Diagnosis Tumor

18
Diagnosis Tumor & Neoplasma Anamnesis Pada tumor jinak biasanya hanya terdapat tanda/gejala local, sedangkan pada tumor ganas tergantung pada stadiumnya. Tumor ganas stadium dini biasanya tidak terdapat keluhan, kalaupun ada biasanya terlokalisir (sama halnya dengan tumor jinak). Sedangkan tumor ganas stadium lanjut biasanya disertai dengan gejala sistemik ditambah dengan keluhan-keluhan akibat komplikasinya. Hal-hal yang perlu ditanyakan ketika melakukan anamnesis adalah: a. Keluhan utama biasanya pasien datang karena ada benjolan pada bagian tertentu di tubuhnya b. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak kapan muncul benjolan (onset) Di mana letak benjolannya (lokasi) Nyeri atau tidak Gejala sistemik yang menyertai (demam, malaise, mual, muntah, sesak, nyeri kepala, dll) c. Riwayat penyakit dahulu Pernah mengalami sakit yang sama atau tidak Pernah mengalami penyakit kronis yang mungkin bisa menyebabkan terjadinya kanker (misal: sirosis hepatis bisa menyebabkan hepatoma) d. Riwayat pengobatan Pernah dioperasi, dikemoterapi ataupun radioterapi

description

meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

Transcript of Diagnosis Tumor

Page 1: Diagnosis Tumor

Diagnosis Tumor & Neoplasma

Anamnesis

Pada tumor jinak biasanya hanya terdapat tanda/gejala local, sedangkan pada tumor ganas

tergantung pada stadiumnya. Tumor ganas stadium dini biasanya tidak terdapat keluhan,

kalaupun ada biasanya terlokalisir (sama halnya dengan tumor jinak). Sedangkan tumor ganas

stadium lanjut biasanya disertai dengan gejala sistemik ditambah dengan keluhan-keluhan

akibat komplikasinya. Hal-hal yang perlu ditanyakan ketika melakukan anamnesis adalah:

a. Keluhan utama biasanya pasien datang karena ada benjolan pada

bagian tertentu di tubuhnya

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak kapan muncul benjolan (onset)

Di mana letak benjolannya (lokasi)

Nyeri atau tidak

Gejala sistemik yang menyertai (demam, malaise, mual, muntah, sesak,

nyeri kepala, dll)

c. Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami sakit yang sama atau tidak

Pernah mengalami penyakit kronis yang mungkin bisa menyebabkan

terjadinya kanker (misal: sirosis hepatis bisa menyebabkan hepatoma)

d. Riwayat pengobatan

Pernah dioperasi, dikemoterapi ataupun radioterapi

a. Riwayat penyakit keluarga

Ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama atau tidak

PEMERIKSAAN FISIK

a. Inspeksi : - keadaan umum penderita (kakeksia atau tidak)

- ada ulkus atau tidak di daerah yang terdapat benjolan

- ada tanda-tanda radang di daerah yang terdapat benjolan

- ada retraksi atau tidak

Page 2: Diagnosis Tumor

b. Palpasi : - Site (lokasi)

- Size (ukuran)

- Marginal (batas jelas atau tidak, ada kapsul atau tidak)

- Multiplicity (jumlahnya tunggal atau banyak)

- Mobility (bisa digerakkan atau tidak)

- Consistency (konsistensi padat, lunak, atau kenyal)

- Tenderness (nyeri tekan atau tidak)

- Infiltration (infiltrasi ke jaringan di sekitarnya)

c. Perkusi : - Pekak jika ada massa yang padat

- Redup di thorax, karena ada efusi pleura

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN BIOKIMIA

Pemeriksaan petanda tumor / tumor marker

Pengertian

Petanda tumor adalah (tumor marker) adalah sejenis zat yang terdapat

dalam cairan tubuh, ekskreta atau jaringan kanker pasien tumor, dihasilkan

oleh tumor atau sel hospes tumor akibat stimulasi tumor, yang dapat

mencerminkan keberadaan tumor, memantau hasil terapi terhadap tumor,

dapat menjadi situs target terapi tumor

Asal petanda tumor

Produk metabolisme tumor

Produk gen dari sel berdiferensiasi kacau

Zat degradasi nekrosis sel tumor

Page 3: Diagnosis Tumor

Onkogen, gen supresor tumor dan produknya

Produk reaksi hospes

Pemeriksaan petanda tumor yang umum dan makna klinisnya

Antigen tumor

Antigen spesifik

Pada tumor manusia tertentu, penelitian antigen spesifik telah

membuahkan historis. Misalnya onkogen dan gen supresor tumor yang

bermutasi dengan produknya protein p21, p53, antigen spesifik tumor

kode virus tertentu, seperti antigen tax yang dikode oleh virus HTLV-1;

antigen melanoma dari kode gen MAGE yang pada sel normal tidak

berekspresi, di dalam sel tumor baru teraktivasi; reseptor faktor

pertumbuhan variasi tertentu. Kekhasan ketiga jenis antigen ini adalah :

hanya berekspresi dalam jaringan tumor, dapat dimiliki oleh berbagi jenis

tumor berbeda. Karena sebagian daripada mereka dapat dikenali oleh sel

limfosit T dengan pola antigen spesifiki dengan MHC tertentu, maka

antigen jenis itu mendapat perhatian khusus dalam terapi biologis

terhadap tumor.

Antigen terkait tumor

Kekhususan antigen ini adalah tubuh tidak bereaksi imun

terhadapnya, tetapi dengan metode khusus dapat diproduksi antibodi

monoklonal, atau poliklonal, dengan metode imunologik dapat dideteksi

secara kuantitatif adanya antigen ini di dalam serum pasien atau sel

tumornya. Tinggi rendahnya kadar mereka dalam darah terkait dengan

Page 4: Diagnosis Tumor

kuantitas sel ganas. Antigen terkait tumor yang sering ditemukan

adalah :

Alfa-fetoprotein (AFP)

Gikoprotein ini mulai muncul pada usia embrio umur 6 minggu, pada

neonatus usia 1 minggu lebih AFP menghilang. Pada darah orang dewasa

kandungannya sangat rendah, nyaris tak terdeteksi. Pada orang normal

kadar AFP 10-30 ng/ml, AFP ≥ 400ng/ml rujukan diagnosis hepatoma

Makna klinis:

Dengan AFP mendiagnosis hepatoma primer. Kebanyakan pasien dengan

AFP > 300ng/ml bertahan 4-8 minggu tidak dapat menyingkirkan

hepatoma, kadar rendah (50-200 ng/ml) bertahan (> 2 bulan) positif

harus dipandang sebagai risiko tinggi hepatoma

Untuk memonitor hasil terapi dan penentuan prognosis. Pada hepatoma

primer pasca eksisi bila sebelum operasi tidak ada metastasis, eksisi

tuntas, AFP darah dalam 2-4 minggu dapat turun hingga kadar normal

(<50 ng/ml), jika kadar tidak turun atau naik setelah turun, petanda

terdapat hepatoma difus atau rekurensi

Antigen karsinoembrionik (CEA)

CEA adalah antigen glikoprotein yang terdapat terutama pada kanker

kolorektal dan sel mukosa embrio. Nilai rujukan normal dlm serum , 5

ng/ml

Makna klinis :

Untuk diagnosis tumor ganas. menurut statistik angka positis pada

kankaer pankreas stadium sedang hingga lanjut 88-91%, kanker paru

Page 5: Diagnosis Tumor

76%, kanker kolon 73%, kanker mamae, kanker ovarium 73%, kanker

vesika urinaria, serviks uteri, endometrium dll.

Untuk penentuan prognosis. Pasien dengan kadar CEA pra-operasi normal

memiliki angka kuratif operasi tinggi, pasca operasi tidak mudah relaps,

sedang bila sudah terjadi metastasis dn invasi ke dinding vaskular,

sistem limfatik dan perineural, prognosisnya relatif buruk

Antigen CA15-3

Antigen ini terkait dengan kanker mamae. Makna klinis: sensivitasnya

untuk kanker mamae stadium sedang dan lanjut adalah 80-87%. Batas

atas kadar serum pada perempuan sehat adalah 30 U/ml

Antigen CA125

Ini termasuk antigen terkait kanker ovari. Makna klinis: peninggian

kadar serum CA125 ditemukan pada kanker epitel ovari dan

adenokarsinoma pankreas, yang pertama angka positifnya 80%. Kadar

dalam serum normalnya <35 U/ml

Antigen CA 19-9

Ini termasuk antigen terkait karsinoma pankreas. Kadar dalam serum

orang sehat < 37 U/ml. Makna klinis: untuk deteksi kanker pankreas.

sensivitas 80%, spesifitas 90%. Pada kanker saluran gastrointestinal,

hepatoma, tumor musinosa ovari, adenokarsinoma serviks uteri, kadar

CA19-9 juga cukup meningkat cukup jelas. Terutama dipakai untuk

memanyau hasil terapi, biasanya 1 minggu pascaoperasi CA19-9 dapat

turun menjadi normal, bila menetap tidak turun atau setelah turun

kembali naik pertanda lesi residif atau rekuren

Antigen spesifik prostat (PSA)

Page 6: Diagnosis Tumor

Ia hanya berekspresi pada sel epitel duktus prostat. Batas atas nilai

PSA serum normal < 2,6 ng/ml, pada kanker prostat > 4,8 ng/ml, pada

hipertropi prostat jinak nilai pertengahan yaitu sekitar 3,4 ng/ml. Makna

klinis: PSA adalah petanda spesifik untuk kanker prostat, terutama

dipakai untuk diagnosis dan disgnosis banding kanker prostat.

Pengukurannya memiliki sensivitas 70% untuk kanker prostat

intrakapsular, 100% unutuk kanker metastatik

Antigen polipeptida jaringan (TPA)

Termasuk zat petanda replikasi tumor. Batas atas nilai serum orang

normal 130 U/L. Makna klinis: Peninggian kadar TPA serum pada

umumnya terjadi pada karsinoma pankreas, karsinoma vesika urinaria,

tumor saluran GI tract, karsinoma prostat dan karsinoma ovari. Bila TPA

praoperasi sangat tinggi pertanda prognosis buruk, bila setelah turun

pascaterapi kemudian naik lagi pertanda rekurensi. Bersama-sama CEA

dipakai untuk membedakan penyakit mamae dan karsinoma mamae

Segmen 19 protein sitokeratin (CyFRA21-1)

Ambang batas dalam serum orang normal adalah 3,3 ug/L. Makna

klinis: kandungannya petanda paling tinggi pada serum pasien kanker

paru, diantaranya kepekaan tertinggi terhadap karsinoma sel skuamosa

paru

Antigen terkait karsinoma sel skuamosa (SCCAg)

Batas atas dalam serum orang sehat adalah 1,5 ug/L. Makna klinis:

terutama untuk mndeteksi kadar serum pasien karsinoma sel skuamosa,

pada pasien karsinoma sel skuamosa paru kadar SCCAg sangat tinggi

Golongan enzim

Page 7: Diagnosis Tumor

Enolase spesifik neuron (NSE)

Adalah enzim yang spesifik dimilki sel neuron dan sel neuroendokrin. Ia

mengalami everekspresi pada karsinoma sel kecil paru. Dalam serum

orang normal kadarnya 13 ng/ml.

Makna klinis:

Kadar NSE serum berkaitan erat dengan progresi klinis kanker sel kecil

paru, terutama dugunakan untuk monitor efek terapi dan peringatan dini

relaps kanker sel kecil paru.

Untuk penentuan prognosis kanker sel kecil paru

Dapat menjadi diagnosis dan diagnosis banding, monitor efek terapi,

peringatan dini residif dan penilainan prognosis neuroblastoma

Dapat menjadi petanda tumor seminoma

Alkali fosfatase (ALP)

Pengukuran aktivitas total ALP serum pada penyakit hati dan tulang

rangka memiliki nilai klinis yang pasti. ALP sering naik mencolok

mencapai 4-10 kali normal. 90% lebih pasien seminoma aktif

menunjukkan ALP plasental naik. Kadar ALP serum orang sehat bervariasi

menurut usia, jenis jelamin dan metode pemeriksaannya.

Golongan hormon

Zat petanda tumor golongan hormon ada 2:

Oversekresi hormon eutopik

Akibat karsinoma kelenjar endokrin. Sebelum ditemukannnya tumor,

kadar hormon terkait serum sudah dpat meninggi menimbulkan

hiperaktif fungsi organ tertentu. setelah tumor dieksisi atau diterapi

Page 8: Diagnosis Tumor

maka kadar hormon menurun, kondisi hiperaktif juga dapat berkurang

atau hilang.

Oversekresi hormon ektopik

Adalah hormon atau zat mirip hormon yang dihasilkan kanker dalam

jaringan non-endokrin. Satu jenis tumor dapat menghasilkan banyak jenis

hormon. Contoh : β-HCG

Zat biokimia lainnya

VMA (asam vanilmandelat)

Adalah metabolit dari ketekolamin, kuantitas ekskresinya dalam urin

secara umum dapat mencerminkan kadar katekolamin dalam tubuh.

Kadar normal berkisar 2-8 mg/24 jan. Peninggian kadar VMA uri terutama

ditemukan pada pasien tumor sel kromafin , pasien ganglioneuroma dan

neuroblastoma

Protein M serum (imunoglobulin monoklonal)

Adalah suatu immunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma ganas.

Dengan pemanasan urin timbul presipitat kemudian larut kembali dapat

menunjukkan protein Bence-Jones. Secara klinis pemeriksaan protein M

serum atau protein Bence-Jones urin untuk mendiagnosis banding

mieloma multipel

Golongan respons hospes/penjamu

Pemeriksaan asam sialat serum

Asam ini tersebar luas dalam jaringan dan cairan tubuh makhluk hidup.

Metabolisme asam sialat tumor dapat berubah, akibat daya inhibisi

kontak antar sel tumor menurun sehingga memudahkan metastasis dan

infiltrasi kaaker. Pada [asien kanker mamae, prostat, ovari, paru dan

Page 9: Diagnosis Tumor

limfoma dan epitelioma stadium sedang lanjut, kadar asam sialat total

serum (TSA) meningkat tajam

Antibodi terhadap antigen terkait virus EB (Epstein-Barr)

Virus EB adalah kausa monoklonal infeksiosa, virus tersebut juga

terkait erat dengan limfoma Burkitt dan karsinoma nasofaring

Makna klinis:

Diagnosis dengan pemeriksaan IRA dipakai dalam diagnosis kanker

nasofaring, sensivitas maupun spesifitasnya relatif tinggi

Pemantauan kelompok risiko tinggi di daerah endemik kanker nasofaring

Monitor efek terapi

Onkogen, gen supresor tumor dan produknya

Pertumbuhan dan replikasi sel normal diregulasi oleh 2 golongan gen,

satu golongan mengkode sinyal regulasi positif, memacu pertumbuhan

dan replikasi sel, dan menghambat diferensiasi final sel, protoonkogen

memilki efek demikian. Golongan kedua mengkode sinyal regulasi

negatif, menyebabkan maturasi, diferensiasi atau apoptosis sel, efek

demikian dimilki gen supresor tumor dan gen apoptosis. Dalam kondisi

normal fungsi kedua golongan gen itu berada dsalam keseimbanagn

dinamis. Bilakedua jenis sinyal itu salah satunya hiperaktif atau hipoaktif

maka sel akan tumbuh tak terkendali dan berubah ganas. Dengan

demikian , onkogen, gen supresor tumor retinoblastoma (Rb) dan gen

supresot tumor p53 pada berbagai jenis kanker termasuk dalam petanda

kanker.

Page 10: Diagnosis Tumor

Pemeriksaan Laboratorium

Tujuan: untuk mengetahui keadaan umum pasien dan persiapan terapi.

Biasanya yang dipakai : darah lengkap, urin lengkap, elektrolit serum, protein serum

dll

LABORATORIUM RUTIN

Rutin: DL, HD

Kimia klinik

Fungsi hemostasis

Protein serum

Fosfatase alkali

Elektrolit

Sutol = leukemi, metastase

CEA (carcino embryonic antigen) = Ca colorectal

Alfa Feto Protein (AFP) = Ca hati

HCG = Chorio Ca

Page 11: Diagnosis Tumor

Estrogen dan progerteron reseptor = Ca mamme

Pemeriksaan Laboratorium terutama terdiri atas 3 Pemeriksaan Rutin :

Hematologi

Urinalisis

Feses

Misalnya lekositosis dan di dalam darah tepi ditemukan sel lekosit muda,

harus dipikirkan Leukimia. Tumor saluran kemih, dalam urin sering

ditemukan eritrosit. Pasien mieloma dalam urinnya kadang terdapat protein

Bence Jones. Tes kehamilan urin merupakan dasar diagnosis utama

trofoblastoma. Dalam sedimen sentrifugasi urin dapat ditemukan sel ganas

saluran kemih. Dalam feses terdapat musin dan eritrosit harus dipikirkan

kanker rektum.

Uji darah samar positifdalam jangka panjang menunjukkan kemungkinan

perdarahan dari kanker gastrointestinal. Laju endap darah, alkali fosfatase,

laktat dehidrogenase dan lain-lain parameter telah masuk dalam

pemeriksaan rutin pasien tumor.

PEMERIKSAAN SPESIFIK

Berdasarkan riwayat penyakit pasien dan hasil pemeriksaan fisik, secara

terarah ditentukan pemeriksaan parameter tertentu.

Pemeriksaan Pencitraan

Radiologi

Tanpa kontras

Dengan kontras

Page 12: Diagnosis Tumor

Radioisotope scanning

CT-Scan

MRI

Ultrasonografi : menggunakan gelombang suara

PET

RII

ECT

Endoskopi

Nasopharinx

Larynx

Bronchus

Mediastinum

GI tract

Ginjal, ureter, buli-buli

Vagina-cervix

Endoskopi klinis dapat menemukan dengan cepat pada organ atau

rongga yang diperiksa, tumor, kanker sangat dini atau polip yang

transformasi ganas. Ini mencakup pemeriksaan esofagus, bronkus,

rongga pleura, abdomen, uterus, vesika urinaria, kolon dan lain-lain.

Endoskopi yang umum dikerjakan adalah esofagoskopi, bronkoskopi,

kolonoskopi, sistoskopi, gastroskopi, laparoskopi, dan lain-lain.

Page 13: Diagnosis Tumor

Pemeriksaan Patologik

Pemeriksaan patologi merupakan salah satu metode paling dapat dipercaya dalam diagnosis

tumor dewasa ini.

1. Pemeriksaan Sitologik

Merupakan pemeriksaan jenis sel,bahan2nya dapat diambil dari sel-sel epithel

yang dilepaskan oleh tubuh,atau deangan alat seperyi endoskopi dan kerokan.

Terutama mengumpulkan cairan lambung, sputum, efusi pleura, asites, urin dan

sekret vagina, dilakukan sentrifugasi dan sedimennya dipulas atau langsung dipulas,

dengan pewarnaan khusus dibawah mikroskop dicari sel ganasnya. Metode ini memiliki

keunggulan antara lain sederhana, aman, kurat, cepat dan ekonomis.

Pemeriksaan sitologi ini antara lain:

Pemeriksaan FNAB

Dengan menggunakan jarum halus nomer 23 sel tumor disedot denagn spuit 10cc

lalu dioleskan denagn kaca pemeriksa dan difiksasi dan dicat lalu dilihat denagn

mikroskop

Pemeriksaan histokimia

Setelah specimen dioleskan di kaca pemeriksa lalu kemusian ditetesizat kimia

tertentu atau dicelupkan kedalam zatkimia supaya terjadi reaksinya

Pemeriksaan imunohistokimia

Setelah specimen diolesi kekaca pemeriksa kemudian diolesi monoclonal antibody

untuk memperoleh reaksi imunologi

Hasil pemeriksaanya dinyatakan dalam 5 kelas menurut papanicolau

Kelas 1: terdapat sel-sel normal

Kelas 2: terdapat sel abnormal

Kelas 3: terdapat sel atypis,yang mungkin karena displasi

Page 14: Diagnosis Tumor

Kelas 4: terdapat sel yang di curigai ganas

Kelas 5: terdapat sel-sel yang ganas

2. Pemeriksaan Histologik

Untuk memperjelas diagnosis histopatologi, pertama-tama diperlukan jaringan untuk

pemeriksaan. Metode umum yang dilakukan adalah :

a. Biopsi Jepit :

Untuk tumor dikulit atau mukosa, dengan tang biopsi lakukan biopsi jepit didaerah

perbatasan tumor dan dan jaringan normal.

b. Biopsi Insisi

Ditepi tumor dilakukan insisi untuk mengambil spesimen secukupnya, untuk biopsi

kelenjar limfe dituntut mengambil kelenjar limfe dengan kapsul intak.

c. Biopsi Eksisi :

Untuk tumor kecil permukaan, harus dieksisi total tumornya, eksisi harus mencakup

sejumlah jaringan normal disekitarnya.

d. Biopsi Aspirasi Jarum :

Dengan jarum khususdilakukan aspirasi jaringan untuk pemeriksaan histopatologi

atau pulas sitologi. Ini biasanya dikerjakan untik tumor permukaan, kelenjar limfe,

rongga mulut, tiroid, mamae, dan lain-lain.

e. Biopsi Kerok :

Kebanyakan untuk tumor permukaan, fistula, leher rahim dan tempat lainnya. Dengan

kuret dilakukan pengerokan jaringan pada permukaan tumor, untuk pemeriksaan

potongan patologi, juga dapat untuk pemeriksaan sitologi.