DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

16
DIAGNOSIS DEMENSIA Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis). Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke. Untuk demensia bukti adanya hendaya Terlam daya ingat jangka pendek Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis penyakit Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal). Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan skening otak khusus. Kriteria Diagnostik A. Terbukti adanya hendaya dalam daya ingat jangka pendek dan panjang. Hendaya dalam daya ingat jangka pendek (tak dapatmengingat informasi baru) dinyatakan dalam

description

Demensia

Transcript of DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

Page 1: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

DIAGNOSIS DEMENSIA

Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan usia

penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya penyakit lain (misalnya

tekanan darah tinggi atau kencing manis).

Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar.

Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau

stroke.

Untuk demensia bukti adanya hendaya

Terlam daya ingat jangka pendek

Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara bertahap, maka

diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer.

Diagnosis penyakit Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang

menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh

jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal).

Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan pungsi

lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan skening otak

khusus.

Kriteria Diagnostik

A. Terbukti adanya hendaya dalam daya ingat jangka pendek dan panjang. Hendaya dalam

daya ingat jangka pendek (tak dapatmengingat informasi baru) dinyatakan dalam

ketidakmampuan mengingat 3 benda setelah 5 menit. Hendaya dalam daya ingat jangka

panjang (ketidakmampuan mengingat informasi yang sejak lama sudah diketahui)

dinyatakan dalam ketidakmampuan mengingat informasi yang telah lampau tentang diri

pribadi (contoh, apa yang terjadi kemarin, tempat lahir, pekerjaan) atau masalah tentang

pengetahuan umum yang biasa (contoh, Presiden pertama , hari raya) bawah ini :

B. Sedikitnya satu hal tersebut di bawah ini:

1. Hendaya dalam berpikir abstrak, dinyatakan dalam ketidakmampuan menemukan

ciri persamaan dan perbedaan antara 2 atau lebih kata , kesulitan dalam memberi

batasan tantang kata dan konsep, atau tugas lain yang hamper sama.

Page 2: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

2. Hendaya dalam daya pertimbangan , dinyatakan dalam ketidakmampuan

membuat rencana yang beralasan untuk mengatasi masalah dan isu antar anggota

keluarga, atau yang terkait dengan pekerjaan

3. Gangguan lain pada fungsi luhur korteks, seperti afasia (gangguan berbahasa),

apraksia (ketidakmampuan melakukan kegiatan motoric walau daya pengertian

dan fungsi motorik normal), agnosia (gagal untuk mengenali benda) walau fungsi

sensorik intak, dan kesulitan membangun bentukan (contoh, sulit mengkopi

bentukan tridimensional, membangun balok, atau menyusun batang-batang dalam

desain tertentu)

4. Perubahan kepribadian (contoh, perubahan atau penonjolan dari sifat pra-morbid)

C. Gangguan pada A dan B mengganggu pada daya kerja atau kegiatan sosial yang biasaya

berhubungan dengan orang lain.

D. Tidak terjadi secara ekskludif pada saat delirium

E. Salah satu dari (1) atau (2):

1. Terbuktinya dari riwayatnya, pemeriksaan fisik, atau laboratorium adanya factor

organic yang spesifik (atau factor yang diperkirakan berhubugan secara etiologic

dengan gangguan itu)

2. Dalam hal tak ada bukti tersebut, suatu factor etiologic organic dapat diduga bila

gangguannya tidak dapat dijelaskan oleh sebab gangguan mental non-organik

(contoh , depresi berat yang menyebabkan hendaya kognitif).

Kriteria untuk taraf beratnya demensia :

Ringan : Meskipun kegiatan pekerjaan atau sosial secara menonjol terganggu, kemampuan untuk

hidup mandiri tetap utuh, dengan hiegene diri yang cukup baik dan daya pertimbangan yang

intak

Sedang : Hidup mandiri kacau , dan usaha pengawasan oleh orang lain diperlukan.

Page 3: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

Berat : Kegiatan hidup sehari-hari amat terganggu sehingga pengawasan yang terus-menerus

diperlukan (contoh, tak dapat mengatur hygiene dri secara minimalpun ; kebanyakan inkoheren

atau mutistk ).

Untuk diagnosis gangguan aajibkan mnestic, DSM –IV-TR terdiri dari demensia tipe Alzheimer ,

demensia vascular, demensia akibat kondisi medis umum lain, demensia persisten terinduksi-

zat , demensia akibat etiologi multiple, dan demensia yang tidak digolongkan di tempat lain.

Diagnosis demensia didasarkan atas pemeriksaan klinis pasien, termasuk pemeriksaan status

mental , serta berdasarkan informasi dari keluarga, teman, dan majikan pasien. Keluhan

perubahan kepribadian pada pasien yang berusia di atas 40 tahun membangkan memberi kesan

bahwa diagnosis demensia harus dipertimbangkan secara cermat.

Klinis harus mencatat keluhan pasien mengenai hendaya intelektual dan sifat mudah lupa, juga

bukti adanya pengelakan, penyangkalan atau rasionalisasi pasien yang bertujuan

menyembunyikan deficit kognitif. Keteraturan yang berlebihan, penarikan diri secara sosial ,

atau kecenderungan menghubung-hunbungkan kejadian hingga detail terkecil dapat bersifat

karakteristik, dan ledakan kemarahan yang mendadak atau sarkasme data terjadi. Penampilan

dan perilaku pasien harus diamati. Emosi yang labil, cara berpakaian yang tidak rapi, ucapan

yang tidak terinhibisi, lelucon konyol, atau kelakuan dan ekspresi wajah yang kosong, apatis atau

membosankan mengesankan adanya demensia, terutama bila disertai hendaya memori.

Hendaya memori secara khas merupakan gambaran awal dan prominen pada demensia,

khususnya pada demensia yang melibatkan korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada awal

perjalanan demensia, hendaya memori bersifat ringan dan biasanya paling jelas untuk kejadian

yang baru; orang lupa mengingat nomor telepon, percakapan, dan kejadian yang berlangsung

hari ini. Seiring perjalanan penyakit demensia, hendaya memori menjadi berat dan yang

tertinggal hanya informasi yang paling awal dipelajari.

Oleh karena memori amat penting untuk orintasi terhadap orang, tempat, waktu, orientasi dapat

terpengaruh secara progresif selama perjalanan penyakit demensia.

Contohnya, pasien demensia mungkin lupa ke kamarnya setelah dari kamar mandi. Meski

demikian, tak perduli seberapa parah disorientasi yang dialami, pasien tidak menunjukkan

hendaya tingkat kesadaran.

Page 4: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

Proses demensia yang menyerang korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia

vascular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. DSM-IV-TR memasukkan afasia

sebagai saah satu kriteria diagnosis. Kesulitan berbahasa dapat ditandai oelh cara berkata-kata

yang samar-samar streotipi, tidak cepat, atau sirkumstansial, dan pasien mungkin mengalami

kesulitan menyebutkan nama benda.

Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Demensia tipe Alzheimer

A. Munculnya kognitif deficit yang dimanifestasikan baik oleh:

1. Hendaya memori (terganggunya kemampuan yang telah jari informasi baru atau

mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)

2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif di bawah ini:

a. Afasia (gangguan berbahasa)

b. Apraksia (terganggunya kemampuan melakukan aktivitas motoric meski fungsi motoric

masih intak)

c. Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek meski fungsi sensorik masih

intak)

d. Gangguan dalam melakukan fungsi eksklusif (yaitu merencanakan, mengorganisasi,

merangkai, abstraksi)

B. Deficit kognitif pada kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan hendaya yang

signifikan dalam fungsi sosial dan okupasional serta menggabarkan penurunan tingkat

kemampuan berfungsi sebelumnya yang signifikan.

C. perjalanan penyakit ditandai oleh awitan yang bertahap dan penurunan kognitif yang

continue.

D. Defisit kogniti pada kriteria A1 dan A2 tidak disebabkan oleh salah satu hal berikut ini :

1. Penyakit system saraf pusat lain yang menyebabkan deficit progresif memori dan kognisi

(cth: penyakit serebrovaskular, peny.Parkinson, penyakit Huntington, hematoma

subdural, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak)

2. Penyakit sistemik yang diketahui menyebabkan demensia (cth: hipotiroidisme, def.Vit

B12/ As.volat, def.Niasin, hyperkalemia, neurosiphilis, infeksi HIV)

3. Penyakit terinduksi zat.

E. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium

Page 5: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

F. Gangguan ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan lain pada aksis 1 (cth:

gangguan depresif mayor, Schizofrenia)

Kode berdasarkan ada atau tidaknya gangguan perilaku yang signifikan :

Tanpa gangguan perilaku :bila gangguan kognitif tidak disertai gangguan perilaku yang

signifikan secara klinis.

Dengan gangguan perilaku : bila gangguan kognitif disertai suatu gangguan perilaku yang

signifikan secara klinis ( cth: berkeliaran, agitasi)

Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Demensia Vaskular

A. Munculnya kognitif deficit yang dimanifestasikan baik oleh:

1. Hendaya memori (terganggunya kemampuan yang telah jari informasi baru atau

mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)

2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif di bawah ini:

a. Afasia (gangguan berbahasa)

b. Apraksia (terganggunya kemampuan melakukan aktivitas motoric meski fungsi

motoric masih intak)

c. Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek meski fungsi sensorik

masih intak)

d. Gangguan dalam melakukan fungsi eksklusif (yaitu merencanakan,

mengorganisasi, merangkai, abstraksi)

B. Deficit kognitif pada kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan hendaya yang

signifikan dalam fungsi sosial dan okupasional serta menggabarkan penurunan tingkat

kemampuan berfungsi sebelumnya yang signifikan.

C. Tanda dan gejala neurologis fokal ( cth: reflex tendo dalam yang berlebihan, respons

plantar fleksor, pseudobulbar palsy, abnormalitas cara berjalan , kelemahan pada satu

ekstremitas) atau bukti laboratrium yang mengindikasikan adanya penyakit

serebrovaskular ( cth: infark multiple yang melibatkan korteks dan substansia alba di

bawahnya) yang dianggap secara etiologi berkaitan dengan gangguan tersebut.

D. Deficit tidak terjadi hanya pada saat delirium

Kode berdasarkan gambaran yang dominan:

Dengan delirium : bila delirium terjadi bersamaan dengan demensia

Page 6: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

Dengan waham : bila waham merupakan gambaran yang dominan

Dengan mood depresif : bila mood depresif (termasuk gambaran yang memenuhi kriteria

gejala yang lengkap episode depresif mayor) merupakan gambaran yang dominan. Tidak

perlu dibuat diagnosis gangguan mood akibat kondisi medis umum secara terpisah.

Tanpa penyulit : bila tidak ada salah satu gambaran di atas yang mendominasi presentasi

klinis saat ini.

Kriteria Diagnosis DSM –IV-TR untuk Demensia Akibat Kondisi Medis umum Lain

A. Munculnya kognitif deficit yang dimanifestasikan baik oleh:

1. Hendaya memori (terganggunya kemampuan yang telah jari informasi baru atau

mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)

2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif di bawah ini:

a. Afasia (gangguan berbahasa)

b. Apraksia (terganggunya kemampuan melakukan aktivitas motoric meski fungsi motoric

masih intak)

c. Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek meski fungsi sensorik masih

intak)

d. Gangguan dalam melakukan fungsi eksklusif (yaitu merencanakan, mengorganisasi,

merangkai, abstraksi)

B. Deficit kognitif pada kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan hendaya yang

signifikan dalam fungsi sosial dan okupasional serta menggabarkan penurunan tingkat

kemampuan berfungsi sebelumnya yang signifikan.

C. Terdapat bukti dari anamnesis ,PF, atau gangguan tersebut merupakan knsekuensi

fisiologi langsung dari suatu kondisi medis umum selain penyakit Alzheimer atau penyakit

serebrovaskular (cth : infeksi HIV, cedera kepala tarumatik, penyakit Parkison, penyakit

Hutington, penyakit Pick, penyakit Creutzfeldt-Jacob , hidrosefalus tekanan normal,

hipotiroidisme, tumor ptak , atau defisiensi Vitamin B12.

D. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium.

Kode berdasarkan ada atau tidaknya gangguan perilaku yang signifikan

Tanpa gangguan perilaku : bila gangguan kognitif tidak disertai gangguan perilaku apapun

yang signifikan secara klinis.

Page 7: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

Dengan gangguan perilaku : bila gangguan kognitif disertai suatu gangguan perilaku yang

signifikan secara klinis (cth, berkeliaran, agitasi).

Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk demensia Persisten Terinduksi Zat

A. Munculnya kognitif deficit yang dimanifestasikan baik oleh:

1. Hendaya memori (terganggunya kemampuan yang telah jari informasi baru atau

mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)

2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif di bawah ini:

a. Afasia (gangguan berbahasa)

b. Apraksia (terganggunya kemampuan melakukan aktivitas motoric meski fungsi motoric

masih intak)

c. Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek meski fungsi sensorik masih

intak)

d. Gangguan dalam melakukan fungsi eksklusif (yaitu merencanakan, mengorganisasi,

merangkai, abstraksi)

B. Deficit kognitif pada kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan hendaya yang

signifikan dalam fungsi sosial dan okupasional serta menggabarkan penurunan tingkat

kemampuan berfungsi sebelumnya yang signifikan.

C. Terdapat bukti dari anamnesis ,PF atau temuan laboratorium bahwa gangguan tersebut

memiliki lebih dari satu etiologi (cth: trauma kepala disertai penggunaan alkohol kronik ,

demensia tipe Alzheimer disertai munculnya demensia vascular di kemudian hari.

D. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium

Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Demensia akibat etiologi multiple

A. Munculnya kognitif deficit yang dimanifestasikan baik oleh:

1. Hendaya memori (terganggunya kemampuan yang telah jari informasi baru atau

mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)

2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif di bawah ini:

a. Afasia (gangguan berbahasa)

b. Apraksia (terganggunya kemampuan melakukan aktivitas motoric meski fungsi motoric

masih intak)

Page 8: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

c. Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek meski fungsi sensorik masih

intak)

d. Gangguan dalam melakukan fungsi eksklusif (yaitu merencanakan, mengorganisasi,

merangkai, abstraksi)

B. Deficit kognitif pada kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan hendaya yang

signifikan dalam fungsi sosial dan okupasional serta menggabarkan penurunan tingkat

kemampuan berfungsi sebelumnya yang signifikan.

C. Terdapat bukti dari anamnesis, PF, atau temuan pemeriksaan laboratorium bahwa

gangguan tersebut memiliki lebih dari satu etiologi ( cth: trauma kepala disertai penggunaan

alkoholm kronik, demensia tipe Alzheimer disertai munckmya demensia vascular di

kemudian hari).

D. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium.

Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Demensia YTT

Kategori ini sebaiknya digunakan untuk mendiagnosis demensia yang tidak memenuhi salah

satu kriteria tipe spesifik yang dideskripsikan di bagian ini.

DIAGNOSIS BANDING

Demensia Tipe Alzheimer lawan Demensia vaskuler

Secara klasik, demensia vaskuler dibedakan dengan demensia tipe Alzheimer dengan adanya

perburukan penurunan status mental yang menyertai penyakit serebrovaskuler seiring

berjalannya waktu. Meskipun hal tersebut adalah khas, kemerosotan yang bertahap tersebut

tidak secara nyata ditemui pada seluruh kasus. Gejala neurologis fokal lebih sering ditemui

pada demensia vaskuler daripada demensia tipe Alzheimer, dimana hal tersebut merupakan

patokan adanya faktor risiko penyakit serebrovaskuler.

Demensia Vaskuler lawan Transient Ishemic Attacks

Transient ischemic attacks (TIA) adalah suatu episode singkat dari disfungsi neurologis fokal

yang terjadi selama kurang dari 24 jam (biasanya 5 hingga 15 menit). Meskipun berbagai

mekanisme dapat mungkin terjadi, episode TIA biasanya disebabkan oleh mikroemboli dari

Page 9: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

lesi arteri intrakranial yang mengakibatkan terjadinya iskemia otak sementara, dan gejala

tersebut biasanya menghilang tanpa perubahan patologis jaringan parenkim. Sekitar sepertiga

pasien dengan TIA yang tidak mendapatkan terapi mengalami infark serebri di kemudian

hari, dengan demikian pengenalan adanya TIA merupakan strategi klinis penting untuk

mencegah infark serebri. Dokter harus membedakan antara episode TIA yang mengenai

sistem vertebrobasiler dan sistem karotis. Secara umum, gejala penyakit sistem

vertebrobasiler mencerminkan adanya gangguan fungsional baik pada batang otak maupun

lobus oksipital, sedangkan distribusi system karotis mencerminkan gejala-gejala gangguan

penglihatan unilateral atau kelainan hemisferik. Terapi antikoagulan, dengan obat-obat

antipletelet agregasi seperti aspirin dan bedah reksonstruksi vaskuler ekstra dan intrakranial

efektif untuk menurunkan risiko infark serebri pada pasien dengan TIA.

Delirium

Membedakan antara delirium dan demensia dapat lebih sulit daripada yang ditunjukkan oleh

klasifikasi berdasarkan DSM IV. Secara umum, delirium dibedakan dengan demensia oleh

awitan yang cepat, durasi yang singkat, fluktuasi gangguan kognitif dalam perjalanannya,

eksaserbasi gejala yang bersifat nokturnal, gangguan siklus tidur yang bermakna, dan

gangguan perhatian dan persepsi yang menonjol.

kesadaran

Amat terganggu Sedikit terganggu Reversibilitas Sering reversibel Umumnya tak reversible

Penanganan Segera Perlu tapi tak segera

Catatan: pasien dengan demensia amat rentan terhadap delirium, dan delirium yang

bertumpang tindih dengan demensia adalah umum

Depresi

Beberapa pasien dengan depresi memiliki gejala gangguan fungsi kognitif yang sukar

dibedakan dengan gejala pada demensia. Gambaran klinis kadang-kadang menyerupai

psuedodemensia, meskipun istilah disfungsi kognitif terkait depresi (depression-related

cognitive dysfunction) lebih disukai dan lebih dapat menggambarkan secara klinis. Pasien

dengan disfungsi kognitif terkait depresi secara umum memiliki gejala-gejala depresi yang

Page 10: DIAGNOSIS DEMENSIA.docx

menyolok, lebih menyadari akan gejala-gejala yang mereka alami daripada pasien dengan

demensia serta sering

memiliki riwayat episode depresi.

Skizofrenia

Meskipun skizofrenia dapat dikaitkan dengan kerusakan fungsi intelektual yang didapat

(acquired), gejalanya lebih ringan daripada gejala yang terkait dengan gejala-gejala psikosis

dan gangguan pikiran seperti yang terdapat pada demensia. 2

Proses penuaan yang normal

Proses penuaan yang normal dikaitkan dengan penurunan berbagai fungsi kognitif yang

signifikan, akan tetapi masalah-masalah memori atau daya ingat yang ringan dapat terjadi

sebagai bagian yang normal dari proses penuaan. Gejala yang normal ini terkadang dikaitkan

dengan gangguan memori terkait usia, yang dibedakan dengan demensia oleh ringannya

derajat gangguan memori dan karena pada proses penuaan gangguan memori tersebut tidak

secara signifikan mempengaruhi perilaku sosial dan okupasional pasien.

Gangguan lainnya

Retardasi mental, yang tidak termasuk kerusakan memori, terjadi pada masa kanan-kanan.

Gangguan amnestik ditandai oleh hilangnya memori yang terbatas dan tidak ada perburukan.

Depresi berat dimana memori terganggu biasanya akan memberikan respon terhadap terapi

antidepresan.