Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
Transcript of Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
1/17
Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur
1. PendahuluanManusia merupakan makhluk yang kompleks yang memiliki organ-organ yang bertanggung
jawab terhadap organ itu sendiri atau bagian organ yang lain. Kadang suatu organ dalam tubuh
manusia memiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan bagian yang lain. Contohnya
saja seperti tulang dan otot. Tulang dan otot sama-sama memiliki peran sendiri-sendiri sebagai
alat penggerak tubuh baik pasif maupun aktif . Namun dibalik itu otot dan tulang juga saling
membutuhkan, jika tulang tanpa otot maka manusia tak akan bisa bergerak aktif, dan jika otot
tanpa tulang maka otot tidak bisa menjadi alat penggerak aktif dari tubuh manusia karena tulang
merupakan tempat menempelnya otot.
Tidak selamanya tubuh dalam kondisi yang stabil. Tubuh juga bsa dalam kondisi yang tidak
stabil, ketika tubuh mengalami stress ataupun trauma yang kuat bisa saja bagian tubuh yang
terkena stress maupun trauma jadi kaku, luka, dislokasi, maupun bisa terjadi deformitas. Hal ini
juga berlaku untuk tulang dan otot. Khususnya tulang yang akan bicarakan sesuai dengan kasus
yang diberikan. Pada khasus yang diberikan ada seorang wanita yang tidak bisa berdiri dan
berjalan karena beberapa jam yang lalu jatuh dari kamar mandi. Ketika seseorang jatuh dan tidak
bisa berdiri dapat didiagnosis dislokasi atau fraktur.
2. Pembahasan
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
2/17
2.1AnamnesisPada saat pasien datang baik sendiri atau bersama orang lain ada baiknya kita menanyakan
identitasnya dulu. Pada kasus diketahui wanita tersebut tidak bisa berdiri apalagi berjalan, jadi
diduga kalau pasien tersebut diantar oleh orang lain. Jika pasien dalam keadaan sadar penuh,
maka kita akan menganamnesis pasien tersebut. Yang akan dianamnesis ialah1:
Identitas pasien (nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, dll) Keluhan utama (jatuh, tidak bisa berdiri dan berjalan) Kejadiannya (jatuh dikamar mandi menyamping ke kanan dan pangkal paha kanan
membentur lantai kemudian tidak bisa berdiri atau berjalan)
Bengkak (+) Nyeri (+) Mobilitas (-)2.2Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan hasil yang sama dengan anamnesa yang dilakukan.
Pemeriksaan fisiknya yaitu:
Keadaan umum (tampak sakit) Kesadaran (compos mentis) TTV (normal) Lokasi nyeri (regio femur dextra) Look : tumor (+), rubor (+), edema (+), deformitas (+)Ekstr.bawah kanan lebih memendek Feel : kalor (+), dolor (+) Move: gerak aktif/pasif (-)2.3Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik seperti rontgen
(sinar-X), CT-Scan, dan MRI. Untuk melihat fraktur secara sederhana dapat digunakan sinar-X
atau rontgen dengan foto AP/PA dan lateral regio femur dextra.1
Sinar-X ialah bagian yang disebut spektrum elektromagnetik. Spektrum ini terlentang dari
gelombang wireless pada ujung jauh dari spektruk sampai ke sinar kosmik pada ujung dekat
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
3/17
spektrum. Karena panjang gelombangnya pendek, maka sinar-X dapat menembus bahan yang
tidak tertembus sinar yang terlibat. Arus listrik yang bertegangan tinggi berjalan sepanjang
tabung hampa udara. Lalu terjadi aliran elektron dari elemen logam yang dipanasi oleh listrik
(katoda), yang menabrak logam sasaran (anoda) setelah menembus ruang hampa udara. Bila
sorotan elektron menabrak anoda, maka sinar-X akan terpancar. Cara pemeriksaan sinar-X :
radiografi sederhana cara dimana berkas sinar-x ditembuskan melalui pasien mencapai suatu plat
fotografi. Tomografi adalah variasi dari cara foto sinar-X sederhana yang memungkinkan
memperoleh gambaran potongan dari bagian jaringan. Skrinning dan penguat bayangan istilah
yang dipakai untuk penembusan sorotan sinar-X melalui pasien dan mengetahui layar flourecent.
Radiografi miniatur hanya dapat diambil dengan pengambilan fotografi optikaldari bayangan
floresensi yang diperoleh. Xeroradiografi lebih ungguh karena memberikan kontras kepekaan
yang jelas pada jaringan lunakyang tidak diperoleh dengan cara lain. Zat kontras yang digunakan
ialah gas, garam logam berat, sediaan iodida organik, dan minyak yang diiodisasi.2
Foto polos biasa merupakan foto yang sering di gunakan sebagai tindakan awal fraktur
panggul karena ini merupakan alat yang universal da terdapat dimana-mana. Tujuan pembuatan
foto x-ray u ntuk menyingkirkan fraktur dan mengidentifikasi letak dan luas fraktur tersebut.
Foto polos memiliki sensivitas yang rendah. Adanya formasi tulang periosteal, sklerosis, kalus,
atau garis fraktur memberi petunjuk terjadinya stress fratur, walaupun demikian pemeriksaan
radiologi foto polos dapat memberikan gambaran normal pada pasien dengan fraktur collom
femur, fraktur tertutup femur, dsb. Tension fraktur harus dibedakan dengan compression faktur,
biasanya terletak pada inferior collum femur. Pemeriksaan radiografi dapat menunjukkan garis
fraktur pada superior collum femur yang merupakan lokasi terjadinya tension
fraktur.Pemeriksaan radiologi standar pada panggul meliputi foto AP (antero-posterior) dari
panggul dan pelvis dan foto lateral. Posisi frog-leg lateral tidak dianjurkan karena dapat
mengakibatkan displace fractur.3
Scanning tulang dapat membantu pada stress fraktur, tumor, dan infeksi. Scanning tulang
merupakan indikator yang sangat sensitif pada bone stress, tetapi memiliki spesifitas yang
rendah. Dlu, scanning dinyatakan tidak merupakan siuatu indikasi sebelum 48-72 jam setelah
fraktur, tetapi pada penelitian berikutnya, scanning memiliki sensivitas sebesar 93%, tanpa
peduli kapanpun kejadiannya.3
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
4/17
CT-scan memiliki peran yang penting dalam mengevaluasi panggul setelah terjadi fraktur.
CT sangat baik dan berguna untuk abnormalitas tulang itu sendiri, karena resolusinya sangat
baik, dapat berbagai potongan, dan kemampuannya untuk dilihat dalam posisi coronal dan
sagital, CT-scan berguna untuk mendeteksi fraktur komunit preoperatif dan mendeteksi seberapa
jauh terjadinya penyatuan union pada post operatif. CT-Scan sangat sering digunakan untuk
mengevaluasi kerusakan tulang. Walaupun demikian, fraktur aksial pada foto polos juga kadang-
kadang tidak terlihat dengan CT-Scan. Potensial ini berkurang dengan adanya foto polos
orthogonal dan CT-Scan multidetektor yang baru.2,3
MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menunjukkan keakuratan pada kejadian fraktur
yang segera dan wajar dilakukan dalam 24 jam setelah kejadian. MRI memiliki sifat yang
sensitif dan spesifik dalam pendeteksian fraktur femur, karena dapat menunjukkan garis fraktur
dengan jelas dan adanya edemapada sumsum tulang. Kontras superior dari MRI dengan pulse
yang teratur biasanya digunakan, resolusi spasial intrinsik, dan kemampuan dalam membuat
berbagai npotongan (coronal, axial, dan yang terjarang sagital) membuat MRI sebgai alat
pemeriksa penunjang yang sangat baik, khususnya pada stress fraktur, yang pada foto polos
dapat memberikan gambaran yang normal. Dengan MRI, stress fraktur nampak sebgai fraktur
yang berupa garis pada kortex yang dikelilingi oleh daerah yang edema di kavitas medularis.
MRI juga merupakan alat yang paling sensitif untuk mendeteksi perubahan sumsum tulang yang
berhubungan dengan nekrosis avaskular, walupun pada pemeriksaan radiologi foto polos dalam
keadaan normal. Oleh karena itu, MRI merupakan alat terpilih dan sangat berguna. Bila terdapat
nekrosis avaskular setelah operasi fiksasi dari fraktur femur, pasien dapat menggunakan
penggantian dari protesis yang ada. MRI dapat digunakan untuk mendeteksi stadium awal
nekrosis iskemik pada caput femur, dimana intervensi dapat dimulai sebelum kerusakan lebih
jauh terjadi. Kerusakan ini dapat meliputi kolapsnya caput femur, osteoarthritis sekunder, atau
fragmentasi.2,3
2.4DD/WDDengan meningktanya kecelakaan dilokasi pinggul sangat bsering ditemukan.
Pragmentulang yang kecil sering menonjol karena sendi berdislokasi. Jika terdapat fragmen yang
besar atau kominusi dianggap sebgai fraktur dislokasi. Cedera digolongkan menoror arah
dislokasi yaitu posterior, anterior dan pusat.4
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
5/17
Dislokasi posterior memiliki mekanisme cedera sebgai berikut, empat dari lima dislokasi
pinggul traumatik adalah posterior. Biasanya dislokasi nini terjadi pada kecelakaan lalu lintas
bila seseorang yang duduk di dalam truk atau mobil terlempar ke depan, sehingga lutut terbentur
pada dashboard. Femur terdorong ke atas dan caput femoris terdorong dari mangkuknya, sering
sepotong tulang pada asetalbulum terpotong (fraktur dislokasi). Gambaran klinisnya, kaki
pendek dan beradduksi, berotasi internal dan sedikit berfleksi. Tetapi bila salah stu tulang
panjang mengalami fraktur biasanya femur, cedera tulang panggul dapat terlewat. Pedoman yang
baik ialah memotret pelvis dengan sinar-X pada tiap kasusu cedera yang berat, dan pada fraktur
femur, pemeriksaan sinar-X harus mencakup pinggul. Tunkai bawah harus diperiksa untuk
mencari ada tidaknya tanda-tanda cedera saraf skiatikus. Pada foto AP kaput femoris terlihat
diluar mangkuknya dan diatas asetabulum. Segmen atap asetabular atau kaput femuris mungkin
telah patah dan bergeser. Foto oblik berguna untuk menunjukkan ukuran fragmen itu. Kalau
fraktur ditemukan, fragmen tulang lain (yang mungkin perlu dibuang) harus dicurigai. CT-Scan
cara terbaik untuk menunjukkan fraktur asetabulum atau setiap fragmen tulang. Suatu klasifikasi
untuk membantu perencanaan terap menurut Epstein ialah tipe I dislokasi yang tak lebih dari
fraktur serpihan kecil. Tipe II dislokasi dengan fraktur besar pada bibir posterior asetabulum.
Tipe III terdapat kominusi pada bibir asetabulum. Tipe IV disertai dengan fraktur lantai
asetabulum. Tipe V adalah fraktur kapus femoris. Terapi dislokasi harus direduksi secepat
mungkin dibawah anestesi umum. Pada kasus besar dilakukan reduksi tertutup. Seorang asistenmenahan pelvis, ahli bedah memfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90 derajat dan
menarik paha ke atas secara vertikal. Sinar-X sangat diperlukan untuk memastikan reduksi dan
untuk menyingkirkan fraktur. Bila terdapat kecurigaan sedikit saja kalau fragmen tulang
terperangkap dalam sendi diperlukan pemeriksaan CT. reduksi biasanya stabil, tetapi pinggul
telah mengalami cedera berat dan pelu diistirahatkan. Cara yang paling sederhana ialah
memasang traksi dan mempertahankannya selama 3 minggu. Gerakan dan latihan dimulai segera
setelah nyeri menghilang. Pada akhir minggu ketiga pasien diperbolehkan berjalan dengan kruk
penopang. Kalau pemeriksaan sinar X atau CT-Scan pasca reduksi memperlihatkan adanya
fragmen intraartikular, fragmen itu harus dibuang dan sendi harus dibilas dengan pendekatan
posterior. Hal ini biasanya ditunda hingga keadaan pasien telah stabil. Fraktur dislokasi tipe II
sering diterapi dengan reduksi terbuka segera dan fiksasi anatomi dengan fragmen yang terlepas
tetapi kalau keadaan umum pasien dicurigai, atau tidak tersedia ahli bedah yang terampil dalam
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
6/17
bidang ini, pinggul direduksi secara tertutup. Kecuali kalau sendi tidak stabil, atau fragmen yang
besar tetap tidak tereduksi, reduksi terbuka dan fiksasi internal diperlukan. Pada kasus ini traksi
dipertahankan selama 6 minggu. Cedera tipe III diterapi secara tertutup, tetapi mungkin terdapat
fragmen yang bertahan dan fragmen-fragmen ini harus dibuang dengan operasi terbuka serta
traksi dipertahankan selama 6 minggu. Cedera tipe IV dan V pada awalnya diterapi dengan
reduksi tertutup. Fragmen caput femoris dapat secara otomatis berada pada tenpatnya dan ini
dapat dipastikan dengan CT pasca reduksi. Kalau fragmen tetap tidak tereduks, terapi operasi
diindikasikan: fragmen yang kecil dapat dibuang sajatetapi fragmen yang besar harus diganti,
sendi dibuka, kaput femoris didislokasikan dan fragment diikat dengan posisinya dengan sekrup
countersunk. Pasca operasi, traksi dipertahankan selama 4 minggu dan pembebanan penuh
ditunda selam 12 minggu. Komplikasi dini cedera nervus skiatus, cedera pembuluh darah, dan
fraktur batang femoris yang menyertai. Komplikasi selanjutnya, nekrosis avaskular, miositis
osifikans, dislokasi yang tak tereduksi, OA.5
Dislokasi anterior ini njarang terjadi dibandingkan dengan posterior. Penyebabnya ialah
kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan penerbangan. Dislokasi pada satu atau bahkan kedua
pinggul dapat terjadi bila buruh tambang atau bangunan kejatuhan benda berat pada
punggungnya pada saat mereka bekerja dengan posisi kaki merentang, lutut lurus dan punggung
membungkuk ke depan. Gambaran kliniknya kaki berada pada posisi rotasi luar, abduksi, dan
sedikit fleksi. Kaki tidak memendek, karena perlekatan rektus femoris memcegah kaput bergeser
keatas. Bila dilihat dari samping, tonjolan anterior pada kaput yang berdislokasi tampak jelas.
Kadang-kadang kaki berabduksi hampir mencapai sudut siku-siku. Caput yang menonjol mudah
diraba. Gerakan pinggul tidak dapat dilakukan. Sinar-X pada foto AP dislokasi biasanya jela,
tetapi kadang-kadang kaput hampir berada di depan posisi normal, setiap keragu-raguan
dipecahkan dengan pengambilan foto lateral. Terapi dan komplikasi, manuver yang digunakan
hampir sama dengan yang digunakan untuk mereduksi dislokasi posterior, kecuali bahwa,
sewaktu paha yang berfleksi itu ditarik ke atas, paha harus di adduksi. Terapi berikutnya miripdengan terapi dislokasi posterior. Nekrosis avaskular adalah komlikasi satu-satunya.
5
Dislokasi pusat jatuh pada sisi atau pukulan pada trokanter mayor, dapat mendorong kaput
femoris ke lantai asetabulum dan menyebabkan fraktur pelvis. Gambaran kliniknya paha lecet-
lecet atau memar tetapi kaki terletak pada posisi normal. Trokanter dan daerah pinggul terasa
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
7/17
nyeri. Sedikit gerakan dapat dilakukan, pasien harus diperiksa secra cermat untuk melihat ada
tidaknya cedera pelvis dan perut. Sinar-X kaput femoris bergeser ke medial dan lantai
asetabulum mengalami fraktur. Terapi harus selalu dicoba untuk melakukan redulsi terhadap
dislokasi dan memulihkan bentul lazim pinggul. Sekalipun OA sekunder tak dapat dielakan,
paling tidak anatomi yang normalakan mempermudah pembedah rokonstruktif. Dislokasi pusat
yang disertai kominusi pada lantai asetabulum kadam-kadang dapat direduksi dengan manipulasi
dibawah anestesi umum. Ahli bedah menarik paha dengan kuat dan mencoba mengungkit keluar
kaput femoris dengan mengadduksi paha, menggunakan bantalan yang keras sebagai titik
tumpuh. Kalau cara ini berhasil, traksi kerangka longitudinal dipertahankan 4-6 minggu, dengan
pemeriksaan sinar-X untuk memastikan bahwa kaput femoris tetap di bawah bagian asetabulum
yang menahan beban. Kalau manipulasi gagal, kombinasi traksi kerangka longitudinal, dan
lateral dapat mereduksi dislokasi selama 2-3 minggu. Jika cara ini tidak berhasil sebaiknya kita
cukup puas dengan reduksi yang tidak sempurna. Pada semua metode ini, gerakan perlu dimulai
secepat mungkin. Bila traksi dilepas pasien diperbolehakan bangun dengan kruk penopang.
Penahan beban diperbolehkan setelah 8 minggu. Hasilnya terhadap fungsi lebih baik daripada
yang ditunjukkan pada penampilan sinar-X: tetapi semua gerakan kecuali fleksi dan ekstensi
tetap sangat terbatas, dan pada akhirnya terjadi artritis degeneratis, kecuali pergeseran hanya
sedikit. Komplikasi dini cedera viseral dan syok hebat, komplikasi selanjutnya kekakuan sendi.5
Fraktur leher femur sering sekali nterjadi pada manula. Sebagian besar pasien ialah seorang
wanita berusia 80 atau 90an dan kaitannya dengan osteoporosis demikian nyata sehingga insiden
fraktur femur digunakan sebagai ukuran osteoporosisyang berkaitan dengan umur dalam
pengkajian kependudukan. Namun hal ini bukan semata-mata akibat penuan: fraktur cenderung
terjadi pada osteopenia di atas rata-rata, banyak diantaranya yang mengalami kelainan yang
menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang misalnya osteomalasia, diabetes,
stroke, alkoholisme, dan beberapa penyakit kronis lain, beberapa keadaan ini juga menyebabkan
meningkatnya kecendrugan jatuh. Sebaliknya fraktur leher femur jarang terjadi pada orangnegroid dan pasien dengan osteoartritis pinggul. Mekanisme cedera: cedera sering terjadi akibat
jatuh pada trokanter mayor. Atau kaki wanita manula tersandung karpet dan pinggulnya terpuntir
pada rotasi luar. Beberapa pasien memiliki bukti fraktur tekanan pada leher femur di masa lau.
Sekali mengalami fraktur kaput dan leher bergeser ke stadium yang semakin berat. Stadium I
adalah fraktur yang tidak sepenuhnya terimpaksi. Stadium II ialah fraktur lengkap tetapi tidak
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
8/17
bergeser. Stadium III fraktur lengkap dengan pergeseran sedang. Stadium IV fraktur yang
bergeser secara hebat. Bila dibiarkan tidak diterapi, fraktur stadium I yang tampaknya benigna
dapat dengan cepat berubah menjadi stadium IV. Kaput femoris mendapat persediaan darah dari
tiga sumber: pembuluh intramedular pada leher femur, pembuluh sevikal asendens pada
retinakulum kapsular, dan pembuluh darah pada ligamentum kapitis femoris. Pasokan
intramedula selalu terganggu oleh fraktur, pembuluh retinakular juga dapat terobek kalau
terdapat banyak pergeseran. Pada manula pasokan yang tersisa pada ligamentum teres sangat
kecil dan pada 20% kasus, tidak ada. Itulah yang menyebabkan tingginya nekrosis avaskular
pada fraktur leher femur yang disertai pergeseran. Fraktur transervikal, menurut definisi bersifat
intrakapsular. Fraktur ini penyembuhannya buruk karena: dengan robeknya pembuluh kapsul,
melenyapkan persediaan utama pada kaput, tulang intrasartikular hanya mempunyai periosteum
yang tipis dan tak ada kontak dengan jaringan lunak yang dapat membantu pembentukan kalus
dan cairan sinovial membantu mencegah pembekuan hematomaakibat fraktur itu. Karena itu
ketepatan aposisi dan impaksi fragmen tialang menjadi lebih penting dari biasanya. Terdapat
bukti bahwa aspirasi hemartrosis dapat meningkatkan aliran darah dalam kaput femoris denganb
mengurangi tamponade. Gambaran klinik ialah biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti
nyeri pinggul. Tungkai pasien terdapat pada rotasi lateral dan akaki tampak pendek. Tetapi perlu
diperhatikan tidak semua fraktur pinggul demikian jelas. Pada faktur yang terimpaksi pasien
masih mungkin bisa berjalan, dan pasien yang sangat lemah atau cacat mental mungkin tidakmengeluh sekalipun mengalami fraktur bilateral. Pada sinar-X patahan itu jelas, tetapi fraktur
yang terimpaksi dapat terlewatkan bila tak hati-hati. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan
tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung
leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang tidak terimpaksi atau tak bergeser (stadium
I dan II Garden) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering
mengalami non-union dan nekrisis avaskuler. Mendiagnosis: ada 3 situasi dimana fraktur leher
femur dapat terlewatkan, kadang-kadang dengan akibat yang menakutkan, fraktur tekanan,
pasien manula dengan nyeri pinggul, mungkin dapat mengalami fraktur tekanan: pemeriksaan
sinar-X hasilnya normal tetapi tulang akan memperlihatkan lesi panas, fraktur yang terimpaksi,
garis fraktur tidak kelihatan, tetapi bentuk kaput femoris dan leher berubah: selalu bandingkan
kedua sisi. Fraktur yang tidak nyeri, pasien yang berada di tempat tidur apat mengalami fraktur
diam.6
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
9/17
Fraktur intertrokanter bersifat ekstrakapsular, sering ditemukan pada manula, penderita
osteoporosis. Kebanyakan pasien wanita berusia 80 tahunan, tapi berbeda dengan fraktur
intrakapsular, fraktur trokanter dapat menyatuh dengan mudah dan jarang menimbulkan nekrosis
avaskular. Mekanisme cedera disebabkan oleh jatuh langsung pada trokanter mayor ataun oleh
suatu cedera pemuntirantak langsung. Retak diantra trokanter minor dan mayor dan fragmen
proximal cenderung bergese ke varus. Mungkin terdapat kominusi pada korteks posteromedial.
Fraktur intertrokanter terbagi atas fraktur yang stabil dan tak stabil. Fraktur yang tak stabil
terutama adalah fraktur yang korteks medialnya hancur, sehingga terdapat fragmen bsar yang
bergeser yang mencakup trokanter minor, fraktur ini sangat sukar ditaham dengan fiksasi
internal. Gambaran kliniknya pasien biasanya tua dan tak sehat. Setelah jatuh dia tak dapt
berdiri. Kaki lebih pendek dan lebih berotasi keluar dibandingkan pada fraktur servikal (karena
fraktur bersifat ekstrakapsular) dan pasien tidak dapat mengangkat kakinya. Sinar-X fraktur
tanpa pergeseran yang stabil dapat terlihat tidak lebih sebgai retakan tipis disepanjang garis
intertrokanter: sesungguhnya sering terdapat keraguan apakan tulang mengalami fraktur.
Biasanya fraktur bergeser dan terdapat banyak kominusi. Kalau trokanter minor terpisah0pisah
dan korteks medial terpotong-potong, fiksasi internal mungkin tidak stabil dan penahan beban
harus ditunda. Terapi pada fraktur intertrokanter hampir selalu diterapi dengan fiksasi internal
dini, bukan karena fraktur itu tidak dapat menyatu oleh terapi konservatif tetapi agar memperoleh
posisi sebaik mungkin, dan agar pasien dapat bangun dan berjalan secepat mungkin sehinggamengurangi komplikasi akibat terlalu lama tiduran.fraktur yang bergese minimal direduksi
dengan sedikit traksi dan rotasi internal, posisi di cek dengan sinar-X dan fraktur diikat dengan
alat yang bersudut, sebaiknyan paku atau skrup peluncur yang merengkuh kapu femoris dan
leher serta diikat pada batang dengan sekrup. Kalau besifat kominutif dan tak stabil, fraktur ini
sering lebih baik direduksi dengan sedikit rotasi luar, suatu alat peluncur yang memungkinkan
fragmen terimpaksi (misalnya: suatu sekrup pinggul dinamis) sangat diperlukan pada kasusu ini.
Sebagai pendekatan alternatif ialah menghindari reduksi anatomis dan mencoba mencapai
stabilitas, dengan menggeser batang distal ke medial dan atau valgus, mengimpaksi fragmen dan
memasang fiksasi internal. Kalau korteks medial tampak sangat berkurang, mungkin lebih baik
bila ditambah dengan pencangkokan tulang. Pasca operasi latihan dimulai pada hari setelah
operasi dan pasien dibiarkan bangun dan penahan beban sebagian dimulai secepat mungin.
Komplikasi dini ialah nekrosis avaskular, dan OA.komplikasi selanjutnya ialah deformitas dan
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
10/17
non union. Fraktur ini biasa terjadi akibat penyakit metastatik atau mieloma. Kecuali bila pasien
sedang menghadapi penyakit terminal, fiksasi fraktur dibutuhkan untuk menjamin kualitas hidup
yang dapat diterima disepanjang sisa umurnya. Selain fiksasi internal, semen metilmetakrilat
dapat dibubuhkan pada tempat cacat untuk memperbaiki stabilitas. Kalau leher femur terlibat,
penggantian tulang dengan protesis semen mungkin lebih baik. Terapi operasi hampir selalu
dilakukan, prinsip terapi ialah reduksi yang tepat, fiksasi secara erat dan aktivitas dini. Bila
pasien dibawah anastesi, pinggul dan lutut di fleksikan dan paha mengalami fraktur ditaris ke
atas, kemudian dirotasikan secara internal, lalu diekstensikan dan di abduksi, akhirnya kaki
diikatkan pada footpiece. Pengawasan dengan sinar-X digunakan untuk memastikan reduksi
pada AP dan lateral. Diperlukan reduksi yang tepat pada stadium III dan IV, fiksasi pada fraktur
yang tak tereduksi hanya mengundang kegagalan. Kalau fraktur stadium III atau IV tidak dapat
direduksi secara tertutup, dan pasien berumur dibawah 60 thn, dianjurkan untuk melakukan
reduksi terbuka melalui pendekatan anterolateral. Tetapi pada pasien tua sekitar 70 tahunan cara
ini jarang diperbolehkan. Kalau dua cara cermat untuk melakukan reduksi tertutup gagal, lebih
baik dilakukan penggantian prostetik. Komplikasi umum: nekrosis avaskular, non-union dan
OA.4,5
fraktur batang femur baik proximal maupun distal, batang femur sendiri dilapisi dengan baik
oleh otot yang kuat yang juga memiliki manfaat untuk melindungi tulang dari semua gaya
kecuali gaya yang paling kuat, tetapi kerugiannya bila terjadi fraktur fraktur itu sering bergeser
hebat oleh tarikan otot, sehingga memerlukan traksi yang sangat kuat dan lama untuk
mereduksinya. Beberapa macam frakturnya : fraktur spiral biasanya disebabkan oleh jatuh
dengan posisi kaki tertambat sementara daya pemuntir ditransmisikan ke femur. Fraktur oblik
biasanya akibat benturan langsung, karena itu sering ditemukan pada kecelakaan sepeda motor.
Pada benturan yang keras mungkin fraktur dapat bersifat kominutif atau tulang dapat patah lebih
dari pada 1 tempat (fraktur segmental). Meskipun jaringan lunak sering mengalami cidera dan
perdarahan mungkin hebar, otot masih dapat menstabilkan fraktur batang tengah yang ditraksi.Gambaran klinik: sebagian besar pasien orang dewasa muda. Terjadi syok hebat, dan pada
fraktur tertutup emboli lemak sering ditemukan. Kaki berotasi luar dan mungkin memendek dan
mengalami deformitas. Paha membengkak dan memar. Sinar-X fraktur dapat terjadi pada setiap
bagian batang, fraktur tersebut dapat berbentuk spiral atau melintang.5
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
11/17
2.5EtiologiTulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat: peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-
ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan
yang tiba-tiba dan berlebihan yang dpat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang
terkena, jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatsnya, penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
kominutif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila terkena kekuatan tak langsung tulang
dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkenan kekuatan itu,
kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada. Kekuatan dapat berupa pemuntiran
yang menyebabkan fraktur spiral, penekukan yang menyebabkan fraktur melintang, penekukan
dan penekanan yang menyebabkan fraktur berbentuk kupu-kupu yang berbentuk seperti segitiga
terpisah, kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan, yang menyebabkan fraktur
oblik pendek, atau penarikan dimana tendon atau ligamen benar-benar menarik tulang sampai
terpisah. Fraktur kelelahan atau tekanan, retak dapat terjadi pada tulang akibat tekana yang
berulang-ulang keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlet atau penari. Fraktur patologis, fraktur ini ini timbul oleh tekanan yang normal
nterhadap tulang yang lemah.4-6
2.6Mekanisme, klasifikasi, dan pembagian derajat frakturFraktur terjadi ketika periosteum, pembuluh darah di korteks dan jaringan disekitarnya
mengalami kerusakan bisa karena trauma langsung maupun tidak langsung seperti jatuh
terpleset, kecelakaan dan sebagaimya. Hal ini menyebabkan perdarahan dan kerusakan jaringan
tulang tempat terjadinya kontak dengan trauma tersebut, maka terbentuklah hematom pada canal
medula kemudia jaringan tersebut mengalami nekrosis. Nekrosis itulah yang merangsangterjadinya peradangan yang di tandai oleh vasodilatasi, pengeluaran plasma (oedeme), dan
infiltrasi sel darah putih. Banyak faktor-faktor dari fraktur yang terjadi baik langsung maupun
tidak langsung dan dapat juga dibagi fraktur akibat tekanan yang kuat sementara, tekanan yang
berulang-ulang maupun yang patologi. Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman
yang keras akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
12/17
dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut. Pada fraktur
tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena
periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit
sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering
ditemukan adanya fraktur terbuka.5
Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). Berdasarkan luas
dan garis fraktur terdiri dari :Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang), Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang). Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah : Fraktur kominit (garis patah
lebih dari satu dan saling berhubungan), Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan), Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya). Berdasarkan posisi
fragmen : Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser,
Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur. Berdasarkan hubungan fraktur dengan
dunia luar : Tertutup, Terbuka (adanya perlukaan dikulit). Berdasarkan bentuk garis fraktur dan
hubungan dengan mekanisme trauma: Garis patah melintang, Oblik / miring, Spiral / melingkari
tulang, Kompresi, Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya, Missal pada patela.
Berdasarkan kedudukan tulangnya: Tidak adanya dislokasi, Adanya dislokasi. Berdasarkan
mekanisme terjadinya fraktur : Tipe Ekstensi, Trauma terjadi ketika siku dalam posisi
hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi. Tipe Fleksi, Trauma terjadi ketika siku dalam
posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.5
Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam : Fraktur collum femur dapat disebabkan
oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah
trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh
trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi
dalam : Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur) dan Fraktur extrakapsuler (Frakturintertrochanter femur). Fraktur subtrochanter femur, Fraktur supracondyler fragment bagian
distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari
otot otot gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung
karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya
rotasi. fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
13/17
beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding
& Magliato, yaitu4-6
:
tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
Fraktur batang femur (dewasa), Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma
langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi : tertutup dan terbuka, ketentuan fraktur
femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga
derajat, yaitu5;
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan
tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak
(otot, saraf, pembuluh darah)
Fraktur supracondyler femur, Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi
dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot
gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.
Fraktur intercondylair, Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular,
sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur. Fraktur condyler femur, Mekanisme
traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada
sumbu femur keatas.5
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
14/17
2.7TerapiTerapi darurat di tempat kecelakaan, syok harus diterapi dan fraktur dibebat sebelum pasien
dipindahkan. Tungkai yang mengalami cedera dapat diikat pada kaki yang satunya atau dengan
bebat yang sesuai. Untuk pengangkutan, idealnya digunakan bebat Thomas: kaki ditarik lurus
dan dilewatkan melalui cincin bebat, kaki yang dipasangi ladam diikat pada persilangan untuk
mempertahankan traksi, dan tungkai serta bebat dibalut bersama-sama dengan erat. Begitu
sampai di rumah sakit dan cocok untuk operasi, pasien di anstesi, bebat dilepas, dan diberikan
terapi yang pasti. Terapi definitif (pilihan metode), pada fraktur tertutup terdapat 4 metode
pilihan yaitu, traksi, traksi traksi yang diikuti dengan penguatan, reduksi terbuka dengan
pemasangan paku intramedula dan pemasangan intramedula secara tertutup.terapi non operasi
tak dapat diandalkan untuk fraktur pada setengah bagian atas femur, kelompok dimana fiksasi
internal, terutama dengan pemasangan paku intramedula dapat dilakukan dengan mudah dapat
dipercaya. Fiksasi internal dapat digunakan untuk fraktur melintang pada setengah bagian
proximal tulang, terutama kalau reduksi tertutup sulit dipertahankan. Terapi definitif (teknik)
traksi dan pembebatan pada orang dewasa membutuhkan traksi kerangka dengan pen atau kawat
Kirschner yang diikat kuat-kuat dibelakang tuberkel tibia. Traksi (8-10 kg untuk orang dewasa)
dipasang melalui kerekan di kaki tempat tidur. Tungkai biasanya disokong dengan bebat
Thomas, dan suatu belah fleksi akan memungkinkan gerakan lutut. Sesungguhnya traksi
kerangka tanpa bebat (traksi perskin) memiliki keuntungan memperkecil distorsi fraktur dan
memungkinkan gerakan \yang lebih bebasdi tempat tidur. Latihan dimulai sesegera mungkin.
Bila fraktur telah lengket sekitar 6 minggu traksi dapat dihentiukan dan pasien
diperbolehkanbangun dan menahan bebansebagian dalam gips atau brace. Untuk fraktur pada
sebagian ats femur, spika gips adalahg yang paling aman, tapi cara ini akan pasti memperpanjang
kekakuan send. Jenis perlindungan ini diperlukan hingga fraktrur telah berkonsolidasi.
Pemasangan paku medula secara terbuka, operasi dilakukan di bawah anestesi umum dengan
posisi pasien miring. Fraktur didekati dengan insisi lateral dan fragmen dipegang melaului
pemegang tulang sehingga dapat dilihat, batang pemandu dimasukkan melalui fragmen proximal
sampai muncul insisi kecil yang kedua dibokong. Fragmen proximal kemudian dilebarkan
dengan alat pelebar (reamer) yang diameternya semakin besar, kalu mungkin sampai 12-14 mm.
pemasangan paku medula secara tertutup, dilakukan pada posisi pasien miring, metode ini
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
15/17
digunakan pada hampir semua fraktur batang femur. Sistem implan dasar terdiri dari atas paku
intramedula yang berlubang di dekat tiap ujungnya sehingga sekrup pengunci dapat dimasukkan
secara melintang pada ujung distal dan secar oblik pada ujung proximal, ini akan mengendalikan
rotasi dan menjaga stabilitas sekalipun pada fraktur subtrokanter dan fraktur 1/3 bagian
distal.pada fraktur proximal dan sepertiga distal dan juga fraktur kominutif, diperlukan sekrup
pengunci.5
2.8PrognosisPrognisis baik bila segera di tangani dengan terapi darurat dan setelahnya dengan terapi
berupa operasi dan pasca operasi dilakukan latihan sesegera mungkin untuk mencegah kekakuan
sendi yang akan terjadi bila bagian tersebut lama tidak digunakan.masa penyembuhantergantung pada masing-masing pasien.
2.9komplikasiKomplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam
setelah cedera : emboli lemak yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih dan sindrom
kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani
segera. Komplikasi lain : operasi irigasi dan debridemen pada fraktur terbuka harus diulakukan
dalam waktu 6 jam setelah terjadi cedera. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi, trombo
emboli yang dapat menyebabkan kematian jaringan dan beberapa minggu setelah cedera.
Komplikasi lambat dalam penyembuhan fraktur komplikasi yang bisa muncul adalah : Mal
union : Sembuh dengan deformitas angulasi, rotasi atau pemendekan. Penyebab adalah
kegagalan reduksi dalam masa penyembuhan. Delayed Union : fraktur sembuh dalam jangka
waktu yang lebih dari normal, penyebabnya adalah suplai darah in adekuat dan infeksi. Non
union : fraktur tidak menyambung dalam 20 minggu. Penyebab reduksi yang tidak benar,
imobilisasi yang kurang tepat, adanya interposisi jaringan lemak.4,5
2.10 pencegahan
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
16/17
Diharapkan pasien pasca operasi agar lebih banyak beristirahat sekitar 6 minggu menunggu
penyembuhan tulang lalu mengikuti latihan gerakan sesegera mungkin agar menghindari
kekakuan sendi.
3. KesimpulanJadi dari diagnosis yang dilakukan dan telah di telaah lebih jauh dari sisi anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, gambaran klinis, serta berbagai terapi dari tiap-
tiap diferent diagnosis, kita dapat mengetahui bahwa perempuan tersebut mengalami fraktur
femur dextra 1/3 proximal dengan gambaran klinis:,khas adanya uden dan deformitas serta
penonjolan tulang dan dengan terapi: operasi, dan prognosis baik bila diberikan pertolongan
sesegera mungkin.
Daftar pustaka
1. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;2007.h.40-1.
2. Herring W. Learning radiology: recognizing the basic. United states: Elsevier Mobsby;2012.h.232-44.
3. Patel RP. Lucture notes: radiologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.221-384. Grace AP, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.84-5.5. Apley GA, Solomon L. Buku ajar: ortopedi dan fraktur sistem apley. Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Widya Medika; 2013.h.238-40, 364-79.
6. Manninger J, Bosch U, Cserhati P, Fekete K, Kazar G. Internal fixation of femoral neckfractur : an atlas. Hungaria: Penerbit Springer;2007.h.1-15
-
5/24/2018 Diagnosis dan Penatalaksanaan Kasus Fraktur pada Femur.docx
17/17