DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

13
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak) DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR) Jubaedah Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Email: [email protected] Ardhiani Fadila Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Email: [email protected] ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan struktur modal dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2015 untuk menguji dan menganalisis apakah Tangibility, Profitability, Growth Opportunities, Likuidity dan Firm Size berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dengan debt to equity ratio sebagai proxy-nya. Penelitian ini menggunakan regresi data panel. Hasilnya menunjukkan bahwa Growth Opportunities berpengaruh terhadap Struktur Modal. Sementara Tangibility, Profitability, Likuidity dan Firm Size tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. Pengaruh positip Growth Opportunities mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan cenderung menaikkan utang sebagai struktur modalnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan mengikuti teori Trade-Off Theory. Keywords: Capital Structure, Tangibility, Profitability, Growth Opportunities, Likuidity dan Firm Size PENDAHULUAN Salah satu pekerjaan penting manajer keuangan adalah melakukan pengelolaan modal secara baik, sehingga setiap kegiatan operasional, pengeluaran, ekspansi bisnis maupun investasi perusahaan dapat terbiayai. Fungsi pendanaan yang harus dibuat oleh manajemen dalam rangka pembiayaan kegiatan operasional perusahaan bersumber dari internal dan eksternal yang dikenal sebagai struktur modal. Titman, Keown, dan Martin (2011) mengemukakan bahwa memaksimalkan total nilai dari utang dan ekuitas dari suatu perusahaan merupakan tujuan utama dari manajemen struktur modal. Komposisi pendanaan perusahaan dapat melalui hutang dan ekuitas dimana penentuan struktur modal mencerminkan besarnya sumber dana yang dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan tanpa harus terbebani oleh biaya dan bunga dari peminjam modal. Darmawan (2016) mengemukakan sektor industri manufaktur merupakan sektor yang cukup stabil dan menjadi salah satu penopang perekonomian negara di tengah ketidakpastian perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan yang positif dan berdasakan data terbaru dari Kementerian Perindustrian tahun 2015 menunjukkan bahwa sektor industri, khususnya sektor manufaktur non- migas mengalami pertumbuhan yang signifikan, melampaui pertumbuhan GDP Indonesia pada kwartal I tahun 2015. Berdasarkan data BPS kontribusi sektor industri manufaktur non-migas terhadap PDB tahun 2015 mencapai 18.18 % dengan nilai Rp 2.089 triliun. Kontribusi ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 17.89 % dengan nilai hanya Rp 1.884 triliun. (BPS, 2016). Sebagai salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia serta

Transcript of DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

Page 1: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

DETERMINAN STRUKTUR MODAL

(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR)

Jubaedah

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Email: [email protected]

Ardhiani Fadila

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Email: [email protected]

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan struktur modal dari perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2015 untuk menguji dan menganalisis apakah Tangibility,

Profitability, Growth Opportunities, Likuidity dan Firm Size berpengaruh terhadap struktur modal

perusahaan dengan debt to equity ratio sebagai proxy-nya. Penelitian ini menggunakan regresi data panel.

Hasilnya menunjukkan bahwa Growth Opportunities berpengaruh terhadap Struktur Modal. Sementara

Tangibility, Profitability, Likuidity dan Firm Size tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. Pengaruh

positip Growth Opportunities mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan

cenderung menaikkan utang sebagai struktur modalnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

perilaku struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode

pengamatan mengikuti teori Trade-Off Theory.

Keywords: Capital Structure, Tangibility, Profitability, Growth Opportunities, Likuidity dan Firm

Size

PENDAHULUAN

Salah satu pekerjaan penting

manajer keuangan adalah melakukan

pengelolaan modal secara baik,

sehingga setiap kegiatan operasional,

pengeluaran, ekspansi bisnis maupun

investasi perusahaan dapat terbiayai.

Fungsi pendanaan yang harus dibuat

oleh manajemen dalam rangka

pembiayaan kegiatan operasional

perusahaan bersumber dari internal dan

eksternal yang dikenal sebagai struktur

modal.

Titman, Keown, dan Martin

(2011) mengemukakan bahwa

memaksimalkan total nilai dari utang

dan ekuitas dari suatu perusahaan

merupakan tujuan utama dari

manajemen struktur modal. Komposisi

pendanaan perusahaan dapat melalui

hutang dan ekuitas dimana penentuan

struktur modal mencerminkan besarnya

sumber dana yang dimanfaatkan dengan

baik oleh perusahaan tanpa harus

terbebani oleh biaya dan bunga dari

peminjam modal.

Darmawan (2016)

mengemukakan sektor industri

manufaktur merupakan sektor yang

cukup stabil dan menjadi salah satu

penopang perekonomian negara di

tengah ketidakpastian perekonomian

dunia dengan tingkat pertumbuhan yang

positif dan berdasakan data terbaru dari

Kementerian Perindustrian tahun 2015

menunjukkan bahwa sektor industri,

khususnya sektor manufaktur non-

migas mengalami pertumbuhan yang

signifikan, melampaui pertumbuhan

GDP Indonesia pada kwartal I tahun

2015.

Berdasarkan data BPS

kontribusi sektor industri manufaktur

non-migas terhadap PDB tahun 2015

mencapai 18.18 % dengan nilai Rp

2.089 triliun. Kontribusi ini meningkat

jika dibandingkan dengan tahun 2014

yang mencapai 17.89 % dengan nilai

hanya Rp 1.884 triliun. (BPS, 2016).

Sebagai salah satu sektor yang

turut berkontribusi dalam meningkatkan

pertumbuhan PDB Indonesia serta

Page 2: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

2

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

mengingat sektor industri manufaktur

mempunyai daya saing tinggi dan

rentan terpengaruh pada isu ekonomi

global secara langssung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi struktur

modal pada perusahaan. Adanya peran

penting manajer keuangan sangat

diperlukan guna meningkatkan nilai

perusahaan dengan mengoptimalkan

komposisi modalnya.

Studi empiris dan teoritis

menyatakan bahwa dalam keputusan

pendanaan terdapat variabel determinan

yang penting terkait struktur modal.

Untuk meningkatkan nilai perusahaan

diperlukan manajemen struktur modal

(capital structure management) dalam

penentuan sumber pendanaan baik dari

hutang maupun ekuitas. Variabel

tersebut terdiri dari profitability,

tangibility, tax, size, non-debt tax

shields, growth opportunities, volatility

dan variabel lain yang memengaruhi

struktur modal.

Dengan berdasar studi empiris

tersebut penelitian ini akan membahas;

Pertama, determinan struktur modal

perusahaan yang terdiri dari tangibility,

profitability, growth opportunities,

liquidity, dan firm size khususnya pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-

2015 guna mengetahui apakah faktor-

faktor tersebut mempengaruhi struktur

modal pada perusahaan industri

manufaktur. Kedua, Apakah perilaku

struktur modal perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode tahun 2006-2015

mengikuti teori struktur modal yang

ada.

TINJAUAN TEORI

Teori Pendekatan Modigliani dan

Miller

Modigliani dan Miller

mengemukakan beberapa asumsi bahwa

nilai perusahaan tidak terpengaruh

struktur modal yang dimilikinya.

Modigliani dan Miller juga menyatakan

bahwa bagaimanapun perusahaan

mendanai operasionalnya, hal itu tidak

mempengaruhi struktur modalnya.

Akan tetapi, studi ini didasarkan pada

beberapa asumsi yang tidak realistis,

termasuk hal – hal berikut:

1. Tidak ada biaya pialang,

2. Tidak ada pajak,

3. Tidak ada biaya kebangkrutan,

4. Investor dapat meminjam pada

tingkat yang sama dengan

perusahaan,

5. Semua investor memiliki

informasi yang sama dengan

menajemen tentang peluang –

peluang investasi perusahaan

dimasa depan,

6. EBIT tidak terpengaruh oleh

penggunaan hutang.

Beberapa asumsi MM dirasa tidak

realistis namum memiliki arti yang

sangat penting. Dengan menunjukan

studi dimana struktur modal tidak

relevan, MM juga memberikan petunjuk

tentang apa saja yang dibutuhkan agar

struktur modal menjadi relevan dan

mempengaruhi nilai perusahaan pada

akhirnya.

Teori Trade-Off

Teori ini berusaha menemukan

rasio hutang yang optimal berdasar pada

pertimbangan antara manfaat dan biaya

dari penggunaan hutang. Bradley et.al,

(1984) mengemukakan teori ini

menyatakan bahwa struktur modal

optimal akan tercapai bila manfaat nilai

tambah dari penggunaan hutang yang

berupa penghematan pajak dapat

menutupi peningkatan biaya financial

distress sehubungan dengan

penggunaan hutang

Teori ini sebagaimana dikutip

Ross et al. (2005) menyatakan bahwa

perusahaan akan meminjam hingga

suatu titik dimana manfaat pajak dari

Page 3: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

3

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

tambahan hutang akan menyamai biaya

yang berasal dari kemungkinan

kesulitan keuangan (financial distress

costs). Teori ini bisa menjadi bukti

empiris bahwa tidak pernah ada

keputusan pendanaan perusahaan yang

menggunakan sepenuhnya dari hutang.

Alasan yang paling mendasar bahwa

semakin tinggi hutang maka akan

semakin tinggi peluang kebangkrutan

dikarenakan naiknya bunga hutang yang

harus dibayar.

Teori Pecking-Order

Pecking-order mengasumsikan

bahwa perusahaan bertujuan untuk

memaksimumkan kesejahteraan

pemegang saham. Teori ini dikenalkan

pertama kali oleh Donaldson pada tahun

1961 sedangkan penamaan pecking

order theory dilakukan oleh Myers

(1984).

Gordon Donaldson (1961)

melakukan pengamatan terhadap

perilaku struktur modal perusahaan

Amerika Serikat. Pengamatannya

menunjukkan bahwa perusahaan yang

mempunyai keuntungan tinggi ternyata

cenderung menggunakan hutang yang

lebih rendah. Weston dan Copeland

(2010) menyatakan Myers dan Majluf

(1984) mengemukakan mengenai teori

pecking-order, mereka menetapkan

suatu urutan keputusan pendanaan

dimana para manajer pertama kali akan

memilih untuk menggunakan laba

ditahan, kemudian hutang, dan modal

sendiri eksternal sebagai pilihan

terakhir.

Pecking order theory

menjelaskan mengapa perusahaan

mempunyai urutan – urutan preferensi

dalam memilih sumber pendanaan.

Teori ini menjelaskan bahwa

perusahaan lebih menyukai internal

financing yaitu pendanaan dari hasil

operasi perusahaan yang berwujud laba

ditahan (retained earnings). Ketika

perusahaan memerlukan pendanaan

eksternal maka perusahaan akan

menerbitkan sekuritas paling aman

terlebih dahulu yaitu dengan penerbitan

obligasi, kemudian diikuti oleh

sekuritas dengan karakteristik opsi, dan

pada akhirnya apabila masih belum

mencukupi akan menerbitkan saham

baru. Jadi urutan penggunaan sumber

pendanaan dengan pengacu pada

pecking order theory adalah internal

fund (dana internal), debt (hutang) dan

equity (ekuitas).

Teori Agency Cost

Hubungan keagenan merupakan

suatu kontrak antara principal (pemilik)

dan agen (manajer). Kontrak yang

dibuat antara pemilik dan manajer

diharapkan dapat meminimumkan

konflik antar kedua kepentingan

tersebut (Indahningrum dan Handayani,

2009).

Dalam teori agensi, pemilik dan

manajer mempunyai kepentingan

berbeda. Konflik keagenan akan terjadi

bila proporsi kepemilikan manajer atas

saham kurang dari 100% sehingga

manajer cenderung bertindak untuk

mengejar kepentingan dirinya dan

sudah tidak berdasarkan maksimalisasi

nilai perusahaan melalui peningkatan

kemakmuran pemilik atau pemegang

saham (Jensen dan Meckling, 1976).

Teori Signaling

Isyarat atau signal menurut

Brigham dan Houston (1999) adalah

suatu tindakan yang diambil manajemen

perusahaan yang memberi petunjuk

bagi investor tentang bagaimana

manajemen memandang prospek

perusahaan. Berdasarkan asumsi yang

dikemukakan oleh MM bahwa para

investor mempunyai informasi yang

sama seperti yang dimiliki oleh para

manager (symmetric information)

adalah tidak demikian adanya karena

Page 4: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

4

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

kenyataannya para manajer mempunyai

informasi yang lebih baik daripada

informasi yang dimiliki oleh para

investor, sehingga terjadi apa yang

disebut asymmetric information.

Informasi seperti ini mempunyai

pengaruh yang sangat penting pada

struktur modal yang optimal.

Penelitian terhadap determinan

struktur modal ini sudah banyak

dilakukan oleh para akademisi

terdahulu, seperti yang dilakukan oleh

Rajan dan Zingales (1995) dengan hasil

penelitiannya yang mengemukakan

bahwa struktur modal perusahaan-

perusahaan yang tergabung dalam

negara G-7 memiliki korelasi positif

dengan tangibility dan size kecuali di

Jerman, namun memiliki korelasi

negatif dengan growth opportunity of

invesment dan profitability kecuali di

Jerman. Secara umum, faktor-faktor

struktur modal yang saling berkorelasi

di negara G-7 memiliki kesamaan

dengan faktor-faktor struktur modal

pada perusahaan-perusahaan di

Amerika Serikat.

Gaud et.al (2003)

menyimpulkan bahwa firm size,

tangibility dan operating risk memiliki

korelasi positif dengan struktur modal

(leverage), sementara growth

opportunities dan profitability memiliki

korelasi negatif dengan struktur modal.

Penelitian ini juga mengindikasikan

bahwa teori pecking order dan teori

static trade-off dapat diterapkan pada

perusahaan – perusahaan di Swiss dan

hasil analisa juga menunjukkan bahwa

perusahaan – perusahaan di Swiss

menerapkan adanya target dari rasio

hutang terhadap ekuitas walaupun

penyesuaian atas perubahan target rasio

hutang terhadap ekuitas cenderung lebih

lambat dibandingkan di Negara lain.

Abimanyu (2005) dalam

penelitiannya pada perusahaan yang

tercatat didalam indeks LQ45 dari

periode tahun 1997 – 1999 dengan

metode regresi linear berganda

menyimpulkan bahwa tangibility

memiliki pengaruh positif terhadap

struktur modal, growth opportunities

memiliki pengaruh negatif terhadap

struktur modal, firm size memiliki

pengaruh positif terhadap struktur

modal dan profitability memiliki

pengaruh negatif terhadap struktur

modal. Hal ini menunjukkan bahwa

stuktur modal dipengaruhi oleh ukuran

besar kecilnya perusahaan yang berarti

semakin besar ukuran suatu perusahan

maka akan cenderung pula tingkat

hutang perusahaan tersebut. Pada

profitability menunjukkan bahwa

struktur modal dipengaruhi oleh

kemampuan perusahaan menghasilkan

laba yang berarti semakin tinggi laba

suatu perusahaan maka akan cenderung

semakin rendah tingkat hutang

perusahaan tersebut.

Nugroho (2006) melakukan

penelitian faktor – faktor yang

mempengaruhi struktur modal yang

terdiri dari variabel operating leverage,

liquiditas, struktur aktiva, growth, price

earning ratio, dan profitabilitas pada

perusahaan property yang go-public di

Bursa Efek Jakarta untuk Periode Tahun

1994 – 2004. Dimana penelitian

tersebut menunjukkan bahwa terdapat

17 perusahaan properti yang go public

dengan menggunakan model regresi

berganda atau multiple regression

menghasilkan bahwa liquiditas, growth,

price earning ratio memiliki pengaruh

positif yang siginifikan terhadap

struktur modal. Sedangkan operating

leverage, struktur aktiva dan

profitabilitas memiliki pengaruh negatif

yang signifikan terhadap struktur

modal.

Coleman (2006) melakukan

penelitian determinan struktur modal

terhadap 3.561 perusahaan skala kecil di

Amerika Serikat berdasarkan Survey of

Page 5: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

5

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Small Business Finances (SSBF) pada

tahun 1998. Pada data tersebut, terdapat

389 perusahaan yang diklasifikasikan

sebagai perusahaan manufaktur dan

3.172 perusahaan yang diklasifikasikan

sebagai perusahaan non manufaktur.

Penentuan yang dilakukan oleh

Coleman didasarkan pada total aset,

total penjualan dan jumlah pekerja.

Selanjutnya penelitian tersebut dengan

menggunakan signaling theory, pecking

order theory dan life cycle theory yang

menunjukkan bahwa determinan yang

terdiri atas firm size, firm age,

organizational status, profitability, dan

asset structure memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap struktur modal.

Deari dan Deari (2009) dengan

hasil penelitian yang mengemukakan

bahwa hasil estimasi di perusahaan

yang sudah terdaftar di bursa

Macedonia hanya menunjukan

signifikansi secara statistik pada

variabel profitability, sedangkan di

perusahaan tidak terdaftar di bursa

Macedonia, variabel profitability,

tangibility dan growth memiliki

hubungan yang signifikan secara

statistik

Akdal (2010) melakukan

penelitian yang menunjukkan pengaruh

determinan yang terdiri atas

profitability, size, growth opportunities,

asset tangibility, non-debt tax shield,

volatility dan liquidity terhadap struktur

modal pada 202 perusahaan UK yang

tercatat dari FTSE 250 dalam periode

tahun 2002–2009 dengan menggunakan

4 model regresi antara lain meliputi

total debt ratio (TDBV), long-term debt

ratio (LDBV), short-term debt ratio

(SDBV) at book value dan total debt

ratio (TDMV), long-term debt ratio

(LDMV) dan short-term debt ratio

(SDMV) at market value. Dari keempat

model tersebut menunjukkan bahwa

secara umum pada model regresi atas

book value, profitability, growth, non-

debt tax shield, volatility dan liquidity

tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap leverage. Namun, size dan

asset tangibility memiliki pengaruh

yang positif terhadap leverage.

Sedangkan pada model regresi atas

market value, secara umum

profitability, asset tangibility dan

liquidity memiliki keterkaitan yang

signifikan terhadap leverage.

Afza dan Hussain (2011) dengan

hasil penelitian yang mengemukakan

bahwa perusahaan-perusahaan dari

sektor industri Automobile,

Engineering, dan Cable and Electrical

Goods dengan posisi likuiditas yang

baik dan depresiasi upah yang besar

dengan menggunakan laba yang ditahan

(retained earnings), diikuti oleh

pendanaan lewat utang untuk

pertumbuhannya sedangkan kelancaran

dalam hal operasional dan pendanaan

ekuitasnya dipertimbangkan paling ahir.

Abrori et.al (2014) menganalisis

struktur modal perusahaan – perusahaan

yang terdaftar dalam Indeks

Kompas100 periode tahun 2008 sampai

tahun 2010 dipengaruhi oleh beberapa

determinannya (tangibility, profitability,

liquidity, growth potential, firm size,

cost of debt, non-debt tax shield,

volatility, taxes) dan menganalisis

struktur modal perusahaan – perusahaan

yang terdaftar dalam Indeks

Kompas100 periode tahun 2008 sampai

tahun 2010 dipengaruhi oleh

determinannya (tangibility, profitability,

liquidity, growth potential, firm size,

cost of debt, non-debt tax shield,

volatility, taxes) secara bersama – sama.

Pada penelitian ini menghasilkan bahwa

variabel tangibility, growth, volatility

dan taxes secara statistik memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal.

Page 6: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

6

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

METODE PENELITIAN

Proxy dari variabel strukur

modal yang digunakan yaitu Debt to

Equity ratio. Variabel terikat, penelitian

ini menganalisis faktor mikro dari

perusahaan yang menjadi determinan

leverage perusahaan, yaitu tangibility,

profitability, growth opportunitues,

liquidity, dan firm size yang

menyimpulkan bahwa faktor-faktor

tersebut berkorelasi terhadap struktur

modal dari penelitian sebelumnya.

Populasi dalam penelitian ini

adalah berupa perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi diambil dari data perusahaan

pada periode 2006 hingga 2015

selanjutnya, dilakukan pemilihan

sampel penelitian dengan menggunakan

metode purposive sampling, penelitian

ini melakukan pemilihan sampel yang

memenuhi kriteria penelitian. Adapun

tujuan dari metode ini untuk

mendapatkan sampel yang

reprensentatif sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan.

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder

berupa data yang sudah dipublikasikan

dan dapat di akses secara umum yang

meliputi: data akuntansi yang berupa

laporan keuangan tahunan perusahaan,

data yang diperoleh dalam bentuk data

yang sudah jadi, berupa publikasi baik

berupa bahan tertulis maupun berupa

softcopy dari PT Bursa Efek Indonesia

dan website perusahaan terkait.

DEFINISI OPERASIONAL

VARIABEL

Berikut akan dijelaskan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini beserta

hubungannya dengan struktur modal:

1. Leverage (LEV)

Leverage pada penelitian ini

merupakan proxy dari struktur modal

dan diukur dengan rasio total hutang

terhadap total ekuitas (total liabilities to

total equity ratio) atau sering disebut

dengan Debt to Equity Ratio (DER)

yaitu rasio yang mengukur sampai

seberapa jauh penggunaan hutang

perusahaan sebagai sumber pembiayaan

perusahaan terhadap ekuitas yang

dimiliki oleh perusahaan.

Rasio ini mengikuti penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Nugroho (2006).

2. Tangibility of assets (TANG)

Tangibility of assets merupakan

ukuran untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam mengelola aktiva

berwujud yang digunakan untuk

kegiatan operasionalnya. Dalam

kaitannya dengan leverage, maka

perusahaan yang memiliki banyak

aktiva berwujud cenderung untuk

menggunakan hutang sebagai sumber

pembiayaan investasinya karena aktiva

berwujud dapat digunakan sebagai

jaminan/collaterals apabila perusahaan

masuk ke dalam kategori default dan

aktiva berwujud cenderung memiliki

nilai likuidasi yang tinggi dibandingkan

aktiva tidak berwujud.

Tangibility of assets dapat

diukur dengan menggunakan rasio total

aktiva tetap terhadap total aktiva (total

aktiva tetap/total aktiva) atau total asset

turnover (penjualan/total aktiva). Rasio

ini mengikuti penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan oleh Abimanyu

(2005).

Hipotesis yang dibangun dalam

penelitian ini adalah tingkat tangibility

yang dimiliki oleh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI

mempunyai pengaruh positif pada

tingkat leverage yang digunakan.

3. Profitability (PROF)

Pengukuran profitability di

dalam penelitian ini menggunakan rasio

Return on Assets (ROA). Rasio ini

mengikuti pada penelitian sebelumnnya

yang telah dilakukan oleh Akdal (2010)

maupun oleh Abimanyu (2005).

Page 7: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

7

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Hipotesis yang dibangun dalam

penelitian ini adalah tingkat profitability

yang dimiliki oleh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI

mempunyai pengaruh negatif pada

tingkat leverage yang digunakan.

4. Growth Opportunities

(GROW)

Brigham dan Gapenski (1996)

mengemukakan bahwa perusahaan yang

memiliki tingkat pertumbuhan yang

tinggi cenderung membutuhkan dana

dari sumber eksternal yang lebih besar.

Untuk memenuhi kebutuhan dana,

perusahaan dihadapkan pada pilihan

sumber dana yang lebih murah.

Penerbitan surat hutang

cenderung menjadi pilihan karena biaya

menerbitkan emisi saham baru lebih

besar dibandingkan surat hutang. Pada

penelitian sebelumnya, penggunaan

pengukuran tingkat pertumbuhan

perusahaan dengan menggunakan

price/earning ratio (price per

share/earning per share) mengikuti

penelitian yang dilakukan oleh

Abimanyu (2005).

Hipotesis yang dibangun dalam

penelitian ini adalah tingkat growth

opportunities yang dimiliki oleh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI mempunyai pengaruh positif pada

tingkat leverage yang digunakan.

5. Liquidity (LIQU)

Perusahaan dengan likuiditas

yang baik cenderung memilih

pembiayaan dari dalam dibandingkan

pembiayaan dari luar. Namun jika

pendaan dari dalam perusahaan tidak

mencukupi, perusahaan tersebut lebih

memilih pembiayaan lewat ekuitas.

Pengukuran tingkat likuidtitas

dengan menggunakan liquidity ratio

dengan perbandingan current asset dan

current liablilities. Perhitungan ini

mengikuti pada penelitian sebelumnya

oleh Afza dan Hussain (2011).

Hipotesis yang dibangun dalam

penelitian ini adalah tingkat likuiditas

yang dimiliki oleh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI

mempunyai pengaruh negatif pada

tingkat leverage yang digunakan.

6. Firm Size (FIRM)

Firm size merupakan ukuran

besar kecilnya suatu perusahaan yang

akan mempengaruhi keputusan

perusahaan untuk dalam penggunaan

hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Semakin besar skala perusahaan maka

perusahaan cenderung akan melakukan

diversifikasi usaha dan hal ini

menyebabkan arus kas perusahaan akan

berfluktuasi.

Jika dikaitkan dengan leverage,

perusahaan dengan skala besar memiliki

akses yang mudah untuk masuk ke

pasar dan memudahkan dalam mencari

sumber pendanaan berupa hutang hal

sebaliknya jika perusahaan dengan skala

kecil.

Ukuran besar kecilnya

perusahaan pada penelitian diukur

dengan proxy dari logaritma natural

total aktiva. Rasio ini mengikuti pada

penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Nugroho (2006).

Hipotesis yang dibangun dalam

penelitian ini adalah tingkat firm size

yang dimiliki oleh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI

mempunyai pengaruh positif pada

tingkat leverage yang digunakan

TEKNIK ANALISIS DATA

Metode penelitian ini menggunakan

regresi data panel yang menggunakan

kombinasi dari data time series dan

cross section.

Adapun persamaan model

penelitian dengan menggunakan model

data panel pada penelitian ini adalah

LEV it = β0 + β1TANGit + β2PROF it +

β3GROW it - β4LIQU it + β5FIRM it + ε it

Page 8: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

8

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Keterangan =

LEV = Leverage

TANG = Tangibility

PROF = Profitability

GROW = Growth Opportunities

LIQU = Liqudity

FIRM = Firm Size

β0 = Nilai Konstanta sebagai

intecept persamaan model data

panel

β1 - β5 = Koefisien variabel bebas

dari faktor – faktor yang

mempengaruhi

ε it = Error term

ANALISIS DATA DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengambilan

sampel pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama tahun 2006-2015 terdapat 129

data perusahaan. Data diolah secara

panel dengan unbalanced observations

sejumlah 705 dengan 93 data cross

sections.

PEMILIHAN MODEL REGRESI

DATA PANEL

Dalam tahanpan data panel

dilakukan terlebih dahulu pemilihan

model regresi data panel yaitu

pemilihan model Pooled Least Square

(PLS) dengan model Fixed Effect

(FEM) kemudian antara model FEM

dengan model Random Fixed Effect

(REM).

Dari hasil uji chow dan hausman

test dilampirkan hasil sebagai berikut:

a) Model Common (Pool)

Effect atau Fixed Effect

Pengujian dilakukan dengan

Chow-Test dengan

Hipotesis :

Ho : model menggunakan

Common effect Model

H1 : model menggunakan

fixed effect model

Tabel 1. Hasil Uji Chow

F hitung Prob Kesimpulan

3.912 0.000 Ho ditolak;

Fixed Effect

Sumber: Diolah dengan E-views

Hasil dari perhitungan Prob < α

(0.05) sehingga hipotesis di atas dapat

disimpulkan bahwa H1 diterima,

sehingga model yang dipakai dalam

penelitian ini adalah Fixed Effect

Model. Selanjutnya dilakukan

pemilihan model terbaik model panel

masih perlu dilanjutkan dengan uji

Hausman untuk mengetahui apakah

model dari data panel mengikuti fixed

effect model atau random effect model.

b) Model Fixed Effect atau

Random Effect

Pengujian dilakukan dengan

uji Hausman dengan

Hipotesis :

Ho : model menggunakan

Random Effect Model

H1 : model menggunakan

fixed effect model

Tabel 2. Hasil Uji Hausman

Statistik Uji

2

Prob Kesimpulan

2.135 0.830 Ho diterima

Random Effect

Sumber: Diolah dengan E-views

Berdasarkan Tabel di atas

diketahui bahwa p value > α (0.05)

sehingga Ho diterima, dapat

disimpulkan bahwa data lebih tepat

menggunakan Random Effect Model

(REM).

ANALISIS REGRESI DATA PANEL

Analisis ini dilakukan

pengujiam hipotesis satu arah (one-

tailed hypothesis) untuk menguji

hipotesis yang sudah jelas positif atau

negatif. Hasil analisis regresi data panel

model REM tersaji pada tabel dibawah

ini;

Page 9: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

9

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Tabel 3. Hasil Estimasi Random Effect

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

C 112.2670 4.754224 0.0000

TANG 9.59E-08 0.085170 0.9322

ROA 1.057882 1.075368 0.2826

GROW 0.196983 2.257830 0.0243

LIQU -0.059926 -0.061518 0.9510

FIRM -11.88601 -0.795968 0.4264

F-Stat 3.795211 Mean

dependent

var.

110.3757

R2 0.377522

Durbin-

Watson

stat

1.455265

Adj. R2 0.278049

Sumber: Diolah dengan E-views

Dari hasil model Random Effect

tersebut diperoleh analisis sebagai

berikut:

1. Koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil uji diperoleh angka

adjusted R-Squared sebesar 0.278049

yang artinya variasi dari variabel

independen (TANG, ROA, GROW,

LIQU, FIRM) mampu menjelaskan

variasi dari variabel dependen sebesar

27.8% sedangkan sisanya 72.2%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan ke dalam model.

2. Tangibility (TANG)

Dari hasil olah data panel

variabel tangibility memiliki korelasi

positif namun tidak menunjukan hasil

yang signifikan terhadap struktur modal

(leverage), hal ini sesuai dengan

hipotesis yang dibuat sebelumnya. Hasil

tersebut mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Rajan dan Zingales,

1995; Gaud et.al, 2003; Abrori et.al,

2014 menemukan relasi positif antara

tangibel aset dengan leverage.

Hasil tersebut juga mendukung

teori trade-off. Hubungan positif ini

menjelaskan bahwa sebagian besar

perusahaan manufaktur dengan aktiva

berwujud yang besar, menggunakannya

sebagai jaminan utang untuk

menghindari resiko gagal bayar akibat

dari meningkatnya utang perusahaan.

Hal ini mengindikasikan bahw

perusahaan manufaktur yang memiliki

nilai tangibility asset yang besar

cenderung meningkatkan hutangnya.

3. Profitability (ROA)

Berdasarkan hasil regresi data

panel dihasilkan variabel ROA

memiliki korelasi positif namun tidak

signifikan terhadap leverage. Temuan

ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma

(2005), Wijaya dan Hardianto (2008)

dalam Hardianti dan Gunawan (2010)

yang menunjukkan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif terhadap struktur

modal.

Hasil ini juga mendukung teori

pecking order yaitu hasil temuan

penelitian (Prasad et al., 1997; Choi,

1992; Viviani, 2008) menyatakan

bahwa profitabilitas memiliki positif

terhadap struktur modal. Temuan ini

menjelaskan bahwa semakin tinggi

profitabilitas perusahaan, maka akan

ada kecenderungan tidak menggunakan

hutang untuk membiayai investasinya.

Sehingga perusahaan akan

menggunakan sumber dana internal

terlebih dahulu sebelum menggunakan

sumber pendanaan eksternal.

Hasil studi empiris penelitian ini

menunjukan tidak signifikan dengan

arah positif yang mengindikasikan

bahwa perusahaan sektor manufaktur

dalam menggunakan struktur modal

tidak ditentukan oleh besar atau

kecilnya profit yang dimiliki dan secara

implisit perusahaan sektor manufaktur

memperoleh profit dengan

menggunakan dana internal.

4. Growth Opportunities

(GROW)

Berdasarkan hasil regresi data

panel growth opportunities memiliki

pengaruh positif dan menunjukan hasil

yang signifikan terhadap leverage, dan

mendukung hipotesis sebelumnya. Hasil

ini mendukung temuan oleh Nugroho

(2006), Mutalib (2011), Ahmeed dan

Page 10: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

10

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Hanif (2011), Balboa, et.al (2012),

Wetty (2013), dan Abrori, et.al

(2014).yang menyatakan bahwa potensi

pertumbuhan memiliki pengaruh positif

terhadap leverage.

Hasil studi ini menunjukan

bahwa semakin besar potensi

pertumbuhan yang dimiliki perusahaan

manufaktur maka semakin tinggi dana

yang dibutuhkan untuk ekspansi

sehingga semakin besar keinginan

perusahaan untuk menahan laba. Hal ini

juga menunjukan bahwa perusahaan

manufaktur cenderung menggunakan

hutang sebagai sumber pendanaan

dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini

mendukung trade-off theory yang

memiliki kaitan dengan argumentasi

market timing dalam pendanaan jangka

panjang perusahaan.

5. Liquidity (LIQU)

Dari hasil regresi data panel

diperoleh bahwa likuiditas memiliki

pengaruh negatif tidak signifikan

terhadap struktur modal. Hasil ini

mendukung hipotesis yangdibuat

sebelumnya. Temuan ini didukung dari

penelitian sebelumnya oleh Afza dan

Hussain (2011) dan Abrori et.al (2014).

Hasil studi penelitian ini

menunjukan bahwa perusahaan

manufaktur tidak memilih pendanaan

dari utang namun pendanaan dari dalam

perusahaan, namun jika pendanaan

internal tidak mencukupi perusahaan

akan memilih pendanaan dari ekuitas.

Hal ini menunjukan semakin likuid

perusahaan manufaktur semakin

berkurang pendanaan melalui utang

karena lebih memilih pendanaan dari

internal seperti laba ditahan.

6. Firm Size (FIRM)

Dari hasil regresi data panel, ukuran

perusahaan berkorelasi negatif tidak

signifikan terhadap struktur modal.

Temuan ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Rajan dan Zingales

(1995), Deari dan Deari (2009) pada

sampel perusahaan yang belum terdaftar

di Bursa Macedonia. Afza dan Hussain

(2011) pada sampel perusahaan di

sektor cable and electrical goods di

Pakistan dan Abrori et.al (2014).

Hal ini mengindikasikan perusahaan

manufaktur berskala kecil lebih

memilih pendaan lewat utang karena

lebih murah dibandingkan ekuitas.

Sebaliknya perusahaan manufaktur

dengan skala besar menurunkan

penggunaan utang pada struktur modal

karena lebih mampu mengeluarkan

informasi sensitif kepada investor serta

didukung dengan fundamental yang

kuat dan nilai saham yang tinggi.

SIMPULAN

Berdasarkan teori, pengolahan

dan analisis data yang telah

dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, maka kesimpulan yang

diperoleh dari penelitian ini adalah

variabel Growth Opportunities memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap

struktur modal. Hal ini menunjukan

semakin besar potensi pertumbuhan

perusahaan manufaktur maka semakin

besar dana yang dibutuhkan untuk

ekspansi dan meningkatkan penggunaan

utang sebagai struktur modal. Faktor

determinan struktur modal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2006-

2015 lebih cenderung kepada trade off

theory yaitu hutang sebagai sumber

pembiayaannya dilihat dari

perkembangan ekonomi Indonesia yang

mengalami peningkatan serta sektor

manufaktur memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan PDB Indonesia

sehingga menggunakan pembiayaan

utang untuk ekspansi maupun kegiatan

operasionalnya.

Penelitian ini menggunakan

variabel dependen yaitu debt to equity

ratio, diharapkan untuk penelitian

selanjutnya dapat menggunakan

Page 11: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

11

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

variabel terikat lainnya baik secara

operating leverage maupun finacial

leverage, salah satunya yaitu seperti

debt to total asset, short-term debt to

total asset dan long-term debt to total

asset.

Penambahan variabel bebas

sebagai faktor – faktor yang dapat

mempengaruhi variabel terikat dan

penambahan variabel dummy untuk

fenomena tambahan seperti dummy

variabel waktu untuk melihat pengaruh

beberapa tahun sebelum dan sesudah

krisis ekonomi global terhadap struktur

modal pada periode yang telah

ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Yohanes Arts. 2005.

“Analisa Determinan Dari

Struktur Modal Perusahaan –

Perusahaan LQ45 Pada Industri

Non Keuangan di Bursa Efek

Jakarta Pada Masa Awal Krisis

Moneter (Tahun 1997 – 1999)”.

Tesis: Universitas Indonesia,

Depok.

Abrori, Pardomuan Sihombing dan

Pindarwin OB. Simaremare. 2014.

“Analisis Determinan Struktur

Modal Perusahaan Yang Terdaftar

Dalam Indeks Kompas 100

(Tahun 2008-2010)”. Jurnal

AMP. Vol. 12, No.3.

Afza,T., Hussain, A. (2011).

International Journal of

Humanities and Social Science.

Determinants of Capital Structure

across Selected Manufacturing

Sectors of Pakistan. Vol. 1 No.

12.

BPS. (2016). Perkembangan Beberapa

Indikator Utama Sosial-Ekonomi

Indonesia. Katalog BPS:

3101015. www.bps,go.id

BPS. (2016). Perkembangan

Indeks Produksi Industri

Manufaktur Besar Dan Sedang

2014-2016. Katalog: 6102002.

www.bps,go.id

Brigham, E. F. & Ehrhardt M. C 2011.

Financial Management Theory

and Practice, Thirteen Edition,

Cengage Learning, South-

Westerm United State.

Coleman, Susan. 2006. “Capital

Structure in Small Manufacturing

Firms: Evidence from the Data”.

The Journal of Entrepreneurial

Finance & Business Ventures.

Vol.3, No.11, Hlm. 105-122.

Darmawan, Arif. (2016).

Perkembangan Industri

Manufaktur Di Indonesia Tahun

2015-2016. www.academia.edu

Deari, F., Deari, M. (2009). The

Determinants of Capital Structure,

Evidence from Macedonian Listed

and Unlisted Companies, 54, 91 –

102.

Donaldson, Gordon. 1961. “Corporate

det capacity”. Boston: Division of

Research, Harvard Business

School.

Gaud, Philippe, Elion Jani, Martin

Hoesli dan André Bender. 2003.

“The Capital Sturcture of Swiss

companies: An empirical analysisi

using dynamic panel data”. FAME

Working Paper No.68.

Hardianti, Siti dan Barbara Gunawan.

2010. Pengaruh Size, Likuiditas,

Profitabilitas, Risiko, dan

Pertumbuhan Penjualan Terhadap

Struktur Modal (Studi Empiris

pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia). Jurnal

Akuntansi dan Investasi, Vol. 11,

No. 2, hal 138-154

Indanning, Rizka Putri dan Ratih

Handayani. 2009. Pengaruh

Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional,

Dividen, Pertumbuhan

Perusahaan, Free Cash Flow dan

Page 12: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

12

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Profitabilitas terhadap Kebijakan

Utang Perusahaan. Jurnal Bisnis

dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, hal

189-207.

Jensen, Michael, C dan Wilian H.

Meckling. 1976. Theory of The

Firm: Managerial Behaviour,

Agency Cost, and Ownership

Structure. Journal of Financial

Economic. Vol.3, Hlm. 305-360.

Modigliani, Franco dan Merton H.

Miller. 1958. “The Cost of

Capital, Corporation Finance, and

The Theory of Investment”,

American Economic Review.

No.48, Hlm. 261-297.

Murhadi, R Werner. (2011).

Determinan Struktur Modal: Studi

Di Asia Tenggara. Jurnal

Manajemen Dan Kewirausahaan,

Vol.13, No. 2. Fakultas Bisnis

dan Ekonomika, Universitas

Surabaya

Myers, Stewart C. & Nicholas S.

Majluf. 1984. “Corporate

Financing and Investment

Decisions When Firms Have

Information The Investors Do Not

Have”. National Bureau of

Economic Research.

Myers, Stewart C. 2001. “Capital

Structure”. The Journal of

Economic Perspectives. American

Economic Association Vol. 15,

No. 2, Hlm. 81-102.

Nugroho, Asih Suko. 2006. “Analisis

Faktor - Faktor yang

Mempengaruhi Struktur Modal

Perusahaan Properti yang Go-

Public di Bursa Efek Jakarta

untuk Periode Tahun 1994 –

2004”. Tesis: Universitas

Diponegoro, Semarang.

Nuswandari, Cahyani. (2013).

Determinan Struktur Modal

Dalam Perspektif Pecking Order

Theory Dan Agency Theory.

Dinamika Akuntansi, Keuangan

dan Perbankan, Mei 2013, Vol. 2,

No. 1. Fakultas Ekonomi

Universitas Stikubank Semarang

Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma.

2005 Faktor faktor yang

memengaruhi Struktur Modal

Perusahaan Manufaktur Go

Publik di Bursa Efek Jakarta.

Sinergi, Edisi khusus on Finance,

hal 1-15.

Prasad, D; Bruton, G. D & Merikas,

A.G. 1997. Long-Run Strategic

Capital Structure, Journal of

Financial and Strategic Decisions,

10(1): 47-57.

Rajan, R. G., Zingales L. 1995. “What

do We Know about Capital

Structure? Some Evidence from

International Data”. Journal of

Finance. Vol. 50, No. 5, Hlm.

1421-1460.

Ross, A. S; Westerfield, R. W. & Jaffe,

J. 2005. Corporate Finance.

Seventh Edition, Mc Graw-Hill,

Boston.

Titman, S., Keown, Arthur J., Martin,

John D. (2011). Financial

Management: Principal and

Application, 11th edition. New

Jersey : Pearson – Prentice Hall.

Viviani, J. L. 2008. Capital Structure

Determinants: An Empirical

Study of French Companies in the

Wine Industry, Business

Research. 20(2): 171-194.

Weston, Fred, J dan Thomas, E

Copeland. 2010. Manajemen

Keuangan Jilid 2. Jakarta:

Binarupa Akasara Publisher.

Wetty, Freddy Nemesius. 2013.

“Determinan Kecepatan

Peruabahan Struktur Modal Pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Indonesia”. Tesis:

Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.

Page 13: DETERMINAN STRUKTUR MODAL (STUDI PADA …

13

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Yuliani, Rasyid, Yuliansyah.

Determinan Struktur Modal dan

Pengaruhnya Terhadap Nilai

Perusahaan pada Pasar yang

Sedang Berkembang (Studi pada

Sektor Real Estate and Property).

Fakultas Ekonomi Universitas

Sriwijaya.