Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

download Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

of 15

Transcript of Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    1/15

    Diagnosis dan penatalaksanaan karsinoma nasofaring pada anak

    Marlinda Adham*, Murti Andriastuti**, Irwan***, Lisnawati****, Yus Ukhrowiyah*

    *Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia**Departemen Hematologi-Onkologi Bagian Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    ***Departemen Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    ****Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

    Jakarta - Indonesia

    ABSTRAK

    Latar belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan salah satu bentuk tumor ganas yang

    berasal dari sel epitel, yang jarang ditemukan pada anak. Insiden KNF pada anak rendah, tetapi dalam

    dekade terakhir terjadi peningkatan kasus pada usia remaja yang datang pada stadium lanjut. Tujuan:

    Kasus ini diajukan agar para dokter umum maupun spesialis mengenali gejala KNF anak, sehingga tidak

    terjadi keterlambatan dalam terapi. Kasus: Dilaporkan dua kasus KNF anak stadium III dan IV pada anak

    laki-laki usia 12 tahun dan 15 tahun, yang datang dengan keluhan benjolan di leher dan sefalgia.

    Penatalaksanaan: Terapi yang diberikan berupa radioterapi dosis tinggi dan dikombinasikan dengan

    kemoterapi. Kesimpulan: KNF anak merupakan kasus yang insidennya mulai meningkat dan mempunyai

    prognosis yang lebih baik dari KNF dewasa. Informasi bagi tenaga kesehatan dan masyarakat tentang

    gejala KNF anak perlu ditingkatkan, sehingga kasus KNF anak dapat ditemukan dalam stadium dini.

    Kemoradiasi merupakan terapi pilihan untuk KNF anak stadium lanjut.

    Kata kunci: karsinoma nasofaring anak, diagnosis, kemoradiasi

    ABSTRACT

    Background: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is a malignant tumor that emerges from the

    epithelium and seldom found in children. The incidence of NPC in pediatric age group is low, but in the

    last decade there was an increase finding of late stage NPC cases in teenagers. Purpose: Wepresent

    these cases to forewarn the general practisioners and ENT specialists concerning NPC in younger ages,

    so that there will no delayed in the management of the case. Case: Two cases of NPC in childhood with

    late stage have been reported came with chief complaint lump in the neck region and severe headache.

    Case management: The treatment strategy has been adopted from guidelines for adult, which mainly

    consist of high-dose radiotherapy and chemotherapy. Conclusion: Incidence of NPC in children is

    increasing. The prognosis of NPC in children is better than in adult patients. The main treatments of

    Laporan Kasus

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    2/15

    children NPC are chemotherapy and radiation. In order to find early stage NPC in children, we have to

    improve the knowledge of physician and community about NPC symptoms.

    Key words: childhood nasopharyngeal carcinoma, diagnosis, chemoradiation

    Alamat korespondensi: Marlinda Adham, Departemen THT FKUI-RSCM. Jl. Diponegoro 71, Jakarta.

    E-mail: [email protected]

    PENDAHULUAN

    Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan

    salah satu bentuk keganasan kepala dan

    leher yang mempunyai karakteristik yang

    khas baik secara histologi, epidemiologi dan

    biologi. Hal ini yang menentukan gejala

    klinis dan pendekatan terapinya.1 KNF

    adalah tumor yang berasal dari sel epitel

    yang menutupi permukaan nasofaring.

    Karsinoma nasofaring jarang ditemukan

    pada anak, walau di daerah endemik

    sekalipun.2-7 Karsinoma nasofaring pertama

    kali dilaporkan oleh Regaud dan Schmincke

    pada tahun 1921.8 Pada dekade terakhir,

    terdapat peningkatan yang bermakna pada

    insiden terjadinya karsinoma nasofaring

    pada anak dan remaja. Hal ini menjadi fakta

    yang menarik bagi peneliti di beberapa

    negara untuk mempelajari perilaku KNF

    pada usia belia. KNF pada anak berbeda

    dengan KNF pada orang dewasa, yaitu

    berhubungan erat dengan infeksi Epstein-

    Barr virus (EBV), histologi yang banyak

    ditemukan adalah tipe tidak berdiferensiasi,

    serta banyak ditemukan telah bemetastasis

    ke kelenjar getah bening lokoregional.

    Semua pasien KNF anak termasuk dalam

    klasifikasi WHO tipe III dan sebagian besar

    ditemukan pada stadium lanjut.1-10 Batasan

    usia yang digunakan untuk menentukan

    kelompok usia anak dan remaja bervariasi.

    Beberapa peneliti ada yang membagi

    menjadi di bawah 30 tahun dan di bawah 20

    tahun.

    Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

    (RSCM) dipakai batasan umur kurang dari

    atau sama dengan 18 tahun. KNF bersifat

    radiosensitif dan kemosensitif, pengobatan

    kombinasi kemoradiasi memberikan hasil

    yang baik, tetapi tergantung dari stadium

    tumor dan dosis kemoradiasi yang

    diberikan.1,3,4,6-10 Insiden KNF tidak

    berdiferensiasi banyak ditemukan di negara

    Cina bagian Selatan, Asia, Mediterania dan

    Alaska. Di Cina, angka insiden KNF

    dilaporkan dua orang per satu juta

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    3/15

    penduduk. Di Tunisia, insiden KNF relatif

    meningkat. Di Inggris dan India, insiden

    KNF hampir sama yaitu sebesar 0,9 per satu

    juta penduduk, tetapi dalam dua dekade

    terakhir terjadi peningkatan yang sama pada

    usia yang lebih muda. Insiden yang jarang

    ditemukan di Jepang, Eropa dan Amerika

    Utara. Distribusi umur KNF di Amerika

    Utara dan Mediterania bersifat bimodal,

    yaitu terjadi peningkatan pada usia 1020

    tahun dan pada umur 4060 tahun. Insiden

    KNF pada anak-anak di bawah usia 16 tahun

    di Cina sebesar 1%2%, di UK 2%4%, di

    Turki 1%2%, USA 10%, Israel 12%,

    Kenya 13%, Tunisia 14%15%, India 11%

    dan Uganda 18%. Walaupun terdapat angka

    kekerapan yang bervariasi pada tiap

    kelompok etnik dan geografis, dari seluruh

    kanker insiden KNF sebesar 1%5%, tetapi

    20%50% merupakan keganasan primer di

    nasofaring pada anak. Pada anak angka

    median umur untuk perkembangan KNF

    adalah 13 tahun dan insiden tertinggi terjadi

    pada laki-laki (rasio laki-laki dan perempuan

    2,8:1), dan lebih sering ditemukan pada

    orang kulit hitam.1-3,10-13

    Insiden yang bervariasi dari KNF

    berbeda berdasarkan letak geografis,

    kelompok etnik yang berkaitan dengan

    genetik dan faktor lingkungan yang juga

    memegang peranan dalam perkembangan

    dari KNF.3,10,15 Di Indonesia dengan variasi

    etnis yang besar, KNF merupakan kanker

    ganas daerah kepala dan leher yang paling

    banyak ditemukan, yaitu sebesar 60%.

    Insidennya hampir merata di setiap daerah.11

    Berdasarkan data kunjungan pasien di

    poliklinik Onkologi THT FKUI/RSCM,

    yang biopsinys diperiksa di Departemen

    Patologi Anatomi FKUI/RSCM, dari tanggal

    1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember

    2009 tercatat 11 kasus KNF pada pasien

    yang berusia 18 tahun ke bawah, yang

    semuanya berjenis kelamin laki-laki. Usia

    pasien termuda adalah 12 tahun.

    Tabel 1. Insiden KNF usia 18 tahun

    berdasarkan data Departemen Patologi

    Anatomi FKUI/RSCM periode 1 Januari

    2004 Desember 2009

    Tahun L P Jumlah2004 6 3 9

    2005 6 3 9

    2006 6 5 11

    2007 5 0 5

    2008 9 2 11

    2009 11 0 11

    Jumlah 43 13 56L= Laki-laki; P = Perempuan

    Pengobatan radioterapi yang

    dikombinasi dengan neoadjuvant atauadjuvant kemoterapi, memiliki angka

    kekambuhan sebesar 20%50%, yang

    biasanya muncul 12 tahun setelah terapi.

    Ayan2 melaporkan hasil penelitian yang

    dilakukan di University of Istanbul of

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    4/15

    Oncologybahwa terdapat 48% KNFrekuren

    dengan metastasis jauh, 43% adanya

    pertumbuhan lokal dan regional, serta 9%

    kambuh dengan adanya metastasis di

    lokoregional dan metastasis jauh.

    Prognosis berdasarkan stadium (TNM),

    stadium I 76,9%, stadium II 56%, stadium

    III 38,4%, stadium IV 16,4%. Prognosis

    KNF berdasarkan klasifikasi histologi WHO

    tipe I sebesar 37%, WHO tipe II 65% dan

    WHO tipe III 64%.2,14

    Tujuan dari penulisan laporan kasus ini

    adalah untuk meningkatkan pengetahuan

    para tenaga kesehatan agar dapat

    mendiagnosis KNF anak secara dini,

    sehingga penatalaksanaan dapat diberikan

    lebih dini dan prognosis menjadi lebih baik.

    LAPORAN KASUS

    Kasus 1

    Seorang anak laki-laki berumur 15

    tahun, datang ke poli THT tanggal 23

    Oktober 2009 dengan keluhan benjolan di

    leher kiri sebesar telur ayam sejak dua bulan

    sebelumnya, benjolan tidak merah, terasa

    nyeri bila ditekan. Benjolan tidak cepat

    membesar. Terdapat keluhan hidung kiri

    tersumbat, penciuman berkurang dan

    riwayat mimisan dua kali, tidak banyak dan

    berhenti sendiri. Terdapat penurunan

    pendengaran pada telinga kiri dan tidak ada

    keluhan telinga berdenging ataupun keluhan

    keluar cairan dari telinga. Pasien mengeluh

    pusing, tetapi tidak terdapat sakit kepala,

    mual, muntah maupun pandangan dobel.

    Pasien telah dibiopsi jarum halus pada

    kelenjar getah bening di leher kiri pada

    tanggal 19 Oktober 2009 dengan no PA

    0901909 dengan hasil kelenjar getah bening

    dengan anak sebar karsinoma tidak

    berdiferensiasi. Pada pemeriksaan aurikula

    dekstra didapatkan liang telinga lapang,

    membran timpani utuh, reflek cahaya

    positif. Pada aurikula sinistra didapatkan

    liang telinga lapang, membran timpani utuh,

    refleks cahaya negatif. Retroaurikula dekstra

    dan sinistra tenang.

    Dari pemeriksaan nasoendoskopi

    didapatkan kavum nasi dekstra lapang,

    konka inferior dan konka media eutrofi,

    terdapat massa pada nasofaring, fosa

    Rosenmuller agak mendatar, torus tubarius

    menonjol, muara tuba Eustachius terbuka.

    Pada kavum nasi sinistra didapatkan kavum

    nasi lapang, konka inferior eutrofi, konka

    media eutrofi, pada nasofaring terdapat

    massa berbenjol warna kemerahan, fosa

    Rosenmuller dan torus tubarius terobliterasi

    massa, muara tuba Eustachius tertutup. Pada

    pemeriksaan tenggorok tidak ditemukan

    adanya kelainan. Pada regio colli sinistra

    terdapat pembesaran multipel kelenjar getah

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    5/15

    bening pada level II dengan ukuran 2 cm x 1

    cm x 1cm dan 4 cm x 4 cm x 2 cm terfiksir,

    terdapat nyeri tekan, tidak hiperemis dan

    terdapat sikatriks bekas biopsi jarum halus

    (FNAB). Pada regio colli dekstra terdapat

    pembesaran kelenjar getah bening level II

    ukuran 1,5 cm x 1 cm, kenyal, terfiksir,

    tidak hiperemis dan tidak nyeri.

    Hasil biopsi nasofaring tanggal 5

    November 2009, menunjukkan karsinoma

    nasofaring tidak berkeratin, tidak

    berdiferensiasi (WHO tipe III), tipe A,

    derajat keganasan menengah (WF). CT scan

    nasofaring tanggal 25 November 2009

    memperlihatkan massa di nasofaring

    terutama kiri, meluas ke parafaring kiri,

    orofaring, sinus maksila kiri, dasar orbita

    kiri, disertai destruksi dinding medial sinus

    maksillaris kiri, rima orbita inferior kiri dan

    pembesaran kelenjar getah bening colli kiri

    multipel sesuai dengan T3N1. Hasil

    pemeriksaan bone scan tanggal 2 Desember

    2009 tidak tampak gambaran metastasis

    tulang. USG abdomen dilakukan tanggal 20

    November 2009 dengan hasil tak tampak

    kelainan pada USG abdomen. Toraks foto

    dalam batas normal. Pasien dikonsulkan ke

    Departemen Gigi Mulut pada tanggal 17

    November 2009, dengan hasil terdapat

    gangren radiks gigi kiri atas dengan oral

    hygiene sedang dan direncanakan untuk

    ekstraksi gangren radiks. Pada tanggal 25

    November 2009 pasien dikonsulkan ke

    Departemen Neurologi dengan hasil paresis

    n. IX, X sinistra, paresis n. XII kanan perifer

    e.c. KNF. Konsul mata pada tanggal 17

    November 2009 tidak didapati kelainan.

    Mata. Dari pemeriksaan audiometri

    didapatkan ambang dengar telinga kanan

    sebesar 20 dB dan pada telinga kiri terdapat

    tuli konduktif sedang 47,5 dB dengan

    penurunan pendengaran pada frekuensi 8000

    Hz. Disimpulkan pada tanggal 11 Desember

    2009, pasien didiagnosis KNF T3N2M0

    stadium III dan direncanakan

    penatalaksanaan berupa kemoradiasi. Dipilih

    kemoterapi konkuren cisplatin dengan dosis

    100 mg/m2 dilanjutkan dengan radiasi.

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    6/15

    Kasus 2

    Seorang anak laki-laki berumur 12 tahun

    datang ke IGD THT RSCM pada tanggal 18

    November 2009, dengan keluhan sakit

    kepala disertai mual dan muntah sejak tujuh

    bulan sebelumnya yang dirasakan semakin

    memberat dalam lima hari terakhir. Pasien

    pernah berobat ke RS swasta empat bulan

    sebelumnya, karena sakit kepala yang

    bertambah sering, dilakukan CT scan kepala

    dan dikatakan hasilnya baik. Keluhan sakit

    kepala tidak berkurang, walaupun sudah

    mengkonsumsi obat sakit kepala, disertaimual dan muntah, hidung kiri terasa

    tersumbat dan terdapat riwayat mimisan

    lebih dari tiga kali dalam sebulan dan

    muntah bercampur darah. Pasien mengeluh

    pandangan dobel, telinga kiri berdengung

    dan keluar cairan berwarna putih kental

    tidak berbau dari telinga kiri. Terdapat

    riwayat keluar cairan dari telinga kiri sejak

    pasien berumur tiga tahun hilang timbul

    sampai sekarang. Pada telinga kanan

    terdengar suara berdenging dan terasa

    penuh. Timbul benjolan di leher kanan dan

    kiri pasien, benjolan terasa nyeri dan

    bertambah besar. Dalam dua bulan terakhir,

    sakit kepala dan mimisan semakin sering

    dialami oleh pasien. Nafsu makan menurun

    dan terjadi penurunan berat badan sebanyak

    3 kg. Tidak terdapat suara serak dan sesak,

    serta gangguan komunikasi. Tidak terdapat

    riwayat alergi dan riwayat keluarga yang

    menderita keganasan.

    Pada pemeriksaan telinga didapatkan

    aurikula dekstra liang telinga lapang,

    membran timpani retraksi, refleks cahaya

    menurun. Pada aurikula sinistra didapatkan

    liang telinga lapang terdapat sekret

    serousmukoid, membran timpani perforasi

    sentral. Tidak terdapat nyeri tekan tragus

    pada kedua telinga dan retroaurikula dekstra

    dan sinistra tenang. Pada pemeriksaan

    tenggorok didapatkan arkus faring simetris,

    uvula di tengah, tonsil T1-T1 tenang,

    dinding faring posterior tenang. Pada regio

    colli dekstra terdapat pembesaran kelenjar

    getah bening pada level II ukuran 1,5 cm x 1

    cm dan di level III dengan ukuran 0,5 cm,

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    7/15

    tidak hiperemis, pada perabaan kenyal, tidak

    terfiksir dan terdapat nyeri tekan.

    Pada regio colli sinistra pada level II,

    terdapat pembesaran kelenjar getah bening

    dengan ukuran 4 cm x 2 cm, multipel, tidak

    hiperemis, batas tidak tegas, keras, tidak

    terfiksir dan terdapat nyeri tekan. Pada

    pemeriksaan nasoendoskopi didapatkan

    kavum nasi dekstra lapang, konka inferior

    eutrofi, terdapat massa di nasofaring, fosa

    Rosenmuller dan torus tubarius terobliterasi

    massa dan muara tuba Eustachius tertutup.

    Kavum nasi sinistra lapang, konka inferior

    eutrofi, massa di nasofaring yang sudah

    mengobliterasi fosa Rosenmuller dan torus

    tubarius, muara tuba Eustachius tertutup.

    Pemeriksaan CT scan nasofaring dilakukan

    tanggal 25 November 2009 dengan hasil

    tampak massa hiperdens yang menyangat

    homogen di daerah nasofaring kiri dan

    kanan, yang mengobliterasi fosa

    Rosenmuller dan torus tubarius. Spatium

    parafaring kiri dan kanan terinfiltrasi massa.

    Massa ke arah kranial terlihat mendestruksi

    basis kranii dan menginfiltrasi sinus sfenoid

    kiri dan kanan. Tampak juga massa

    menginfiltrasi intrakranial di daerah parasela

    dan di daerah posterior dari basion. Kesan

    tumor nasofaring dengan ekstensi

    intrakranial dan sinusitis etmoid kanan.

    Pemeriksaan USG abdomen tanggal 30

    November 2009, tidak tampak tanda-tanda

    metastasis. Toraks foto tidak terdapat tanda

    metastasis paru.

    Pada tanggal 2 Desember 2009,

    dilakukan biopsi dari nasofaring dengan

    hasil karsinoma nasofaring tidak berkeratin,

    tidak berdiferensiasi, diagnosis banding

    limfoma malignum non-Hodgkin. Jawaban

    susulan setelah dilakukan pulasan khusus,

    yaitu condong suatu karsinoma tidak

    berkeratin tidak berdiferensiasi (WHO tipe

    III). Namun untuk kepastian sebaiknya

    dilakukan pemeriksaan imunohistokomia

    (IHK). Hasil pemeriksaan IHK tanggal 28

    Desember 2009 penanda epitel (AE1/AE3)

    positif pada sel-sel tumor, penanda limfoid

    (LCA) positif pada limfosit di sekitar tumor,

    karsinoma tidak berdiferensiasi. Dilakukan

    pulasan khusus tanggal 4 Januari 2010

    dengan hasil karsinoma nasofaring tidak

    berkeratin, tidak berdiferensiasi (WHO tipe

    III), tipe A, derajat keganasan menengah

    (WF).

    Bone scan tanggal 7 Desember 2009

    tidak tampak gambaran metastasis tulang.

    Hasil konsultasi ke Departemen Mata

    tanggal 29 Desember 2009, didapatkan

    parese n. VI ODS e.c KNF. Konsultasi ke

    Divisi Neurologi anak tanggal 29 Desember

    2009 didapatkan KNF dengan peningkatan

    tekanan intrakranial, hipertensi grade II e.c

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    8/15

    steroid dan diberikan terapi ibuprofen 2 x

    200 mg, furosemid 3 x 30 mg. Hasil

    konsultasi ke Departemen Gigi dan Mulut

    pada tanggal 29 Desember 2009 didapatkan

    kalkulus rahang atas dan bawah.

    Tanggal 15 Desember 2010, dibuat

    kesimpulan KNF T4N2M0 stadium IVa dan

    direncanakan pemberian terapi kemoradiasi.

    Oleh divisi Hematologi Departemen Anak

    diberikan kemoterapi neoadjuvant.

    Kemoterapi yang diberikan berupa cisplatin

    100 mg/m2 dan 5-fluorouracil 1000 mg/m2

    sebanyak empat siklus dan dilanjutkan

    dengan radiasi.

    DISKUSI

    Dilaporkan dua kasus pasien anak laki-

    laki berumur 12 dan 15 tahun, datang

    dengan keluhan benjolan di leher kiri

    dengan ukuran yang cukup besar, tanpa

    pasien merasakan keluhan yang

    mengganggu, yang berhubungan dengan

    penyakitnya. Hal ini sesuai dengan

    kepustakaan yang menyatakan bahwa KNF

    pada anak biasanya asimptomatik dan pasien

    biasanya datang karena telah terjadi

    metastasis ke regio leher dengan ukuran

    yang cukup besar.2

    Pasien pada kasus pertama didiagnosis

    sebagai KNF T3N2M0 dan pasien kasus

    kedua didiagnosis sebagai KNF T4N2M0.

    Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

    menuliskan bahwa pasien KNF pada anak

    biasanya datang dengan ukuran tumor yang

    besar dan telah metastasis ke kelenjar

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    9/15

    regional.1-3 Berdasarkan distribusinya AJCC

    TNM,19 mendapatkan distribusi KNF pada

    anak stadium I/II sebesar 9% dan 96%

    ditemukan pada stadium III/IV.8 Ini sesuai

    juga dengan penelitian Ong dan Tan,7 yang

    mendapatkan pasien KNF anak datang

    dengan stadium I/II kurang dari 10%,

    sedangkan pada dewasa jauh lebih besar,

    yaitu sebesar 20%40%. Hal ini dapat

    disebabkan oleh: 1) kecurigaan KNF pada

    anak masih rendah, karena kasus KNF pada

    anak jarang ditemukan. Kondisi seperti otitis

    media serosa, pembesaran kelenjar getah

    bening leher dan epistaksis yang berulang

    sering terjadi pada anak, sehingga dianggap

    hal biasa; 2) pemeriksaan nasofaring sulit

    dilakukan karena ukuran anatominya yang

    kecil dan pasien anak biasanya tidak

    kooperatif dan kemungkinan salah diagnosis

    KNF sebagai hipertrofi adenoid; 3) anak-

    anak biasanya mengabaikan gejala yang ada

    dan menyebabkan konsultasi yang

    terlambat.

    Dari hasil biopsi yang diambil dari

    nasofaring didapatkan jenis karsinoma

    nasofaring tidak berkeratin, tidak

    berdiferensiasi (WHO tipe III), tipe A

    derajat keganasan menengah (WF). Ini

    sesuai dengan kepustakaan yang

    menyatakan bahwa KNF pada anak lebih

    sering ditemukan dalam bentuk tidak

    berdiferensiasi dan ini berhubungan dengan

    pertumbuhan yang progresif yang

    bermanifestasi pada metastasis kelenjar

    regional dan metastasis jauh.1-3,5 Bentuk sel

    klasik limfoepitelial karsinoma lebih sering

    ditemukan pada anak daripada dewasa. Hal

    ini disebabkan etiologi dan patogenesis yang

    berhubungan erat dengan infeksi virus

    Epstein-Barr (VEB), WHO tipe III dan VEB

    genome dapat dideteksi pada sel-sel tumor,

    oleh karena itu infeksi virus merupakan fase

    yang penting dalam proses karsinogenesis.12

    Menurut penelitian Ayan dkk.2 pasien

    KNF 60%70% mengeluh adanya hidung

    tersumbat dan mimisan, serta 40%50%

    dengan keluhan telinga berupa otalgia, otitis

    atau penurunan pendengaran.4,15 Pada pasien

    pertama terdapat keluhan hidung tersumbat,

    mimisan dan penurunan pendengaran pada

    telinga kiri. Sedangkan pada pasien kasus

    kedua terdapat keluhan sakit kepala,

    diplopia, hidung tersumbat, epistaksis dan

    tinitus.

    Kedua pasien yang dilaporkan

    merupakan pasien rujukan dari rumah sakit

    lain. Pasien pertama dirujuk setelah

    dilakukan biopsi jarum halus (FNAB)

    dengan hasil anak sebar karsinoma.

    Sedangkan pasien kedua setelah berobat ke

    dokter umum dan dokter bedah syaraf

    selama tujuh bulan dengan gejala sefalgia,

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    10/15

    epistaksis, diplopia dan limfadenopati colli,

    baru kemudian dirujuk ke RSCM. Hal ini

    menunjukkan bahwa masih kurangnya

    kewaspadaan dan pengetahuan dari dokter

    umum maupun dokter spesialis mengenai

    gejala klinis dari karsinoma nasofaring anak,

    yang mengakibatkan bertambahnya waktu

    pasien untuk mendapatkan penatalaksanaan

    yang tepat. Kasus karsinoma nasofaring

    anak semakin banyak ditemukan, oleh

    karena itu pengetahuan tentang gejala klinis

    dari KNF anak perlu diinformasikan

    kembali kepada para dokter.

    Pada kedua kasus di atas, diagnosis

    ditegakkan dengan biopsi nasofaring. Biopsi

    merupakan pemeriksaan yang dapat

    memastikan diagnosis karsinoma nasofaring.

    Pada kasus pertama telah dilakukan biopsi

    jarum halus (FNAB) dari kelenjar getah

    bening leher. FNAB dilakukan apabila pada

    pemeriksaan nasoendoskopi tidak ditemukan

    kelainan pada nasofaring baik berupa

    penebalan maupun massa. Apabila pada

    pemeriksaan nasoendoskopi ditemukan

    massa, maka kita harus melakukan biopsi

    nasofaring. FNAB merupakan alat

    diagnostik yang telah diterima untuk

    pemeriksaan anak dan dewasa.16

    Pemeriksaan CT scan nasofaring, bone scan,

    USG abdomen dan foto toraks dilakukan

    untuk menentukan stadium dari KNF. Ini

    sesuai dengan kepustakaan yang

    menyatakan bahwa untuk menegakkan

    diagnosis KNF anak diperlukan pemeriksaan

    yang konsisten. Langkah pertama adalah

    dengan melakukan biopsi nasofaring sebagai

    dasar dari penegakan diagnosis yang benar.

    Pemeriksaan serologi VEB sangat

    membantu untuk menegakkan diagnosis

    KNF. Pemeriksaan CT scan, bone scan,

    USG abdomen dan foto toraks harus

    dilakukan untuk menentukan stadium

    sebelum dilakukan pengobatan. Pemeriksaan

    serologi VEB belum menjadi prosedur tetap

    di RSCM, karena biayanya yang masih

    relatif mahal. Pada pemeriksaan serologi

    terdapat peningkatan antibodi

    imunoglobulin A (IgA) dan virus capsid

    antigen (VCA) spesifik pada 90% KNF

    dengan tipe sel yang tidak berdiferensiasi.

    Secara klinis, KNF pada anak

    pertumbuhannya lebih agresif dan sering

    bermetastasis ke tulang dan paru setelah

    pemberian terapi lokal saja.17

    Pada pasien kedua dilakukan biopsi

    tanggal 2 Desember 2009 dengan hasil

    karsinoma nasofaring tidak berkeratin, tidak

    berdiferensiasi dengan diagnosis banding

    limfoma malignum non-Hodgkin yang

    dengan pulasan khusus condong ke suatu

    karsinoma tidak berkeratin tidak

    berdiferensiasi (WHO tipe III) dan

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    11/15

    disarankan untuk dilakukan pemeriksaan

    imunohistokimia. Hasil pemeriksaan IHK

    tanggal 28 Desember 2009 penanda epitel

    (AE1/AE3) positif pada sel-sel tumor,

    penanda limfoid (LCA) positif pada limfosit

    di sekitar tumor, karsinoma tidak

    berdiferensiasi. Dilakukan pulasan khusus

    tanggal 4 Januari 2010 dengan hasil

    karsinoma nasofaring tidak berkeratin, tidak

    berdiferensiasi (WHO tipe 3), tipe A, derajat

    keganasan menengah (WF). Pasien belum

    mendapatkan terapi setelah dua bulan

    setelah dilakukan biopsi. Lamanya rentang

    waktu antara hasil biopsi pertama dengan

    pemberian terapi seharusnya tidak terjadi,

    hal ini akan mempengaruhi prognosis

    penyakit. Diagnosis sudah bisa kita putuskan

    setelah hasil biopsi tanggal 4 Desember

    2009, jadi tidak perlu dilakukan

    pemeriksaan imunohistokimia. Menurut

    Huang yang dikutip dari Ong dkk.7

    radioterapi harus diberikan dalam enam

    minggu setelah diagnosis ditegakkan untuk

    meningkatkan angka harapan hidup pasien.

    Radioterapi biasanya memberikan respons

    yang cepat dan sempurna dan angka

    kesembuhan berkisar antara 30%50%.

    Waktu pemberian menjadi faktor yang

    penting.

    Pada pasien pertama diberikan terapi

    kemoradiasi dengan kemoterapi konkuren

    cisplatin dengan dosis 100 mg/m2.

    Sedangkan pada pasien kedua diberikan

    terapi kemoradiasi dengan kemoterapi

    neoadjuvantberupa cisplatin 40 mg/m2 dan

    5-FU 1000 mg/m2. Ini sesuai berdasarkan

    kepustakaan yang menuliskan bahwa terapi

    KNF pada anak sama dengan KNF pada

    orang dewasa. Karena KNF pada anak

    berhubungan erat dengan infeksi virus

    Epstein-Barr, bentuk histologi sesuai WHO

    tipe III dan kebanyakan ditemukan dalam

    stadium lanjut, maka pengobatannya harus

    tepat. Penatalaksanaannya dikombinasikan

    antara kemoterapi dan radioterapi.

    Kemoterapi dapat diberikan sebelum,

    bersamaan ataupun setelah radioterapi.

    Kemoterapi neoadjuvant sering diberikan

    sebagai terapi pendahuluan pada KNF anak.

    Douglass yang dikutip oleh Wolden dkk.15

    pada tahun 1996 melakukan penelitian

    terhadap 21 pasien KNF yang diberikan

    terapi kemoterapi neoadjuvant dan radiasi.

    Semakin dini pemberian kemoterapi dapat

    mencegah metastasis atau menghancurkan

    mikrometastasis dan efektif untuk

    mengontrol tumor primer. Sejumlah

    penelitian terhadap KNF dewasa dan anak

    melaporkan terapi kombinasi (adjuvant,

    neoadjuvant atau concomitant

    chemotherapy) memberikan peningkatan

    prognosis yang bermakna. Banyak peneliti

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    12/15

    yang melaporkan sampai 47% pasien KNF

    anak dengan gejala metastasis jauh

    memerlukan terapi sistemik secepatnya.15

    Radioterapi merupakan modalitas

    pertama dalam pengobatan KNF.

    Radioterapi dosis tinggi diberikan pada

    nasofaring dan kelenjar getah bening leher

    yang terlibat, sedangkan dosis yang rendah

    diberikan pada kelenjar getah bening leher

    yang tidak terlibat. Dosis optimal untuk

    membersihkan tumor belum diketahui

    dengan pasti, hanya mungkin lebih rendah

    dari dosis maksimal yang ditoleransi orang

    dewasa. Ingersoll seperti yang dikutip dari

    Laskar,3 melaporkan hasil yang lebih baik

    didapatkan pada pasien yang diberikan

    radioterapi dengan dosis 65 Gy. Ayan2

    melaporkan tidak terdapat perbedaan yang

    bermakna antara kelompok kontrol dengan

    kelompok yang diteliti pada pemberian

    radioterapi dengan dosis 62 Gy. Kemoterapi

    concurrent sekarang direkomendasikan

    setelah adanya penelitian clinical trial oleh

    Sarraf tahun 1998 seperti yang dikutip dari

    Daoud dkk.9 Saat ini dosis yang dianjurkan

    untuk tumor primer antara 6266 Gy untuk

    anak usia >10 tahun, dan dikurangi 5%10%

    untuk anak dengan usia

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    13/15

    Lombardi yang dikutip oleh Sahraoui dkk.18

    melaporkan tidak ada hubungan antara dosis

    radiasi, kekambuhan dengan angka harapan

    hidup.18

    Pasien KNF anak dengan stadium lanjut

    (III/IV) yang hanya mendapat radioterapi

    saja memiliki prognosis buruk dengan angka

    harapan hidup lima tahun sebesar 20%

    40%. Sejak tahun 1992 mulai dilakukan

    penelitian prospektif trial NPC-91-GPOH

    dengan memberikan kombinasi terapi antara

    kemoterapi, radioterapi dan pemberian

    interferon (IFN-).

    Pada kedua pasien di atas tidak

    ditemukan metastasis jauh baik ke tulang

    maupun paru. Metastasis jauh jarang

    ditemukan pada stadium awal. Pada stadium

    T1-T2, N0 risiko pasien disertai metastasis

    jauh kemungkinannya

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    14/15

    KP. Long term radiotherapy related

    complications in children with head and

    neck cancer: another era for pediatric

    oncologic pathology. Int J Gene Med 2009;

    2:63-6.

    7. Ong YK, Tan HKK. Nasopharyngeal

    carcinoma in children. Int J Pediatr

    Otorhinolaryngol 2000; 55:149-54.

    8. Brennan B. Nasopharingeal carcinoma.

    Orphanet J Rare Dis 2006; 1:1-5.

    9. Daoud J, Toumi N, Bouaziz M.

    Nasopharyngeal carcinoma in childhood and

    adolescence: Analysis of a series of 32

    patients treated with combined

    chemotherapy and radiotherapy. Pergamon

    2003; 39:2349-54.

    10. Selek U, Ozyar E, Ozyigit G, Varan A,

    Buyukpamukcu M, Atahan IL. Treatment

    result of 59 young patents with

    nasopharyngeal carcinoma. Elsevier 2004;

    69:201-7.

    11. Roezin A, Adham M. Karsinoma nasofaring.

    Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,

    Bashiruddin J, Restuti RD, eds. Buku ajar

    ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok

    kepala leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai

    Penerbit FKUI; 2007. h. 182-7.

    12. McDermott AL, Dutt SN, Watkinson JC.

    The aetiology of nasopharyngeal carcinoma.

    Otolaryngol 2001; 26:82-92.

    13. Yufeng D, Guocheng Z, Dongliang X, Rong

    F, Yuhong C, Ruying L, et al. Whole-tumor-

    antigen-pulsed dentritic cells elicit cytotoxic

    T-cell response against pediatric

    nasopharyngeal carcinoma in vitro. Med

    Oncol 2009; 26:78-85.

    14. Barnes L, Eveson JW, Reichart P, Sidransky

    D. Tumours of the nasopharynx. In: World

    Health Organization classification of

    tumours Pathology & Genetics Head and

    Neck tumours. France: WHO publication

    IARC Press; 2005. p. 81-97

    15. Wolden SL, Steinherz PG, Kraus DH,

    Zelefsky MJ, Pfister DG, Wollner N.

    Improved long-term survival with combined

    modality therapy for pediatric nasopharynx

    cancer. Int J Radiat Oncol Biol Phys 2000;

    46:859-64.

    16. Alam K, Khan R, Jain A, Maheshwari V,

    Agrawal S, Chana RS, et al. The value of

    fine-needle aspiration cytology in the

    evaluation of pediatric head and neck

    tumors. Int J Pediatr Otorhinolaryngol 2009;

    73:923-7.

    17. Steven SJC, Verkuijlen SAWM,

    Hariwiyanto B, Harijadi, Paramita DK,

    Fachiroh J, et al. Noninvassive diagnosis of

    nasopharyngeal brushing reveal high

    Epstein-Barr virus DNA load and

    carcinoma-spesific viral BARF1 mRNA. Int

    J Cancer 2006; 119:608-14.

  • 7/22/2019 Diagnosis Penatalaksanaan KNF Dr. Marlinda

    15/15

    18. Sahraoui S, Acharki A, Benider A, Bouras

    N, Kahlain. Nasopharyngeal carcinoma in

    children under 15 years of age: a

    retrospective review of 65 patients. Ann

    Oncol 1999; 10:1499-502.