Diagnosis Gizi Kurang
-
Upload
wilson-wibisono -
Category
Documents
-
view
300 -
download
6
Transcript of Diagnosis Gizi Kurang
Diagnosis Gizi Kurang
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan
gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan.
Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan
individu (Khairina, 2008).
Pengukuran Status Gizi
1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung:
a) Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam
bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain (Riyadi H, 2006). Variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
i. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1
tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30
hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan (Riyadi H, 2006).
ii. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.
Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut
Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran
keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu
(Riyadi H, 2006).
iii. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan
menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada
umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan
dan akibat tidak sehat yang menahun. Berat badan dan tinggi badan adalah salah
satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya
yang berhubungan dengan status gizi (Riyadi H, 2006).
Pengukuran status gizi seseorang juga dapat dilakukan dengan cara
penghitungan Z-Score dengan rumus sebagai berikut (Duggan et al., 2008):
Z−Score=Berat badantimbang−Baku medianStandar deviasi
Keterangan:
a. Jika hasil pengukuran lebih dari baku median, maka digunakan SD di
atas median (SD up)
b. Jika hasil pengukuran kurang dari baku median, maka digunakan SD di
bawah median (SD up)
Penghitungan Z-score dilakukan berdasarkan tabel Z-score, yaitu antara lain
adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2011):
Tabel 1. Berat Badan Menurut Panjang Badan Anak Laki-laki dan
Perempuan Usia 0 s.d 24 Bulan Standar WHO 2005(Depkes RI,
2011).
b) Klinis
Pemeriksaan ini dilakukan hanya dengan mengamati langsung gejala-gejala
klinis dari suatu kelainan status gizi (Candra, 2009).
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Riyadi H, 2006). Pemeriksaan ini
adalah pemeriksaan yang paling sederhana.
c) Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot
(Riyadi H, 2006).
d) Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur
jaringan (Riyadi H, 2006).
e) Pemeriksaan laboratorium dan biokimia
Pemeriksaan ini hanya digunakan pada kasus spesifik atau pada keadaan
stadium preklinis malnutrisi dan bersifat individual. Adapun tes yang dilakukan
adalah tes protein total, vitamin A, vitamin C, vitamin D, Tiamin, Riboflavin, Niasin,
zat besi dan Iodin (Candra, 2009).
f) Pemeriksaan diet
Pemeriksaan ini dilakukan dengan survey diet yang menggambarkan jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat diketahui apakah ada zat-zat gizi
tertentu yang kurang (Candra, 2009).
2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Riyadi H, 2006).
b) Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi (Riyadi H, 2006).
c) Ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll
(Riyadi H, 2006).
Atibiotik lanjutan
Bakteri berkembang biak dalam siklus yang sangat cepat dan dalam jumlah yang sangat banyak. Ini mengakibatkan mutasi (perubahan genetik) bakteri bisa berlangsung dalam waktu yang relatif sangat cepat juga. Mutasi memungkinkan suatu spesies, dalam hal ini bakteri, untuk beradaptasi dengan linkungannya. Pada saat antibiotik dikonsumsi oleh pasien, bakteri yang ada di dalam tubh terus bermutasi. Selalu ada kemungkinan di dalam mutasi bakteri yang berlangsung di dalam tubuh pasien, muncul bakteri-bakteri dengan struktur genetik yang beradaptasi degan kehadiran antibiotik di dalam tubuh. Pada penggunaan antibiotik yang tidak tuntas, bakteri-bakteri degnan kemampuan untuk beradaptasi yang baru hasil mutasi ni akan terus berkembang biak. Sehingga perlu diberikan antibiotik tambahan di rumah agar mencega resistensi (Tyo, 2010).
Khairina, Desy. 2008. “Pengertian Status Gizi”. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122525-S
%205254-Faktor-faktor-Tinjauan%20literatur.pdf. Diakses tanggal 20 Desember 2013.
Riyadi H. 2006. Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian Bogor.
Depkes RI. 2011. Pedoman Pelayanan Gizi Buruk. Available at:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Buku-Pedoman-pelayanan-anakdfr.pdf
(diakses pada tanggal 21 Desember 2013).
Candra, B. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Duggan, C., Vatkins, J.B., & Walker, A. 2008. Ontario: BC Decker Inc.
Tyo. 2010. Antibiotik : Mengapa Harus Dihabiskan ? available at http://farmasi.unpad.ac.id/padi/antibiotik-mengapa-harus-dihabiskan/ diakses pada 22 Maret 2014.