DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP...

12
DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP Tilletia spp. PADA BIJI GANDUM (Triticum aestivum L.) IMPOR Zuroaidah 1 , Rani Dessy Karyani 2 , Rahmat Kurnia 3 , Budi Setyawan 3 1 POPT Ahli Muda pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon 2 POPT Ahli Pertama pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon 3 POPT Terampil pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gandum merupakan bahan utama dalam pembuatan mie dan roti yang sampai saat ini masih di impor oleh Indonesia. Padahal banyak wilayah di Indonesia yang memenuhi syarat untuk budidaya tanaman gandum. Tanaman gandum dapat tumbuh di Indonesia dengan kondisi suhu udara 15 o C sampai dengan 25 o C dengan keasaman tanah yang netral pH 6,5-7,1. Segala jenis lahan bisa kecuali tanah yang tergenang air. Gandum memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan komoditas serealia lain seperti sorgum, jagung dan beras sedangkan kandungan proteinnya lebih tinggi dari sorgum, jagung dan beras. Bahan pangan dari gandum yang dikenal dengan tepung terigu sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk Indonesia dari kota sampai ke pelosok desa. Gandum dapat menjadi bahan pangan alternatif namun ketersediaannya tidak mencukupi kebutuhan justru dapat menjadi permasalahan. Hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri, Indonesia merupakan negara pengimpor gandum terbesar ke empat di dunia dengan volume impor mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2008 (Puspita, 2011). Berdasarkan Permentan nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan, menyatakan bahwa gandum termasuk tanaman yang harus diperketat pemasukkan impornya ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) yang menyerang biji gandum tersebut belum terdapat di negara Indonesia yaitu dari golongan cendawan Tilletia spp. Cendawan Tilletia dapat menyerang pertanaman gandum yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 85% tergantung spesies dari cendawan itu sendiri (Kochanova et al., 2004 dan Vanova et al., 2006). Species dari Tilletia spp. itu sendiri diantaranya terdiri dari T.foetida, T.caries, T. controversa dan T.laevis (Malvick, 1987). Menurut Killermann et al., (2008), pengujian terhadap biji gandum yang mengandung Tilletia spp. dapat melalui beberapa metode yaitu ISTA terdiri dari metode fitrasi dan metode haemocytometer, EPPO hanya untuk protocol pengujian terhadap T. indica dan metode bioteknologi terdiri dari PCR dan ELISA. Sedangkan menurut McEwan and Mulholland (2006), metode yang lebih efektif untuk pengujian Tilletia spp. yaitu dengan PCR yang terdiri dari DNA Extraction, Compotitive PCR Quantification, dan Real time PCR. Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian. Dimana tupoksi dari BKP Kelas II Cilegon salah satunya adalah mencegah masuk dan keluarnya OPTK. Komoditas gandum yang di impor melalui pelabuhan Ciwandan dan Indah Kiat wilayah kerja BKP Kelas II Cilegon dalam setahun frekuensinya sekitar empat sampai lima kali. Petugas Karantina dalam rangka mencegah masuk dan keluarnya OPTK pada biji gandum tersebut maka dilakukan kegiatan 8P diantaranya pemeriksaan, pengamatan dan perlakuan. B. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi ada tidaknya Tilletia spp. pada biji gandum impor dan untuk mengetahui perlakuan apa yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah tersebarnya cendawan Tilletia spp. tersebut.

Transcript of DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP...

Page 1: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP Tilletia spp. PADA BIJI GANDUM (Triticum aestivum L.) IMPOR

Zuroaidah1, Rani Dessy Karyani2, Rahmat Kurnia3, Budi Setyawan3

1POPT Ahli Muda pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon

2POPT Ahli Pertama pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon

3POPT Terampil pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gandum merupakan bahan utama dalam pembuatan mie dan roti yang sampai saat

ini masih di impor oleh Indonesia. Padahal banyak wilayah di Indonesia yang memenuhi syarat untuk budidaya tanaman gandum. Tanaman gandum dapat tumbuh di Indonesia dengan kondisi suhu udara 15oC sampai dengan 25oC dengan keasaman tanah yang netral pH 6,5-7,1. Segala jenis lahan bisa kecuali tanah yang tergenang air. Gandum memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan komoditas serealia lain seperti sorgum, jagung dan beras sedangkan kandungan proteinnya lebih tinggi dari sorgum, jagung dan beras. Bahan pangan dari gandum yang dikenal dengan tepung terigu sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk Indonesia dari kota sampai ke pelosok desa.

Gandum dapat menjadi bahan pangan alternatif namun ketersediaannya tidak mencukupi kebutuhan justru dapat menjadi permasalahan. Hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri, Indonesia merupakan negara pengimpor gandum terbesar ke empat di dunia dengan volume impor mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2008 (Puspita, 2011).

Berdasarkan Permentan nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan, menyatakan bahwa gandum termasuk tanaman yang harus diperketat pemasukkan impornya ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) yang menyerang biji gandum tersebut belum terdapat di negara Indonesia yaitu dari golongan cendawan Tilletia spp.

Cendawan Tilletia dapat menyerang pertanaman gandum yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 85% tergantung spesies dari cendawan itu sendiri (Kochanova et al., 2004 dan Vanova et al., 2006). Species dari Tilletia spp. itu sendiri diantaranya terdiri dari T.foetida, T.caries, T. controversa dan T.laevis (Malvick, 1987).

Menurut Killermann et al., (2008), pengujian terhadap biji gandum yang mengandung Tilletia spp. dapat melalui beberapa metode yaitu ISTA terdiri dari metode fitrasi dan metode haemocytometer, EPPO hanya untuk protocol pengujian terhadap T. indica dan metode bioteknologi terdiri dari PCR dan ELISA. Sedangkan menurut McEwan and Mulholland (2006), metode yang lebih efektif untuk pengujian Tilletia spp. yaitu dengan PCR yang terdiri dari DNA Extraction, Compotitive PCR Quantification, dan Real time PCR.

Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian. Dimana tupoksi dari BKP Kelas II Cilegon salah satunya adalah mencegah masuk dan keluarnya OPTK. Komoditas gandum yang di impor melalui pelabuhan Ciwandan dan Indah Kiat wilayah kerja BKP Kelas II Cilegon dalam setahun frekuensinya sekitar empat sampai lima kali. Petugas Karantina dalam rangka mencegah masuk dan keluarnya OPTK pada biji gandum tersebut maka dilakukan kegiatan 8P diantaranya pemeriksaan, pengamatan dan perlakuan.

B. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi ada tidaknya Tilletia spp. pada biji gandum impor dan untuk mengetahui perlakuan apa yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah tersebarnya cendawan Tilletia spp. tersebut.

Page 2: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Alat dan Bahan

Deteksi dan Identifikasi

Alat : Erlenmeyer, corong, gelas beaker, neraca analytic, centrifuge, tube, shaker, mikroskop, pipette pasteur.

Bahan: kertas Whatman 21 m, shear solution, distillet water, kassa berdiameter 50

m, tween 0.01%, biji gandum 50 gr, chlorox 10%.

Perlakuan

Pelaksanaan perlakuan menggunakan alat dan bahan yang tersedia di perusahaan pengimpor gandum.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Deteksi dan identifikasi dilaksanakan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon, sedangkan kegiatan perlakuan terhadap biji gandum dilaksanakan di perusahaan pengimpor gandum.

Kegiatan mulai dilakukan Januari hingga Nopember 2012.

C. Metode Deteksi, Identifikasi dan Pelakuan

Metode Deteksi dan Identifikasi Sampel biji gandum impor diambil lalu di seleksi berdasarkan gejala serangan Tilletia spp. dan atau memilih biji gandum yang berwarna coklat kehitaman. Lalu di kumpulkan dan dilakukan proses pengujian untuk dilakukan identifikasi. Identifikasi menggunakan metode washing test, dimana cara kerjanya antara lain : 1. Rendam gelas Erlenmeyer, corong & gelas lainnya dalam larutan chlorox (15 menit),

lalu cuci dengan air steril

2. Timbang 50 gr biji gandum dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml 3. Tambahkan larutan 0.01% tween 20, tambahkan Distilled Water 100 ml 4. Shaker Erlenmeyer tersebut sekitar 3 menit

5. Saring dengan saringan berdiameter 50 m atau kassa sebanyak 2 lembar, bilas menggunakan Distilled Water (20-50 ml) & 0.01% Tween 20 biji yang ada didalam erlenmeyer sebanyak 2 x sampai bersih

6. Hasil saringan tersebut di saring kembali dengan menggunakan kertas Whatmann yang

berdiameter 21 m

7. Semprot dengan Distilled Water kertas Whatmann, sehingga butir-butir halus yang melekat di kertas tersebut bisa luluh (air hingga 400 ml)

8. Air bilasan tersebut dipindahkan dalam tube untuk di centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 3 menit

9. Buang supernatannya dengan menggunakan pipette Pasteur 10. Pellet ditambahkan Distilled Water atau Shear Solution secukupnya 11. Observasion

Page 3: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

Metode Perlakuan Tilletia spp.

Setelah dilakukan deteksi dan identifikasi, apabila dinyatakan positif maka diberi perlakuan pemanasan suhu, pelaksanaan perlakuan tersebut dilaksanakan oleh perusahaan pengimpor gandum dibawah pengawasan petugas karantina. Flowchart kegiatan perlakuan yang dilakukan antara lain : 1. Wheat Intake Process

2. Wheat Transfer, Cleaning & Tempering Process

3. Milling Process

Page 4: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

4. Finished Product Handling Process

Page 5: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gandum merupakan salah satu komoditas yang di impor melalui pelabuhan Ciwandan yang merupakan wilayah kerja Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon. Perusahaan pengimpor gandum di BKP Kelas II Cilegon ada tiga perusahaan dan gandum yang di impor tersebut berasal dari negara Australia, Amerika Serikat, Canada, Rusia dan India. Biji gandum yang di impor tersebut dipergunakan untuk diproses menjadi tepung dan kulit gandum diproses kembali menjadi pakan ternak (polard, pellet). Berikut adalah data frekuensi dan volume impor gandum melalui Wilker Ciwandan BKP Kelas II Cilegon : Tabel 1. Frekuensi dan Volume Kegiatan Impor Gandum di BKP Kelas II Cilegon

Bulan Negara Asal Volume Frekuensi

Januari Amerika Serikat 9,531,126 1

Pebruari Australia 63,207,850 5

Maret Australia 38,450,000 3

April Amerika Serikat 21,740,937 2

Mei Australia 74,899,270 8

Juni Australia 26,550,000 3

Amerika Serikat 12,702,286 2

Juli Australia 61,524,030 4

Agustus Australia 124,520,250 6

September - - -

Oktober Australia 29,421,010 2

Nopember Australia 74,098,010 2

India 11,000,000 1

Grafik 1. Kegiatan Impor Gandum dari Amerika Serikat

0 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 70.000.000 80.000.000

Jan

uar

i

Peb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

pem

ber

9.531.126 0 0

21.740.937

0

12.702.286

0 0 0 0

77.395.149

Komoditas Gandum asal Amerika Serikat (Volume)

Volume

1 0 0

2

0

2

0 0

0 0

4

Komoditas Gandum asal Amerika Serikat (Frekuensi)

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember

Page 6: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

Grafik 2. Kegiatan Impor Gandum dari Rusia

Grafik 3. Kegiatan Impor Gandum dari Australia

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

Jan

uar

i

Peb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

pem

ber

861.450

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Komoditas Gandum asal Rusia (Volume)

Volume

Komoditas Gandum asal Rusia (Frekuensi)

Januari

Pebruari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

0

50000000

100000000

150000000

Jan

uar

i

Peb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

pem

ber

63.207.850 38.450.000

0

74.899.270

26.550.000 61.524.030

124.520.250

0 29.421.010

74.098.010

Komoditas Gandum asal Australia (Volume)

Volume

5

3 0

8

3

4

6

0 2 2

Komoditas Gandum asal Australia (Frekuensi)

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

Page 7: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

Grafik 4. Kegiatan Impor Gandum dari India

Dari data grafik frekuensi dan volume kegiatan impor gandum di BKP Kelas II Cilegon, frekuensi impor yang tertinggi berasal dari negara Australia.

Berdasarkan hasil deteksi dan identifikasi yang dilakukan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon, dari bulan Januari sampai bulan Nopember hanya dua kali ditemukannya Tilletia spp. Pada bulan Januari 2012, gandum yang terdeteksi mengandung Tilletia spp. yaitu berasal dari negara Rusia via Turki. Komoditas masuk melalui pelabuhan merak mas/indah kiat yang masuk menggunakan kontainer sebanyak 35 kontainer. Sampel diambil oleh petugas PPC karantina pada setiap container di ambil lima titik sampel. Tilletia spp. juga terdeteksi kembali pada bulan September yang masuk melalui pelabuhan laut Ciwandan, komoditas tersebut berasal dari India sebanyak 11.000 ton. Gandum diangkut melalui kapal dalam bentuk curah sebanyak tujuh palka, petugas PPC mengambil sampel dalam satu palka diambil sebanyak lima titik sampel. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium (di Laboratorium BKP Kelas II Cilegon dan Laboratorium BBUSKP) gandum dinyatakan positif mengandung OPTK A1 yaitu Tilletia laevis dan T.caries pada sampel gandum asal Rusia via Turki dan T.indica pada sampel gandum asal India.

Tilletia spp. itu sendiri didalam Permentan No.93 tahun 2011 merupakan OPTK A1

golongan I, hal ini berarti cendawan tersebut merupakan cendawan yang belum ada di Indonesia dan untuk mengendalikannya tidak dapat diberi perlakuan. Namun dalam hal ini petugas karantina tumbuhan di BKP Kelas II Cilegon melakukan suatu penelitian atau pengujian dalam rangka sejauh mana cendawan tersebut dapat bertahan mulai dari

0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000

10.000.000 12.000.000

Jan

uar

i

Peb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

pem

ber

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11.000.000

Komoditas Gandum asal India (Volume)

Volume

Komoditas Gandum asal India (Frekuensi) Januari

Pebruari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Page 8: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

komoditas masih berbentuk gandum hingga komoditas tersebut diproses menjadi polard/brand polard dan pellet.

Tahap awal dilakukannya deteksi dan identifikasi, dari jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak ± 1 kg sampel uji dinyatakan ± 90% positif mengandung Tilletia caries dan T. laevis. Deteksi dan identifikasi yang dilakukan menggunakan metode washing test lalu dilakukan koleksi kompleks dengan menggunakan preparat. Foto cendawan yang teridentifikasi dari gandum yang berasal dari Rusia via Turki yaitu :

Tilletia laevis Tilletia caries Foto cendawan yang identifikasi dari gandum yang berasal dari India yaitu sebagai

berikut : Tilletia indica Tahap kedua dilakukan perlakuan di perusahaan pengimpor gandum dibawah

pengawasan petugas karantina. Dalam proses perlakuan ini memerlukan waktu ± sekitar satu minggu yang dimulai dengan proses penerimaan dan penyimpanan gandum, penyaringan, produksi dan menghasilkan polard. Proses penerimaan dan penyimpanan: gandum yang diangkut dari pelabuhan diangkut ke perusahaan lalu dilakukan penimbangan (Weighbridge Weighment), setelah proses penimbangan truk menuju intake area untuk proses penuangan ke dumpit (Wheat Receiving), sebelum menuju silo, gandum dipisahkan dari benda yang lebih besar dari gandum oleh mesin drum sifting, didalam perjalanan menuju silo, kandungan besi yang terbawa pada gandum disaring dengan metal trapping, dan disimpan di silo. Proses penyaringan: gandum disaring melalui mesin screen separation yang berfungsi memisahkan gandum dengan benda lainnya yang lebih besar dari gandum seperti batang gandum atau benda organic lainnya, benda-benda yang lebih ringan dari gandum akan di hisap oleh mesin aspiration ( kulit gandum dll ), setelah melalui aspiration gandum di simpan ke dalam raw wheat bin, gandum yang akan digiling di timbang terlebih dahulu (raw wheat weighing), kemudian benda-benda logam di tangkap oleh Ferrous Metal Trapping II, gandum kemudian disaring kembali dipisahkan dari batu dan yang lainnya (combi cleaning), gandum dipisahkan berdasarkan warnannya oleh Indent Separation, telur-telur kutu yang menempel pada kulit gandum akan di hancurkan oleh mesin Entoleter (insect destroying), gandum akan disikat sehingga gandum akan terpisah dari kulit terluar (1st scouring), hasil penggosokan akan di pisahkan oleh mesin aspiration, gandum akan di semprot oleh air guna memudahkan dalam pengilingan (1st tempering), setelah di semprot oleh air, gandum didiamkan semalaman 24 jam di dalam tempering bin (1st tempering bin), gandum yang belum mendapatkan kelembapan yang cukup akan di semprot air kembali (2nd tempering), kemudian akan disimpan kembali ke dalam tempering bin (2nd tempering bin), gandum yang telah disemprotkan air kemudian di gosok kembali (2nd scouring), ampas dari penggosokan akan di pisahkan melalui mesin

Page 9: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

aspiration, kemudian gandum di tempatkan ke dalam depot bin untuk siap masuk mesin penggiling (B1 depot bin). Proses produksi: gandum yang telah bersih akan di timbang dahulu sebelum mesuk ke mesin penggiling, gandum dipisahkan dengan logam melalui Ferrous Metal Trapping III, gandum digiling atau dipecahkan dengan mesin break grinding dengan suhu 40oC – 50oC, gandum yang telah pecah, kemudian di saring berdasarkan ukuran dan disalurkan kedalam pipa-pipa untuk proses lebih lanjut (break sifting), hasil pemisahan akan di pisahkan kembali antara hasil penggilingan kulit dan tepung (kulit gandum (bran) akan dimasukan ke dalam silo khusus), tepung yang masih kasar disaring kembali oleh purifying untuk dipisahkan antara tepung dan kulit gandum (purifying), tepung yang masih kasar di giling kembali dengan suhu 400C – 500C (reduction grinding), tepung yang telah di giling kembali, disaring untuk dipisahkan dengan kulit gandum (kulit gandum tersebut disebut pollard dan akan masuk ke silo khusus), dari hasil saringan sifting dihasilkan tepung dan pollard, pemisahan tepung sesuai dengan peruntukan produknya (flour conveying), tepung di ayak kembali untuk keamanan (sedurity sifting), tepung ditimbang (flour weighing), tepung melalui metal trapping IV, tepung diproses untuk menghancurkan telur kutu yang terbawa tepung (insect destroying), tepung disimpan di silo khusus (bulk flour storage). Pollard : pollard dipanaskan dengan suhu 700C – 800C, pollard ditampung kedalam silo khusus, pollard di press hingga berbentuk pellet, pellet didinginkan, dimasukkan ke dalam silo melalui conveyor, di packing. drum sifting ferrous metal trapping 1 silo Screen Separation aspiration raw wheat bin raw wheat weighing

ferrous metal trapping II combi cleaning indent separation

insect destroying 1st Scouring aspiration 2 1st tempering

Page 10: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

1st tempering bin 2nd tempering B1 depot bin ferrous metal trapping III break grinding break sifting brand finishing

purifying reduction grinding flour conveying security sifting flour weighing ferrous metal trapping IV insect destroying bulk flour storage Dari keempat proses tersebut diatas yang dimulai dari penerimaan gandum hingga menghasilkan tepung dan pollard lalu diproses kembali menjadi pellet dilaksanakan dengan menggunakan peralatan dan bahan yang tersedia di perusahaan pengimpor di bawah pengawasan petugas karantina. Di dalam proses itu sendiri banyak sekali kegiatan penyaringan sehingga kemungkinan untuk terbawanya gulma atau bahan organic lainnya tidak akan terjadi. Pollard itu sendiri merupakan kulit gandum sisa proses penggilingan

Page 11: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

hingga menjadi tepung. Tempat pemyimpananpun dipisah dan suhu penyimpanan juga selalu dijaga dan terukur. Setelah proses terbentuknya pollard, petugas karantina BKP Kelas II Cilegon melakukan deteksi dan mengidentifikasi kembali Tilletia spp. terhadap pollard tersebut. Hasil deteksi dan identifikasi tersebut memperoleh hasil yang negatif. Hal tersebut disebabkan didalam proses mulai dari terbentuknya pollard hingga proses menjadi pellet, suhu yang digunakan di atas 560C, sehingga menyebabkan matinya spora dari Tilletia spp. Hasil pengujian ini didukung dari pernyataan Gultyaeva (2009), yang menyatakan bahwa kelembaban relative perkecambahan teliospore antara 40 – 60% dan suhu yang mendukung untuk bertahannya teliospore 30 – 500C serta suhu yang mendukung hifa dapat melakukan infeksi pada biji antara 5 – 10oC. Sehingga dapat dinyatakan bahwa proses tersebut dapat menjamin bahwa media pembawa OPTK dapat dibebaskan dari cendawan Tilletia spp. dengan cara diberi perlakuan pemanasan suhu diatas 560C. Namun pengujian ini hanya dilakukan untuk memastikan bahwa pollard yang merupakan sisa proses produksi tepung tidak mengandung Tilletia spp. lagi. Sedangkan proses untuk menjamin agar spora atau teliospore dari cendawan tersebut tidak tercecer atau menyebar maka MP-OPTK yaitu pollard tetap dilakukan pemusnahan di BKP Kelas II Cilegon. Hal ini dilakukan karena masih ditetapkannya Tilletia spp. didalam Permentan nomor 93 tahun 2011 sebagai OPTK Kategori A1 Golongan I.

Kegiatan Pemusnahan Pollard di BKP Kelas II Cilegon

IV. KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan deteksi dan identifikasi serta perlakuan terhadap MP-OPTK yang

mengandung Tilletia spp. maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Deteksi dan identifikasi Tilletia spp. dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya dengan metode sederhana (washing test) yang dapat menghasilkan hasil yang lebih baik.

2. Spesies Tilletia yang terdeteksi dan teridentifikasi melalui pengujian washing test diantaranya adalah T.indica, T.caries dan T.laevis.

Page 12: DETEKSI, IDENTIFIKASI DAN PERLAKUAN TERHADAP …bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/fckfileupload/DETEKSI... · sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif bagi penduduk ... A.

3. Tindakan perlakuan yang dapat dilakukan adalah melalui pemanasan > 56oC yang terproses didalam serangkaian kegiatan produksi gandum menjadi brand pollar.

DAFTAR PUSTAKA

Gultyqeva, E.I. 2009 Tilletia caries (DC.) Tul., Tilletia laevis Kuehn- common bunt (stinking smut, bunt smut, covened smut). Interactive Agricultural Ecological Atlas of Rusting and Neighboring Country.

Killermann, B., Voit, B., Buttner, P., and Eberle, A. 2008. Comporative test detection and discrimination of common bunt (Tilletia caries) and dwarf bunt (Tilletia controversa) of wheat. Assosiation International Seed Testy.

Kochanova, M., Zouhar, M., Prokinova, E., and Rysazelc, P. 2004. Detection of Tilletia controversa and Tilletia caries in wheat by PCR method. Czech University of Agriculture in Praque, Czech Republic.

Malvick, K. 1987. Stinking smut or common bunt of wheat. Department of Crop Sciences University of Illinois at Urbana-Champaign.

McEwan, M. and Mulholland, V. 2006. Development of molecular diagnostic assays for seed-borne pathogen of wheat. Scottish Agricultural Science Agency East Craighs.

Oncica, F., and Saulescu, N. 2008. Potentially new sources of genes for resistance to common bunt (Tilletia spp.) in winter wheat (Triticum aestivum L.). Agricultural Research & Development Station Simnic.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93. 2011. Jenis organisme pengganggu tumbuhan karantina. Badan Karantina Pertanian. Kementerian Petanian.

Puspita. 2011. Analisis daya saing dan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. IPB-Bogor Agricultural University-2011.

Vanova, M., Matusinsky, P., and Baeda, J. 2006. Survey of incidence of bunt (Tilletia caries and Tilletia controversa) in the Czech Republic and susceptibility of winter wheat cultivars. Agricultural Research Institute Kromeriz, Ltd. Kromerz, Czech Republic. Vol. 42 No.1:21-25.