Arditya Dian Andika

93
PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN FAKTOR KELANGSUNGAN HIDUP PERUSAHAAN TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING-CONCERN ( Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Seluruh Kota Semarang ) Diajukan sebagi salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Sains Akuntansi Nama : Arditya Dian Andika Nim : C4C005124 PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Transcript of Arditya Dian Andika

Page 1: Arditya Dian Andika

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN FAKTOR KELANGSUNGAN HIDUP

PERUSAHAAN TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING-CONCERN

( Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Seluruh Kota Semarang )

Diajukan sebagi salah satu syarat

Memperoleh derajat S-2 Magister Sains Akuntansi

Nama : Arditya Dian Andika

Nim : C4C005124

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2007

Page 2: Arditya Dian Andika

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi, sekarang ini perusahaan membutuhkan suatu kepastian

atau semacam jaminan tertentu yang dapat menimbulkan suatu rasa nyaman

dikemudian hari, dimana persaingan atau kompetisi didalam industri begitu berat.

Berkaitan dengan hal tersebut maka dibutuhkan suatu opini Going-Concern dari

auditor mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Opini audit mengenai

kelangsungan hidup perusahaan ini pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh

perusahaan, sehingga banyak perusahaan meminta auditor untuk melakukan audit

atas perusahaannya. Terdapat banyak faktor yang dapat menjadi bahan pertimbangan

auditor dalam mengambil opini audit Going-Concern, diantaranya adalah faktor –

faktor yang terdapat dalam struktur Corporate Governance dan faktor – faktor yang

terdapat dalam Kelangsungan Hidup Perusahaan, dimana didalamnya terdapat tren

negatif, masalah internal, masalah eksternal, serta ,masalah keuangan lain, dimana

dapat menjadi bahan pertimbangan auditor dalam memberikan suatu opini audit

Going-Concern ( Parker et.al.2005 dan Nogler.2006).

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-Concern

adalah faktor dari Struktur Good Corporate Governance. Good Corporate

Governance menurut Claessens (2006) dalam jurnal World Bank, adalah suatu sistem

tata kelola yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (korporasi) dengan biaya

yang rendah dan efisiensi yang tinggi, untuk menciptakan nilai tambah atau tingkat

pengembalian yang tinggi bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).

Page 3: Arditya Dian Andika

3

Adapun beberapa tujuan dari penerapan Good Corporate Governance tersebut

menurut Claessens (2006) diantaranya adalah peningkatan keefisiensian kerja

perusahaan, meningkatkan pengembalian modal (stakeholder), meminimalisasi biaya

kinerja perusahaan, meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Utama (2003), berbagai

keunggulan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance, diantaranya

adalah dapat meminimalisasi biaya keagenan, dengan cara mengontrol kepentingan

antara bawahan dan atasan. Keunggulan yang selanjutnya adalah dapat

meminimalisasi biaya pengeluaran modal, menambah image perusahaan dimata

investor, dan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dan mengubah sudut pandang

investor mengenai perusahaan tersebut. Penentuan Going-Concern pada suatu

perusahaan yang terdapat dalam Good Corporate Governance tidak hanya berjalan

begitu saja, tetapi harus memerlukan suatu tindakan audit untuk memeriksa

kelayakan Good Corporate Governance tersebut, terutama yang berhubungan

dengan faktor pimpinan perusahaan, diantaranya adalah pergantian kepemimpinan

perusahaan, faktor kepemilikan orang dalam dan Blockholder, serta faktor

karakteristik komite audit (Parker et.al.2005) Faktor – faktor tersebut diperlukan agar

menjadi layak bagi suatu perusahaan (korporasi) untuk melanjutkan dan

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-Concern

dalam Struktur Good Corporate Governance adalah mengenai pimpinan perusahaan.

Dalam suatu perusahaan pasti terdapat satu pimpinan dengan karakteristiknya sendiri

untuk mengatur kinerja perusahaan. Apabila sering terjadi pergantian pimpinan,

maka karakteristik gaya kepemimpinan yang diterapkan tiap – tiap pimpinan kepada

anak buahnya tentu saja akan berbeda – beda, sehingga akan mempengaruhi kinerja

Page 4: Arditya Dian Andika

4

perusahaan. Apabila kinerja perusahaan sudah terganggu, maka akan berdampak

pada kelangsungan hidup perusahaan tersebut, karena sudah tidak ada keseimbangan

kinerja dalam perusahaan tersebut (Parker et.al.2005).

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-Concern

dalam Struktur Good Corporate Governance adalah adanya faktor kepemilikan

orang dalam (Insider Holding) dan faktor Blockholder. Faktor kepemilikan orang

dalam dapat mempengaruhi keputusan auditor dalam memberikan opini dari segi

tekanan dan pengaruh yang diberikan dari pemilik perusahaan kepada auditor dengan

segala cara untuk dapat merubah opini yang akan diberikan oleh auditor, demikian

juga dengan adanya faktor Blockholder. Blockholder disini diartikan oleh Parker

et.al. (2005) sebagai saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar perusahaan

sekurang – kurangnya sebesar 5% dari saham yang beredar. Dengan adanya

kepemilikan saham tersebut, maka dari pihak luar juga merasa memiliki bagian

kekuasaan dari perusahaan tersebut, sehingga keputusan pihak – pihak tersebut dapat

menekan auditor untuk memberikan opini audit sesuai dengan keinginan pihak luar

tersebut.

Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-Concern

dalam Struktur Good Corporate Governance adalah faktor komite audit. Ada atau

tidaknya komite audit dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi auditor dalam

memberikan opini audit Going-Concern. Pengaruh yang diberikan komite audit

terhadap pemberian opini audit, dapat dilihat dari keefektifan dan keefisienan kinerja

komite audit itu sendiri dalam memeriksa dan membenarkan laporan audit

perusahaannya, atau dapat juga dilihat dari banyaknya pertemuan atau rapat komite

audit yang dilakukan. Hal ini terbukti menurut Parker et.al. (2005), bahwa semakin

Page 5: Arditya Dian Andika

5

sering dilakukan rapat atau pertemuan komite audit, maka dapat memberikan

pengaruh terhadap pemberian opini audit dari segi kinerja komite audit, karena

dengan semakin banyaknya dilakukan pertemuan atau rapat tersebut, maka kinerja

mereka akan semakin terlihat untuk membenahi laporan keuangan yang salah untuk

memajukan perusahaan.

Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit dalam

menentukan kelangsungan hidup suatu perusahaan (korporasi) adalah Faktor

Kelangsungan Hidup Perusahaan itu sendiri. Didalam Faktor Kelangsungan Hidup

Perusahaan tersebut, terdapat faktor – faktor yang dapat menyebabkan terganggunya

hidup perusahaan, diantaranya adalah menyangkut mengenai laporan keuangan

perusahaan, masalah – masalah internal perusahaan seperti masalah karyawan, sistem

perusahaan, dan sebagainya, serta masalah – masalah eksternal seperti masalah pada

pemasok yang memberikan suplai kepada perusahaan, peraturan – peraturan yang

dapat merugikan perusahaan, dan sebagainya.

Menurut PSA No.30 (2001) audit Going-Concern adalah audit mengenai

Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Entitas Dalam Mempertahankan

Kelangsungan Hidupnya, dan Statement on Auditing Standards (SAS) No. 59 (1988),

Auditor’s Concideration of an Entity’s Ability to Continue as a Going-Concern,

adalah adanya Trend negative, Masalah internal, Masalah eksternal, dan Masalah

keuangan lainnya. Faktor – faktor tersebut diperkirakan dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Tren negatif, merupakan suatu perilaku akuntansi utama perusahaan yang dapat

menurunkan atau merugikan perusahaan. Tren negatif tersebut, banyak

memperhatikan pada laporan keuangan perusahaan sebagai obyek pemeriksaan.

Page 6: Arditya Dian Andika

6

Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah seperti kurangnya modal kerja, arus kas

negatif, dan buruknya rasio keuangan, dimana apabila laporan keuangan suatu

perusahaan didapati hal – hal tersebut diatas, maka perusahaan tersebut pantas

diragukan kelangsungan hidupnya (SPAP.2001).

Masalah internal, adalah masalah yang timbul atau bersal dari dalam perusahaan,

dimana dari masalah internal tersebut dapat menyebabkan turunnya atau dapat

menyebabkan meruginya suatu perusahaan. Faktor – faktor yang terdapat dalam

masalah internal antara lain seperti pemogokan kerja, keluarnya karyawan

berpotensi, komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis. Faktor – faktor tersebut

merupakan faktor – faktor yang dapat mendukung kelancaran kinerja perusahaan.

Jika faktor – faktor tersebut dikatakan kurang atau bahkan tidak mendukung

perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengalami ketidak lancaran dalam

kinerjanya. Akibatnya, jika tidak diperbaiki keadaan tersebut, maka lama kelamaan

kinerja perusahaan tersebut akan terus menurun yang akibatnya perusahaan tersebut

akan bangkrut (Nogler.2006).

Masalah eksternal, merupakan masalah yang dapat menurunkan atau merugikan

perusahaan yang berasal dari luar perusahaan. Faktor – faktor yang terdapat dalam

masalah eksternal adalah seperti adanya undang – undang baru yang membahayakan

kegiatan operasi perusahaan, kehilangan pelanggan, hilangnya pemasok utama,

kerugian karena suatu bencana. Faktor – faktor tersebut dapat pula mempengaruhi

kelangsungan hidup perusahaan, karena perusahaan tidak dapat hidup sendiri.

Perusahaan jika ingin tetap exist dalam pasar, maka perusahaan tersebut juga harus

memperhatikan lingkungan sekitar, seperti harus pandai mencari dan

mempertahankan pekanggan, mencari pemasok cadangan, dan sebagainya agar tidak

Page 7: Arditya Dian Andika

7

ada yang hilang. Selain itu, perusahaan juga perlu mengikuti undang – undang yang

menyangkut kelangsungan hidup perusahaan, terutama yang dapat menghambat

pertumbuhan perusahaan atau bahakan dapat menghancurkan perusahaan. Hal – hal

tersebut perlu ditelaah agar dapat disiasati oleh manajemen perusahaan, dan agar

kegiatan operasi perusahaan dapat terus berjalan (Nogler.2006).

Faktor yang selanjutnya adalah masalah keuangan lainnya. Masalah keuangan

lainnya adalah masalah keuangan lain yang dapat membahayakan perusahaan, seperti

kegagalan memenuhi pinjaman, pembayaran deviden, restrukturisasi hutang,

pembayaran kepada pemasok. Faktor – faktor dari masalah keuangan lainnya yang

dialami oleh perusahaan, juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan,

dan mendapat bobot yang sama dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor

dengan faktor – faktor yang lain (Tren Negatif, Masalah Internal, Masalah

Eksternal). Seperti kegagalan dalam memenuhi pinjaman, restrukturisasi hutang,

masalah dalam pembayaran kepada pemasok, dapat mengakibatkan hilangnya

pemasok perusahaan, dan jika perusahaan tersebut tidak mempunyai cadangan

pemasok, maka akan menghambat kerja perusahaan. Seperti halnya masalah kepada

pemasok, masalah dalam pembayaran deviden juga dapat menyebabkan

kelangsungan hidup suatu perusahaan terganggu, karena jika terjadi masalah dalam

pembayaran deviden, maka penanam modal atau investor akan enggan menanamkan

modalnya kembali pada perusahaan tersebut, akibatnya perusahaan dapat mengalami

kekurangan modal dan menghambat kegiatan operasi perusahaan. Kehilangan

pemasok dan investor dapat pula menghambat kelancaran kinerja perusahaan, dan

dapat mengganggu kelangsungan hidup perusahaan, atau mungkin dapat

menghancurkan hidup perusahaan (Noegler,2006).

Page 8: Arditya Dian Andika

8

Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian

besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan

keuangan yang diaudit. Auditor harus mengevaluasi dengan cara mempertimbangkan

apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti

audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi

keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian

besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam jangka waktu pantas. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar

mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

jangka waktu pantas, maka auditor tersebut harus memperoleh informasi mengenai

rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa

tersebut, serta menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat

secara efektif dilaksanakan. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen,

auditor tersebut mengambil kesimpulan apakah auditor tersebut masih memiliki

kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Akan tetapi auditor tidak

bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang

(SPAP.2001).

Menurut Lombardi (2006), bila suatu perusahaan ingin tetap mempertahankan

kelangsungan hidupnya, perusahaan tersebut harus menyediakan suatu sistem dan

databases akuntansi mengenai perusahaan tersebut, agar memudahkan auditor dalam

melakukan pemeriksaan atas perusahaan. Adapun berbagai prosedur yang dapat

mengidentifikasi suatu kondisi atau peristiwa mengenai kemampuan entitas dalam

Page 9: Arditya Dian Andika

9

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas menurut,

Mulyadi (2002), yaitu dengan menggunakan prosedur analitik, review terhadap suatu

peristiwa dan kepatuhan – kepatuhan tertentu, dan sebagainya.

Banyak dari penelitian terdahulu yang meneliti mengenai keempat faktor tersebut

( Tren negatif, Masalah Internal, Masalah Eksternal, dan Masalah Keuangan Lain )

dan pengaruhnya terhadap opini audit Going-Concern. Tetapi banyak juga yang

hasilnya tidak berpengaruh positif atau kurang mendukung dari penelitian tersebut,

diantaranya menurut Zmijewski (1984), Altman (1968), serta Fanny dan Saputra

(2005), bahwa opini audit Going-Concern tidak mempengaruhi secara signifikan

terhadap kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya dalam jangka waktu pantas, dimana para peneliti tersebut lebih

mengutamakan pada model prediksi kebangkrutan yang lebih signifikan.

Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai faktor – faktor tersebut, adalah

penelitian yang hanya sebagian besar dititik beratkan pada Trend negatif dan masalah

keuangan lain saja yang dianggap dapat berakibat buruk bagi suatu perusahaan.

Kedua faktor tersebut dapat menyebabkan kebangkrutan dan akan menghambat suatu

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu

yang pantas, karena faktor – faktor yang lainnya dianggap tidak signifikan dalam

mempengaruhi opini audit Going-Concern, diantaranya adalah menurut Mutchler

(1984), Dichev dan Skinner ( 2002), serta Perry dan Shivdasani (2004). Sedangkan

menurut Nogler (2006), dimana keempat faktor tersebut menghasilkan

kesignifikanan yang tinggi mempengaruhi opini audit Going-Concern. Tetapi

dijelaskan didalam penelitiannya, bahwa auditor harus memberikan alternatif lain

Page 10: Arditya Dian Andika

10

supaya perusahaan dapat terus mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

jangka waktu pantas.

Menurut penelitian yang lain, faktor Going-Concern suatu perusahaan muncul

karena adanya pengaruh dari auditor yang mengaudit perusahaan tersebut, dengan

memunculkan anggapan dimana auditor harus dituntut untuk dapat memanfaatkan

dan memodifikasi auditannya sejauh yang auditor tersebut mampu, agar berdampak

baik bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan yang diauditnya, diantaranya

menurut Lenard et al. (2000), McKeown et al. (1991), Parker et al. (2005), Geiger et

al. (2005), Chen dan Church (1992), serta Bell (1991), auditor dituntut harus

melakukan modifikasi dalam melakukan auditannya. Sedangkan menurut Utama

(2003), memasukan modifikasi tersebut didalamnya yang berupa Trend positif,

sehingga muncul faktor baru yang dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan

opini audit Going-Concern. Faktor Trend positif, yaitu suatu tren atau

kecenderungan yang dapat menguntungkan perusahaan, sehingga dapat menaikkan

kinerja perusahaan, dan dapat membuat perusahaan tersebut dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Adapaun faktor – faktor yang terdapat dalam Trend Positif

diantaranya berupa peningkatan informasi bisnis perusahaan, peningakatan informasi

akuntansi perusahaan, dan peningkatan peraturan – peraturan yang menguntungkan

perusahaan. Sehingga tidak hanya memperhitungkan Trend negatifnya saja

(Utama,2003).

Auditor dalam melaksanakan prosedur auditnya untuk dapat mengidentifikasi

informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang jika dipertimbangkan secara

keseluruhan menunjukkan suatu kesangsian besar tentang kemampuan suatu

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu

Page 11: Arditya Dian Andika

11

pantas. Menurut PSA No.30 (2001) mengenai Pertimbangan Auditor Atas

Kemampuan Entitas Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya, dan

Statement on Auditing Standards (SAS) No. 59 (1988), Auditor’s Concideration of

an Entity’s Ability to Continue as a Going-Concern, signifikan atau tidaknya suatu

opini audit mengenai Going-Concern suatu perusahaan adalah tergantung atas suatu

kondisi atau peristiwa tersebut, dimana kondisi atau peristiwa tersebut terdiri

berbagai faktor didalamnya diantarnya yaitu faktor – faktor yang terdapat dalam

Corporate Governance, Faktor – faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan, serta

masalah keuangan lain, dimana dapat menjadi bahan pertimbangan auditor dalam

memberikan suatu opini audit Going-Concern (SPAP,2001).

Berdasarkan pada kenyataan yang ada, sebenarnya perusahaan yang meminta

untuk dilakukan audit Going-Concern pada perusahaannya, membutuhkan opini

tersebut untuk tetap memastikan kelangsungan hidup perusahaannya. Akan tetapi,

banyak pula perusahaan yang telah diaudit Going-Concern perusahaannya tidak

ingin menampilkan opini auditor mengenai opini audit Going-Concern ke publik,

yang dikhawatirkan akan menambah permasalahan pada perusahaan itu sendiri,

karena kondisi perekonomian yang masih belum stabil. Jika opini tersebut di

publikasikan sehingga dapat menarik banyak investor dan kondisi perusahaan

terhadap perekonomian stabil, maka akan mendapat dampak yang positif. Akan

tetapi, jika perusahaan tidak stabil menghadapi kondisi perekonomian yang masih

naik turun, maka akan berdampak negatif terhadap perusahaan tersebut, karena

tanggungan investor yang ada (Nogler,2006).

Penelitian ini menggambarkan pengaruh Struktur Corporate Governance dan

Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan, terhadap auditor dalam memberikan opini

Page 12: Arditya Dian Andika

12

audit Going-Concern. Dalam penelitian ini menggunakan indikator pengukuran

untuk Corporate Governance adalah jumlah pergantian pimpinan, kepemilikan orang

dalam dan kepemilikan saham, dan ada tidaknya komite audit. Untuk Faktor

Kelangsungan Hidup Perusahaan terdapat indikator berupa trend negatif, masalah

internal, masalah eksternal, dan masalah keuangan lain.

Jika hasil yang didapat adalah signifikan atau berpengaruh positif terhadap

pemberian Opini Audit Going-Concern, maka struktur Corporate Governance dan

Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan, berpengaruh terhadap pemberian opini

audit Going-Concern pada suatu perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini akan diteliti dan dibahas lebih lanjut mengenai faktor – faktor tersebut,

maka diperlukan suatu pendekatan mengenai faktor – faktor tersebut melalui persepsi

atau pemahaman dari suatu auditor, apakah menurut para auditor jika melakukan

Audit Going-Concern perlu menilai dan mempertimbangkan faktor – faktor tersebut

atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah

yang dapat diambil adalah, apakah Struktur Corporate Governance dan

Kelangsungan Hidup Perusahaan berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit

Going-Concern dari Auditor.

1. Apakah Struktur Corporate Governance yang terdiri dari Pergantian CEO,

Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Ekstrenal, serta Adanya Tidaknya

Komite Audit dan Frekuensi Pertemuan Komite Audit berpengaruh terhadap

Opini Audit Going-Concern.

Page 13: Arditya Dian Andika

13

2. Apakah Kelangsungan Hidup Perusahaan yang terdiri dari Tren Negatif, Masalah

Internal, Masalah Eksternal, dan Masalah Keuangan lain berpengaruh terhadap

Opini Audit Going-Concern.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai analisis faktor – faktor dari Struktur

Corporate Governance dan Faktor – faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan, dalam

mempengaruhi opini audit Going-Concern, dimana dalam penelitian ini

mengharapkan adanya hubungan positif antara faktor – faktor dari Struktur

Corporate Governance dan Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan terhadap

pemberian Opini Audit Going-Concern, yang berdampak pada kelangsungan hidup

suatu perusahaan, maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh faktor –

faktor dari Struktur Corporate Governance terhadap Opini Audit Going-

Concern.

2. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh faktor –

faktor dari Kelangsungan Hidup Perusahaan terhadap pemberian Opini Audit

Going-Concern.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi auditor, dapat digunakan untuk referensi agar lebih memahami mengenai

Audit Going-Concern dan bagaimana melakukan auditnya sesuai dengan

Page 14: Arditya Dian Andika

14

prosedur pada SPAP, serta memahami faktor – faktor apa saja yang

bersangkutan dengan pemberian Opini Audit Going-Concern.

2. Bagi perusahaan, dapat digunakan untuk referensi agar lebih memperhatikan dan

memahami faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya,

terutama menyangkut pada faktor – faktor Going-Concern perusahaan.

3. Bagi penelitian lebih lanjut telah terbuka jalan, dapat digunakan untuk referensi

mengenai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi seorang auditor dalam

memberikan opini audit Going-Concern, terutama untuk menganalisis lebih

lanjut mengenai masing – masing indikator dari variabel – variabel yang dapat

mempengaruhi pemberian Opini Audit Going-Concern.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah gambaran penulisan makalah secara umum dari

awal hingga akhir (Subiyanto 1987). Dalam proposal ini terdapat sistematika

penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari telaah teori, kerangka pemikiran,

dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN, terdiri dari disain penelitian, populasi, sampel,

besar sampel, dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan

definisi operasional variabel, instrumen penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis.

Page 15: Arditya Dian Andika

15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, terdiri dari data

penelitian, dan hasil penelitian, serta pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, terdiri dari kesimpulan dan saran

(Program Studi Magister Sains Akuntansi).

Page 16: Arditya Dian Andika

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Teori

2.1.1 Teori Pengambilan Keputusan

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Teori Pengambilan

Keputusan. Menurut Robbins (2003), Individu – individu dalam mengambil

keputusan yaitu, mereka membuat pilihan dari antara dua alternatif atau lebih.

Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah yang

dihadapi.

Menurut Robbins (2003), pengambilan keputusan yang optimal adalah rasional.

Rasional adalah rujukan terhadap pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai.

Jadi, pembilan keputusan yang rasional adalah model pengambilan keputusan yang

menggambarkan bagaimana para individu hendaknya berperilaku untuk

memaksimalkan hasil. Menurut Robbins, terdapat langkah – langkah dalam model

pengambilan keputusan rasional, yaitu menetapkan masalah, identifikasi kriteria

keputusan, mengembangkan alternatif, mengevaluasi alternatif, dan memilih

alternatif yang terbaik. Selain itu, pengambilan keputusan rasional juga

membutuhkan suatu kreativitas. Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

menggabungkan gagasan – gagasan dalam satu cara yang unik atau membuat asosiasi

yang luar biasa antara gagasan – gagasan (Robbins,2003)

Hubungan yang dapat digambarkan dari teori diatas dalam penelitian adalah

bahwa auditor dalam mengambil suatu keputusan Going-Concern, harus didasarkan

pada suatu keputusan yang rasional. Dalam mengambil keputusan yang rasional,

Page 17: Arditya Dian Andika

17

auditor juga dituntut harus mempunyai ide kreatif untuk membuat suatu asosiasi

yang luar biasa diantara berbagai alternatif. Oleh karena itu, auditor dapat mengikuti

langkah – langkah dalam model pengambilan keputusan rasional yang diungkapkan

oleh Robbins sebagai referensi, dimana langkah – langkah yersebut adalah

menetapkan masalah, identifikasi kriteria keputusan, mengembangkan alternatif,

mengevaluasi alternatif, dan memilih alternatif yang terbaik.

2.1.2 Teori Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganiszasikan

dan menafsirkan kesan – kesan indera mereka agar memberikan makna bagi

lingkungan mereka (Robbins, 2003). Dalam penelitian ini dapat digambarkan, bahwa

bila auditor mengamati perilaku yang ada, mereka mencoba menentukan apakah

suatu faktor terjadi karena disebabkan oleh faktor lain, atau terjadi dengan

sendirinya.

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi persepsi adalah pelaku persepsi itu

sendiri, target, dan situasi. Pelaku persepsi adalah seorang individu yang memandang

pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihat, penafsiran itu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu. Karakteristik –

karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang

dipersepsikan. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan

suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi. Sedangkan situasi

dapat mempengaruhi persepsi, karena unsur – unsur lingkungan sekitar dapat

mempengaruhi persepsi kita. Jadi untuk mengambil suatu opini, auditor juga harus

mempertimbangkan target dan situasi. Auditor adalah pelaku, seperti halnya dengan

Page 18: Arditya Dian Andika

18

adanya target yang harus tercapai dan situasi yang berat disekitar auditor, dapatr

mempengaruhi auditor dalam memberikan opini auditnya (Robbins,2003).

2.1.3 Good Corporate Governance

Good Corporate Governance menurut Claessens (2006) dalam jurnal World

Bank, adalah suatu sistem tata kelola yang mengatur dan mengendalikan perusahaan

(korporasi) dengan biaya yang rendah dan efisiensi yang tinggi, untuk menciptakan

nilai tambah atau tingkat pengembalian yang tinggi bagi semua pihak yang

berkepentingan (stakeholder). Adapun beberapa tujuan dari penerapan Good

Corporate Governance tersebut diantaranya adalah peningkatan keefisiensian kerja

perusahaan, meningkatkan pengembalian modal (stakeholder), meminimalisasi biaya

kinerja perusahaan, meningkatkan nilai perusahaan. Parker et.al (2005)

menerjemahkan bahwa terdapat struktur – struktur penting dalam Corporate

Governance, diantaranya adalah pergantian kepemimpinan perusahaan, kepemilikan

saham oleh pihak internal atau manajerial dan pihak eksternal (Blockholder) yang

minimal harus memiliki 5% dari saham yang beredar, serta karakteristik komite

audit, dimana didalamnya terdapat faktor ada tidaknya komite audit dan frekuensi

pertemuan komite audit.

Good Corporate Governance merupakan suatu proses dan struktur yang

digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan

akuntabilitas perusahaan. Good Corporate Governance dapat pula diartikan sebagai

mekanisme pengelolaan perusahaan untuk memastikan bahwa tindakan manajemen

akan selalu diarahkan pada peningkatan nilai perusahaan ( Bridwan 2000 ). Secara

umum, prinsip – prinsip Good Corporate Governance terdiri dari Keadilan

Page 19: Arditya Dian Andika

19

(Fairness), dimana menjamin perlindungan hak – hak pemegang saham, serta

menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. Transparansi

(Transparancy), yaitu mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu

serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan,

pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. Akuntabilitas

(Accountability), menjelaskan peran dan tanggung jawab serta mendukung usaha

menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham,

sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. Pertanggungjawaban

(Resposibility), merupakan kepastian dipatuhinya peraturan – peraturan serta

ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya nilai – nilai sosial (Arifin,2005).

2.1.4 Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

Menurut PSA No.30 (2001) mengenai Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan

Entitas Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya, signifikan atau tidaknya

suatu Opini Audit mengenai Going-Concern suatu perusahaan adalah tergantung atas

suatu kondisi atau peristiwa tersebut, dimana kondisi atau peristiwa tersebut terdiri

berbagai faktor didalamnya yaitu berupa Trend negative, Masalah internal, Masalah

eksternal, dan Masalah keuangan lainnya.

Trend negative merupakan suatu perilaku akuntansi utama perusahaan yang dapat

menurunkan atau merugikan perusahaan, seperti kurangnya modal kerja, arus kas

negatif, dan buruknya rasio keuangan. Masalah internal adalah masalah dari dalam

perusahaan yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan, seperti pemogokan

kerja, keluarnya karyawan berpotensi, komitmen jangka panjang yang tidak

ekonomis. Masalah eksternal adalah merupakan masalah yang dapat menurunkan

Page 20: Arditya Dian Andika

20

atau merugikan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, seperti adanya undang

– undang baru yang membahayakan kegiatan operasi perusahaan, kehilangan

pelanggan, hilangnya pemasok utama, kerugian karena suatu bencana. Sedangkan

masalah keuangan lainnya adalah masalah keuangan lain yang dapat membahayakan

perusahaan, seperti kegagalan memenuhi pinjaman, pembayaran deviden,

restrukturisasi hutang, pembayaran kepada pemasok (Nogler, 2006).

Penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor – faktor tersebut adalah

Mutchler (1984) yang meneliti hanya sebagian besar dititik beratkan pada Trend

negatif dan masalah keuangan lain saja yang dianggap dapat berakibat buruk bagi

suatu perusahaan. Kedua faktor tersebut dapat menyebabkan kebangkrutan dan akan

menghambat suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam jangka waktu yang pantas, karena faktor – faktor yang lainnya dianggap tidak

signifikan dalam mempengaruhi Opini Audit Going-Concern.

2.1.5 Opini Audit Going-Concern

Opini Audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan laporan audit.

Opini Audit merupakan bagian penting informasi yang disampaikan oleh auditor

ketika mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan yang menitikberatkan pada

kesesuaian antara laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia. Paragraf pendapat dalam laporan audit dengan tegas menyatakan bahwa

yang diberikan adalah suatu pendapat dan bukan suatu pernyataan mutlak atau

jaminan. Di dalam laporan auditor pada paragraf pengantar pendahuluan dengan

tegas dinyatakan yang menjadi tanggung jawab auditor adalah pada pendapat yang

Page 21: Arditya Dian Andika

21

diberikan, sementara laporan keuangan yang diaudit adalah tanggung jawab

manajemen (SPAP,2001).

Opini Audit Going-Concern adalah merupakan suatu kegiatan evaluasi dari

auditor mengenai kelangsungan hidup dari suatu entitas. Opini audit Going-Concern

tersebut merupakan suatu evaluasi kesangsian dari auditor atas kemampuan suatu

entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.

Opini Audit Going-Concern dibagi menjadi dua, yaitu Opini Audit Going-Concern

positif yang berarti auditor memberikan pendapat atau suatu opini yang positif bagi

suatu perusahaan, seperti memberikan pendapat bahwa perusahaan tersebut mampu

melangsungkan hidupnya dalam jangka waktu tertentu hingga audit berikutnya, akan

tetapi jika suatu perusahaan mendapatkan opini yang positif belum tentu perusahaan

tersebut bukan tidak ada masalah. Perusahaan tersebut dapat saja mengalami suatu

masalah, tetapi tidak mengganggu jalannya kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Opini Audit Going-Concern yang kedua adalah Opini Audit Going-Concern negatif

yang berarti auditor memberikan opini atau pendapat yang bersifat negatif, seperti

pendapat auditor yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut menimbulkan suatu

kesangsian akan kelangsungan hidup usahanya, akan tetapi belum tentu juga

perusahaan tersebut tidak dapat melanjutkan kelangsungan hidupnya.

(Boyton,Johnson,Kell, 2003).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian – penelitian yang digunakan sebagai acuan,

dimana telah dilakukan pengujian mengenai topik yang sama sebelumnya. Dalam

penelitan terdahulu, terdapat beberapa penelitian yang digunakan sebagai acuan,

Page 22: Arditya Dian Andika

22

yaitu Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Geiger et.al.(2005), Parker

et.al.(2005), dan Nogler (2006).

2.2.1 Peneltian Terdahulu Mengenai Opini Audit Going-Concern

Menurut Mutchler (1984), opini audit Going-Concern berpengaruh tetapi tidak

secara positif terhadap kelangsungan hidup perusahaan, karena banyak dari auditor

itu sendir tidak setuju terhadap peraturan audit yang ada. Variabel – variabel yang

digunakan oleh Mutchler adalah Problem Company, Going-Concern Audit Report,

Recipent, dan Ration Banking. Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

oleh Geiger et.al.(2005), dimana Opini audit Going-Concern tidak terlalu

mempengaruhi secara signifikan terhadap kebangkrutan suatu perusahaan, sehingga

auditor harus menggunakan seluruh kemampuannya untuk memodifikasi faktor –

faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan. Akan tetapi variabel yang digunakan

oleh Geiger et.al.(2005) berbeda dengan yang digunakan oleh Mutchler, yaitu Audit

Opinion Going-Concern, Audit Opinion Going-Concern Modified, dan Bankruptcy.

2.2.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Corporate Governance

Menurut Carcello dan Neal (2000), bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara Corporate Governance (Audit Committee) dengan pelaporan auditor mengenai

audit Going-Concern baik yang dimodifikasi maupun yang tidak dimodifikasi,

dengan aturan – aturan modifikasi yang ada. Sedangkan variabel – variabel yang

digunakan oleh Carcello dan Neal adalah Corporate Governance (Audit Committee),

Going-Concern modified, Going-Concern unmodified or modified for a consistency

exception. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Carcello dan Neal tersebut,

Page 23: Arditya Dian Andika

23

diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Parker et.al.(2005), dimana

Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang positif antara faktor-

faktor Corporate Governance dengan opini audit Going-Concern, tetapi tidak

berpengaruh signifikan. Sedangkan variabel – variabel yang digunakan oleh Parker

et.al. lebih spesifik kepada struktur Corporate Governance itu sendiri, yaitu CEO

Turnover, BlockHolder Ownership, dan Committee Audit.

2.2.3 Peneltian Terdahu Mengenai Audit Going-Concern (Kelangsungan Hidup

Perusahaan)

Sementara itu, penelitian yang telah dilakukan oleh Nogler (2006)

mengungkapkan bahwa Auditor harus memberikan cara, saran, atau jalan alternatif

agar perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Variabel – variabel yang

digunakan oleh Nogler adalah spesifik pada standar audit yang digunakan sebagai

acuan auditor dalam melakukan audit kelangsungan hidup perusahaan (Standard

Audit Going-Concern), yaitu tren negatif (Negative Trends), masalah keuangan lain

(Other Matters), masalah eksternal (External Matters), dan masalah internal

perusahaan (Internal Matters).

2.2.4 Tabel Penelitian Terdahulu

Pada tabel 2.1 berikut, yaitu tabel mengenai penelitian terdahulu, akan dijelaskan

lebih lanjut mengenai penelitian – penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

dimana penelitian – penelitian tersebut dijadikan acuan dalam penelitian. Penelitian –

penelitian tersebut menyangkut pengaruh struktur corporate governance dan faktor

kelangsungan hidup perusahaan terhadap opini audit going-concern.

Page 24: Arditya Dian Andika

24

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

Penelitian – Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Hasil

Mutchler (1984)

Problem Company Going-Concern Audit Report Recipent Ration Ranking

Opini audit Going-Concern berpengaruh tetapi tidak secara positif terhadap kelangsungan hidup perusahaan, karena banyak dari auditor itu sendiri tidak setuju terhadap peraturan audit yang ada.

Carcello dan Neal (2000)

Corporate Governance (Audit Committee) Going-Concern modified Going-Concern unmodified or modified for a consistency exception

Terdapat hubungan yang signifikan antara Corporate Governance (Audit Committee) dengan pelaporan auditor mengenai audit Going-Concern baik yang dimodifikasi maupun yang tidak dimodifikasi, dengan aturan – aturan modifikasi yang ada.

Geiger et. al. (2005)

Audit Opinion Going-Concern Audit Opinion Going-Concern Modified Bankruptcy

Opini audit Going-Concern tidak terlalu mempengaruhi secara signifikan terhadap kebangkrutan suatu perusahaan, sehingga auditor harus menggunakan seluruh kemampuannya untuk memodifikasi faktor – faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan.

Parker et. al. (2005)

Corporate Governance : CEO Turnover BlockHolder Ownership Committee Audit

Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang positif antara faktor-faktor Corporate Governance dengan opini audit Going-Concern, tetapi tidak berpengaruh signifikan.

Nogler (2006)

Standard Audit Going-Concern: Negative Trends, Other Matters, External Matters, Internal Matters

Auditor harus memberikan cara, saran, atau jalan alternatif agar perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Page 25: Arditya Dian Andika

25

2.2.5 Perbedaan Pada Penelitian Sebelumnya

Perbedaan yang diambil dalam penelitian ini adalah berusaha menggabungkan

variabel – variabel (Struktur Corporate Governance dan Faktor Kelangsungan Hidup

Perusahaan) yang sebelumnya diuji pengaruhnya terhadap Opini Audit Going-

Concern secara terpisah. Sehingga variabel – variabel (Struktur Corporate

Governance dan Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan) tersebut diuji menjadi satu

secara langsung pengaruhnya terhadap Opini Audit Going-Concern.

2.3 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini, menggambarkan pengaruh dari

Struktur Corporate Governance dan Faktor Kelangsungan Hidup perusahaan,

dimana dalam Struktur Corporate Governance terdapat struktur pergantian

kepemimpinan perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

kepemilikan saham oleh pihak internal dan eksternal, dimana dengan adanya campur

tangan dari pihak – pihak tersebut, maka dapat mempengaruhi dan mendesak auditor

dalam memberikan opini audit, karakteristik komite audit yang didalamnya terdapat

ada tidaknya komite audit itu sendiri dan frekuensi pertemuan komite audit, dimana

karakteristik tersebut dapat pula mempengaruhi auditor dalam melakukan pekerjaan

auditnya untuk memberikan suatu opini audit (Parker,et.al.,2005). Sedangkan untuk

Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan terdapat faktor tren negatif, masalah

internal, masalah eksternal, dan masalah keuangan lain yang dialami oleh perusahaan

(SPAP.2001, Nogler.2006). Penjelasan mengenai kerangka pemikiran dan hipotesis

tersebut, jika dituangkan atau digambarkan kerangka pemikirannya dan hipotesis –

hipotesisnya, maka akan didapat pada gambar 2.1 berikut ini.

Page 26: Arditya Dian Andika

26

Page 27: Arditya Dian Andika

27

2.3.1 Pengaruh Struktur Dalam Corporate Governance Terhadap Opini Audit

Going-Concern

Good Corporate Governance adalah suatu sistem tata kelola yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan (korporasi) dengan biaya yang rendah dan efisiensi yang

tinggi, untuk menciptakan nilai tambah atau tingkat pengembalian yang tinggi bagi

semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) (Claessens,2006). Tujuannya adalah

peningkatan keefisiensian kerja perusahaan, meningkatkan pengembalian modal

(stakeholder), meminimalisasi biaya kinerja perusahaan, meningkatkan nilai

perusahaan, yang didalamnya terdapat unsur - unsur penting dalam Corporate

Governance, diantaranya adalah pergantian kepemimpinan, kepemilikan saham oleh

pihak internal dan eksternal, karakteristik komite audit yang didalamnya terdapat ada

tidaknya komite audit itu sendiri dan frekuensi pertemuan komite audit

(Parker,et.al.,2005). Dari penjelasan pemikiran diatas menghasilkan hipotesis

sebagai berikut :

H1 : Struktur Corporate Governance berpengaruh positif terhadap Opini Audit

Going-Concern.

2.3.2 Pengaruh Faktor – Faktor dalam Kelangsungan Hidup Perusahaan

Terhadap Opini Audit Going-Concern

Menurut PSA No.30 (2001) mengenai Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan

Entitas Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya, dilakukan atas suatu

kondisi atau suatu peristiwa yang terjadi dalam perusahaan tersebut, dimana kondisi

atau peristiwa tersebut terdiri berbagai faktor didalamnya yaitu berupa Trend negatif,

Masalah internal, Masalah Eksternal, Masalah keuangan lain.

Page 28: Arditya Dian Andika

28

Trend negatif, yaitu merupakan suatu perilaku akuntansi utama perusahaan yang

dapat menurunkan atau merugikan perusahaan, seperti kurangnya modal kerja, arus

kas negatif, dan buruknya rasio keuangan. Masalah internal adalah masalah dari

dalam perusahaan yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan, seperti

pemogokan kerja, keluarnya karyawan berpotensi, komitmen jangka panjang yang

tidak ekonomis. Masalah eksternal adalah merupakan masalah yang dapat

menurunkan atau merugikan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, seperti

adanya undang – undang baru yang membahayakan kegiatan operasi perusahaan,

kehilangan pelanggan, hilangnya pemasok utama, kerugian karena suatu bencana.

Sedangkan masalah keuangan lainnya adalah masalah keuangan lain yang dapat

membahayakan perusahaan, seperti kegagalan memenuhi pinjaman, pembayaran

deviden, restrukturisasi hutang, pembayaran kepada pemasok (SPAP.2001,

Nogler,2006). Maka, dari penjelasan pemikiran diatas, maka didapat hipotesis

sebagai berikut :

H2 : Faktor – faktor dalam Kelangsungan Hidup Perusahaan berpengaruh positif

terhadap pemberian Opini Audit Going-Concern.

Page 29: Arditya Dian Andika

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rancangan bentuk atau model suatu penelitian.

Desain penelitian sangat penting, karena keberhasilan suatu penelitian sangat

dipengaruhi oleh pilihan desain atau medel penelitian. Dalam menyusun strategi,

harus memperhatikan tiga tipologi desain penelitian, yaitu desain survei, desain studi

kasus, desain eksperimen. Sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan adalah

desain survei.

Desain survei dikenal dalam penelitian ilmu – ilmu sosial yang dilakukan dengan

mengambil sampel dari suatu populasi. Desain penelitian survei merupakan suatu

perancangan penelitian dengan tujuan melakukan pengujian yang cermat dan teliti

terhadap suatu obyek penelitian berdasarkan suatu situasi atau kondisi tertentu

dengan melihat kesesuaiannya dengan pernyataan atau nilai tertentu yang diikuti dan

diamati dengan cermat dan teliti.

Desain survei yang dipilih dalam penelitian ini adalah menggunakan metode

survei, yang merupakan jenis data primer yang diperoleh dan dikumpulkan secara

langsung dari nara sumber. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagi

kuesioner, yang pada dasarnya berisi tiga macam pertanyaan, yaitu pertanyaan

tentang identitas responden, pertanyaan tentang pengalaman perilaku responden,

pertanyaan tentang sikap, pendapat, dan keyakinan atau persepsi responden. Melalui

kuesioner, pertanyaan peneliti dan jawaban responden dikemukakan dengan cara

tertulis.

Page 30: Arditya Dian Andika

30

Alasan memilih desain tersebut, karena desain survei tersebut merupakan bagian

dari studi eksplorasi ( exploration study ) atau studi penjajakan, dimana dibagi

menjadi empat kelompok, yaitu survei, analisis data sekunder, metode studi kasus,

dan uji coba. Studi eksplorasi, yang pada dasarnya adalah untuk memahami

karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti, mengungkapkam dimana dalam

studi ini memiliki tujuan yang saling terkait, yaitu melakukan diagnosa terhadap

suatu fenomena yang terjadi, dan menyaring alternatif – alternatif yang ada, serta

menemukan ide – ide baru dari suatu fenomena tersebut (Indriantoro dan Supomo,

1999).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah di wilayah kota Semarang

dimana terdapat 17 Kantor Akuntan Publik. Alasan menggunakan lokasi tersebut,

karena lokasi tersebut dianggap telah dapat memenuhi syarat untuk dilakukan

pengujian, karena banyak auditor dalam lokasi tersebut telah melakukan audit Going-

Concern .Sedangkan waktu penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah mulai akhir

2006, dan dilakukan berbagai periode hingga pengumpulan data yang dilakukan

selesai. Karena pengumpulan data terlihat cukup tidak mudah, maka kemungkinan

besar akan didapati sedikit kesulitan oleh peneliti mengumpulkan data, dan waktu

yang cukup lama.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat tipe hubungan antar variabel sebab-akibat. Dimana

dalam variabel sebab yang juga merupakan variabel eksogen terdapat faktor – faktor

Page 31: Arditya Dian Andika

31

yang dapat mempengaruhi dalam pemberian Opini Audit Going-Concern, yang

disebut sebagai variabel endogen, karena merupakan akibat yang terjadi dari

pengaruh faktor – faktor Opini Audit Going-Concern ( Struktur Corporate

Governance dan Audit Going-Concern).

3.3.1 Variabel eksogen

Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah terdapat Struktur Corporate

Governance dan faktor – faktor dalam Kelangsungan Hidup Perusahaan yang

didalamnya terdapat trend positif, negatif, masalah internal, eksternal, dan masalah

keuangan lain yang dialami oleh perusahaan, dimana faktor – faktor tersebut

merupakan faktor yang digunakan oleh auditor sebagai bahan pertimbangan untuk

memberikan opini audit Going-Concern, dimana faktor – faktor tersebut dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Adapun penjelasan dari faktor

– faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan tersebut

adalah sebagai berikut.

3.3.1.1 Struktur Corporate Governance

Variabel eksogen yang pertama adalah Struktur Corporate Governance, yang

terdiri diantaranya adalah pergantian kepemimpinan perusahaan yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan, kepemilikan saham oleh orang dalam (internal)

atau pihak manajerial dan kepemilikan eksternal (Blockholder) yang harus dimiliki

minimal 5% dari saham yang beredar, dimana dengan adanya campur tangan dari

pihak – pihak tersebut, maka dapat mempengaruhi dan mendesak auditor dalam

memberikan opini audit, selain itu ada karakteristik komite audit dimana didalamnya

Page 32: Arditya Dian Andika

32

terdapat faktor ada tidaknya komite audit itu sendiri dan frekuensi pertemuan komite

audit. Karakteristik tersebut dapat pula mempengaruhi auditor dalam melakukan

pekerjaan auditnya untuk memberikan suatu opini audit. Unsur – unsur penting

tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya (Parker,et.al.2005).

3.3.1.2 Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

Variabel eksogen yang kedua adalah Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

berisi trend positif, negatif, masalah internal, eksternal, dan masalah keuangan lain

yang dialami oleh perusahaan. Trend negatif merupakan suatu perilaku akuntansi

utama perusahaan yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan, dimana

dalam faktor tersebut sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan Dalam

faktor trend negatif terdapat diantaranya seperti kurangnya modal kerja, arus kas

negatif, dan buruknya rasio keuangan. Masalah internal adalah masalah dari dalam

perusahaan yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan. Faktor – faktor

masalah internal diantaranya adalah seperti pemogokan kerja, keluarnya karyawan

berpotensi, komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis. Masalah eksternal adalah

merupakan masalah yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan yang

berasal dari luar perusahaan. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah seperti

adanya undang – undang baru yang membahayakan kegiatan operasi perusahaan,

kehilangan pelanggan, hilangnya pemasok utama, kerugian karena suatu bencana.

Sedangkan masalah keuangan lainnya adalah masalah keuangan lain yang dapat

membahayakan perusahaan. Adapun masalah – masalah tersebut adalah seperti

Page 33: Arditya Dian Andika

33

kegagalan memenuhi pinjaman, pembayaran deviden, restrukturisasi hutang,

pembayaran kepada pemasok (SPAP.2001, Nogler.2006).

3.3.2 Variabel Endogen

Variabel endogen adalah suatu variabel akibat yang mendapat pengaruh dari

variabel eksogen. Dalam penelitian ini adalah Opini Audit Going-Concern yang

dapat pengaruh dari faktor – faktor pengaruh Opini Audit Going-Concern .

Opini Audit Going-Concern adalah merupakan suatu kegiatan evaluasi dari

auditor mengenai kelangsungan hidup dari suatu entitas. Opini Audit Going-Concern

tersebut merupakan suatu evaluasi kesangsian dari auditor atas kemampuan suatu

entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas

(SPAP.2001). Opini Audit Going-Concern dibagi menjadi dua, yaitu Opini Audit

Going-Concern positif yang berarti auditor memberikan pendapat atau suatu opini

yang positif bagi suatu perusahaan, seperti memberikan pendapat bahwa perusahaan

tersebut mampu melangsungkan hidupnya dalam jangka waktu tertentu hingga audit

berikutnya. Pada saat perusahaan tersebut mendapat Opini Audit Going-Concern

yang bersifat positif, belum tentu perusahaan tersebut tidak mengalami suatu masalah

dalam perusahaan. Perusahaan tersebut mengalami suatu masalah didalamnya, akan

tetapi tidak mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Opini Audit

Going-Concern yang ke dua adalah Opini Audit Going-Concern negatif yang berarti

auditor memberikan opini atau pendapat yang bersifat negatif, seperti pendapat

auditor yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut menimbulkan suatu kesangsian

akan kelangsungan hidup usahanya, akan tetapi setelah perusahaan mendapatkan

Opini Audit Going-Concern yang bersifat negatif, belum tentu juga perusahaan

Page 34: Arditya Dian Andika

34

tersebut tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu Opini

Audit Going-Concern merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perusahaan,

terutama bagi perusahaan yang Go-Public, sehingga dapat menarik minat investor

agar menginvestasikan uangnya pada suatu perusahaan tersebut

(Boyton,Johnson,Kell, 2003).

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yang pertama adalah dari

variabel eksogen, Corporate Governance yang terdiri pergantian kepemimpinan

perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, kepemilikan saham oleh

orang dalam (internal) atau pihak manajerial dan kepemilikan eksternal

(Blockholder) yang harus dimiliki minimal 5% dari saham yang beredar, dimana

dengan adanya campur tangan dari pihak – pihak tersebut, maka dapat

mempengaruhi dan mendesak auditor dalam memberikan opini audit, selain itu ada

karakteristik komite audit dimana didalamnya terdapat faktor ada tidaknya komite

audit itu sendiri dan frekuensi pertemuan komite audit. Karakteristik tersebut dapat

pula mempengaruhi auditor dalam melakukan pekerjaan auditnya untuk memberikan

suatu opini audit. Unsur – unsur penting tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan

suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

(Parker,et.al.2005).

Instrumen penelitian yang lain dari variabel eksogen dalam penelitian ini adalah

dari Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan, yang berisi trend negatif, masalah

internal, eksternal, dan masalah keuangan lain yang dialami oleh perusahaan. Trend

negatif merupakan suatu perilaku akuntansi utama perusahaan yang dapat

Page 35: Arditya Dian Andika

35

menurunkan atau merugikan perusahaan, dimana dalam faktor tersebut sangat

mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan Dalam faktor trend negatif terdapat

diantaranya seperti kurangnya modal kerja, arus kas negatif, dan buruknya rasio

keuangan. Masalah internal adalah masalah dari dalam perusahaan yang dapat

menurunkan atau merugikan perusahaan. Faktor – faktor masalah internal

diantaranya adalah seperti pemogokan kerja, keluarnya karyawan berpotensi,

komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis. Masalah eksternal adalah

merupakan masalah yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan yang

berasal dari luar perusahaan. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah seperti

adanya undang – undang baru yang membahayakan kegiatan operasi perusahaan,

kehilangan pelanggan, hilangnya pemasok utama, kerugian karena suatu bencana.

Sedangkan masalah keuangan lainnya adalah masalah keuangan lain yang dapat

membahayakan perusahaan. Adapun masalah – masalah tersebut adalah seperti

kegagalan memenuhi pinjaman, pembayaran deviden, restrukturisasi hutang,

pembayaran kepada pemasok (SPAP.2001, Nogler.2006).

Instrumen penelitian yang terakhir adalah dari variabel endogen, yaitu Opini

audit Going-Concern yang dibagi menjadi dua, yaitu opini audit Going-Concern

positif yang berarti auditor memberikan pendapat atau suatu opini yang positif bagi

suatu perusahaan, seperti memberikan pendapat bahwa perusahaan tersebut mampu

melangsungkan hidupnya dalam jangka waktu tertentu hingga audit berikutnya, yang

dibagi menjadi dua, yaitu positif yang tidak bermasalah dan positif yang bermasalah,

serta opini audit Going-Concern negatif yang berarti auditor memberikan opini atau

pendapat yang bersifat negatif, seperti pendapat auditor yang menyatakan bahwa

perusahaan tersebut menimbulkan suatu kesangsian akan kelangsungan hidup

Page 36: Arditya Dian Andika

36

usahanya, yang dibagi menjadi dua, yaitu dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya, dan yang tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya

(Boyton,Johnson,Kell, 2003).

Tabel 3.1 berikut merupakan tabel mengenai variabel yang digunkan dalam

penelitian ini, dimana didalamnya terdapat skala akan yang digunakan dalam

penelitian ini.

Tabel 3.1

Tabel Variabel Penelitian

Definisi Variabel Dan Instrumen Penelitian

Variabel

Definisi Variabel

Instrumen penelitian

Skala

Eksogen Corporate Governance Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

Suatu sistem tata kelola yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (korporasi) dengan biaya yang rendah dan efisiensi yang tinggi, untuk menciptakan nilai tambah atau tingkat pengembalian yang tinggi bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) Faktor audit Going-Concern berisi trend positif, negatif, masalah internal, eksternal, dan masalah keuangan lain yang dialami oleh perusahaan. Trend

Pergantian Pimpinan Kepemilikan Saham Internal (Manajerial) Kepemilikan saham Eksternal (Blockholder) Ada Tidak Komite Audit Frekuensi Pertemuan Komite Audit Trend Negatif : Arus Kas Negatif Rasio Keu. Buruk Kurang Modal Kerja Masalah Internal : Pemogokan Kerja

Ordinal Ordinal

Page 37: Arditya Dian Andika

37

negatif merupakan suatu perilaku akuntansi utama perusahaan yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan. Masalah internal adalah masalah dari dalam perusahaan yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan. Masalah eksternal adalah merupakan masalah yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan. Masalah keuangan lainnya adalah masalah keuangan lain yang membahayakan perusahaan.

Keluarnya Karyawan Komitmen Jangka Panjang Masalah Eksternal : Undang - undang Hilangnya Pemasok Hilangnya Pelanggan Kerugian Bencana Alam Masalah Keuangan lain : Gagal Memenuhi Pinjaman Masalah Pembayaran Deviden Restrukturisasi Hutang Masalah Pembayaran Kepada Pemasok

Endogen Opini Audit Going-Concern

Pernyataan wajar tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan Going-Concern.

Opini Audit Going-Concern Positif tidak bermasalah. Opini Audit Going-Concern Positif bermasalah. Opini Audit Going-Concern Negatif tetapi dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Opini Audit Going-Concern Negatif tetapi dapat mempertahankan kelangsungan hidup.

Ordinal

Page 38: Arditya Dian Andika

38

3.5 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah auditor dari

seluruh Kantor Akuntan Publik di Semarang yang berjumlah 17 Kantor Akuntan

Publik. Dimana setiap kantor akuntan akan dibagi rata – rata sebanyak 20 kuesioner

kepada auditor, sehingga kurang lebih terdapat 340 responden yang akan dibagikan

kuesioner, atau menurut Rea dan Parker (1992) dalam “ Survai Diagnosis

Organisasional “, Mas’ud (2004), sampel yang diambil paling tidak 50 persen dari

jumlah populasi.

Kuesioner yang dibagikan kepada responden, diambil kembali setelah satu

minggu atau dua minggu paling lambat setelah kuesioner tersebut dibagikan.

Diharapkan kuesioner sampel yang diambil kembali dari auditor seluruh Kantor

Akuntan Publik di Semarang adalah setengah dari kuesioner yang dibagikan, yaitu

berkisar 170 kuesioner, atau minimal 100 kuesioner untuk data minimal yang akan

digunakan dalam teknik analisis (Ferdinand.2002), dengan perkiraan lain bila ada

bebrapa kuesioner yang gagal atau rusak, dan sisanya tidak kembali. Dalam

kegiatannya, kuesioner yang kembali setelah jangka waktu yang ditentukan adalah

sebanyak 134 kuesioner, kuesioner yang kembali dan terisi tidak ada yang rusak.

Alasan mengambil seluruh populasi kantor akuntan yang ada ( 17 Kantor Akuntan

Publik ), adalah karena jumlah tersebut dianggap dapat mewakili jumlah sampel

dalam penelitian yang akan dilakukan.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

survei dengan kuesioner yang dibagikan dan diambil langsung diberikan kepada

Page 39: Arditya Dian Andika

39

responden. Data yang digunakan adalah data primer yang bersifat data subyek (

Indrianto dan Supomo, 1999 ), yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,

pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau kelompok orang yang menjadi

subyek penelitian. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

auditor di Kantor Akuntan Publik yang berada di Semarang, diutamakan yang pernah

menangani perusahaan besar di Semarang dalam jangka waktu yang cukup lama dan

pernah melakukan Audit Going-Concern. Sehingga diharapkan akan mendapat hasil

yang diharapkan oleh peneliti.

Teknik pengambilan sampelnya adalah dengan menggunakan kuesioner yang

menggunakan pengukuran skala Likert, yaitu pengukuran yang menggunakan angka

untuk menyatakan kategori, peringkat, dan jarak variabel yang diukur ( Mas’ud,

2004 ), atau dapat juga dikatakan sebagai skala Likert, yaitu skala yang berisi lima

tingkat preferensi jawaban ( Ghozali, 2005 ). Dalam penelitian ini menggunakan

skala Likert 1 sampai 5, dimana dari angka 1, 2, 3, 4, sampai 5 secara berurutan

adalah Sangat Tidak Setuju dan jawaban sebagainya yang sejenis pada angka 1,

Tidak Setuju dan jawaban lainnya yang sejenis pada angka 2, Netral pada angka 3,

Setuju dan jawaban sebagainya yang sejenis pada angka 4, serta jawaban Sangat

Setuju dan jawaban sebagainya yang sejenis pada angka 5. Alasan penelitian ini

menggunakan metode ini adalah karena teknik pengambilan sampel dengan

mengguanakan kuesioner dengan pengukuran interval atau dengan menggunakan

skala Likert, akan dapat memperoleh jawaban yang lebih akurat, dan membuat

responden bertanggungjawab atas jawaban yang diberikan secara tertulis, sehingga

memudahkan untuk melakukan pengujian validitas dan reliabilitasnya.

Page 40: Arditya Dian Andika

40

3.7 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

salah satu model dari Anayisis of Moment Structure (AMOS) yaitu Structural

Equation Model (SEM). AMOS adalah merupakan salah satu program generasi baru

dan paling canggih saat ini untuk mengolah model – model penelitian yang

multidimensi dan berjenjang. Sedangkan SEM atau Model Persamaan Struktural

adalah sekumpulan teknik – teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah

rangkaian hubungan yang relatif “ rumit “, secara simultan ( Ferdinand, 2002 ).

Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel

dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Masing – masing variabel

dependen dan independen dapat berbentuk faktor, dan dapat pula berbentuk sebuah

variabel tunggal yang diukur langsung dalam sebuah proses penelitian. Pada saat

seorang peneliti menghadapi pertanyaan penelitian berupa identifikasi dimensi –

dimensi sebuah konsep atau konstruk, dan pada saat yang sama peneliti ingin

mengukur pengaruh atau derajad hubungan antar faktor yang telah diidentifikasi

dimensi – dimensi tersebut, maka dapat menggunakan alternatif jawaban dengan

menggunakan SEM, karena SEM adalah merupakan suatu kombinasi antara analisis

faktor dan analisis regresi berganda. Model yang dianalisis dalam SEM berisi

kombinasi dari beberapa model secara kompak, yaitu Model Analisis Faktor, Model

Analisis Jalur (PATH), dan Model Analisis regresi.

Alasan menggunakan teknik analisis dari Anayisis of Moment Structure (AMOS)

yaitu Structural Equation Model (SEM) tersebut adalah, agar hubungan yang rumit

antara konstruk – konstruk yang ada pada setiap variabel terhadap variabel yang

dipengaruhi dapat terlihat. Sehingga dapat memperjelas hubungan antara variabel

Page 41: Arditya Dian Andika

41

yang satu dengan yang lainnya (pengaruh variabel eksogen terhadap variabel

endogen).

Sebuah permodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement

Model Structural Model. Model Pengukuran tersebut ditujukan untuk

mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator – indikator

empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang

membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Untuk membuat permodelan

yang lengkap beberapa langkah, yaitu pengembangan model berbasis teori,

pengembangan digram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas, konversi

digram alur kedalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model

pengukuran, pemilihan matriks input dan tehnik estimasi atas model yang dibangun,

menilai problem identifikasi, evaluasi model, interprestasi dan modifikasi model.

Langkah – langkah yang dilakukan dalam permodelan SEM adalah sebagai berikut :

1. Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.

Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui komputasi program

SEM..

2. Langkah kedua terdapat model teoritis yang telah dibangunnya pada langkah

pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path diagram tersebut

akan mempermudah peneliti melihat hubungan – hubungan kausalitas yang akan

diujinya. Dalam SEM hubungan kausalitas itu cukup digambarkan dalam sebuah

path diagram, dan selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar

menjadi persamaan, dan persamaan menjadi estimasi (gambar 3.1).

Page 42: Arditya Dian Andika

42

Page 43: Arditya Dian Andika

43

3. Setelah teori atau model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah

diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut

kedalam rangkaian persamaan. Persamaan yang dibangun akan terdiri :

3.1 Persamaan Struktural ( Structural Equations )

Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar

berbagai konstruk.

Dalam pelitian ini didapat persamaan sebagai berikut :

OAGC = γ1CG + γ2FKHP + e

Dimana :

OAGC : Opini Audit Going-Concern

CG : Corporate Governance

FKHP : Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

e : error

3.2 Persamaan Spesifikasi Model Pengukuran ( Measurement Model )

Persamaan spesifikasi tersebut membuat peneliti menentukan variabel mana

mengukur konstruk mana, serta menentukan serangkaian matriks yang

menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antara konstruk atau variabel.

Dalam penelitian ini didapat persamaan sebagai berikut :

OAGC = γ1CG + e

OAGC = γ2FKHP + e

Page 44: Arditya Dian Andika

44

Dimana :

OAGC : Opini Audit Going-Concern

CG : Corporate Governance

FKHP : Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

e : error

4. Langkah keempat dalam SEM menggambarkan perbedaan SEM dengan teknik –

teknik multivariat lainnya adalah dalam input data yang digunakan dalam

permodelan dan estimasinya. SEM hanya menggunakan matriks varians atau

kovarians atau matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi

yang dilakukan. Sampel yang digunakan sebaiknya antara 100 – 200. Sedangkan

tehnik estimasi yang tersedia dalam AMOS adalah Maximum Likelihood

Estimation (ML), Generalized Least Square Estimation (GLS), Unweighted Least

Square Estimation (ULS), Scale Free Least Square Estimation (SLS),

Asymptotically Distribution-Free Estimation (ADF).

5. Langkah kelima dalam SEM adalah kemungkinan munculnya masalah

identifikasi. Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidak mampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi

yang unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala – gejala standard

error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar, program tidak

mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan, muncuil

angka – angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif, munculnya

korelasi yang sangat tinggi antara koefisien estimasi yang didapat. Untuk

Page 45: Arditya Dian Andika

45

menguji ada tidaknya problem identifikasi, maka dilakukan dengan cara

mengestimasi berulang kali, dan setiap kali estimasi dilakukan dengan

menggunakan Starting Value yang berbeda – beda. Kemudian mencatat angka

koefisien dari salah satu variabel, kemudian ditentukan sebagai sesuatu yang fix

pada faktor atau variabel tersebut untuk kemudian dilakukan estimasi ulang, jika

overall fit index berbeda sangat besar dari sebelumnya, maka dapat diduga

terdapat problem identifikasi.

6. Langkah keenam dalam permodelan SEM adalah dilakukannya evaluasi kriteria

Goodness of fit.

Tindakan pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang

digunakan dapat memenuhi asumsi – asumsi SEM, yaitu :

a. Ukuran sampel,

Ukuran sampel yang digunakan adalah minimum berjumlah 100.

b. Normalitas dan linearitas,

Data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dan linearitas

dipenuhi sehingga data dapat dioolah lebih lanjut untuk permodelan SEM.

c. Outliers,

Adalah observasi yang muncul dengan nilai – nilai ekstrim baik secara

univariat dan multivariat.

d. Multicollinearity, dan Singularity.

Didapat dari nilai determinan matrikyang sangat kecil.

Page 46: Arditya Dian Andika

46

Bila asumsi telah dipenuhi, maka model dapat diuji melalui berbagai cara uji,

diantaranya adalah dengan uji kesesuaian dan uji statistik yang didalamnya

terdapat :

a. chi-square,

Likelihood Ratio Chi-square Statistic adalah alat uji yang paling fundamental

untuk mengukur overall fit. Chi-square diharapkan kecil.

b. RMSEA ( The Root Mean Square Error of Approximation ),

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk menkompensasi

Chi-square Statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

Goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model yang diestimasi dalam

populasi adalah sebesar ≤0,08.

c. GFI ( Good of Fit Index ),

GFI adalah indeks kesesuaian yang akan menghitung proporsi tertimbang

dari varians dalam matrik kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks

kovarians populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-

statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) hingga 1.0

(perfect fit). GFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0.90.

d. AGFI ( Adjusted Goodness of Fit Index ),

AGFI adalah suatu Fit Index yang dapat diadjust terhadap degrees of

freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model.Indeks ini

diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

db AGFI = 1 – (1 – GFI) d

Page 47: Arditya Dian Andika

47

dimana :

db = jumlah sampel moments

d = degress of freedom

AGFI diharapkan sebesar ≥ 0.90.

e. CMIN/DF ( The minimum sample discrepancy function ),

CMIN/DF adalah the minimum sample discrepancy function dibagi dengan

degress of freedom. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi-

square, X� dibagi dengan DF, sehingga disebut X�-relatif. CMIN/DF

diharapkan sebesar ≤ 2.0.

f. TLI ( Tucker Lewis Index ),

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

diharapkan adalah sebesar ≥ 0.95. Indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai

berikut :

Cb C db d TLI =

Cb db

dimana :

C = diskrepansi dari model yang dievaluasi

d = degress of freedom

Cb = diskrepansi

db = degress of freedom dari baseline model yang dijadikan alat untuk

pembanding.

1

Page 48: Arditya Dian Andika

48

g. CFI ( Comparative Fit Index ).

CFI mempunyai keunggulan, yaitu bahwa indeks ini besarannya tidak

dipengaruhi oleh ukuran sampel. Karena itu sangat baik untuk mengukur

tingkat penerimaan sebuah model. CFI yang diharapkan sebesar ≥ 0.95.

Besaran indeks ini, semakin mendekati angka 1, mengindikasikan tingkat fit

yang paling tinggi, yaitu a very good fit. Indeks CFI dapat diperoleh melalui

rumus sebagai berikut :

C – d CFI =

Cb − db

dimana :

C = diskrepansi dari model yang dievaluasi

d = degress of freedom

Cb = diskrepansi

db = degress of freedom dari baseline model yang dijadikan alat untuk

pembanding.

Dalam membuat suatu model yang fit ,maka suatu model tersebut harus

dilakukan revisi dalam Confirmatory Factor Analysis. Pada hasil data yang telah

direvisi, ada beberapa konstruk yang hilang. Konstruk – konstruk yang hilang

tersebut, dianggap tidak fit dalam pengolahan SEM. Setelah kesesuaian model

(model fit), maka model pada gambar 3.1 kemudian berubah ( direvisi ) menjadi

model pada gambar 3.2 berikut. Pada gambar 3.2 berikut, tampak pula indikator

untuk mengukur suatu model fitnya.

Page 49: Arditya Dian Andika

49

Gambar 3.2

CorporateGovernance

KelangsunganHidup

Perusahaan

OAGC

Pengaruh Struktur Corporate Governance DanKelangsungan Hidup Perusahaan Terhadap

Pemberian Opini Audit Going Concern

X20 e2011

X21 e211

X5e411

X3e21

X19e19

1

1

X15e151

X13e131

X12e121

X22 e221

X23 e231

UJI HIPOTESAChi-Square = \cminProbability = \p

CMIN/DF = \cmindf GFI = \gfiTLI = \tliCFI = \cfi

RMSEA = \rmsea

Page 50: Arditya Dian Andika

50

Kemudian langkah terakhir dengan melakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah

ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator – indikator sebuah konstruk

yang menunjukkan derajad sampai dimana masing – masing indikator itu

mengindikasikan sebuah konstruk atau faktor laten yang umum. Dengan kata lain

bagaimana hal – hal yang spesifik saling membantu dalam menjelaskan sebuah

fenomena umum. Tingkat reliabilitas sebesar 0.70 merupakan indikasi

reliabelnya sebuah konstruk. Composite Reliability diperoleh melalui rumus :

(∑ Std.Loading)2 Construct – Reliability = (∑ Std.Loading)2 + ∑є j

Dimana :

• Std. Loading diperoleh langsung dari Standardized Loading untuk tiap – tiap

indikator ( diambil dari perhitungan komputer )

• є j adalah measurement error dari tiap – tiap indikator

7. Langkah terakhir adalah menginterprestasikan model dan memodifikasikan

model bagi model – model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang

dilakukan. Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati

nol dan distribusi frekwensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik

(Ferdinand,2002).

Page 51: Arditya Dian Andika

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor seluruh

Kantor Akuntan Publik di Semarang, yang berjumlah 17 Kantor Akuntan Publik.

Pada tabel 4.1 berikut, merupakan tabel daftar seluruh Kantor Akuntan Publik di

Semarang yang berjumlah 17 Kantor Akuntan Publik. Dalam tabel tersebut,

dijelaskan lebih lanjut mengenai daftar dari ke 17 Kantor Akuntan Publik yang ada di

Semarang, beserta jumlah kuesioner yang didapat atau kembali dari Kantor Akuntan

Publik tersebut.

Pada tabel 4.1 berikut, dapat dilihat jumlah kuesioner yang hanya dapat diisi

oleh masing – masing KAP dari kuesioner yang dibagikan. KAP. BAYUDI WATU

& REKAN mengisi 11 kuesioner, KAP. BENY GUNAWAN mengisi 14 kuesioner,

KAP. DARSONO & BUDI CAHYO SANTOSO mengisi 18 kuesioner, KAP.

AFIFFUDIN mengisi 1 kuesioner, KAP. ERWAN, SUGANDHI & JAJAT

MARJAT mengisi 15 kuesioner, KAP. HADORI & REKAN mengisi 13 kuesioner,

KAP. HARJATI mengisi 3 kuesioner, KAP. DRS. I. SOETIKNO tidak ada

kuesioner yang diisi, KAP. IRAWATI KUSUMADI mengisi 1 kuesioner, KAP.

LEONARD, MULIA & RICHARD mengisi 13 kuesioner, KAP. RUCHENDI,

MARDJITO & RUSHADI mengisi 1 kuesioner, KAP. SOEKAMTO mengisi 1

kuesioner, KAP. DRS. SUGENG PAMUDJI mengisi 14 kuesioner, KAP. DRA.

SUHARTATI & REKAN mengisi 11 kuesioner, KAP. TANUBRATA YOGI

Page 52: Arditya Dian Andika

52

SIBARANI HANANTA mengisi 16 kuesioner, KAP. DRS. TAHRIR HIDAYAT

mengisi 1 kuesioner, KAP. YULIANTI, SE, BAP mengisi 1 kuesioner. Jadi jumlah

total keseluruhan kuesioner yang telah tersebar dan kembali dengan terisi sempurna

adalah sebanyak 134 kuesioner.

TABEL 4.1

DAFTAR 17 KANTOR AKUNTAN PUBLIK

DAFTAR 17 KANTOR AKUNTAN PUBLIK

No. Nama K antor Akuntan Publik Junlah Keusioner

1. KAP.BAYUDI WATU & REKAN (CAB) (26 Oktober 1998),Pusat : Jakarta

11

2. KAP. BENNY GUNAWAN (23 Oktober 1998)

14

3. KAP. DARSONO & BUDI CAHYO SANTOSO (2 Februari 1999)

18

4. KAP. DIDIN AFIFFUDIN (15 Juni 2004)

1

5. KAP. ERWAN, SUGANDHI & JAJAT MARJAT (CAB) (1 Juni 2005), Pusat : Jakarta

15

6. KAP. HADORI & REKAN (CAB) (26 Oktober 1998), Pusat : Jakarta

13

7. KAP. HARJATI (7 September 1998)

3

8. KAP. DRS. I. SOETIKNO (24 Agustus 1998)

0

9. KAP. IRAWATI KUSUMADI (8 September 1998)

1

10. KAP. LEONARD, MULIA & RICHARD (CAB) (26 Oktober 1998), Pusat : Jakarta

13

11. KAP. RUCHENDI, MARDJITO & RUSHADI (11 Juli 2003)

1

12. KAP. SOEKAMTO (15 September 2003)

1

13. KAP. DRS. SUGENG PAMUDJI (8 September 1998)

14

14. KAP. DRA. SUHARTATI & REKAN (CAB) (28 Juni 2002), Pusat : Jakarta

11

15. KAP. TANUBRATA YOGI SIBARANI HANANTA (CAB) (2 Juni 2004), Pusat : Jakarta

16

16. KAP. DRS. TAHRIR HIDAYAT (28 Desember 1998)

1

17. KAP. YULIANTI, SE, BAP (24 Agustus 1999)

1

Jumlah 134 • Jumlah Auditor dalam setia KAP tidak dicantumkan, karena sering terjadi perputaran Auditor

(keluar masuk auditor, auditor magang, dan sebagainya) yang cepat, sehingga jumlahnya sangat tidak dapat konsisten.

Page 53: Arditya Dian Andika

53

4.2 Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang menyangkut persepsi

dan pengambilan keputusan oleh auditor mengenai adanya pengaruh atau tidaknya

pemberian Opini Audit Going-Concern terhadap kelangsungan hidup suatu

perusahaan. Persepsi auditor yang digunakan dalam penelitian adalah persepsi

mengenai apakah faktor – faktor dalam Good Corporate Governance dan faktor –

faktor yang dapat mempengaruhi dalam Kelangsungan Hidup Perusahaan, sehingga

dapat mempengaruhi auditor dalam mengambil keputusan atau memberikan

pendapat atau opini Going-Concern kepada perusahaan yang sedang diperiksa atau

diaudit.

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganiszasikan

dan menafsirkan kesan – kesan indera mereka agar memberikan makna bagi

lingkungan mereka. Persepsi dari auditor adalah mengamati perilaku yang ada,

mereka mencoba menentukan apakah suatu faktor terjadi karena disebabkan oleh

faktor lain, atau terjadi dengan sendirinya. Dari faktor – faktor tersebut, dapat

menjadi bahan pertimbangan yang digunakan auditor dalam memberikan opini

auditnya.

Setelah faktor – faktor tersebut dipertimbangkan oleh auditor, kemudian audior

harus mengambil keputusan untuk memberikan opininya secara rasional. Adapun

langkah – langkahnya untuk mengambil keputusan secara rasional adalah dengan

menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, mengalokasikan bobotnya,

mengembangkan alternatif, mengevaluasi alternatif tersebut, dan yang terakhir

adalah memilih alternatif keputusan yang baik. Sehingga auditor dapat melakukan

Page 54: Arditya Dian Andika

54

tindakan pengambilan keputusan secara rasional melalui metode pengambilan

keputusan rasional tersebut sesuai dengan kondisi yang ada.

Data dari penelitian, diambil menggunakan metode survei dengan kuesioner yang

dibagikan dan diambil kembali selama satu minggu hingga dua minggu batas paling

lambat setelah kuesioner tersebut dibagikan. Data yang digunakan adalah data primer

yang bersifat data subyek, yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,

pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau kelompok orang yang menjadi

subyek penelitian. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

auditor di Kantor Akuntan Publik yang berada di Semarang, diutamakan yang pernah

menangani perusahaan besar di Semarang dalam jangka waktu yang cukup lama, dan

telah berpengalaman melakukan Audit Going-Concern. Sehingga harapannya akan

mendapat hasil yang diharapkan oleh peneliti.

Kuesioner yang dibagikan, akhirnya hanya dapat sebanyak 134 kuesioner yang

sanggup diterima dan diisi dengan sempurna oleh 17 KAP tersebut. Kuesioner yang

terkumpul kembali setelah waktu yang ditentukan (satu hingga dua minggu) adalah

seluruh jumlah kuesioner yang dibagikan, atau sebanyak 134 kuesioner. Dari seluruh

kuesioner yang tersebar, seluruh kuesioner yang telah kembali tidak ada yang rusak.

Seluruh kuesioer yang terkumpul adalah sebanyak 134 kuesioner, dimana

didalamnya terdapat auditor yang berpengalaman kurang dari 1 tahun sebanyak 56

auditor, auditor yang telah berpengalaman antara 1 tahun hingga 2 tahun sebanyak

31 auditor, auditor yang telah berpengalaman 2 tahun hingga 3 tahun sebanyak 34

auditor, dan auditor yang telah berpengalaman lebih dari 3 tahun sebanyak 13

auditor, sedangkan auditor yang sudah pernah melakukan Audit Going-Concern itu

sendiri adalah sebanyak 79 auditor. Jadi, terdapat lebih dari 50 persen auditor yang

Page 55: Arditya Dian Andika

55

pernah berpengalaman melakukan Audit Going-Concern, terdapat dalam kuesioner

yang dibagikan. Sehingga data yang akan diperoleh untuk dioleh dan data yang

dihasilkan akan menjadi lebih valid.

4.3 Diskripsi Variabel Penelitian

Langkah terakhir dari permodelan SEM adalah menginterprestasikan model yang

telah dilakukan kesesuai pada asumsi – asumsi dan kesesuaian fit model dalam

pengolahan data SEM. Dimana langkah pertamanya dalam melakukan kesesuaian

asumsi – asumsi dan kesesuaian fit model dalam permodelan SEM adalah dengan

melakukan Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada setiap

variabelnya. Perlunya dilakukan Confirmory Factor Analysis Standardized

Estimates pada setiap variabelnya, karena setiap variabel perlu dilakukan kesesuaian

asumsi – asumsi dasar dan fit model dalam permodelan SEM terlebih dahulu agar

setiap variabel yang terdapat dalam model tersebut sesuai dengan asumsi – asumsi

dalam permodelan SEM dan fit terlebih dahulu, sehingga dapat diolah lebih lanjut

dalam SEM.

Kesimpulannya adalah, pada suatu model SEM perlu dilakukan uji asumsi –

asumsi dasar dan fit model dalam permodelan SEM pada setiap variabelnya sebelum

dilakukan pengolahan data secara keseluruhan. Konstruk – konstruk yang bertahan

dalam fit model, berarti data dalam konstruk tersebut dianggap telah memenuhi

standar asumsi – asumsi dasar dan standar fit model dalam pengolahan data pada

permodelan SEM, yang akan diinterprestasikan pada langkah selanjutnya .

Sedangkan jika dalam langkah revisi ada konstruk yang hilang, maka data dalam

konstruk tersebut dianggap tidak memenuhi standar asumsi – asumsi dasar dan

Page 56: Arditya Dian Andika

56

standar model fit untuk diolah datanya dalam permodelan SEM. Sehingga data yang

tidak memenuhi syarat – syarat dalam permodelan SEM tersebut tidak dapat

diinterprestasikan dalam permodelan SEM.

4.3.1 Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates Corporate

Governance

Langkah pertama dalam melakukan fit model Confirmory Factor Analysis

Standardized Estimates adalah melakukan fit model Confirmory Factor Analysis

Standardized Estimates pada variabel Corporate Governance. Dimana dalam

variabel tersebut terdapat lima konstruk, yaitu pergantian CEO, kepemilikan saham

oleh pihak internal dan kepemilikan saham oleh pihak eksternal, serta ada tidaknya

komite audit dalam suatu perusahaan dan frekuensi pertemuan komite audit.

Sebelum melakukan revisi dalam fit model Confirmory Factor Analysis

Standardized Estimates pada variabel Corporate Governance, terlebih dahulu dilihat

fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada variabel

Corporate Governance yang masih utuh secara keseluruhan. Pada gambar 4.1

berikut, mengenai fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates

pada variabel Corporate Governance.

Page 57: Arditya Dian Andika

57

Gambar 4.1

Corporate Governance

.00

X5e5

1.04

X4e4

.06

X3e3

.02

X1e1.15

Confirmatory Factor AnalysisCorporate Governance

Standardized Estimation

UJI HIPOTESAChi-Square = 84.373

Probability = .000CMIN/DF = 16.875

GFI = .830TLI = -.365CFI = .317

RMSEA = .345

.03

X2e2

.24

.06

1.02

-.19

Page 58: Arditya Dian Andika

58

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

variabel Corporate Governance diatas, dapat dilahat pada uji hipotesanya dimana

Chi-Square adalah sebesar 84,373, Probability sebesar 0, CMIN/DF sebesar 16,875,

GFI sebesar 0,830, TLI sebesar -0,365, CFI sebesar 0.317, dan RMSEA sebesar

0,345. Dari hasil uji hipotesa tersebut tidak ada satupun yang memenuhi uji fit model

dalam SEM.

Chi-Square adalah alat uji statistik yang paling fundamental untuk mengukur

overall fit, dimana semakin kecil Chi-Square maka semakin fit model SEM tersebut.

Pada uji hipotesa diatas terdapat angka Chi-Square sebesar 84,373. Karena tidak ada

ukuran standar yang digunakan oleh Chi-Square, maka digunakan RMSEA untuk

mengkompensasinya. Batasan yang digunakan oleh RMSEA adalah ≤0,08, tetapi

pada uji fit model diatas didapatkan angka sebesar 0,345, sehingga model tersebut

tidak fit atau tidak sesuai untuk diolah menggunakan SEM.

GFI adalah indeks kesesuaian yang akan menghitung proporsi tertimbang dari

varians dalam matrik kovarians sampel yang terestimasikan. GFI yang diharapkan

adalah sebesar ≥0,90, sedangkan GFI pada uji hipotesa tersebut sebesar 0,830,

sehingga GFI tersebut tidak proporsional. Sedangkan CFI adalah suatu indeks untuk

mengukur suatu tingkat penerimaan sebuah model, tetapi tidak dipengaruhi oleh

besarnya suatu sampel. Tingkat CFI yang diharapkan adalah sebesar ≥0,95,

sedangkan pada uji hipotesa adalah 0,317, artinya model tersebut jauh dari

penerimaan model SEM yang diharapkan.

CMIN/DF adalah statistik Chi-Square dibagi dengan Degreess of Freedom.

CMIN/DF yang diharapkan adalah sebesar ≤2,00, tetapi dari uji hipotesa diatas

terdapat angka sebesar 16,875, sehingga menghasilkan angka yang tidak fit.

Page 59: Arditya Dian Andika

59

Sedangkan TLI adalah sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan

pada TLI adalah sebesar ≥0,95, tetapi angka yang ada pada uji hipotesa adalah

sebesar 0,365, sehingga tidak fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat

kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah

sebesar o, sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar ≥0,05, sehingga didapat

tingkat kemungkinan signifikan rendah, jadi hasil tersebut tidak fit dalam model

pengolahan SEM.

Fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates terhadap variabel

Corporate Governance pada gambar 4.1, menghasilkan data pada tabel 4.5 berikut.

Pada tabel 4.5 berikut menjelaskan hasil regresi dari suatu estimasi yang telah di

Standardized.

Tabel 4.5

Fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates

Variabel Corporate Governance

Fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates Variabel Corporate Governance

Est. Sig Mean min max Skew. c.r. Kur. c.r. Std.Dev.

X1 Corporate Governance .150 .088 3.82 1 5 -.200 -.94 -1.07 -2.53 .83

X3 Corporate Governance .244 .012 2.90 1 5 -1.55 -.12 3.02 -2.55 1.14

X5 Corporate Governance .062 3.46 1 5 -.025 -1.12 -1.12 -2.46 -.98

X4 Corporate Governance 1.02 .141 3.49 1 5 -.46 -2.22 -.66 -1.57 .04

X2 Corporate Governance -.185 .037 3.05 2 5 -.23 -2.94 -1.04 -2.53 1.12

• Normalitas pada < 2.58 • Signifikan pada 0.05 • Dimana : X1 = Pergantian CEO, X2 = Kepemilikan Internal, X3 = Kepemilikan Eksternal, X4 = Ada

Tidaknya Komite Audit, X5 = Frekuensi Pertemuan Komite Audit.

Page 60: Arditya Dian Andika

60

Dalam tabel 4.5 tersebut, menjelaskan bahwa X1 mempunyai hubungan sebesar

0,15, X2 sebesar -0,19, X3 sebesar 0,24, X4 sebesar 1,02, dan X5 sebesar 0,06

terhadap opini audit Going-Concern. Akan tetapi, X1 dan X4 tidak signifikan

mempengaruhi opini audit Going-Concern, karena terdapat angka signifikan yang

melebihi standar signifikan yang sebesar 0,05, yaitu sebesar 0,09 (X1) dan 0,14 (X4),

sehingga harus direvisi.Sementara untuk uji normalitas data pada kolom c.r. X1 dan

X4 tidak ada yang melebihi standar uji normalitas, yaitu sebesar 2,58. Sedangkan

untuk X2 terdapat hubungan yang signifikan, yaitu sebesar 0,04. Akan tetapi data

yang disajikan tidak lulus uji normalitas, dimana terdapat angka sebesar 2,94. Angka

tersebut melebihi standar uji normalitas yang sebesar 2,58, sehingga untuk data X2

harus direvisi. Sementara yang lain tetalh sesuai dengan model SEM (Lampiran 2).

Setelah data pada variabel Struktur Corporate Governance direvisi, terdapat dua

konstruk yang termasuk dalam Fit model Confirmory Factor Analysis Standardized

Estimates pada variabel Struktur Corporate Governance. Kedua konstruk tersebut

yaitu struktur Kepemilikan perusahaan oleh pihak eksternal dan struktur Frekuensi

pertemuan komite audit.

Kedua konstruk tersebut diatas, yaitu faktor Kepemilikan perusahaan oleh pihak

eksternal dan faktor Frekuensi pertemuan komite audit, dianggap model yang telah

memenuhi standar asumsi – asumsi dasar dalam permodelan SEM dan telah

memenuhi standar fit model dalam permodelan SEM untuk diolah, dan yang dapat

menghasilkan data untuk diinterprestasikan. Sedangkan konstruk lainnya yang tidak

terdapat pada hasil revisi fit model, dianggap tidak memenuhi syarat pada asumsi –

asumsi dasar dan fit model yang ditentukan dalam SEM untuk diolah datanya. Hasil

dari fit model tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2.

Page 61: Arditya Dian Andika

61

Gambar 4.2

Confirmatory Factor Analysis Corporate Governance Standardized Estimates

Corporate Governance

.00

X5e5

.06

.06

X3e3 .24

UJI HIPOTESAChi-Square = 2.986Probability = .225CMIN/DF = 1.493

GFI = .988TLI = .953CFI = .971

RMSEA = .061

Page 62: Arditya Dian Andika

62

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

variabel Struktur Corporate Governance diatas, dapat dilihat pada uji hipotesanya

dimana Chi-Square adalah sebesar 2,986, Probability sebesar 0,225, CMIN/DF

sebesar 1,493, GFI sebesar 0,988, TLI sebesar 0,953, CFI sebesar 0.971, dan RMSEA

sebesar 0,061. Dari hasil uji hipotesa tersebut, data yang dihasilkan telah memenuhi

uji fit model dalam SEM.

Semakin kecil Chi-Square maka semakin fit model SEM tersebut. Pada uji

hipotesa diatas terdapat angka Chi-Square sebesar 2,986. Karena tidak ada ukuran

standar yang digunakan oleh Chi-Square, maka digunakan RMSEA untuk

mengkompensasinya. Batasan yang digunakan oleh RMSEA adalah ≤0,08, pada uji

fit model diatas didapatkan angka sebesar 0,061, sehingga model tersebut fit atau

sesuai untuk diolah menggunakan SEM.

Kesesuaian menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matrik kovarians

sampel yang terestimasikan, diuji menggunakan GFI. GFI yang diharapkan adalah

sebesar ≥0,90, GFI pada uji hipotesa tersebut sebesar 0,988, sehingga GFI tersebut

proporsional. Sedangkan kebalikan dari GFI adalah CFI. CFI adalah suatu indeks

untuk mengukur suatu tingkat penerimaan sebuah model, tetapi tidak dipengaruhi

oleh besarnya suatu sampel. Tingkat CFI yang diharapkan adalah sebesar ≥0,95,

pada uji hipotesa terdapat angka sebesar 0,971, artinya model tersebut diterima

dalam model SEM yang diharapkan.

Uji hipotesa yang berikutnya adalah pada CMIN/DF. CMIN/DF adalah statistik

Chi-Square dibagi dengan Degreess of Freedom. CMIN/DF yang diharapkan adalah

sebesar ≤2,00. Pada uji hipotesa diatas, terdapat angka sebesar 1,493, sehingga

menghasilkan angka yang fit dalam permodelan SEM. Sedangkan untuk TLI adalah

Page 63: Arditya Dian Andika

63

sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang

diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah

sebesar ≥0,95. Angka yang ada pada uji hipotesa untuk uji TLI adalah sebesar 0,953,

sehingga angka tersebut fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat

kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah

sebesar 0,225, sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar ≥0,05, sehingga

didapat tingkat kemungkinan signifikan yang tinggi, jadi hasil tersebut fit dalam

model pengolahan SEM.

Model fit pada gambar 4.2 tersebut, menghasilkan suatu angka dalam output

pada tabel 4.6 berikut. Pada tabel 4.6 berikut, menjelaskan mengenai asumsi –

asumsi dasar dan menjelaskan hasil regresi dari suatu estimasi yang telah di

Standardized.

Tabel 4.6

Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates

Corporate Governance

Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates Corporate Governance

Est. Sig. mean Min max skew c.r. kurtosis c.r. Std.Dev

X5 Corporate Governance .062 3.46 2 5 -.24 -1.12 -1.04 -2.46 .98

X3 Corporate Governance .244 .012 2.90 1 5 -.02 -.12 -1.12 -2.55 1.14

• Normalitas pada < 2.58 • Signifikan pada 0.05 • Dimana : X3 = Kepemilikan Eksternal, X5 = Frekuensi Pertemuan Komite Audit

Struktur kepemilikan eksternal dalam struktur corporate governance pada tabel

4.6 diatas, menunjukkan bahwa terdapat jawaban paling kecil (1) atau sangat tidak

setuju (min) dan jawaban paling besar (5) atau sangat setuju (max), dengan rata –

Page 64: Arditya Dian Andika

64

rata jawaban 2.90. Serta dari struktur corporate governance terdapat jawaban paling

kecil (2) atau tidak setuju (min) dan dan jawaban paling besar (5) atau sangat setuju

(max), dengan rata – rata jawaban 3.46. Dari kolom cr. Kedua struktur tersebut tidak

ada yang melebihi 2.58, yang berarti data tersebut normal. pada kolom standar

deviasi dapat dilihat dari struktur kepemilikan eksternal terdapat 1.14 dan dari

struktur frekuensi pertemuan komite audit terdapat 0.98.

Dalam tabel 4.6 diatas, bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif dalam

variabel Corporate Governance. Dapat dilihat pada (t), terdapat angka yang

signifikan sebesar 0.012 pada X3 dan standar estimasi sebesar 0.244 pada X3 dan

0.062 pada X5. Jadi faktor Kepemilikan Eksternal dan Frekuensi Pertemuan Komite

Audit dalam Corporate Governance dapat berpengaruh terhadap pemberian Opini

Audit Going-Concern oleh auditor (Lampiran 3).

Penjelasan diatas, membuktikan bahwa struktur Kepemilikan Eksternal terbukti

dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan Opini Audit Going-Concern.

Dengan adanya kepemilikan saham dari pihak luar tersebut, maka dari pihak luar

juga merasa memiliki bagian kekuasaan dari perusahaan tersebut, sehingga

keputusan pihak – pihak tersebut dapat menekan atau mempengaruhi auditor untuk

memberikan opini audit yang sesuai dengan keinginan pihak luar tersebut, sehingga

struktur tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

perusahaan.

Struktur Frekuensi Pertemuan Komite Audit terbukti juga dapat mempengaruhi

auditor dalam memberikan Opini Audit Going-Concern. Pengaruh yang diberikan

komite audit terhadap pemberian opini audit, dapat dilihat dari keefektifan dan

keefisienan kinerja komite audit itu sendiri dalam memeriksa dan membenarkan

Page 65: Arditya Dian Andika

65

laporan audit perusahaannya, atau dapat juga dilihat dari banyaknya pertemuan atau

rapat komite audit yang dilakukan.

Penjelasan diatas membuktikan, bahwa semakin sering dilakukan rapat atau

pertemuan komite audit, maka dapat memberikan pengaruh terhadap pemberian

opini audit dari segi kinerja komite audit, karena dengan semakin banyaknya

dilakukan pertemuan atau rapat tersebut, maka kinerja mereka akan semakin terlihat

untuk membenahi laporan keuangan yang salah untuk memajukan perusahaan. Oleh

karena itu struktur tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi auditor dalam

memberikan opini audit going-concern, yang mungkin juga dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup suatu perusahaan.

4.3.2 Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates

Kelangsungan Hidup Perusahaan

Langkah selanjutnya adalah melakukan fit model Confirmory Factor Analysis

Standardized Estimates pada variabel Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan. Fit

model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada variabel Faktor

Kelangsungan hidup Perusahaan, dimana didalamnya terdapat konstruk – konstruk

sebagai berikut, yaitu kurang modal kerja, arus kas negatif, rasio keuangan buruk,

pemogokan kerja, keluarnya karyawan berpotensi, komitmen jangka panjang yang

tidak ekonomis, undang – undang yang mengganggu kegiatan operasi perusahaan,

hilangnya pelanggan dan pemasok utama, kerugian akibat bencana alam, gagal

memenuhi pinjaman, mesalah pembayaran deviden, restrukturisasi hutang, serta

masalah pembayaran kepada pemasok. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.3

berikut.

Page 66: Arditya Dian Andika

66

Gambar 4.3

KelangsunganHidup Perusahaan

.06X19e19

.10X15e15

.43X13e13

.19X12e12

Confirmatory Factor AnalysisKelangsungan Hidup Perusahaan

Standardized Estimates

UJI HIPOTESAChi-Square = 221.576

Probability = .000CMIN/DF = 2.878

GFI = .784TLI = .444CFI = .530

RMSEA = .119

.03X6e6

.04X7e7

.10X8e8

.30X9e9

.36X10e10

.22X11e11

.37

X14e14

.11

X16e16.02

X17e17.05

X18e18

.65.61.31.33.14.23.24

.17.20.32.55.60.47.43

Page 67: Arditya Dian Andika

67

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates diatas,

dapat dilahat pada uji hipotesanya dimana Chi-Square adalah sebesar 221,576,

Probability sebesar 0, CMIN/DF sebesar 2,878, GFI sebesar 0,784, TLI sebesar

0,444, CFI sebesar 0.530, dan RMSEA sebesar 0,119. Dari hasil uji hipotesa tersebut

tidak ada satupun yang memenuhi uji fit model dalam SEM.

Chi-Square semakin kecil, maka Chi-Square akan semakin fit model SEM

tersebut. Pada uji hipotesa diatas terdapat angka Chi-Square sebesar 221,576. Karena

tidak ada ukuran standar yang digunakan oleh Chi-Square, maka digunakan RMSEA

untuk mengkompensasinya. Batasan yang digunakan oleh RMSEA adalah ≤0,08,

tetapi pada uji fit model diatas didapatkan angka sebesar 0,119, sehingga model

tersebut tidak fit atau tidak sesuai untuk diolah menggunakan SEM.

GFI digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matrik

kovarians sampel yang terestimasikan. GFI yang diharapkan adalah sebesar ≥0,90,

sedangkan GFI pada uji hipotesa tersebut sebesar 0,784, sehingga GFI tersebut tidak

proporsional. Sedangkan CFI tidak dipengaruhi oleh besarnya suatu sampel. Tingkat

CFI yang diharapkan adalah sebesar ≥0,95, sedangkan pada uji hipotesa adalah

0,530, artinya model tersebut tidak diterima dalam model SEM yang diharapkan.

CMIN/DF adalah statistik Chi-Square dibagi dengan Degreess of Freedom.

CMIN/DF yang diharapkan adalah sebesar ≤2,00, tetapi dari uji hipotesa diatas

terdapat angka sebesar 2,878, sehingga tidak fit. Sedangkan TLI adalah sebuah

alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang diuji

terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah sebesar

≥0,95, tetapi angka yang ada pada uji hipotesa adalah sebesar 0,444, sehingga tidak

fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat kemungkinan signifikannya

Page 68: Arditya Dian Andika

68

(Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah sebesar 0, sedangkan angka yang

diharapkan adalah sebesar ≥0,05, sehingga tingkat kemungkinan signifikan rendah,

jadi hasil tersebut tidak fit dalam model pengolahan SEM. Hasil dari gambar

tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates

Kelangsungan Hidup Perusahaan

Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates Kelangsungan Hidup Perusahaan

Est. Sig Mean Min Max Skw. c.r. Kurt. c.r Std.Dev

X13 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .653 .022 3.46 1 5 -.384 -1.813 -.711 -1.680 .94

X14 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .608 .020 3.58 1 5 .721 3.409 -.222 -.524 .89

X15 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .311 .052 3.75 1 5 -.509 -2.407 -.098 -.233 .89

X16 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .331 .050 3.72 2 5 .684 3.234 .349 .825 .75

X17 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .137 .219 3.58 1 5 -.948 -4.481 .606 1.433 .83

X18 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .225 .075 3.20 1 5 -.253 -1.196 -.973 -2.598 .86

X19 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .239 3.38 1 5 -.544 -2.569 -.948 -2.240 .93

X6 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .172 .206 3.82 1 5 -.886 -4.188 1.297 3.064 .82

X7 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .202 .161 3.91 2 5 -.674 -3.185 .940 2.222 .69

X8 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .319 .087 4.04 2 5 -.565 -2.671 1.307 3.089 .64

X9 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .550 .037 3.91 1 5 -1.313 -6.203 2.638 6.233 .79

X10 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .602 .031 3.37 1 5 -.404 -1.908 .694 2.641 .88

X11 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .469 .029 3.12 1 5 .069 3.326 -.935 -2.210 .96

X12 Kelangsungan_Hidup Perusahaan .432 .032 3.71 1 5 -.838 -1.961 1.030 2.434 .75

• Normalitas pada < 2.58 • Signifikan pada 0.05 • Dimana X6 = Kurangnya Modal Kerja, X7 = Arus Kas Negatif, X8 = Rasio Keuangan Buruk, X9 =

Pemogokan Kerja, X10 = Keluarnya Karyawan, X11 = Komitmen Jangka Panjang, X12 = Undang-undang, X13 = Hilangnya Pelanggan, X14 = Hilangnya Pemasok, X15 = Kerugian Bencana Alam, X16 = Gagal Memenuhi Pinjaman, X17 = Masalah Pembayaran Deviden, X18 = Restrukturisasi hutang, X19 = Masalah Pembayaran.

Page 69: Arditya Dian Andika

69

Dalam tabel 4.7 diatas, terdapat hubungan X6 sebesar 0,172, X7 sebesar 0,202,

X8 sebesar 0,319, X9 sebesar 0,550, X10 sebesar 0,602, X11 sebesar 0,469, X12

sebesar 0,432, X13 sebesar 0,653, X14 sebesar 0,608, X15 sebesar 0,311, X16

sebesar 0,331, X17 sebesar 0,137, X18 sebesar 0,225, dan X19 sebesar 0,239

terhadap opini audit Going-Concern. Sedangkan dari kolom signifikan, terdapat

beberapa konstruk yang tidak signifkan, yaitu X6 sebesar 0,26, X7 sebesar 0,161, X8

sebesar 0,087, X17 sebesar 0,219, dan X18 sebesar 0,075, sehingga harus direvisi.

Sementara itu, konstruk – konstruk yang lainnya adalah signifikan. Akan tetapi, ada

konstruk – konstruk yang signifikan tersebut tidak memenuhi syarat dalam uji

normalitas data, yang dapat dilihat pada kolom c.r. Konstruk – konstruk tersebut

diantaranya yaitu X9 sebesar 6,233, X10 sebesar 2,641, X11 sebesar 3,326, X14

sebesar 3,409, dan X16 sebesar 3,234, sehingga konstruk – konstruk tersebut harus

direvisi. Sementara yang lainnya telah sesuai dengan pengolahan SEM (Lampiran 4).

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

variabel Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan setelah dilakukan revisi, maka

hasilnya terdapat beberapa konstruk yang masuk kedalam fit model, yaitu Undang –

undang yang dapat memberatkan kegiatan operasi perusahaan, Hilangnya Pelanggan

Utama, Kerugian Karena Bencana alam, dan Masalah Pembayaran Pada Pemasok.

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

variabel Kelangsungan Hidup Perusahaan juga dilakukan uji asumsi – asumsi dasar

dalam permodelan SEM. Faktor Undang – undang yang memberatkan operasi

perusahaan, Hilangnya Pelanggan Utama, Kerugian karena bencana alam, dan

Masalah pembayaran pada pemasok yang telah direvisi, juga dilakukan uji asumsi –

asumsi dasar dalam permodelan SEM. Hasilnya dilihat pada gambar 4.4 berikut.

Page 70: Arditya Dian Andika

70

Gambar 4.4

KelangsunganHidup Perusahaan

.21

X19e19

.08

X15e15

.17

X13e13

.30

X12e12

Confirmatory Factor AnalysisKelangsungan Hidup Perusahaan

Standardized Estimates

UJI HIPOTESAChi-Square = .738Probability = .691CMIN/DF = .369

GFI = .997TLI = 1.208CFI = 1.000

RMSEA = .000

.54

.42

.29

.46

Page 71: Arditya Dian Andika

71

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

variabel Struktur Corporate Governance diatas, dapat dilihat pada uji hipotesanya

dimana Chi-Square adalah sebesar 0,738, Probability sebesar 0,691, CMIN/DF

sebesar 0,369, GFI sebesar 0,997, TLI sebesar 1,208, CFI sebesar 1, dan RMSEA

sebesar 0. Dari hasil uji hipotesa tersebut, data yang dihasilkan telah memenuhi uji fit

model dalam SEM.

Chi-Square yang semakin kecil, maka semakin fit model dalam SEM tersebut.

Pada uji hipotesa gambar 4.4 diatas, terdapat angka Chi-Square sebesar 0,738.

Karena tidak ada ukuran standar yang digunakan oleh Chi-Square, maka digunakan

RMSEA untuk mengkompensasinya. Batasan yang digunakan oleh RMSEA adalah

≤0,08, pada uji fit model diatas didapatkan angka sebesar 0, sehingga model tersebut

fit atau sesuai untuk diolah menggunakan SEM.

Kesesuaian menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matrik kovarians

sampel yang terestimasikan, diuji menggunakan GFI. GFI yang diharapkan adalah

sebesar ≥0,90, GFI pada uji hipotesa tersebut sebesar 0,997, sehingga GFI tersebut

proporsional. Sedangkan kebalikan dari GFI adalah CFI. CFI adalah suatu indeks

untuk mengukur suatu tingkat penerimaan sebuah model, tetapi tidak dipengaruhi

oleh besarnya suatu sampel. Tingkat CFI yang diharapkan adalah sebesar ≥0,95,

pada uji hipotesa terdapat angka sebesar 1, artinya model tersebut diterima dalam

model SEM yang diharapkan.

Uji hipotesa yang berikutnya adalah pada CMIN/DF. CMIN/DF adalah statistik

Chi-Square dibagi dengan Degreess of Freedom. CMIN/DF yang diharapkan adalah

sebesar ≤2,00. Pada uji hipotesa diatas, terdapat angka sebesar 0,369, sehingga

menghasilkan angka yang fit dalam permodelan SEM. Sedangkan untuk TLI adalah

Page 72: Arditya Dian Andika

72

sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang

diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah

sebesar ≥0,95. Angka yang ada pada uji hipotesa untuk uji TLI adalah sebesar 1,208,

sehingga angka tersebut fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat

kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah

sebesar 0,691, sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar ≥0,05, sehingga

didapat tingkat kemungkinan signifikan yang tinggi, jadi hasil tersebut fit dalam

model pengolahan SEM

Model fit pada gambar 4.4 tersebut, menghasilkan suatu angka dalam output

pada tabel 4.8 berikut. Pada tabel 4.8, menunjukkan hasil dari uji asumsi – asumsi

dasar dalam SEM dan juga hasil regresi dari suatu estimasi yang telah di

Standardized.

Tabel 4.8

Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates

Kelangsungan Hidup Perusahaan

Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates Kelangsungan Hidup Perusahaan

Estimate Sig. mean min max skew c.r. kurtosis c.r. Std.Dev

X19 Kelangsungan Hidup Perusahaan .457 3.38 1 5 -.84 -3.96 1.03 2.43 .93

X15 Kelangsungan Hidup Perusahaan .286 .069 3.75 1 5 -.38 -1.81 -.71 -1.68 .89

X13 Kelangsungan Hidup Perusahaan .418 .025 3.46 1 5 -.51 -2.41 -.09 -.23 .94

X12 Kelangsungan Hidup Perusahaan .544 .018 3.71 1 5 -.54 -2.57 -.95 -2.24 .75

• Normalitas pada < 2.58 • Signifikan pada 0.05 • Dimana : X12 = Undang – undang, X13 = Hilangnya Pelanggan, X15 = Kerugian Karena Bencana alam,

X19 = Masalah Pembayaran Pada Pemasok.

Page 73: Arditya Dian Andika

73

Dalam tabel 4.8 diatas, dapat dijelaskan pada faktor undang – undang yang dapat

menghambat kegiatan operasi perusahaan, hilangnya pelanggan, kerugian akibat

bencana alam, dan masalah pembayaran pada pemasok, terdapat jawaban paling

kecil (1) atau sangat tidak setuju (min) dan jawaban paling besar (5) atau sangat

setuju (max), dengan rata – rata jawaban 3.71 untuk faktor undang – undang yang

dapat merugikan perusahaan (X12), 3.46 untuk faktor hilangnya pelanggan utama

(X13), 3.75 untuk faktor kerugian akibat bencana alam (X15), dan 3.38 untuk faktor

masalah pembayaran pada pemasok (X19). Data dari faktor – faktor tersebut adalah

normal, terbukti pada kolom cr. Tidak ada yang melebihi batas normalitas, yaitu

2.58. Sedangkan standar deviasinya adalah 0.75 pada faktor undang – undang yang

dapat merugikan perusahaan, 0.94 pada faktor hilangnya pelanggan utama, 0.89

pada faktor kerugian akibat bencana alam, dan 0.93 pada faktor masalah pembayaran

pada pemasok.

Dalam tabel 4.8 diatas, terdapat hubungan yang signifikan positif dalam variabel

Kelangsungan Hidup Perusahaan. Dapat dilihat pada (t), bahwa terdapat angka yang

signifikan sebesar 0.018 (X12), 0.025 (X13), dan 0.069 (X15), dan standar estimasi

sebesar 0.544 (X12), 0.418 (X13), 0.286 (X15), dan 0.457 (X19). Jadi faktor Undang

– undang yang dapat memberatkan kegiatan operasi perusahaan, faktor Hilangnya

Pelanggan Utama, faktor Kerugian Karena Bencana alam, dan faktor Masalah

Pembayaran Pada Pemasok dapat berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit

Going-Concern oleh auditor (Lampiran5).

Faktor Undang – undang baru yang dapat membahayakan kegiatan operasi

perusahaan, Faktor Kehilangan Pelanggan Utama , Faktor Kerugian Karena Suatu

Bencana, merupakan faktor – faktor masalah eksternal perusahaan yang terbukti

Page 74: Arditya Dian Andika

74

dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, karena perusahaan tidak dapat

hidup sendiri. Perusahaan jika ingin tetap exist dalam pasar, maka perusahaan

tersebut juga harus memperhatikan lingkungan sekitar, seperti harus pandai mencari

dan mempertahankan pekanggan, mencari pemasok cadangan, dan sebagainya agar

tidak ada yang hilang. Selain itu, perusahaan juga perlu mengikuti undang – undang

yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan, terutama yang dapat menghambat

pertumbuhan perusahaan atau bahakan dapat menghancurkan perusahaan. Hal – hal

tersebut perlu ditelaah agar dapat disiasati oleh manajemen perusahaan, dan agar

kegiatan operasi perusahaan dapat terus berjalan.

Faktor – faktor dari masalah keuangan lainnya yang dialami oleh perusahaan,

juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Seperti halnya masalah

dalam pembayaran kepada pemasok, dapat mengakibatkan hilangnya pemasok

perusahaan, dan jika perusahaan tersebut tidak mempunyai cadangan pemasok, maka

faktor tersebut akan terbukti dapat menghambat kerja perusahaan, dan kelangsungan

hidup perusahaan tersebut.

4.3.3 Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates Opini Audit

Going-Concern

Setelah melakukan fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates

pada kedua variabel eksogen diatas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan fit

model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada variabel endogen

yaitu variabel Opini Audit Going-Concern. Hasilnya dari fit model Confirmory

Factor Analysis Standardized Estimates pada variabel Opini Audit Going-Concern

dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini.

Page 75: Arditya Dian Andika

75

Gambar 4.5

OAGC

.39

X21e21 .63

1.17

X20e201.08

Confirmatory Factor AnalysisOpini Audit Going Concern

Standardize Estimates

UJI HIPOTESAChi-Square = 2.134Probability = .344CMIN/DF = 1.067

GFI = .992TLI = .995CFI = .998

RMSEA = .022

.02

X22e22-.13

.00

X23e23

-.01

Page 76: Arditya Dian Andika

76

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

variabel endogen yaitu variabel Opini Audit Going-Concern setelah dilakukan uji fit

model, maka hasilnya semua konstruk masuk kedalam fit model. Konstruk – konstruk

tersebut yaitu opini audit positif positif, opini audit positif negatif, opini audit negatif

positif, dan opini audit negatif negatif.

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

variabel Opini Audit Going-Concern diatas, dapat dilihat pada uji hipotesanya

dimana Chi-Square adalah sebesar 2,134, Probability sebesar 0,344, CMIN/DF

sebesar 1,067, GFI sebesar 0,992, TLI sebesar 0,995, CFI sebesar 0,998, dan RMSEA

sebesar 0,022. Dari hasil uji hipotesa tersebut, data yang dihasilkan telah memenuhi

uji fit model dalam SEM.

Chi-Square adalah suatu alat uji ukur tingkat kesesuaian model, dimana semakin

kecil, maka semakin fit model dalam SEM tersebut. Pada uji hipotesa gambar 4.5

diatas, terdapat angka Chi-Square sebesar 2,134. Karena tidak ada ukuran standar

yang digunakan oleh Chi-Square, maka digunakan RMSEA untuk

mengkompensasinya. Batasan yang digunakan oleh RMSEA adalah ≤0,08, pada uji

fit model diatas didapatkan angka sebesar 0,022, sehingga model tersebut fit atau

sesuai untuk diolah menggunakan SEM.

Kesesuaian menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matrik kovarians

sampel yang terestimasikan, diuji menggunakan GFI. GFI yang diharapkan adalah

sebesar ≥0,90, GFI pada uji hipotesa tersebut sebesar 0,992, sehingga GFI tersebut

proporsional. Sedangkan kebalikan dari GFI adalah CFI, diman CFI adalah suatu

indeks untuk mengukur suatu tingkat penerimaan sebuah model, tetapi tidak

Page 77: Arditya Dian Andika

77

dipengaruhi oleh besarnya suatu sampel. Tingkat CFI yang diharapkan adalah

sebesar ≥0,95, pada uji hipotesa terdapat angka sebesar 0,998, artinya model

tersebut diterima dalam model SEM yang diharapkan.

Uji hipotesa yang berikutnya adalah pada CMIN/DF. CMIN/DF adalah statistik

Chi-Square dibagi dengan Degreess of Freedom. CMIN/DF yang diharapkan adalah

sebesar ≤2,00. Pada uji hipotesa diatas, terdapat angka sebesar 1,067, sehingga

menghasilkan angka yang fit dalam permodelan SEM. Sedangkan untuk TLI adalah

sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang

diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah

sebesar ≥0,95. Angka yang ada pada uji hipotesa untuk uji TLI adalah sebesar 0,995,

sehingga angka tersebut fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat

kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah

sebesar 0,344, sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar ≥0,05, sehingga

didapat tingkat kemungkinan signifikan yang tinggi, jadi hasil tersebut fit dalam

model pengolahan SEM

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

variabel Opini Audit Going-Concern, juga dilakukan uji asumsi – asumsi dasar

dalam permodelan SEM. Hasil dari fit model tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut.

Model fit pada gambar 4.5 tersebut, menghasilkan suatu angka dalam output

pada tabel 4.9 berikut. Pada tabel 4.9, menunjukkan hasil rasumsi – asumsi dasar

pada permodelan SEM dan hasil regresi dari suatu estimasi yang telah di

Standardized. Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates

pada variabel Opini Audit Going-Concern, tidak ada yang direvisi, dan hasilnya tetap

Page 78: Arditya Dian Andika

78

Opini Audit Positif Positif, Opini Audit Positif Negatif, Opini Audit Negatif Positif,

dan Opini Audit Negatif Negatif.

Tabel 4.9

Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates

Opini Audit Going-Concern

Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates

Opini Audit Going-Concern

Estimate Sig. mean min max skew c.r. kurtosis c.r. Std.Dev

X21 Opini Audit Going-Concern .627 3.56 1 5 -.83 -3.94 1.05 2.48 .93

X20 Opini Audit Going-Concern 1.084 .216 3.75 2 5 .73 2.45 -1.47 -2.46 .83

X22 Opini Audit Going-Concern -.128 .111 4.32 4 5 -.56 -2.64 -.08 -.16 .47

X23 Opini Audit Going-Concern -.009 .908 4.38 2 5 -.59 -2.52 -.47 -1.10 .69

• Normalitas pada 2.58 • Signifikan pada 0.05 • Dimana : X20 = Opini Audit Positif Positif, X21 = Opini Audit Positif Negatif, X22 = Opini Audit Negatif

Positif, X23 = Opini Audit Negatif Negatif Dalam tabel 4.7 diatas, dapat dijelaskan pada faktor opini audit positif negatif,

terdapat jawaban paling kecil (1) atau sangat tidak setuju (min) dan jawaban paling

besar (5) atau sangat setuju (max) dengan rata – rata jawaban sebesar 3.56, dengan

standar deviasi sebesar 0.93. Pada faktor opini audit positif positif serta opini audit

negatif negatif, terdapat jawaban paling kecil (2) atau tidak setuju (min) dan jawaban

paling besar (5) atau sangat setuju (max), dengan rata – rata jawaban sebesar 3.75

dan standar deviasi sebesar 0.83 untuk faktor opini audit positif positif, serta rata –

rata jawaban sebesar 4.38 dan standar deviasi sebesar 0.69 untuk faktor opini audit

negatif negatif. Sedangkan untuk faktor opini audit negatif positif, terdapat jawaban

paling kecil (4) atau setuju (min) dan jawaban paling besar (5) atau sangat setuju

Page 79: Arditya Dian Andika

79

(max) dengan rata – rata jawaban sebesar 4.32, dengan standar deviasi sebesar 0.47.

Selain itu, dapat dilihat pada kolom c.r., bahwa semua konstruk yang ada

menghasilkan angka dibawah 2,58. Artinya, konstruk – konstruk tersebut, telah

sesuai dengan uji normalitas.

Dalam tabel 4.9 diatas, terdapat hubungan yang signifikan positif dan negatif

dalam variabel Opini Audit Going-Concern. Dapat dilihat pada (t), terdapat angka

yang signifikan sebesar 0.216 (X20), 0.111 (X22), dan 0.908 (X23), dan standar

estimasi dengan hubungan positif pada X20 sebesar 1.084, serta standar estimasi

dengan hubungan negatif pada X22 sebesar -0.128, dan pada X23 sebesar -0.009.

Jadi, faktor Opini Audit Positif Positif dan faktor Opini Audit Positif Negatif dapat

berdampak positif pada kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan untuk faktor

Opini Audit Negatif dan faktor Opini Audit Negatif Negatif dapat berdampak negatif

atau buruk terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan (Lampiran 6).

Faktor Opini Audit Positif Positif dan faktor Opini Audit Positif Negatif terbukti

dapat membawa dampak positif pada kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga, jika

sebuah perusahaan mendapatkan kedua Opini Audit Going-Concern tersebut, maka

perusahaan tersebut dapat meningkatkan taraf kelangsungan hidupnya. Sedangkan

untuk faktor Opini Audit Negatif dan faktor Opini Audit Negatif Negatif yang

terbukti dapat membawa dampak negatif atau buruk terhadap kelangsungan hidup

suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan mendapatkan kedua Opini Audit Going-

Concern tersebut, maka perusahaan tersebut tergolong pada taraf hidup perusahaan

yang kelangsungan hidup perusahaannya sulit untuk menjaga kelangsungan hidup

perusahaannya dalam waktu yang pantas, atau bahkan termasuk yang tidak dapat

melanjutkan kelangsungan hidup perusahaanya dalam waktu yang pantas. Yang

Page 80: Arditya Dian Andika

80

dimaksud waktu yang pantas disini adalah waktu yang diharapkan oleh perusahaan

tersebut dalam melangsungkan usahanya.

4.4 Uji Hipotesis Dan Pembahasan

Langkah selanjutnya dalam permodelan SEM adalah menggabungkan hasil revisi

fit model dari setiap variabel menjadi satu kesatuan yang utuh. Setelah variabel –

variabel yang telah di revisi tersebut digabungkan, model gabungan tersebut harus

dilakukan Standardized Regression Estimates ulang terlebih dahulu agar hasilnya

dapat diinterprestasikan.

Hasil dari Standardized Regression Estimates yang digabung tersebut dapat

dilihat pada gambar 4.6 berikut. Pada gambar 4.6 berikut, akan ditampilkan hasil

revisi gabungan, dimana didalamnya terdapat variabel – variabel eksogen, yaitu

variabel struktur corporate governance dan variabel faktor kelangsungan hidup

perusahaan. Pada variabel struktur corporate governance, terdapat konstruk struktur

kepemilikan eksternal dan konstruk struktur frekuensi pertemuan komite audit. Pada

variebel faktor kelangsungan hidup perusahaan, terdapat konstruk undang – undang

yang dapat merugikan perusahaan, hilangnya pemasok utama, kerugian akibat

bencana alam, dan masalah pembayaran pada pemasok. Sedangkan yang terdapat

dalam variabel endogennya adalah variabel opini audit going-concern, dimana

didalamya terdapat konstruk opini audit positif positif, opini audit positif negatif,

opini audit negatif positif, dan opini audit negatif negatif. Hasil dari regresi tersebut

dapat dilihat pada tabel Estimasi Standardized Regression pada tabel 4.10 berikut,

beserta penjelasan dari jawaban dan pembahasan uji hipotesisnya.

Page 81: Arditya Dian Andika

81

Gambar 4.6

CorporateGovernance

KelangsunganHidup

Perusahaan

OAGC

-.88

.47

Pengaruh Struktur Corporate Governance DanKelangsungan Hidup Perusahaan Terhadap

Pemberian Opini Audit Going Concern

.95X20 e20.98 .48X21 e21.69

.00X5e4

.06

.06X3e2 .24

.22X19e19

.47.02

X15e15

.15

.02X13e13

.15

.15X12e12 .39

.02X22 e22

-.14

.00X23 e23

-.02

UJI HIPOTESA Chi-Square = 43.984

Probability = .117CMIN/DF = 1.294

GFI = .940TLI = .978CFI = .958

RMSEA = .047

Page 82: Arditya Dian Andika

82

Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada

gambar 4.6 diatas, dapat dilihat pada uji hipotesanya dimana Chi-Square adalah

sebesar 43,984, Probability sebesar 0,117, CMIN/DF sebesar 1,294, GFI sebesar

0,940, TLI sebesar 0,978, CFI sebesar 0,958, dan RMSEA sebesar 0,047. Dari hasil

uji hipotesa tersebut, data yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan uji fit model

dalam permodelan SEM.

Chi-Square adalah suatu alat uji ukur tingkat kesesuaian model, dimana semakin

kecil, maka semakin fit model dalam SEM tersebut. Pada uji hipotesa gambar 4.6

diatas, terdapat angka Chi-Square sebesar 43,984. Karena tidak ada ukuran standar

yang digunakan oleh Chi-Square, maka digunakan RMSEA untuk

mengkompensasinya. Batasan yang digunakan oleh RMSEA adalah ≤0,08, pada uji

fit model diatas didapatkan angka sebesar 0,047, sehingga model tersebut fit atau

sesuai untuk diolah menggunakan SEM.

Kesesuaian menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matrik kovarians

sampel yang terestimasikan, diuji menggunakan GFI. GFI yang diharapkan adalah

sebesar ≥0,90, GFI pada uji hipotesa tersebut sebesar 0,940, sehingga GFI tersebut

proporsional. Sedangkan kebalikan dari GFI adalah CFI, diman CFI adalah suatu

indeks untuk mengukur suatu tingkat penerimaan sebuah model, tetapi tidak

dipengaruhi oleh besarnya suatu sampel. Tingkat CFI yang diharapkan adalah

sebesar ≥0,95, pada uji hipotesa terdapat angka sebesar 0,958, artinya model

tersebut diterima dalam model SEM yang diharapkan.

Uji hipotesa yang berikutnya adalah pada CMIN/DF. CMIN/DF adalah statistik

Chi-Square dibagi dengan Degreess of Freedom. CMIN/DF yang diharapkan adalah

sebesar ≤2,00. Pada uji hipotesa diatas, terdapat angka sebesar 1,294, sehingga

Page 83: Arditya Dian Andika

83

menghasilkan angka yang fit dalam permodelan SEM. Sedangkan untuk TLI adalah

sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang

diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah

sebesar ≥0,95. Angka yang ada pada uji hipotesa untuk uji TLI adalah sebesar 0,978,

sehingga angka tersebut fit untuk pengujian SEM.

Sementara itu, dari uji hipotesa yang selanjutnya, terdapat uji tingkat

kemungkinan signifikan. Pada uji hipotesa gambar 4.6 diatas, terdapat tingkat

kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) adalah sebesar 0,117,

sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar ≥0,05, sehingga didapat tingkat

kemungkinan signifikan yang tinggi, jadi hasil tersebut fit dalam model pengolahan

SEM.

Model fit pada gambar 4.6 tersebut, menghasilkan suatu angka dalam output

pada tabel 4.10 berikut. Pada tabel 4.10, menunjukkan hasil regresi dari suatu

estimasi yang telah di Standardized. Dalam model yang telah direvisi menjadi lebih

fit tersebut terdapat Variabel Corporate Governance yang terdiri Kepemilikan

Eksternal dan Frekuensi Pertemuan Komite Audit.

Dalam Variabel Kelangsungan Hidup Perusahaan terdapat konstruk Undang –

undang yang dapat membahayakan kegiatan operasi perusahaan, Hilangnya

Pelanggan, Kerugian Karena Bencana alam, Masalah Pembayaran Pada Pemasok.

Sedangkan dari Variabel Opini Audit Going-Concern terdapat konstruk Opini Audit

Positif Positif, Opini Audit Positif Negatif, Opini Audit Negatif Positif, dan Opini

Audit Negatif Negatif (Lampiran 7).

Page 84: Arditya Dian Andika

84

Tabel 4.10

Estimasi Standardized Regression

Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan Faktor

Kelangsungan Hidup Perusahaan Terhadap Opini Audit Going-Concern

Estimasi Standardized Regression Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan Terhadap Opini Audit Going-Concern

Hipotesis Estimate Signifikan Hasil

OAGC Corporate_Governance H 1 -.885 .059 Ditolak OAGC Kelangsungan_Hidup_Perusahaan H 2 .466 .010 Diterima • Signifikan pada 0.05 • Dimana : Corporate Governance, Kelangsungan Hidup Perusahaan, OAGC = Opini Audit Going-Concern,

4.4.1 Uji Hipotesis (1) Dan Pembahasan Struktur Corporate Governance

4.4.1.1 Uji Hipotesis (1) Struktur Corporate Governance

Uji hipotesis 1 dimana struktur Corporate Governance adalah tidak signifikan

dan berpengaruh negatif terhadap Opini Audit Going-Concern. Hasil dari hipotesis 1

adalah ditolak dan terdapat hubungan yang negatif, karena standardised Path

Coefficient ( PC ) adalah sebesar -0.885 dengan signifikan sebesar 0.059 (tabel 4.10).

Jadi kesimpulan untuk uji hipotesis 1 adalah bahwa struktur Corporate Governance

tidak signifikan serta berpengaruh negatif terhadap opini audit Going-Concern.

4.4.1.2 Pembahasan Struktur Corporate Governance

Penjelasan mengenai hipotesis 1 yang ditolak serta berhubungan negatif, adalah

karena nilai signifikan yang dihasilkan adalah sebesar 0.059 diatas lebih besar dari

nilai signifikannya yang sebesar 0.05, dan terdapat nilai hubungan yang bersifat

negatif yaitu sebesar -0.885. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa Corporate

Governance (pergantian CEO, kepemilikan saham oleh pihak manajerial dan

Page 85: Arditya Dian Andika

85

eksternal, serta ada tidaknya komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit),

tidak signifikan dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan Opini Audit Going-

Concern, serta berbanding terbalik dengan adanya berhubungan negatif terhadap

pemberian Opini Audit Going-Concern, yang berarti hubungan tersebut tidak

berdampak sama sekali atau bersifat negatif terhadap pemberian Opini Audit Going-

Concern dari auditor (tabel 4.10).

Hasil dari peneltian ini, tidak mendukung atau berbanding terbalik dari penelitian

sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000), bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara Corporate Governance dengan pelaporan

auditor mengenai audit Going-Concern. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga

bertolak belakang dengan penelitian dari Parker et.al.(2005). Hasil dari penelitin

Parker et.al. adalah terdapat hubungan yang signifikan antara struktur Corporate

Governance dengan opini audit Going-Concern, dan terdapat pengaruh positif antara

Corporate Governance terhadap opini audit Going-Concern.

Hasil dari penelitian yang berbanding terbalik dan bertolak belakang tersebut

dapat terjadi karena penelitian yang dilakukan adalah hanya sebatas persepsi dari

auditor yang dibagikan kuesioner, dan tidak memisahkan auditor berdasarkan

pengalamannya dalam melakukan audit Going-Concern. Pertanyaan mengenai

pengalaman auditor yang pernah melakukan audit Going-Concern dalam kuesioner,

hanya untuk menunjukkan jumlah auditor yang pernah berpengalaman dalam audit

Going-Concern pada waktu auditor tersebut dijadikan sampel responden, dan hanya

untuk menunnjukkan bahwa semakin banyaknya auditor yang menjawab pernah

berpengalaman dalam melakukan audit Going-Concern, maka data yang diperoleh

akan semakin valid. Sehingga auditor yang menjawab pernah berpengalaman

Page 86: Arditya Dian Andika

86

melakukan audit Going-Concern tidak diuji secara terpisah, tetapi menjadi satu

dengan yang belum berpengalaman dalam melakukan audit Going-Concern.

Dalam penelitian ini, apabila dilakukan pengujian hanya berdasarkan auditor

yang pernah berpengalaman dalam melakukan audit Going-Concern, kemungkinan

munculnya hasil bahwa struktur Corporate Governance dapat mempengaruhi auditor

dalam memberikan opini audit Going-Concern adalah relatif dapat lebih besar atau

dapat lebih diterima dan dapat mendukung pada peneltian – penelitian sebelumnya,

atau tetap dapat ditolak dan berbanding terbalik dengan pengujian pada penelitian –

penelitan sebelumnya. Dan apabila dilakukan pengujian hanya berdasarkan auditor

yang belum pernah berpengalaman dalam melakukan audit Going-Concern,

kemungkinan munculnya hasil bahwa struktur Corporate Governance dapat

mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit Going-Concern adalah relatif

lebih kecil atau bahkan lebih ditolak dan berbanding terbalik dengan pengujian pada

penelitian – penelitan sebelumnya, atau bahkan dapat terjadi kebalikannya, dimana

hasilnya dapat diterima dan mendukung pada penelitian – penelitian sebelumnya.

Jadi, dilakukannya pengujian secara terpisah berdasarkan yang telah berpengalaman

dan yang belum pernah pengalaman dalam melakukan audit Going-Concern,

kemungkinan hasilnya akan berbeda dan bisa saja mendukung pada penelitian –

penelitan yang telah dilakukan sebelumnya, atau tetap bisa berbanding terbalik dan

tidak mendukung penelitian – penelitian sebelumnya.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan hasilnya adalah, bahwa Corporate

Governance berpengaruh negatif atau tidak berdampak apapun terhadap opini audit

Going-Concern, hal ini sesuai dan mendukung penelitian Mutchler (1984) dan

Geiger et.al.(2005), dimana hasilnya adalah tidak berhubungan positif atau tidak

Page 87: Arditya Dian Andika

87

terlalu mempengaruhi secara signifikan terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

Jadi, dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan untuk uji hipotesis 1 adalah

bahwa struktur Corporate Governance tidak signifikan dan berpengaruh negatif

terhadap opini audit Going-Concern.

4.4.2 Uji Hipotesis (2) Dan Pembahasan Faktor Kelangsungan Hidup

Perusahaan

4.4.2.1 Uji Hipotesis (2) Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

Uji Hipotesis 2 dimana faktor – faktor dalam Kelangsungan Hidup Perusahaan

signifikan berpengaruh positif terhadap pemberian Opini Audit Going-Concern,

adalah diterima berpengaruh secara signifikan positif. Hasil hipotesis 2 diterima dan

terdapat hubungan yang positif, karena standardised Path Coefficient ( PC ) adalah

sebesar 0.466 dengan t-value sebesar 0.010 (tabel 4.8). Jadi, kesimpulan untuk uji

hipotesis 2 adalah bahwa faktor - faktor kelangsungan hidup perusahaan signifikan

berpengaruh positif terhadap opini audit Going-Concern.

4.4.2.2 Pembahasan Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

Penjelasan mengenai hipotesis 2 yang diterima dan berhubungan positif, adalah

karena nilai signifikan yang dihasilkan sebesar 0.010 atau lebih kecil dari nilai

signifikannya yaitu sebesar 0.05, dan terdapat nilai hubungan yang bersifat positif

yaitu sebesar 0.466. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa Faktor – faktor

Kelangsungan Hidup Perusahaan (tren negatif, masalah internal perusahaan, masalah

eksternal perusahaan, serta masalah keuangan perusahaan yang lainnya),

berpengaruh secara signifikan positif kepada auditor dalam memberikan Opini Audit

Page 88: Arditya Dian Andika

88

Going-Concern. Faktor – faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan berhubungan

positif terhadap pemberian Opini Audit Going-Concern, yang berarti hubungan

tersebut berdampak positif atau bersifat membantu suatu perusahaan dalam

mendapatkan Opini Audit Going-Concern dari auditor.

Hasil penelitian ini, mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Mutchler (1984) dan Geiger et.al.(2005), bahwa faktor – faktor

tersebut tersebut, dapat menyebabkan kebangkrutan dan akan menghambat suatu

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, hanya saja berbanding

terbalik dengan penelitian yang telah dilakukan Mutchler dan Geiger et.al., dimana

hasil dari penelitian Mutchler dan Geiger et.al. adalah berpengaruh secara signifikan

tetapi tidak berhubungan positif, sementara dalam penelitian ini, hasil yang didapat

adalah berpengaruh secara signifikan dan berhubungan positif. Selain itu, hasil dari

penelitian ini, juga mendukung hasil dari penelitian Goerge E.(2006). Dimana

keempat faktor dalam kelangsungan hidup perusahaan ( tren negatif, masalah

internal, masalah eksternal, dan masalah keuangan lain ) tersebut, menghasilkan

hubungan yang positif dan kesignifikanan yang tinggi mempengaruhi opini audit

Going-Concern. Jadi, dapat ditarik kesimpulan, bahwa faktor - faktor kelangsungan

hidup perusahaan signifikan berpengaruh positif terhadap opini audit Going-

Concern, yang dapat menjadi bahan pertimbangan, dan besar kemungkinannya dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Page 89: Arditya Dian Andika

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Kesimpulan Hipotesis (1) Struktur Corporate Governance

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-Concern

adalah Struktur Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. Adapun

beberapa struktur dalam Corporate Governance adalah struktur pergantian CEO,

struktur kepemilikan orang dalam (Insider Holding) dan faktor Blockholder, dan

struktur komite audit mengenai ada tidaknya komite audit dan frekuensi

pertemuannya.

Hasil dari pengolahan SEM, struktur Corporate Governance ditolak dan

berhubungan negatif, artinya struktur Corporate Governance tersebut tidak

berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit Going-Concerna. Hal ini terjadi karena

nilai signifikan yang dihasilkan adalah sebesar 0.059, dan terdapat nilai hubungan

yang bersifat negatif yaitu sebesar -0.885. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa

Struktur Corporate Governance tidak dapat mempengaruhi auditor dalam

memberikan Opini Audit Going-Concern, serta berbanding terbalik dengan adanya

hubungan yang negatif terhadap pemberian Opini Audit Going-Concern, yang berarti

hubungan tersebut berdampak negatif atau tidak berpengaruh pada perusahaan dalam

mendapatkan Opini Audit Going-Concern dari auditor. Apabila dilihat setiap

konstruk pada variabel Corporate Governance, hasil yang didapat adalah untuk

Kepemilikan Eksternal dengan nilai estimasi sebesar 0.244 dan Frekuensi Pertemuan

Page 90: Arditya Dian Andika

90

Komite Audit dengan nilai estimasi sebesar 0.062, yang berarti terdapat hubungan

yang positif dari keduanya terhadap pemberian opini audit Going-Concern, tetapi

tidak berarti hubungan yang bersifat positif tersebut dapat berdampak terhadap

pemberian opini audit Going-Concern.

5.1.2 Kesimpulan Hipotesis (2) Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-Concern

adalah faktor kelangsungan hidup perusahaan. Dalam faktor kelangsungan hidup

terdapat faktor tren negatif, masalah internal, masalah eksternal, dan masalah

keuangan lain yang dialami oleh suatu perusahaan.

Hasil dari pengolahan SEM berikut, faktor kelangsungan hidup perusahan

terbukti diterima dan berhubungan positif, karena nilai t-value yang dihasilkan

sebesar 0.010 atau lebih kecil dari nilai signifikannya yaitu sebesar 0.05, dan terdapat

nilai hubungan yang bersifat positif yaitu sebesar 0.466. Dari hasil tersebut dapat

diartikan bahwa Faktor – faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan berpengaruh secara

signifikan positif kepada auditor dalam memberikan Opini Audit Going-Concern.

Faktor – faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan berhubungan positif terhadap

pemberian Opini Audit Going-Concern, yang berarti hubungan tersebut berdampak

positif atau bersifat membantu suatu perusahaan dalam mendapatkan Opini Audit

Going-Concern dari auditor. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan positif

dalam faktor kelangsungan hidup perusahaan sebesar 0.385 pada faktor undang –

undang yang dapat menggangu kelangsungan hidup perusahaan, 0.154 pada faktor

hilangnya pelanggan utama, 0.149 pada faktor kerugian akibat bencana alam, dan

0.466 pada faktor masalah pembayaran pada pemasok. Jadi faktor Undang – undang

Page 91: Arditya Dian Andika

91

yang dapat memberatkan kegiatan operasi perusahaan, faktor Hilangnya Pelanggan

Utama, faktor Kerugian Karena Bencana alam, dan faktor Masalah Pembayaran Pada

Pemasok dapat berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit Going-Concern oleh

auditor. Jadi, dapat ditarik kesimpulan, bahwa faktor - faktor kelangsungan hidup

perusahaan signifikan berpengaruh positif terhadap opini audit Going-Concern, yang

besar kemungkinan dapat mempengaruhi dan menjadi bahan pertimbangan untuk

kelangsungan hidup suatu perusahaan.

5.2 Saran

Saran merupakan implikasi hasil peneltitian terhadap pengembangan teori

maupun dalam penggunaan praktik. Dalam implikasi berikut, terdapat implikasi

terhadap auditor yang sedang melakukan audit Going-Concern, perusahaan yang

menginginkan usahanya untuk terus berkelanjutan kelangsungan hidupnya, dan

implikasi untuk penelitian selanjutnya.

5.2.1 Saran Bagi Auditor

Saran penelitian yang pertama adalah untuk auditor, dimana menyarankan agar

auditor dalam melaksanakan audit Going-Concern agar lebih teliti dan lebih detail

mengarah kepada hal – hal yang benar – benar dapat menyebabkan suatu perusahaan

terganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu, auditor juga harus banyak – banyak

melakukan modifikasi auditannya kepada faktor – faktor lain yang cakupannya lebih

luas lagi dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan terganggu, dan lebih

spesifik lagi dalam melaksanakan audit, untuk menentukan faktor yang benar – benar

menjadi hambatan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya.

Page 92: Arditya Dian Andika

92

5.2.2 Saran Bagi Perusahaan

Saran penelitian yang selanjutnya adalah untuk perusahaan yang ingin

kelangsungan hidup perusahaannya terjamin. Walaupun opini audit Going-Concern

tidak terlalu mempengaruhi secara signifikan terhadap kebangkrutan suatu

perusahaan (Mutchler, 1984, Geiger et.al.,2005, dan Parker, et.al.2005), namun

perusahaan juga perlu mempertimbangkan kembali opini audit Going-Concern yang

telah dikeluarkan oleh auditor. Mengapa perusahan perlu mempertimbangkan

kembali opini audit Going-Concern yang telah dikeluarkan oleh auditor, karena opini

yang telah dikeluarkan oleh auditor diambil berdasarkan fakta – fakta yang ada

dalam suatu perusahaan, dimana faktor – faktor tersebut dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup suatu perusahaan. Menurut Carcello dan Neal (2000), Parker,

et.al.(2005), dan Nogler Goerge E.(2006), menyatakan bahwa faktor – faktor yang

dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tersebut dapat mempengaruhi

pemberian opini audit Going-Concern oleh auditor. Sehingga faktor – faktor yang

dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tersebut, dapat mempengaruhi

pemberian opini audit Going-Concern oleh auditor, yang kemungkinan besar dapat

berdampak kepada kelangsungan hidup perusahaan, atau lebih identik dan lebih

dikenal sebagai kebangkrutan perusahaan.

5.2.3 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya

Saran yang selanjutnya adalah bagi penelitian lebih lanjut. Dimana dalam

penelitian ini, telah membuka jalan untuk mempermudah bagi penelitian – penelitian

selanjutnya. Dalam peneltian lebih lanjut, diharapkan melakukan penelitian tentang

Page 93: Arditya Dian Andika

93

faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-Concern,

dengan faktor – faktor selain struktur Corporate Governan dan faktor – faktor

kelangsungan hidup perusahaan. Contoh faktor – faktor lain tersebut diantaranya

adalah dapat dimasukkannya faktor aturan etika auditor sebagai variabel intervening

atau moderating, karena kemungkinan besar juga, etika seorang auditor, dapat

mempengaruhi auditor tersebut dalam memberikan suatu opini audit Going-Concern.

Dalam peneltian selanjutnya, juga dapat memasukan faktor modifikasi audit.

Faktor modifikasi audit yang dimaksud adalah dengan memasukan faktor lain yang

dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, yang dapat digunakan auditor

sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan suatu opini audit Going-Concern.

Salah satu contoh dari faktor tersebut adalah dengan memasukan suatu tren positif,

dimana tren tersebut tidak berupaya untuk memperburuk lingkup audit yang

diperiksa oleh auditor, melainkan jalan alternatif untuk berupaya mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan dari sisi – sisi positif dan yang dapat memberi

keuntungan bagi perusahaan yang diaudit. Jadi cakupan untuk melakukan audit

Going-Concern menjadi lebih luas, dan tidak terpaku pada hal – hal atau faktor –

faktor yang telah sering digunakan sebelumnya.

Selain itu, dalam penelitian selanjutnya juga dapat mengembangkan apa yang

menjadi keterbatasan pada penelitian sebelumnya, yaitu daerah responden yang

diperluas, serta lebih mengutamakan spesifikasi data responden mengenai

pengalaman auditor yang pernah melakukan audit Going-Concern. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang akan menggunakan informasi

– informasi yang berada didalamnya.