Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya

download Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya

of 14

description

I. Payudara yang berubah menjadi merah, lunak dan terasa nyeriII. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

Transcript of Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya

PowerPoint Presentation

Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas dan PenanganannyaI. Payudara yang berubah menjadi merah, lunak dan terasa nyeriIV. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiriIII. Rasa sakit, merah, lunak, pembengkakan pada kaki

II. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lamaOleh : Novi Tri Budiarti SolihahI. Payudara yang berubah menjadi merah, lunak dan terasa nyeri

Bendungan ASIPembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.(Sarwono, 2005).

ETIOLOGIBendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu dengan lancar. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2009)

Faktor Penyebab Bendungan ASIBeberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:1.Pengosongan mamae yang tidak sempurnaDalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

2.Faktor hisapan bayi yang tidak aktifPada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.3.Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benarTeknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4.Puting susu terbenamPuting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.5.Puting susu terlalu panjangPuting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.1. Puting susu Normal

2. Puting susu tenggelam3. Puting susu Terlalu menonjol4. Puting susu retraksiGejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah : Menurut (Saifuddin, 2005) :1.Bengkak pada payudara2.Payudara terasa keras3.Payudara terasa panas dan nyeriMenurut (Prawirohardjo, 2011) dan (Ari sulystiawati,2010) :1. Bengkak pada payudara2. Payudara terasa keras dan panas3. Payudara oedem4. Pasien merasakan sakit5. Puting susu kencang dan kulit payudara mengkilat walau tidak merah7. Terdapat nyeri tekan pada payudara

Pencegahan1.Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan2.Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)3.Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi4.Perawawatan payudara pasca persalinan (obstetri patologi 169)5.Menyusui sesering mungkin6.Menyangga payudara dengan BH yang menyokong7.Hindari tekanan local pada payudara(Wiknjosastro, 2006)

Penatalaksanaan1.Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek2.Keluarkan sedikit asi sebelum menyusui sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi3.Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI4.Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin5.Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah bening dilakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus. (Sastrawinata,2004)

Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalahDengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara:

Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.

Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.

Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalaha.Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinyab.Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast carec.Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyerid. Gunakan BH yang menopange.Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.f. Kadang-kadang perlu diberi stilboestrol 3x1 1mg selama 2-3 hari ( sementara waktu ) untuk mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

2. MastitisMastitis berasal dari bahasa Yunani yaituMatosyang berarti infeksi danItis berarti radang.Biasanya penyakit ini berlangsung secara akut, sub akut maupun kronis. Mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai perubahan patologis atau kelenjarnya sendiri.Hal tersebut diatas menyebabkan penurunan produksi susu. Perubahan fisis (susu) biasanya meliputi perubahan warna, bau, rasa, dan konsistensi.