iklan berbahasa Jawa di radio swasta di Semarang.
Wacana yang dimaksud merupakan bentuk bahasa verbal lisan yang berupa lambang-
lambang bahasa.
Sumber data penelitian ini adalah iklan berbahasa Jawa di radio. Radio yang
digunakan sebagai sumber data penelitian adalah radio swasta yang ada di Semarang
meliputi Pop FM, Suara Semarang FM, Gajah Mada FM, dan Kiss FM yang cukup
sering menyiarkan iklan berbahasa Jawa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (1) teknik rekam, (2)
teknik simak, dan (3) teknik catat. Berikut ini penjelasan ketiga teknik tersebut.
1. Teknik Rekam
Setelah mengamati dan menentukan objek yang akan diteliti kemudian
peneliti melakukan perekaman terhadap iklan berbahasa Jawa di radio yaitu merekam
penggunaan bahasa.
2. Teknik Simak
Setelah melakukan perekaman terhadap objek yang akan diteliti, maka
langkah selanjutnya yakni menyimak hasil rekaman. Teknik ini digunakan untuk
33
menyimak variasi bahasa yang digunakan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di
radio.
3. Teknik Catat
Setelah melakukan teknik simak kemudian dilakukan pencatatan (transkripsi),
sehingga data yang semula berwujud lisan menjadi data yang berwujud tertulis. Hasil
pencatatan data penelitian ini disimpan dalam suatu alat yang dinamakan kartu data.
Kartu Data
(1) No. Data
……………..
(2) Nama Iklan
………………………………..
(3) Sumber
………………………………
(4) Konteks:
……………………………………………………………………………………………
….
(5) Penggalan Percakapan:
34
Keterangan:
(1) Kolom pertama berisi nomor data yang akan dianalisis.
(2) Kolom kedua dicantumkan nama iklan.
(3) Kolom ketiga dicantumkan sumber data.
(4) Kolom keempat berisi data yang memuat konteks dalam iklan.
(5) Kolom kelima berisi data yang memuat penggalan percakapan dalam iklan.
3.4 Teknik Analsis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
identifikasi. Teknik identifikasi adalah teknik yang dilakukan dengan cara
menetapkan suatu pilihan bahasa berdasarkan variasi bahasa yang digunakan, dan
kategori cara penyampaiannya.
Kegiatan analisis data tersebut dilakukan dalam empat tahap, yaitu
menyeleksi data, membuat kategorisasi, menafsirkan data, dan menyimpulkan data.
(1) Menyeleksi Data
Data yang telah terkumpul diseleksi sehingga data yang diperoleh memenuhi
kriteria iklan berbahasa Jawa di radio.
(2) Membuat Kategorisasi
Kategorisasi dibuat dari kartu data yang telah ada kemudian dikelompokkan
menurut bagian-bagian yang sekategori.
35
(3) Menafsirkan Data
Pada tahap ini data yang telah dikategorikan kemudian diuraikan dan
diidentifikasi sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
(4) Menyimpulkan Data
Setelah iidentifikasi maka langkah selanjutnya yakni menyimpulkan data.
3.5 Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode informal untuk memaparkan hasil
analisis data, hal ini dilakukan karena penyajian data dalam penelitian ini berupa
perumusan kata-kata. Selain itu, metode informal ini semata-mata langsung
berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada
pemikir-pemikirnya sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat hanya perian bahasa
yang dituturkan (Sudaryanto, 1992: 63).
Pemaparan hasil analisis data dapat dirumuskan menjadi dua, yaitu (1)
kategori cara penyampaian iklan, (2) variasi bahasa Jawa yang terdapat dalam iklan
berbahasa Jawa di radio.
36
BAB IV
PILIHAN BAHASA DALAM WACANA IKLAN BERBAHASA JAWA DI
RADIO
Pada bab ini diketengahkan hasil penelitian mengenai pilihan bahasa dalam
wacana iklan berbahasa Jawa di radio yang terdiri atas: (1) kategori cara
penyampaian iklan dan (2) variasi bahasa Jawa.
4.1 Kategori Cara Penyampaiaan Iklan atau Jenis-jenis Iklan
Kategori cara penyampaian iklan berdasarkan penjualan barang yakni, (1)
iklan pioneering, (2) iklan competitive, (3) iklan reminder. Berikut ini data penelitian
yang dikategorikan pada cara penyampaian iklan.
4.1.1 Iklan Pioneering
Iklan pioneering adalah iklan yang digunakan untuk memperkenalkan produk
baru dengan menceritakan tentang produknya, dari apa produk itu dibuat, dan di
mana dapat diperoleh dengan menggunakan kunci utama memberitahukan target
pasar secara informatif untuk menarik perhatian, meyakinkan, dimana efektifitasnya
tergantung pada keputusan konsumen.
Berikut ini wacana iklan berbahasa Jawa di radio yang termasuk kategori
iklan pioneering:
(1) NAMA IKLAN : SRONGPAS KAPSUL 1
KONTEKS : SEORANG WANITA PAGI-PAGI MENGETUK PINTU
HENDAK MEMBELI SRONGPAS KAPSUL.
37
Bu Rini : “Ah, Bu Sastra kok ngerti wae lo.”‘Ah, Bu Sastra kok tahu saja lo.’
Bu Sastra : “Resepe lak ya manjur lo Jeng. Yen dinggo ngaten-ngaten niku Srongpas dereng enten tandingane lo Jeng. Pokoke ya pring cagak radio, tambah jengking tambah jero sing macul….”‘Resepnya memang manjur lho dik. Kalau di pakai seperti itu Srongpas belum ada tandingannya lho dik. Pokoknya ya pring cagak radio, semakin nungging semakin dalam yang nyangkul....’
(PAK SASTRA KELUAR MENAMBAHKAN APA YANG TELAH DIKATAKAN OLEH BU SASTRA)NARATOR: Saya jelas khasiyatipun. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria.
Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.‘Semakin jelas khasiatnya. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria. Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.’ (WI 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Srongpas kapsul 1 tersebut di atas merupakan iklan pioneering
karena berdasarkan kutipan iklan tersebut memberikan informasi atau
memperkenalkan obat kuat khusus pria dengan merk Srongpas Kapsul lengkap
dengan informasi kegunaan atau khasiatnya, bahan-bahan yang digunakan, dan aturan
minumnya.
Khasiat Srongpas Kapsul ditunjukkan dengan dialog antara Bu Rini dan Bu
Sastra yang dituturkan oleh Bu Sastra, yakni “Resepe lakya manjur lo Jeng. Yen
dinggo ngaten-ngaten niku Srongpas dereng enten tandingane lo Jeng. Pokoke ya
pring cagak radio, tambah jengking tambah jero sing macul….” Sedangkan
informasi mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam Srongpas Kapsul dan aturan
minum dinyatakan oleh narator.
38
(2) NAMA IKLAN : CAMPUR SARI PUYER SEMBILAN BELAS
KONTEKS : SEORANG LELAKI SEDANG MENDENGARKAN
RADIO.
LAKI-LAKI : “Ngrungokake lagu campur sari kuwi jan nglaraske ati.” ‘Mendengarkan lagu campur sari itu memang menenangkan hati.’
SUARA : (RADIO) Yen ing tawang ana lintang….LAKI-LAKI : “Lha contone kaya ngene iki. Wenak dirungokake ora marahi
puyeng neng sirah. Mulane ayo Dimas Diajeng kabeh padha ngrungokake lagu-lagu campur sari persembahan puyer cap sangalas.” ‘Lha contohnya seperti ini. Enak didengarkan tidak membuat pusing kepala. Maka dari itu mari mas mbak semua mendengarkan lagu-lagu campur sari persembahan puyer cap sembilan belas.’
NARATOR : Setiap hari jam lima nganti setengah enem sore saka Irawan jaya Agung di Pop FM Semarang ana ing acara campur sari puyer sembilan belas jan gayeng tenan!‘Setiap hari jam lima sampai setengah enam sore dari Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ada di acara campur sari puyer sembilan belas memang enak sekali!’ (WI 06)
Kutipan iklan Campur Sari Puyer Sembilan belas tersebut di atas merupakan
iklan pioneering karena memperkenalkan acara baru yakni lagu-lagu campur sari
persembahan puyer sembilan belas lengkap dengan informasi acara tersebut di gelar
dan mutu acara tersebut.
Mutu acara tersebut ditunjukkan pada tuturan laki-laki, yakni ngrungokake
lagu campur sari kuwi jan nglaraske ati (mendengarkan lagu-lagu campur sari itu
memang menenangkan hati) selain itu juga terdapat dalam tuturan Wenak
dirungokake ora marahi puyeng neng sirah (enak didengarkan tidak membuat pusing
kepala). Kedua tuturan tersebut menunjukkan bahwa mendengarkan lagu-lagu
39
campur sari membuat hati tenang dan tidak membuat kepala pusing. Sedangkan
informasi mengenai waktu dan tempat digelarnya acara tersebut terdapat dalam
tuturan narator, yakni setiap hari jam lima sampai jam setengah enam sore di radio
Suara Semarang FM.
(3) NAMA IKLAN : SRONGPAS KAPSUL 2
KONTEKS : WANITA 1, 2, 3, DAN 4 SEDANG MEMBICARAKAN
SUAMINYA YANG TELAH MEMBUKTIKAN KHASIAT
SRONGPAS KAPSUL.
WANITA 1 : “Sawise teratur ngombe Srongpas Kapsul yo pring cagak radio. Tambah jengking tambah jero.”‘Setelah teratur minum Srongpas Kapsul ya pring cagak radio. Makin nungging makin dalam.’
WANITA 1, 2, 3, 4 : “Le macul…. (TERTAWA BERSAMA) he…he…he….”‘Mencangkulnya…. (TERTAWA BERSAMA) he…he…he….’
WANITA 2 : “Sanajan sakawan kesel macul nang sawah neng omah nek bengi yo tetep sengkut.”‘Meskipun seharian capek nyangkul di sawah, kalau malam di rumah ya tetap bertenaga.
WANITA 1, 2, 3, 4 : “Nggone macul….” ‘Mencangkulnya….’
NARATOR : Sampun ngertos rahasianipun. Srongpas kapsul obat kuat kuat khusus pria terbuat dari ramuan pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah kekuatan daya tahan pria. Minum srongpas kapsul setiap hari. Obat kuat khusus untuk pria. Rahasia suami agar di puji istri.‘Sudah tahu rahasianya. Srongpas kapsul obat kuat kuat khusus pria terbuat dari ramuan pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah kekuatan daya tahan pria. Minum srongpas kapsul setiap hari. Obat kuat khusus untuk pria. Rahasia suami agar di puji istri.(WI 08) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
40
Kutipan iklan Srongpas kapsul 2 tersebut di atas merupakan iklan pioneering
karena memperkenalkan obat kuat khusus pria dengan merk Srongpas Kapsul
lengkap dengan informasi kegunaan atau khasiatnya, bahan-bahan yang digunakan,
dan aturan minumnya.
Khasiat Srongpas Kapsul ditunjukkan dengan dialog antara wanita 1, 2, 3,
adan 4 yang dituturkan oleh wanita 1, yakni “Sawise teratur ngombe Srongpas
Kapsul yo pring cagak radio. Tambah jengking tambah jero.” Tuturan tersebut
menunjukkan bahwa setelah suami wanita 1 teratur minum Srongpas Kapsul maka
mereka dapat merasakan khasiatnya. Sedangkan informasi mengenai bahan-bahan
yang terkandung dalam Srongpas Kapsul dan aturan minum dinyatakan oleh narator.
(4) NAMA IKLAN : RINGGIT PURWA SUARA SEMARANG
KONTEKS : SEORANG LELAKI BERLAKU SEPERTI DALANG
DENGAN DIIRINGI TEMBANG-TEMBANG JAWA.
LAKI-LAKI : “Sanghyaning para pamirsa dalah para kadang sutrisna ampun kesupen bilih giyaran adicara ringgit purwa sedalu natas lumantar radio pilihane keluarga Suara Semarang FM saben hari rabu wiwit tabuh wolu dalu ngantos tancep kayon. Para dalang ingkang mbeberaken lampahan sampun kondhang. Jagat pakeliran Suara Semarang tansah nggelar cerita-cerita ingkang sae. Ringgit purwa Suara Semarang FM inggih ngawontenaken cangkriman utawi sayembara. Sumangga kula aturi sesarengan midhangetaken giyaran adicara ringgit purwa sedalu natas lumantar radio Suara Semarang.”‘Para pemirsa semua dan dan para saudara pecinta budaya jangan lupa bahwa acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio pilihan keluarga Suara Semarang FM setiap hari rabu mulai jam delapan malam sampai akhir cerita. Para dalang yang membawakan cerita sudah terkenal. Dunia pewayangan Suara Semarang juga mengadakan cerita-cerita yang bagus, wayang kulit Suara Semarang FM juga mengadakan tebakan atau
41
sayembara. Mari saya persilakan bersama-sama mendengarkan acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio Suara Semarang.’.(WI 09) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Ringgit Purwa Suara Semarang tersebut di atas merupakan
iklan pioneering karena memperkenalkan acara baru lengkap dengan waktu yang
telah ditentukan. Dalam kutipan iklan tersebut menunjukkan adanya informasi
mengenai disajikannya cerita-cerita wayang yang dibawakan oleh dalang yang telah
terkenal. Selain itu acara Ringgit Purwa Suara Semarang juga mengadakan
sayembara atau tebak-tebakan.
(5) NAMA IKLAN : SALEP KULIT CAP SANGALAS
KONTEKS : SEORANG LELAKI MENGELUH KARENA
TERSERANG KUTU AIR KEMUDIAN
ISTRINYA MENYARANKAN UNTUK SEGERA
MEMAKAI SALEP KULIT CAP SANGALAS.
LAKI-LAKI : “Salep Kulit cap sangalas?’ ‘Salep Kulit Cap Sembilan belas?’
WANITA : “Iyo. Salep Kulit Cap Sangalas. khasiyate wis hebat kanggone kutu air cepet garing. Gatele yo cepet ilang.”‘Iya. Salep Kulit Cap Sembilan belas, khasiatnya hebat untuk kutu air cepat kering. Gatalnya juga cepat hilang.’
NARATOR : Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal dipun olesi Salep Kulit Cap 19. Salep Kulit Cap sangalas khasiyatipun langkung hebat. Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Sumangga kita mbrasta sedaya penyakit kulit kaliyan Salep Kulit Cap sangalas. Salep Kulit Cap sangalas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.‘Benar. Apabila Anda terserang panu, kurap, kadas, kutu air segera diolesi Salep Kulit Cap Sembilan belas. Salep Kulit Cap
42
Sembilan belas khasiatnya lebih hebat. Tidak terasa perih dan terasa dingin. Untuk kutu air cepat kering dan gatalnya cepat hilang. Mari kita memberantas semua penyakit kulit bersama Salep Kulit Cap Sembilan belas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.’(WI 01) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Khasiat Salep Kulit Cap Sangalas ditunjukkan dengan dialog antara laki-laki
dan wanita, yakni yang dituturkan oleh wanita: “Iyo. Salep Kulit Cap Sangalas.
khasiyate wis hebat kanggone kutu air cepet garing. Gatele yo cepet ilang.” Tuturan
tersebut menunjukkan bahwa wanita tersebut meyakinkan lawan tuturnya untuk
menggunakan Salel Kulit Cap Sangalas karena apabila digunakan untuk mengobati
kutu air cepat kering dan gatalnya cepat hilang. Tuturan wanita tersebut dikuatkan
oleh narator yakni: Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air,
mangga enggal dipun olesi Salep Kulit Cap 19. Salep Kulit Cap sangalas
khasiyatipun langkung hebat. Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun
kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Tuturan narator tersebut
menunjukkan bahwa Salep Kulit Cap Sangalas dapat digunakan untuk mengobati
panu, kurap, kadas, dan kutu air. Dan kelebihan dari Salep Kulit Cap Sangalas adalah
tidak terasa perih dan terasa dingin.
(6) NAMA IKLAN : PUYER CAP SANGALAS
KONTEKS : SEORANG BAPAK SAKIT KEPALA DAN ANAKNYA
SAKIT GIGI KEMUDIAN IBU MENYARANKAN
AGAR MINUM PUYER CAP SANGALAS.
43
IBU : “Walah iki pisan lara untu kok betah. Lha wong ana puyer cap 19 kok bingung!”
‘Alah ini juga sakit gigi kok betah. Lha ada puyer cap sembilan belas kok bingung!’
NARATOR : Bapak-bapak lan ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu, linu ing otot lan sendi utawi sakit bulanan sumangga ngunjuk puyer cap 19 menawi putra-putri panjenengan sakit benter puyer cap 19 ugi saged ngandapaken benter. Saupami panjenengan keganggu amargi sirah ngelu obat sakit kepala cap sangalas.‘Bapak-bapak dan ibu-ibu tidak perlu bingung kalau kepala pusing, nyeri otot dan sendi atau sakit karena datang bulan minum
BAPAK : “Wah bener, sirahku dadi entheng lara untuku ilang.” ‘Wah benar, kepalaku jadi enteng sakit gigiku hilang.’ (WI
04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Puyer Cap Sangalas di atas merupakan iklan pioneering karena
memperkenalkan Puyer Cap Sangalas lengkap dengan informasi khasiat atau
kegunaannya.
Khasiat dari penggunaan Puyer Cap Sangalas ditunjukkan oleh tuturan
narator, yakni: Bapak-bapak lan ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu,
linu ing otot lan sendi utawi sakit bulanan sumangga ngunjuk Puyer Cap Sangalas
menawi putra-putri panjenengan sakit benter puyer cap 19 ugi saged ngandapaken
benter. Saupami panjenengan keganggu amargi sirah ngelu obat sakit kepala cap
sangalas. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa Puyer Cap Sangalas berkhasiat untuk
menyembuhkan sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi, sakit di saat datang bulan,
dan panas untuk anak-anak. Selain itu Puyer Cap Sangalas juga berkhasiat untuk
menyembuhkan sakit gigi yang terdapat dalam tuturan bapak, yakni; “Wah bener,
sirahkku dadi entheng lara untuku ilang.”
44
(7) NAMA IKLAN : ASKAMEX
KONTEKS : SEORANG IBU KEBINGUNGAN KARENA
ANAKNNYA MALAS BERMAIAN DAN BELAJAR.
NARATOR 1: Cacingen, paringi Askamex. Efektif mbrasta cacing. Putra panjenengan dados sehat, aktif, lan semangat sinaunipun.
‘Cacingan, beri Askamex. Efektif memberantas cacing. Anak Anda jadi sehat, aktif, dan semangat belajarnya. (WI 07) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Askamex di atas merupakan iklan pioneeering karena
menunjukkan adanya keuntungan menggunakan produk tersebut. Hal tersebut
ditunjukkan dalam tuturan narator, yakni dengan menggunakan askamex maka
cacingan hilang, anak menjadi sehat, aktif, dan semangat belajar.
(4) NAMA IKLAN : SRONGPAS KAPSUL 3
KONTEKS : SEORANG LELAKI MENGINGATKAN TUKUL
BAHWA ADA JADWAL SELANJUTNYA.
Tukul : “Siap, siap. Arep ngapa wae sedina muput aku siyap. Wis ngombe srongpas tenagaku kedongkrak stamina berlipat.”
‘Siap, siap. Mau apa saja sehari penuh aku siap. Sudah minum srongpas tenagaku terdongkrak stamina berlipat.
……………………..NARATOR : Ya minum srongpas kapsul meningkatkan tenaga dan stamina
Anda. Srongpas kapsul ramuan alami khusus pria. Minum srongpas dua kapsul sebelum tidur malam dan tidur lelap bangun pun segar dongkrak tenaga dan stamina Anda sepanjang hari.
Istri : “Mas, akune durung kramas kok wis push up meneh mas?” ‘Mas, aku belum cuci rambut kok sudah push up lagi mas?’
Tukul : “Srongpas darling, yen ngombe srongpas pengene yo kudu ngegas lan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!”
‘Srongpas darling, kalau minum srongpas inginnya ya ngegas dan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak
45
tenaga. Puas, puas!’ (WI 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Srongpas Kapsul 3 tersebut termasuk dalam iklan pioneering
karena menunjukkan adanya informasi kegunaan produk tersebut yang ditunjukkan
dengan tuturan Tukul, yakni Siap, siap. Arep ngapa wae sedina muput aku siap. Wis
ngombe srongpas tenagaku kedongkrak stamina berlipat maksudnya adalah kalau
sudah minum Srongpas maka sehari penuh bisa beraktivitas apa saja karena stamina
berlipat. Selain itu terdapat pula dalam tuturan narator, yakni kalau setiap hari minum
Srongpas maka tidur bisa lelap dan ketika bangun badan menjadi segar. Srongpas
juga mendongkrak tenaga dan stamina sepanjang hari.
(8) NAMA IKLAN : PUDER TIGA DELAPAN
KONTEKS : LAKI-LAKI 1 BERTANYA PADA LELAKI 2 KARENA
KETIKA LAGU DIPUTAR LELAKI 2 JUSTRU
MEMEGANG KEPALA DAN PIPINYA.
Laki-laki 1 : “Yen sirah mumet, awak pegel linu, untu cekot-cekot cepet ngombe pudel tiga delapan.”
‘Kalau kepala pusing, badan pegal linu, gigi cekot-cekot cepat minum puder tiga delapan.’
(NYANYIAN) : Minum pudel tiga delapan awak sehat dadi sumringah. Minum puder tiga delapan langsung cespleng…. Minum pudel tiga delapan badan jadi segar. Minum puder tiga delapan langsung cespleng....’
NARATOR : Benar sakit kepala, sakit gigi, demam, badan lesu minum puder tiga delapan pasti cespleng. (WI 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
46
Kutipan iklan Pudel Tiga Delapan di atas merupakan iklan pioneering karena
menunjukkan adanya informasi kegunaan produk tersebut, yakni terdapat dalam
nyanyian yang menyatakan bahwa apabila minum puder tiga delapan maka badan
menjadi segar yang kemudian diperkuat narator, yakni apabila sakit kepala, sakit gigi,
demam, badan lesu maka langsung cespleng (cepat sembuh atau menuju ke rasa
sakitnya).
4.1.3 Iklan Reminder
Iklan reminder adalah iklan yang bersifat menguatkan, digunakan untuk
memperkuat pengetahuan sebelumnya akan sesuatau produk.
Berikut ini beberapa kutipan iklan yang termasuk dalam iklan reminder, yakni
sebagai berikut:
(1) NAMA IKLAN : SUARA MERDEKA
KONTEKS : SEORANG LELAKI MENYANYI TENTANG HARIAN
SUARA MERDEKA.
LAKI-LAKI 1 : (MENYANYI) “Esuk sore maca koran. Rame-rame maca Koran. Aja lali, aja nganti ketinggalan. Saben dina beritane ngetutke jaman.”‘Pagi sore baca koran. Ramai-ramai baca koran. Jangan lupa, jangan sampai ketinggalan. Setiap hari beritanya mengikuti jaman.’
LAKI-LAKI 2 : (MENYANYI) “Hai… ya e ya o….”LAKI-LAKI 1 : (MENYANYI) “Suara Merdeka saya misuwur….”
‘Suara Merdeka semakin terkenal....’LAKI-LAKI 2 : (MENYANYI) “Hai… ya e ya o….”LAKI-LAKI 1 : (MENYANYI) “Suara Merdeka rajane koran.”
‘Suara Merdeka rajanya koran....’
47
NARATOR : Para sedulur pancen nyata. Suara Merdeka rajane koran Jawa Tengah. ‘Saudara semua memang nyata Suara Merdeka rajanya koran Jawa Tengah.’(W 03).
Kutipan iklan Suara Merdeka di atas termasuk dalam iklan reminder karena
memperkuat pengetahuan sebelumnya akan suatu produk yakni koran Suara Merdeka
yang telah mencapai posisi terkenal di masyarakat dan dalam tahap pemantapan
keberadaannya. Penguatan yang dimaksud adalah digunakan untuk menjamin
pembaca atau konsumen sehingga menentukan pilihannya dengan benar. Dalam iklan
tersebut di atas mengingatkan para pembaca akan keunggulan Suara Merdeka yang
selalu mengikuti perkembangan jaman dan bahwa Suara Merdeka merupakan raja
koran di Jawa Tengah.
(2) NAMA IKLAN : BPR MRANGGREN MITRA PERSADA
KONTEKS : SEORANG WANITA MEMBERI SARAN KEPADA
PENJUAL BAKSO KELILING AGAR MANGKAL DAN
MEMINJAM UANG DI BPR MRANGGEN MITRA
PERSADA SEBAGAI MODAL.
WANITA : “Ooo… bungane ringan syarate gampang cepet lan aman.” ‘Ooo... bunganya ringan syaratnya mudah dan aman.’ PENJUAL BAKSO : Oh….NARATOR 1 : BPR Mranggen Mitra Persada melayani kredit sampai dengan
dua ratus juta rupiah dengan bunga ringan. Jaminan BPKB mobil atau motor syarat mudah dan cepat.Syarat mudah dan cepat.
NARATOR 2 :BPR Mranggen Mitra Persada kini juga menerima tahara tabungan hari raya yang menguntungkan. Dengan iuran tahara per bulan tiga ratus ribu dalam sepuluh kali iuran Anda akan memeproleh tiga ratus dua puluh juta rupiah. BPR
48
Mranggen Mitra Persada alamat Jl. Banung Rejo 92 telp. (024) 677253 atau 677362. dan telah dibuka BPR Mranggen Mitra Persada cabang Kudus telp. (0291) 22933198. Jl. Agus Salim 22A Kudus (0291) 3315991 Komplek pertokoan A Salim Kudus.
BPR Mranggen Mitra Persada sukses bersama Anda.
Kutipan iklan BPR Mranggen Mitra Persada tersebut di atas merupakan iklan
reminder karena memperkuat pengetahuan sebelumnya yakni mengenai BPR
Mranggen Mitra Persada yang telah mencapai posisi terkenal di masyarakat dan
dalam tahap pemantapan keberadaannya. Penguatan yang dimaksud adalah digunakan
untuk menjamin pembaca atau konsumen sehingga menentukan pilihannya dengan
benar. Dalam iklan tersebut di atas mengingatkan para nasabah akan kecepatan dan
kemudahan dalam layanan kredit.
4.2 Pilihan Bahasa dalam Wacana Iklan Berbahasa Jawa di Radio
Hasil penelitian pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio
menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hasil penelitian
ini terdiri atas: (1) pemakaian tunggal bahasa, (2) pemakaian alih kode, dan (3)
pemakaian campur kode. Ketiga hal tersebut diuraikan sebagai berikut.
4.2.1 Tunggal Bahasa
Pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa menggunakan variasi
tunggal bahasa, yakni penggunaan satu bahasa atau satu ragam bahasa oleh seorang
49
penutur dalam sebuah wacana iklan berbahasa Jawa di radio, yakni bahasa Jawa
ragam ngoko lugu.
(1) Iklan Puyer Cap Sangalas
a. Tunggal Bahasa oleh Ibu
IBU : “Lha rak tenan. Yen wis sirah ngelu bingung to?” ‘Benar kan. Kalau sudah kepala pusing bingung kan!
IBU : “Walah iki pisan lara untu kok betah. Lha wong ana Puyer Cap Sangalas kok bingung!”‘Alah ini juga sakit gigi kok tahan. Ada Puyer Cap Sembilan belas kok bingung!
IBU : “Ya mesthi wae wong nganggo Puyer Cap Sangalas.”‘Ya pasti kan minum Puyer Cap Sembilan belas.’(W 04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
b. Tunggal Bahasa oleh Bapak
BAPAK : “Aduh!” ‘Aduh!’
BAPAK : “Piye to, ana wong lara kok dilokke?” ‘Bagaimana sih, ada orang sakit kok dimarahi?’
BAPAK : “Wah bener, sirahku dadi entheng lara untuku ilang.”‘Wah benar, kepalaku jadi enteng sakit gigiku hilang.’(W 04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Puyer Cap Sangalas di atas merupakan variasi tunggal bahasa
karena hanya menggunakan satu macam bahasa dalam sebuah tuturan ke tuturan yang
lain oleh penutur (Ibu dan Bapak).
(2) Iklan Askamex
IBU : “Aras-arasen dolanan, sinau males.”‘Malas bermain, belajar malas.’
IBU : “Anakku wis ra cacingen.”‘Anakku sudah tidak cacingan.’ (W 07) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
50
Kutipan iklan Askamex di atas merupakan variasi tunggal bahasa karena
hanya menggunakan satu macam bahasa dalam tuturan satu ke tuturan yang lain oleh
penutur (Ibu) yakni bahasa Jawa ragam ngoko lugu.
(3) Iklan Srongpas kapsul 1
Bu Rini : “Bu Sastra, Bu Sastra!” ‘Bu Sastra, Bu Sastra!’
Bu Rini : “Ah, Bu Sastra kok ngerti wae lo.” ‘Ah, Bu sastra kok tahu saja lho.’
Bu Rini : “Ah, Pak Sastra ki.” ‘Ah, Pak Sastra ini.’
Bu Rini : “Wah bojoku saiki tambah lhep tenan….” ‘Wah suamiku sekarang makin lhep benar….’ (W 02)
(Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakan variasi tunggal bahasa
karena hanya menggunakan satu macam bahasa dalam tuturan satu ke tuturan yang
lain oleh penutur (Bu Rini) yakni bahasa Jawa ragam ngoko lugu.
4.2.2 Alih Kode
Pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa selain menggunakan
tunggal bahasa sebagai pilihan bahasa dalam penyajiannya juga menggunakan variasi
lain yaitu alih kode.
Alih kode merupakan peristiwa peralihan satu bahasa ke bahasa lain atau dari
satu ragam ke ragam lain atau penggunaan satu bahasa pada satu keperluan dan
menggunakan bahasa lain ke keperluan yang lain.
51
4.2.2.1 Alih Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa Ragam
Ngoko Lugu
(1) Iklan Srongpas kapsul 1
NARATOR: Ya tangi dhewe! ‘Ya bangun sendiri!’
Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria. (W 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakan peristiwa alih kode. Alih
kode yang terjadi yakni alih kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam
ngoko lugu. Pada kalimat pertama narator menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko
lugu (ya tangi dhewe) kemudian dilanjutkan dengan kalimat kedua yang
menggunakan bahasa Indonesia (Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada
pria).
(2) Iklan Srongpas Kapsul 2
NARATOR: Ya tangi dhewe! Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria.
‘Ya bangun sendiri’Srongpas meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria. (W 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Tuturan narator pada kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakan
peristiwa alih kode. Peristiwa alih kode yang terjadi yakni alih kode dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu karena pada kalimat pertama
narator menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko lugu (ya tangi dhewe) kemudian
52
dilanjutkan kalimat kedua dengan menggunakan bahasa Indonesia (Srongpas
meningkatkan tenaga dan kekuatan pada pria).
(3) Iklan Srongpas Kapsul 3
Tukul : “Siap, siap. Arep ngapa wae sedina muput aku siap. Wis ngombe Srongpas tenagaku kedongkrak stamina berlipat.”‘Siap, siap. Mau apa saja sehari penuh aku siap. Sudah minum Srongpas tenagaku terdongkrak stamina berlipat.
(SUARA SORAI SORAI PENONTON)Tukul : “Kembali bersama saya cover boy ngganteng Tukul Reinaldi
Arwana….”Tukul : “Tenagaku siap dikuras meneh.”
‘Tenagaku siap dikuras lagi.’Tukul : “Srongpas darling, yen ngombe srongpas pengene yo kudu ngegas
lan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!”
‘Srongpas darling, kalau minum Srongpas inginnya ya harus ngegas dan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Alih kode pada kutipan iklan di atas terjadi pada Tukul. Sebelumnya Tukul
menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko lugu (Siap, siap. Arep ngapa wae sedina
muput aku siap.....................) Kemudian pada kalimat berikutnya Tukul
menggunakan bahasa Indonesia (Kembali bersama saya cover boy ngganteng Tukul
Reinaldi Arwana..............). Kemudian Tukul kembali menggunakan bahasa Jawa
ragam ngoko lugu (tenagaku siap dikuras meneh) dan (Srongpas darling, yen ngombe
srongpas pengene yo kudu ngegas lan siap kerja keras) kemudian beralih
menggunakan bahasa Indonesia pada kalimat selanjutnya (Srongpas kembali
dongkrak tenaga. Puas, puas).
53
4.2.2.2 Alih Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa ragam
Krama Lugu
Iklan Srongpas Kapsul 1
NARATOR: Saya jelas khasiyatipun. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria. Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.
‘Semakin jelas khasiatnya. Srongpas kapsul obat kuat khusus pria. Terbuat dari pasak bumi dari Kalimantan dan ginseng asli Korea. Menambah daya tahan dan kekuatan pria. Minum Srongpas kapsul setiap hari, obat kuat khusus pria. Rahasia suami agar dipuji istri.’ (W 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakan peristiwa alih kode. Alih
kode yang terjadi yakni alih kode bahasa Indonesia ke dalam alih kode bahasa Jawa
ragam krama lugu. Pada kalimat pertama narator menggunakan bahasa Jawa ragam
krama lugu (Saya jelas khasiyatipun) kemudian dilanjutkan kalimat berikutnya
dengan menggunakan bahasa Indonesia (Srongpas kapsul obat kuat khusus pria....
dan seterusnya).
4.2.2.3 Alih Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa Ragam
Krama Alus
Iklan Salep Kulit Cap Sangalas
NARATOR : Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal dipunolesi Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas khasiyatipun langkung hebat. Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Sumangga kita mbrasta
54
sedaya penyakit kulit kaliyan Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.
‘Benar. Apabila Anda terserang panu, kurap, kadas, kutu air, segera diolesi salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas khasiatnya lebih hebat. Tidak terasa perih dan terasa dingin. Untuk kutu air cepat kering dan gatalnya cepat hilang. Mari kita berantas semua penyakit kulit bersama Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas produksi PT. irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.’ (W 02) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Alih kode pada kutipan iklan Salep Kulit Cap Sangalas di atas terjadi pada
narator. Sebelumnya narator menggunakan bahasa Jawa ragam krama alus (Leres.
Menawi panjenengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal
dipunolesi Salep Kulit Cap Sangalas….dan seterusnya) kemudian pada kalimat
terakhir narator menggunakan bahasa Indonesia (Baca aturan pakai jika sakit
berlanjut hubungi dokter).
4.2.3 Campur Kode
Selain tunggal bahasa dan alih kode, variasi pilihan bahasa lain yang
digunakan dalam wacan iklan berbahasa Jawa di radio adalah campur kode. Campur
kode merupakan peristiwa percampuran dua atau lebih bahasa atau dua ragam bahasa
dalam suatu peristiwa tutur. Wujud campur kode dalam iklan berbahasa Jawa di radio
terdiri atas: (1) campur kode frase bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Jawa
ragam ngoko lugu, (2) campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa
55
ragam ngoko lugu, (3) campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa
ragam krama lugu, (4) campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa
ragam ngoko lugu, (5) campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa
ragam krama lugu, (6) campur kode kata bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa
Indonesia, dan (7) campur kode kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa ngoko
lugu.
4.2.3.1 Campur Kode Frase Bahasa Jawa Ragam Krama ke dalam
Bahasa Jawa Ragam Ngoko Lugu
Iklan Srongpas Kapsul 1
Bu Sastra : “Resepe lak ya manjur lo Jeng. Yen dinggo ngaten-ngaten niku Srongpas dereng enten tandingane lo Jeng. Pokoke ya pring cagak radio, tambah jengking tambah jero sing macul….”
‘Resepnya memang manjur lho Dik. Kalau dipakai gitu-gituan itu Srongpas belum ada tandingannya lho Dik. Pokoknya ya pring cagak radio, makin nungging makin dalam yang nyangkul…’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Srongpas Kapsul 1 di atas merupakn peristiwa campur kode.
Campur kode trsebut terdapat pada tuturan bu Sastra. Peristiwa campur kode yang
terjadi pada kutipan iklan di atas yakni campur kode bahasa Jawa ragam krama
(ngaten-ngaten niku Srongpas dereng enten) ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko
lugu.
56
4.2.3.2 Campur Kode Frase Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa
Ragam Ngoko Lugu
(1) Iklan Salep Kulit Cap Sangalas
WANITA : “Wah ya iku sing jenenge kena kutu air. Mbebayani lo Pak! Gek enggal diolesi Salep Kulit Cap Sangalas.”
‘Wah ya itu yang namanya kena kutu air. Berbahaya lho Pak! Segera diolesi Salep Kulit Cap Sembilan Belas.
WANITA : “Iya, Salep Kulit Cap sangalas. khasiyate wis hebat kanggone kutu air cepet garing. Gatele yo cepet ilang.”
‘Iya. Salep Kulit Cap Sembilan Belas. Khasiatnya sudah hebat
untuk kutu air cepat hilang.’ (W 01 Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Kutipan iklan Salep Kulit Cap Sangalas di atas merupakan peristiwa campur
kode. Campur kode yang terjadi yakni campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko lugu. Frase tersebut yakni kutu air yang terdapat pada
kalimat dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu.
(2) Iklan Campur Sari Puyer Sembilan Belas
NARATOR : Setiap hari jam lima nganti setengah enem sore saka Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ana ing acara Campur Sari Puyer Sangalas jan gayeng tenan!
‘Setiap hari jam lima sampai setengah enam sore dari Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ada di acara Campur sari Puyer Sembilan belas ramai sekali!’ (W 06) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode pada kutipan iklan Campur Sari Puyer Sembilan Belas di atas
terjadi pada narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode frase bahasa
57
Indonesia dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu. Frase tersebut yakni setiap hari dan
di Pop FM Semarang.
(3) Iklan Srongpas Kapsul 3
TUKUL : “Siap, siap. Arep ngapa wae sedina muput aku siap. Wis ngombe Srongpas tenagaku kedongkrak stamina berlipat.”‘Siap, siap. Mau apa saja sehari penuh aku siap. Sudah minum Srongpas tenagaku terdongkrak stamina berlipat.’
TUKUL : “Srongpas darling, yen ngombe Srongpas pengene ya kudu ngegas lan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!” ‘Srongpas darling, kalau minum Srongpas inginya ya harus digas terus dan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode pada kutipan iklan Campur Srongpas Kapsul 3 di atas terjadi
pada narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode frase bahasa Indonesia
dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu. Frase tersebut yakni stamina berlipat dan kerja
keras.
4.2.3.3 Campur Kode Frase Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa
Ragam Krama Lugu
(1) Iklan Salep Kulit Cap Sangalas
a. WANITA : “Wah ya iku sing jenenge kena kutu air. Mbebayani lo Pak! Gek enggal diolesi Salep Kulit Cap Sangalas.” ‘Wah ya itu yang namanya kena kutu air. Berbahaya lho Pak!’
b. NARATOR : Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal dipunolesi Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas khasiyatipun langkung hebat.
58
Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Sumangga kita mbrasta sedaya penyakit kulit kaliyan Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.
Campur kode pada kutipan iklan Salep Kulit Cap Sangalas di atas terjadi pada
wanita dan narator. Campur kode yang terjadi pada wanita dan narator adalah campur
kode dalam bentuk frase bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama lugu
yakni, frase kutu air.
(2) Iklan Puyer Cap Sangalas
NARATOR : Bapak-bapak lan ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu, linu ing otot lan sendi utawi sakit bulanan sumangga ngunjuk Puyer Cap Sangalas menawi putra-putri panjenengan sakit benter Puyer Cap Sangalas ugi saged ngandapaken benter. Saupami panjenengan keganggu amargi sirah ngelu obat sakit kepala Cap Sangalas.
‘Bapak-bapak dan ibu-ibu tidak perlu bingung apabila kepala pusing, nyeri otot dan sendi atau sakit karena datang bulan minum Puyer Cap Sembilan belas apabila putra-putri Anda sakit panas Puyer Cap Sembilan belas juga bisa menurunkan panas. Misalnya Anda terganggu karena kepala pusing obat sakit kepala Cap Sembilan belas.’(W 04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode pada kutipan iklan Puyer Cap Sangalas di atas terjadi pada
narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode frase bahasa Indonesia dalam
bahasa Jawa ragam krama lugu. Frase tersebut yakni sakit kepala.
59
(3) Iklan Ringgit Purwa Suara Semarang
LAKI-LAKI : “Sanghyaning para pamirsa dalah para kadang sutrisna ampun kesupen bilih giyaran adicara Ringgit Purwa sedalu natas lumantar radio pilihane keluarga Suara Semarang FM saben hari Rabu wiwit tabuh wolu dalu ngantos tancep kayon. Para dalang ingkang mbeberaken lampahan sampun kondhang. Jagat pakeliran Suara Semarang tansah ngelar cerita-cerita ingkang sae. Ringgit Purwa Suara Semarang FM inggih ngawontenaken cangkriman utawi sayembara. Sumangga kula aturi sesarengan midhangetaken giyaran adicara ringgit purwa sedalu natas lumantar radio Suara Semarang.”
‘Para pemirsa semua dan para saudara tercinta jangan lupa bahwa acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio pilihan keluarga Suara Semarang FM setiap hari rabu mulai jam delapan malam sampai selesai. Para dalang yang membawakan sudah terkenal. Dunia pewayangan Suara Semarang juga menggelar cerita-cerita yang bagus. Wayang kulit Suara Semarang FM juga mengadakan tebakan atau sayembara. Mari saya persilakan bersama-sama mendengarkan acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio Suara Semarang.’ (W 09) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode pada kutipan iklan Ringgit Purwa Suara Semarang di atas
terjadi pada laki-laki. Campur kode yang terjadi adalah campur kode frase bahasa
Indonesia dalam bahasa Jawa ragam krama lugu. Frase tersebut yakni hari Rabu.
4.2.3.4 Campur Kode Kata Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa
Ragam Ngoko Lugu
(1) Iklan Salep Kulit Cap Sangalas
WANITA : “Iya, Salep Kulit Cap Sangalas khasiyate wis hebat kanggone kutu air cepet garing. Gatele ya cepet ilang.”
60
‘Iya, Salep Kulit Cap Sembilan belas khasiatnya sudah hebat untuk kutu air cepat kering. Gatalnya juga cepat hilang.’ (W 01) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode pada kutipan iklan Salep Kulit Cap Sangalas di atas terjadi pada
narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode kata bahasa Indonesia dalam
bahasa Jawa ragam ngoko lugu. Kata tersebut yakni kata hebat.
(2) Iklan Suara Merdeka
LAKI-LAKI 1 : (MENYANYI) “Esuk sore maca koran. Rame-rame maca koran. Aja lali, aja nganti ketinggalan. Saben dina beritane ngetutke jaman.”
‘Pagi sore baca koran. Ramai-ramai baca koran. Jangan lupa, jangan sampai ketinggalan. Setiap hari beritanya mengikuti jaman.’ (W 03) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode pada kutipan iklan Suara Merdeka di atas terjadi pada narator.
Campur kode yang terjadi adalah campur kode kata bahasa Indonesia dalam bahasa
Jawa ragam ngoko lugu. Kata tersebut yakni kata koran, ketinggalan, dan berita.
(3) Iklan BPR Mranggen Mitra Persada
a. WANITA : “Yah ono yah ene kok isih ider wae. Mbok mangkal to Kang. Pelanggane sampeyan kan wis akeh!”‘Dari dulu sampai sekarang kok masih keliling saja. Mangkal dong Kang. Pelanggan kamu kan sudah banyak!’
b. PENJUAL BAKSO : “Modale ki lo Mbak cupet.”‘Modalnya ini lho mbak kecil.’ (W 05) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode dalam kutipan iklan BPR Mranggen Mitra Persada di atas
terjadi pada wanita, yakni campur kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa
61
ragam ngoko lugu. (a) Campur kode terdapat dalam kalimat pertama, yakni mangkal
dan pelanggan yang berasal dari kata bahasa Indonesia, (b) Campur kode terjadi pada
penjual bakso karena adanya percampuran bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa
ragam ngoko lugu, yakni adanya penggunaan kata modal yang berasal dari bahasa
Indonesia.
(4) Iklan Campur Sari Puyer Sembilan belas
a. LAKI-LAKI : “Ngrungokake lagu campur sari kuwi jan nglaraske ati.”
‘Mendengarkan lagu campur sari itu memang menenangkan hati.’
b. LAKI-LAKI : “Lha contone kaya ngene iki. Wenak dirungokake ora marahi puyeng neng sirah. Mulane ayo Dimas Diajeng kabeh padha ngrungokake lagu-lagu Campur Sari persembahan Puyer Cap Sangalas.”
‘Nah contohnya seperti ini. Enak didengarkan tidak menyebabkan pusing di kepala. Makanya ayo mas mbak semua dengarkan lagu-lagu campur sari persembahan Puyer Cap Sembilan belas.’
c. NARATOR : Setiap hari jam lima nganti setengah enem sore saka Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ana ing acara Campur Sari Puyer Sangalas jan gayeng tenan!
‘Setiap hari jam lima sampai setengah enam sore dari Irawan Jaya Agung di Pop FM Semarang ada di acara Campur sari Puyer Sembilan belas ramai sekali!’ (W 06) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode dalam kutipan iklan Campur Sari Puyer Sembilan belas di atas
terjadi pada wanita, yakni campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa
ragam ngoko lugu. (a) Campur kode terdapat dalam kalimat pertama, yakni lagu yang
di ambil dari bahasa Indonesia, (b) Campur kode terjadi karena adanya percampuran
62
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu, yakni adanya penggunaan
kata lagu dan persembahan yang berasal dari bahasa Inonesia. (c) campur kode pada
bagian ketiga terjadi pada narator, yakni adanya percampuran bahasa Indonesia
dengan penggunaan kata acara, dan kata depan di ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko
lugu.
(5) Iklan Srongpas Kapsul 2
WANITA 1: “Sawise teratur ngombe Srongpas Kapsul yo pring cagak radio. Tambah jengking tambah jero.”
‘Setelah teratur minum Srongpas Kapsul ya pring cagak radio. Makin nungging makin dalam.’ (W 08) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode dalam kutipan iklan Srongpas Kapsul di atas terjadi pada
wanita, yakni penggunaaan kata teratur yang berasal dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko lugu.
(6) Iklan Srongpas Kapsul 3
LAKI-LAKI : “Mas Tukul, dina iki ana jadwal talk show jam wolu lanjut shooting iklan lanjut wawancara karo majalah lan….”
‘Mas Tukul, hari ini ada jadwal talk show jam delapan lanjut shooting iklan lanjut wawancara dengan majalah dan....’
Campur kode dalam kutipan iklan Srongpas Kapsul 3 di atas terjadi pada laki-
laki, yakni penggunaaan kata iklan, wawancara, dan majalah yang berasal dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu.
(7) Iklan Puder Tiga delapan a. Laki-laki 1 : “Enak lagune gayeng jogede. Cak, kok nyekeli sirah karo pipi
joged model anyar ta Cak?”
63
‘Enak lagunya mantap jogetnya. Cak, kok pegang kepala sama pipi joget model baru ta Cak?’
b. Laki-laki 2 : “Model anyar. Iki lo sirahku mumet, awakku pegel linu, untu cekot-cekot endi iso enak jogedku?”‘Model baru. Ini lho kepalaku pusing, badanku pegal limu, gigi cekot-cekot mana bisa enak jogetku?’
Campur kode dalam kutipan iklan Puder Tiga Delapan di atas terjadi pada
laki-laki 1 dan laki-laki 2. campur kode yang terjadi pada laki-laki 1, yakni
penggunaan kata lagu dan model. Sedangkan pada laki-laki 2 yakni dengan
digunakannya kata model yang berasal dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa
ragam ngoko lugu.
4.2.3.5 Campur Kode Kata Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa
Ragam Krama Lugu
(1) Iklan Salep Kulit Cap Sangalas
NARATOR : Leres. Menawi panjengan keserang panu, kurap, kadas, kutu air, mangga enggal dipunolesi Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas khasiyatipun langkung hebat. Boten kraos perih lan krasosipun asrep. Kanggenipun kutu air enggal garing lan gatelipun enggal ical. Sumangga kita mbrasta sedaya penyakit kulit kaliyan Salep Kulit Cap Sangalas. Salep Kulit Cap Sangalas produksi PT. Irawan Jaya Agung Indonesia. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.
‘Benar. Apabila Anda terserang panu, kadas, kutu air, segera diolesi Salep Kulit Cap Sembilan belas. Salep Kulit Cap Sembilan belas khasiatnya lebih hebat. Tidak terasa perih dan terasa dingin. Untuk kutu air cepat kering dan gatalnya cepat hilang. Mari kita berantas semua penyakit kulit bersama Salep Kulit Cap Sembilan belas. Salep Kulit Cap Sembilan belas produksi PT. Irawan Jaya Agung Suarabaya. Baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter.’ (W 01) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
64
Campur kode pada kutipan iklan Campur Srongpas Kapsul 3 di atas terjadi
pada narator. Campur kode yang terjadi adalah campur kode kata bahasa Indonesia
dalam bahasa Jawa ragam krama lugu. Frase tersebut yakni kata hebat.
(2) Iklan Puyer Cap Sangalas
NARATOR : Bapak-bapak lan ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu, linu ing otot lan sendi utawi sakit bulanan sumangga ngunjuk Puyer Cap Sangalas menawi putra-putri panjenengan sakit benter Puyer Cap Sangalas ugi saged ngandapaken benter. Saupami panjenengan keganggu amargi sirah ngelu obat sakit kepala Cap Sangalas.
‘Bapak-bapak dan ibu-ibu tidak perlu bingung apabila kepala pusing, nyeri otot dan sendi atau sakit karena datang bulan minum Puyer Cap Sembilan belas apabila putra-putri Anda sakit panas Puyer Cap Sembilan belas juga bisa menurunkan panas. Misalnya Anda terganggu karena kepala pusing obat sakit kepala Cap Sembilan belas.’(W 04) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode dalam kutipan iklan Puyer Cap Sangalas di atas terjadi pada
narator, yakni penggunaaan kata bulanan yang berasal dari kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa ragam krama lugu.
(3) Iklan Ringgit Purwa Suara Semarang
LAKI-LAKI : “Sanghyaning para pamirsa dalah para kadang sutrisna ampun kesupen bilih giyaran adicara Ringgit Purwa sedalu natas lumantar radio pilihane keluarga Suara Semarang FM saben hari rabu wiwit tabuh wolu dalu ngantos tancep kayon. Para dalang ingkang mbeberaken lampahan sampun kondhang. Jagat pakeliran Suara Semarang tansah ngelar cerita-cerita ingkang sae. Ringgit Purwa Suara Semarang FM inggih ngawontenaken cangkriman utawi sayembara. Sumangga kula aturi sesarengan midhangetaken giyaran adicara ringgit purwa sedalu natas lumantar radio Suara Semarang.”
65
‘Para pemirsa semua dan para saudara tercinta jangan lupa bahwa acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio pilihan keluarga Suara Semarang FM setiap hari rabu mulai jam delapan malam sampai selesai. Para dalang yang membawakan sudah terkenal. Dunia pewayangan Suara Semarang juga menggelar cerita-cerita yang bagus. Wayang kulit Suara Semarang FM juga mengadakan tebakan atau sayembara. Mari saya persilakan bersama-sama mendengarkan acara wayang kulit semalam suntuk melalui radio Suara Semarang.’ (W 09) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode dalam kutipan iklan Ringgit Purwa Suara Semarang di atas
terjadi pada narator, yakni penggunaaan kata pilihan, hari rabu yang berasal dari kata
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama lugu.
(4) Iklan Askamex
NARATOR 1 : Cacingen, paringi Askamex. Efektif mbrasta cacing. Putra panjenengan dados sehat, aktif, lan semangat sinaunipun.
‘Cacingan, beri Askamex. Efektif berantas cacing. Anak Anda jadi sehat, aktif, dan semangat belajarnya.’ (W 07) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode dalam kutipan iklan Askamex di atas terjadi pada narator 1,
yakni penggunaaan kata efektif, aktif, semangat yang berasal dari kata bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama lugu.
66
4.2.3.6 Campur Kode Kata Bahasa Jawa Ragam Ngoko ke dalam Bahasa
Indonesia
Iklan Puder Tiga Delapan
NARATOR : Benar sakit kepala, sakit gigi, demam, badan lesu minum puder tiga delapan pasti cespleng.
‘Benar sakit kepala, sakit gigi, demam, badan lesu minum Puder Tiga Delapan pasti manjur.’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
Campur kode dalam kutipan iklan Puder Tiga Delapan di atas terjadi pada
laki-laki, yakni penggunaaan kata cespleng yang berasal dari Jawa ragam ngoko lugu
ke dalam bahasa Indonesia.
4.2.3.7 Campur Kode Kata Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Jawa
Ragam Ngoko Lugu
Iklan Srongpas Kapsul 3
a. Laki-laki : “Mas Tukul, dina iki ana jadwal talk show jam wolu lanjut shooting iklan lanjut wawancara karo majalah lan….”
‘Mas Tukul, hari ini ada jadwal talk show jam delapan lanjut shooting iklan lanjut wawancara dengan majalah dan....
b. TUKUL : “Srongpas darling, yen ngombe Srongpas pengene ya kudu ngegas lan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!”
‘Srongpas darling, kalau minum Srongpas inginya ya harus digas terus dan siap kerja keras. Srongpas kembali dongkrak tenaga. Puas, puas!’ (W 10) (Kelengkapan dialog iklan terdapat dalam lampiran).
67
Campur kode dalam kutipan iklan Srongpas Kapsul 3 di atas terjadi pada laki-
laki dan Tukul. Pada laki-laki terjadi campur kode kata bahasa Inggris ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko lugu yakni penggunaan kata talk show dan shooting.
Sedangkan pada Tukul terjadi campur kode kata darling yang berasal dari bahasa
Inggris ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu.
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis penelitian tentang pilihan bahasa dalam wacana iklan
berbahasa Jawa di radio dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Jenis-jenis iklan atau kategori cara penyampaian iklan yang ditemukan dalam
wacana iklan berbahasa Jawa di radio adalah iklan berdasarkan penjualan barang
dan jasanya. Iklan berdasarkan penjualan barang dan jasa yang ditemukan dalam
penelitian ini meliputi iklan pioneering dan iklan reminder. Iklan pioneering yang
ditemukan dalam penelitian ini meliputi (1) iklan Srongpas Kapsul 1, (2) iklan
Campur Sari Puyer Sembilan belas, (3) iklan Srongpas Kapsul 2, (3) iklan Ringgit
Purwa Suara Semarang, (4) iklan Salep Kulit Cap Sangalas, (5) iklan Puyer Cap
Sangalas, (6) iklan Askamex, (7) iklan Srongpas Kapsul 3, dan (8) iklan Puder
Tiga Delapan. Iklan reminder terdapat dalam wacana (1) iklan Suara Merdeka dan
(2) iklan BPR Mranggen Mitra Persada.
2. Pilihan bahasa yang ditemukan dalam wacana iklan berbahasa Jawa yakni
meliputi (1) penggunaan tunggal bahasa, (2) alih kode, dan (3) campur kode.
Tunggal bahasa yang terdapat dalam wacana iklan berbahasa Jawa yakni tunggal
bahasa ragam ngoko lugu. Alih kode yang ditemukan yakni (1) alih kode bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko lugu, (2) alih kode bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama lugu, dan (3) alih kode bahasa
69
Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam krama alus. Campur kode yang
ditemukan yakni (1) campur kode frase bahasa Jawa ragam krama ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko lugu, (2) campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko lugu, (3) campur kode frase bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa ragam krama lugu, (4) campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa ragam ngoko lugu, (5) campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa ragam krama lugu, (6) campur kode kata bahasa Jawa ragam ngoko
ke dalam bahasa Indonesia, dan (7) campur kode kata bahasa Inggris ke dalam
bahasa Jawa ngoko lugu.
5.2 Saran
Berdasarkan temuan penelitian ini, disarankan sebagai berikut.
1. Para penulis iklan agar mempertimbangkan penggunaan pilihan bahasa dan
kategori cara penyampaian iklan yang benar dan tepat sesuai sasaran agar dapat
lebih menarik konsumen atas barang atau produk yang ditawarkan.
2. Para pemerhati dan peneliti bahasa diharapkan dapat menindaklanjuti data dalam
penelitian pilihan bahasa dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio sebagai
penelitian lanjutan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, Nunik Sri. 2000. Gaya Bahasa dalam Iklan Berbahasa Jawa di Media Radio. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Sebuah Pengantar Awal. 2004. Jakarta: Rineka Cipta.
Cholissibah. 2002. Pilihan Bahasa Para Pedagang Etnik Cina di Pasar Banjarsari Pekalongan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fakultas Bahasa dan Seni. 2004. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Semarang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes.
Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Hifdhiyah.1999. Pilihan Bahasa Masyarakat Perajin Batik di Pekalongan: Kajian Sosiolinguistik”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Hosidah. 2001. Pilihan Bahasa dalam Ranah Pasar Masyarakat Tutur Dialek Banyumas. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga.
Kridalaksana, Harimurti. 1995. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia .
Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lee, Monle dan Carla Johnson. 2004. Prinsip-prinsip Periklanan dalam Perspektif Global. Jakarta: Prenada Media.
71
Madjadikara, Agus S. 2004. Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan: Bimbingan Praktis Penulisan Naskah Iklan (Copywriting). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogykarta: Tiara Wacana.
Muslihudin. 2001. Gaya Bahasa Retoris dalam Iklan Berbahasa Jawa di Televisi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Nababan. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Noviani, Ratna. 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Peni, Sri. 2002. Tindak Tutur Perlokusi Wacana Iklan Obat di Televisi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1979. Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rina, Cicik Haryati. 2003. “Tindak Tutur dalam wacana Iklan berbahasa Indonesia di Radio Swasta Semarang.” Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rusyana, Yus. 1988. Perihal Kedwibahsaan (Bilingualisme). Bandung: Depdikbud.
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suhandang, Kustadi. 2005. Periklanan: Kiat, Strategi dan Manajemen. Bandung: Nuansa.
72
Sumarsono, 2004. Sodiolinguistik. Jakarta:
Suseno. 2001. Pilihan Bahasa Warga FBS UNNES. Skripsi. Universitas Negeri Seamarang, Semarang.
Suwito. 1983. Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Surakarta: Henary Offset.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
.
73
74