Desinfeksi Dan Desinfektan 2
-
Upload
zevannayasmine -
Category
Documents
-
view
241 -
download
0
Transcript of Desinfeksi Dan Desinfektan 2
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
1/18
Desinfeksi dan desinfektan
Maret 28, 2013 by sketsaist
1.
A. TUJUAN 1. Mengetahui bermacam bahan kimia yang dapat digunakan pada proses desinfeksi
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi aktivitas zat anti mikroba
3. Mengetahui bahan kimia yang paling efektif untuk desinfeksi jenis bakteritertentu
1. B. PENDAHULUAN
Zat Antimikroba
Bahan antimikroba dapat diartikan sebagai bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme mikroba (Pelczar, 2005). Zat-zat antimikroba dapat bersifat bakteriostatik
(menghambat perkembangan bakteri), bakterisidal (membunuh bakteri), fungisidal (membunuhkapang), fungistatik (mencegah pertumbuhan kapang) ataupun germisidal (menghambat
germinasi spora bakteri) (Jawetz, 2008).Volk dan Wehler (1997) menyatakan bahwa
antimikroba merupakan komposisi kimia dan berkemampuan dalam menghambat pertumbuhanatau mematikan mikroorganisme.
Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk mengendalikan
mikroorganisme.Pengendalian adalah segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi atau
menyingkirkan mikroorganisme.Tujuan untuk pengendalian mikroorganisme adalah :(1)Mencegah penyakit dan infeksi; (2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi; (3)
Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh mikroorganisme (Pelczar, 2005).
Antimikroba dapat dikelompokkan menjadi antiseptikdan desinfektan.Antiseptik adalah
pembunuh mikroba dengan daya rendah dan biasa digunakan pada jaringan hidup, Desinfektanadalah senyawa kimia yang dapat membunuh mikroba dan biasa digunakan untuk membersihkan
meja, lantai, dan peralatan.Contoh desinfektan yang digunakan adalah senyawa klorin,
hipoklorit, dan tembaga sulfat.
Cara Kerja Zat Antimikroba
Zat antimikroba dalam melakukan efeknya, harus dapat mempengaruhi bagian-bagian vital sel
seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural. Menurut Pelczar (2005) cara kerja zat
antimikoba dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :
https://sketsaistjourney.wordpress.com/2013/03/28/desinfeksi-dan-desinfektan/https://sketsaistjourney.wordpress.com/2013/03/28/desinfeksi-dan-desinfektan/https://sketsaistjourney.wordpress.com/author/sketsaist/https://sketsaistjourney.wordpress.com/author/sketsaist/https://sketsaistjourney.wordpress.com/author/sketsaist/https://sketsaistjourney.wordpress.com/author/sketsaist/https://sketsaistjourney.wordpress.com/2013/03/28/desinfeksi-dan-desinfektan/
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
2/18
1. Merusak Dinding Sel
Pada umumnya bakteri memiliki suatu lapisan luar yang kaku disebut dengan dinding sel.Dinding sel ini berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan menahan sel, dinding sel bakteri
tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang merupakan polimer komplek terdiri atas asam N-asetil
dan N-asetilmuramat yang tersusun bergantian, setiap asam N-asetilmuramat dikaitkantetrapeptida yang terdiri dari empat asam amino, keberadaan lapisan peptidoglikan ini
menyebabkan dinding sel bersifat kaku dan kuat sehingga mampu menahan tekanan osmotik
dalam sel yang kaku.
Kerusakan pada dinding sel dapat terjadi dengan cara menghambat pembentukannya, yaitu
penghambatan pada sintetis dinding sel atau dengan cara mengubahnya setelah selesaiterbentuk.Kerusakan pada dinding sel akan berakibat terjadinya perubahan-perubahan yang
mengarah pada kematian sel.
1. Mengubah Permeabilitas Membran Sel
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh suatu selaput yang dibatasi membran sel yangmempunyai permeabilitas selektif, membran ini tersusun atas fosfolipid dan protein. Membran
sel berperan sangat fital yaitu mengatur transport zat keluar atau ke dalam sel, melakukan
pengangkutan aktif dan mengendalikansusunan dalam diri sel.Proses pengangkutan zat-zat yangdiperlukan baik ke dalam maupun ke luar sel dimungkinkan kerena di dalam membran selterdapat protein pembawa (carrier), di dalam membran sitoplasma juga terdapat enzim protein
untuk mensintetis peptidoglikan komponen membran luar. Dengan rusaknya dinding sel bakteri
secara otomatis akan berpengaruh pada membran sitoplasma, beberapa bahan antimikrobaseperti fenol, kresol, deterjen dan beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan kerusakan
pada membran sel sehingga fungsi permeabilitas membran mengalami kerusakan. Kerusakan
pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
1. Kerusakan Sitoplasma
Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lipid, ion
organik dan berbagai senyawa dengan bobot melekul rendah. Kehidupan suatu sel tergantung
pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaanalamiahnya.Konsentrasi tinggi beberapa zat kimia dapat mengakibatkan kuagulasi dan denaturasi
komponen-komponen seluler yang fital.
1.
4. Menghambat Kerja Enzim
Di dalam sel terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan proses-prosesmetabolisme, banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia misalnya
logam berat, golongan tembaga, perak, air raksa dan senyawa logam berat lainnya umumnya
efektif sebagai bahan antimikroba padakonsentrasi relative rendah. Logam-logam ini akan
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
3/18
mengikat gugus enzim sulfihidril yang berakibat terhadap perubahan protein yang terbentuk.
Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
1. Menghambat Sintetis Asam Nukleat dan Protein
DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting dalam sel, beberapa bahanantimikroba dalam bentuk antibiotik misalnya cloramnivekol, tetrasiline, prumysin
menghambat sintetis protein. Sedangkan sintesis asam nukleat dapat dihambat oleh senyawa
antibiotik misalnya mitosimin. Bila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zattersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.
Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Zat Antimikroba
Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba dalam menghambat atau
membasmi organisme patogen. Semua harus diperimbangkan agar zat antimikroba tersebutdapat bekerja secara efektif. Menurut Pelczar (1988) beberapa hal yang mempengaruhi kerja zatantimikroba adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi Atau Intensitas Zat Antimikroba
Semakin tinggi konsentrasi zat antimikrobanya, maka banyak bekteri akan terbunuh lebih tepat bila konsentrasi zat tesebut lebih tinggi.
2. Jumlah Mikroorganisme
Semakin banyak jumlah mikroorganisme yang ada maka semakin banyak pula waktu yangdiperlukan untuk membunuhnya.
3. Suhu
Kenaikan suhu dapat meningkatkan keefektifan atau disinfektan atau bahan mikrobial.Hal ini
disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme melalui reaksi kimia dan laju reaksi kimia dapatdipercepat dengan meninggikan suhu.
1. Spesies Mikroorganisme.
Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap suatu bahan
kimia tertentu.
1. Adanya Bahan Organik .
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
4/18
Adanya bahan organik asing dapat dapat menurunkan keefektifan zat kimia antimikrobial dengan
cara menonaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya bahan organik dalam campuran zat
antimikobial dapat mengakibatkan :
a. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk produk yang tidak bersifat
antimikrobial.
b. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik menghasilkan suatu endapan sehingga
antimikrobial tidak mungkin lagi mengikat mikroorganisme.
c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu pelindung yangakan mengganggu kontak antar zat antimikrobial dengan sel.
1. Keasaman (pH) atau Kebasaan (pOH)
Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada suhu rendah dan
dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan mikroorganisme yang hidup pada pH basa.
Pengujian Bahan Antimikroba
Sebelum zat antimikroba digunakan untuk keperluan pengobatan maka perlu diuji terlebih
dahulu efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Aktifitas antijasad renik diukur secara in vitro
agar dapat ditentukan potensinya suatu zat sebagai antijasad renik dalam larutan, konsentrasi zat
terhadap jasad renik serta kepekaan suatu jasad renik terhadap konsentrasi-konsentrasi bahanantimikroba yang diberikan (Jawetz, 2008).
Penentuan nilai-nilai aktifitas mikroba dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakanmetode disk agar diffusion.Metode disk agar diffusion adalah pengujian bahan antimikroba
dengan menggunakan metode cakram kertas atau paper disk adalah didasarkan pada pengamatan
zona hambatan yang dihasilkan oleh difusi bahan antimikrioba.
Metode disk, prinsip dari pengujian ini adalah menempatkan suatu kertas cakram yang
mengandung bahan antimikroba dengan konsentrasi tertentu secara hati-hati pada lempenganagar yang ditanami biakan murni bakteri. Media agar ini kemudian diinkubasi selama 24 jam
pada suhu tertentu, setelah itu dilakukan pengamatan makroskopis, dilihat ada tidaknya daerah
jernih di sekeliling kertas cakram. Daerah jernih yang tampak di sekeliling kertas cakram
menunjukkan bahwamakin peka mikroorganisme atau bakteri uji terhadap bahan antimikrobamaka semakin luas daerah jernih yang terbentuk.
Bakteri yang sensitif terhadap bahan antimikroba akan ditandai dengan adanya daerah hambatan
di sekitar cakram, sedangkan bakteri yang resisten terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas cakram
tersebut (Jawetz, 2008).
1. A. BAHAN DAN METODE
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
5/18
ALAT:
– Cawan petri steril
– Ose
– Label
BAHAN:
– Biakan bakteri dalam nutrien-cair umur 24 jam
– 4 tabung medium nutrient agar tegak 10 cc
–
Pembersih lantai
– Pembersih kaca
– Obat kumur
– Hand sanitizer
– Ekstrak tanaman (sirih dan kunyit)
– Paper disc steril dengan diameter 0.5 inci
– Paper disc antibiotik dengan diameter 0.5 inci
1. D. HASIL PENGAMATAN
Kelompok Bakteri Kuadran Diameter (cm)
1
Bacillus subtilis
(+)
A1
2
1,1
B11,5
0,5
C1 0
D1
1
0,8
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
6/18
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
7/18
Staphylococcusaureus
A2
4,3
1,2
B2
0,2
–
C2
0,5 mm
0,5 mm
D2 2 mm
5
Salmonella thypii
A1 –
B1 –
C1 –
D1
1,8
0,8
Staphylococcus
epidirmidis
A2
4,5
1,4
B2 –
C2 0,1
D2
3,2
0,9
6
Salmonella thypii
A1 0,3
B1 0,05
C1 –
D1 1,2
Staphylococcus
epidirmidis
A2
2,3
0,3
B2 0,2
C2
0,3
0,1
D2
2,3
1,1
1. E. PEMBAHASAN
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
8/18
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat mematikan atau menghambat aktivitas
mikroorganisme dengan bermacamcara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok
berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapatsecara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik,
sterilizer, sanitizer dan sebagainya.
Pada praktikum ini, kemampuan suatu antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri
dibandingkan dengan kemampuan antimikroba lain melalui uji antimikroba metode disk agar
diffusion. Dalam metode ini, pengujianmenggunakan lempengan kertas saring antimikroba yangdiletakkan pada cawan yang telah berisi campuran medium agar. Setelah itu penginkubasian
dilakukan dalam suhu kamar selama 24-48 jam, dari hasil inkubasi tersebut akan terbentuk zona
bening padamedium pertumbuhan. Zona bening ini terjadi karena antimikroba akan
mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada bakteri yang tumbuh di dalam cincin tersebut. Keampuhan suatu
antimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening yang terbentuk akibat berdifusinya zat
antimikroba tersebut. Antimikroba yang berbeda memiliki laju difusi yang
berbeda pula, karena itu keampuhan antimikroba satu tidak sama dengan antimikroba yanglain.
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa
kelompok sebagai berikut: (1) Merusak dinding sel;(2) Mengganggu permeabilitas sel; (3)
Merusak molekul protein dan asam nukleat; (4) Menghambat aktivitas enzim; (5) Menghambat
sintesa asam nukleat. Aktivitas anti mikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh karena itu mikroba disebut mati jika tidak dapat berkembang biak.
Pengamatan pengaruh antimikroba terhadap bakteri Bacillus subtilis menunjukkan hasil bahwazona jernih terluas terbentuk di sekitar paper disc yang dicelupkan pembersih kaca
(Cling). Bacillus substilismerupakan bakteri gram positif yang biasanya ditemukan ditanah,termasuk kedalam genus Bacilus. Bacillus substilistidak dianggap sebagai kuman patogen, tetapidapatmengkontaminasi makanan dan jarang sebagai penyebab keracunan (Fontana,2000).
Pembersih kaca mengandung alkohol yang berfungsi sebagai desinfektan.Alkohol dapat bereaksisebagai desinfektan baik pada bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.Bahan kimia
yang mematikan bakteri disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat
pertumbuhandisebut bakteriostatik. Bahan antimicrobial dapat bersifat bakteriostatik padakonsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada konsentrasi
tinggi.Dalam menghambat aktivitas mikroba, alcohol 50-70% berperan sebagai
pendenaturasi dan pengkoagulasi protein, denaturasi dan koagulasi protein akan merusak
enzim sehingga mikroba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan akhirnyaaktivitasnya terhenti.
Pengamatan pengaruh antimikroba terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkanhasil bahwa zona jernih terluas terbentuk di sekitar paper disc yang mengandung antibiotik
klorampenikol. Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul,
mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0µm.Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
9/18
hewan. Pseudomonas aeruginosa adalah patogen oportunistik.Bakteri ini merupakan penyebab
utama infeksi pneumonia nosokomial.Meskipun begitu, bakteri ini dapat berkolonisasi pada
manusia normal tanpa menyebabkan penyakit.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatikdengan menghambat sintesis protein bakteri gram negatif
dan bakteri gram positif.Antibiotik ini terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein bakteri.
Namun meskipun zona jernih terluas terbentuk di sekitar paper disc yang mengandung antibiotik
klorampenikol, zona jernih yang terbentuk hanyalah berdiameter 0,7 cm. Hal ini disebabkanantibiotik yang secara efektif dapat melawan Pseudomonas aeruginosa tergolong sulit
ditemukan, hal ini disebabkan oleh mekanisme resisten antibiotik yang dimiliki oleh
Pseudomonas aeruginosa.
Pengamatan pengaruh antimikroba terhadap bakteri Thiobacillus thioparus dan Staphylococcus
aureus menunjukkan hasil bahwa zona jernih terluas terbentuk di sekitar paper disc yang
mengandung desinfektan baik pembersih kaca maupun pembersih lantai (porstex).Thiobacillus
thioparus adalah bakteri gram negatif sedangkan Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang merupakan mikroflora normal manusia.
Pembersih kaca mengandung alkohol yang dapat menghambat aktivitas mikroba dengan
mendenaturasi dan mengkoagulasi protein yang akan merusak enzim
sehingga mikroba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan akhirnyaaktivitasnya terhenti. Sedangkan pembersih lantai mengandung fenol yang dapat
menghambat aktivitas mikroba dengan merusak membran sel dan mendenaturasi protein.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, zona jernih yang terbentuk di sekitar fenol lebih besar
daripada di sekitar alkohol. Hal ini karena fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuatdan bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi.
Pengamatan pengaruh antimikroba terhadap bakteri Salmonella typhi menunjukkan hasil bahwazona jernih terluas terbentuk di sekitar paper disc yang mengandung antibiotik.Salmonella
typhimerupakan bakteri gram negatif dan tidak membentuk spora, serta memiliki kapsul. Bakteri
ini juga bersifat fakultatif, dan sering disebut sebagai facultative intra-cellular parasites. Dinding selnya terdiri atas murein, lipoprotein, fosfolipid, protein,
dan lipopolisakarida dan tersusun sebagai lapisan-lapisan (Dzen, 2003).
Antibiotikaadalah segolongan senyawayang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu
proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.Antibiotika
bekerja dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme bakteri.Antibiotik tidakefektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik
sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri.Ada antibiotika yang
membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih
luas.Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapailokasi tersebut.
Pengamatan pengaruh antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis menunjukkan
hasil bahwa zona jernih terluas terbentuk di sekitar paper disc yang mengandung pembersih
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
10/18
lantai.Staphylococcus epidermidisadalah bakteri fakultatif, gram-positif, berbentuk kokus, dan
berdiameter 0,5-1,5 µm. Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran mukosa
manusia.
Pembersih lantai mengandung fenol yang dapat menghambat aktivitas mikroba dengan merusak
membran sel dan mendenaturasi protein. Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuatdan bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi.
Pada praktikum ini digunakan juga antimikroba lainnya yaitu antiseptik baik yang sintetismaupun alami.Berdasarkan hasil pengamatan, zona jernih yang terbentuk di sekitar paper disc
yang mengandung antiseptik cenderung lebih sempit dibandingkan antimikroba lainnya. Hal ini
disebabkan daya anntiseptik yang rendah untuk membunuh mikroba,sehingga biasa digunakan pada jaringan hidup
Selain jenis antimikroba, spesies mikroorganisme juga berpengaruh terhadap aktivitasdesinfeksi.Berdasarkan hasil pengamatan, bakteri gram positif cenderung membentuk zona
jernih lebih luas daripada bakteri gram negatif.Perbedaan ini diduga akibat komposisi danstruktur dinding sel antara kedua jenis bakteri tersebut. Hal ini dengan literatur yang menyatakan
bahwa bakteri gram positif mempunyai kecenderungan lebih rentan terhadap antibakteridibandingkan dengan bakteri gram negatif (Pelczar, ).Ditambahkan oleh Volk dan Wehler (1997)
bahwa perbedaan nyata dalam struktur dan komposisi dinding sel antara bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif diyakini menyebabkan kedua kelompok bakteri tersebut memberikan perbedaan respon resistensi terhadap zat antimikroba.Bakteri gram positif mempunyai struktur
dinding sel lebih tebal (15-80 nm), terdapat asam tekoat, mengandung lipid, lemak, atau
substansi lemak dalam persentasi lebih rendah (1 – 4%) serta mengandung peptidoglikan lebih
banyak (lebih dari 50% berat kering pada beberapa sel) daripada bakteri gram negatif danstrukturnya lebih resisten terhadap gangguan fisik (Pelczar, ).
1. F. KESIMPULAN2. Bahan kimia yang dapat digunakan pada proses desinfeksi antara lain desinfektan seperti
klorin, alkohol, formaldehid, dan fenol; antiseptik seperti hidrogen peroksida, garam
merkuri, boric acid, dan triclosan; dan antibiotik seperti penisilin, tetrasiklin,klorampenikol, dll.
3. Faktor yang mempengaruhi aktivitas zat anti mikrobaantara lain jenis antimikroba, kadar
antimikroba, lamanya kontak antimikroba dengan mikroba yang diuji, dan bahan yang
akan didesinfeksi.4.
Bakteri gram positif cenderung membentuk zona jernih lebih luas daripada bakteri gram
negatif, disebabkan oleh perbedaan komposisi dan struktur dinding selnya.
5. Bacillus subtilis paling sensitif terhadap pembersih kaca, Pseudomonas aeruginosa
paling sensitif terhadap antibiotik, Thiobacillus thioparus dan Staphylococcus aureus paling sensitif terhadap pembersih lantai, Salmonella typhi paling sensitif terhadap
antibiotik, dan Staphylococcus epidermidis paling sensitif terhadap pembersih lantai.
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
11/18
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Lutfi, Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan.Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Penerbit Salemba
Medika. Jakarta
Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba..
Surabaya
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorganisms. Pearson
Prentice Hall. New Jersey
Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Volk, W.A dan Wehler, M.F. 1997. Mikrobiologi Dasar ( Jilid 2). Erlangga. Jakarta
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
12/18
Desinfeksi dan Desinfektan
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
JudulPraktikum : Desinfeksi dan Desinfektan
Nama / NIM : Neddy Ferdiansyah / 08101004016 Kelompok : V (Lima)
Asisten : Erni Angraini Tanggal : 29-12-2011
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah :
Melihat pengaruh berbagai macam desinfektan terhadap pertumbuhan mikroba.
II. LANDASAN TEORI
Zat-zat anti mikroba yang dipergunakan, baik untuk antoseptik maupun untuk desinfeksi harus
terlebig dahulu diuji keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan
melakukan tes koefisien fenol. Tes ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas dari suatu rpoduk
dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang
dicoba, dicampurkan dengan volume tertentu. Desinfektan yang akan diuji diencerkan menurut
perbandingan tertentu. Misalnya, kita membuat dua larutan fenol, yaitu (1:9) dan yang lain (1:100).
Disamping itu, kita juga membuat beberapa larutan suatu desinfektan A yang akan dibandingkan
khasiatnya dengan fenol (Waluyo 2005: 143).
Umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada jenis
bakteri yang lebih tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya waktu dibawah pengaruh desinfektan
merupakan beberapa faktor-faktor yang perlu dipertimbangakan pula. kenaikan yag terjadi pada
temperatur menambah daya desinfektannya. Selanjutanya, medium dapat juga menawar daya
desinfektan susu, plasma darah, dan zat-zat yang lain yang serupa dengan protein, sering berperan
melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu. Zat-zat yang dapat membunuh atau
http://www.blogger.com/nullhttp://www.blogger.com/nullhttp://www.blogger.com/nullhttp://www.blogger.com/null
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
13/18
menghambat pertumbuhan suatu bakteri dapat dibagi atas jenis garam-garam logam, fenol, dan
senyawa-senyawa sejenis (Dwidjoseputro 2010: 99).
Fenol untuk pertama kalinya digunakan Lister didalam suatu ruang bedah sebagai germisida,
untuk mencegah timbulnya infeksi pasca pembedahan. Pada konsentrasi yang rendah (2-4%), dayabunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga berperan
merusak membran sel dengan cara menurunkan tegangan permukaannya. Senyawa fenol merupakan
standar pembanding untuk menentukan aktivitas atau khasiat suatu jenis desinfektan (Anonim 2011: 1).
Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan sabagai senyawa untuk
sterilisasi dan desinfektan. Senyawa alkohol mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi, dan juga
merupakan suatu pelarut lemak. Oleh karena itu, membran sel akan menjadi rusak, dan enzim-enzim
akan diinaktifkan oleh senyawa alkohol. Etanol murni kirang daya bunuhnya terhadap suatumikroorganisme. Jika dicampur dengan air murni, efeknya akan menjadi lebih baik. Alkohol (50-70 %)
banyak dipergunakan sebagai desinfektan (Waluyo 2005: 135).
banyaknya macam sel-sel mikroorganisme yang harus dimusnahkan. Kalaupun ada suatu
desinfektan yang ideal, maka zat tersebut haruslah memilikiserangakai sifat yang hebat pula. Tidaklah
akan pernah dijumpai jenis satupun persenyawaan yang memiliki sifat-sifat demikian. Spesifikasi yang
diuraikan dapat diusahakan untuk mencapai penyiapan jenis senyawa-senyawa antimicrobial (Pelczar
2009: 487).
Desinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan desinfeksi. Seringkali sebagai
sinonim digunakan istilah antiseptik, tetapi pengertian desinfeksi dan desinfektan biasanya ditujukan
terhadap benda-benda mati, seperti lantai, piring, pakaian. Zat-zat yang menghambat pembiakan
mikroorganisme dengan tiada membunuhnya dinamakan antiseptik. Antiseptik dan desinfektan dapat
merupakan zat yang sama tetapi berbeda dalam cara penggunaannya. Atiseptik digunakan pada jaringan
hidup, sedangkan desinfektan digunakan untuk bahan-bahan tidak bersenyawa (Irianto 2006: 76).
III. CARA KERJA
1. Pengujian daya desinfeksi zat-zat kimia terhadap bakteri
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
14/18
Dibuat biakan tabur masing-masing E. coli dan S. aureus. Setelah padat dan dingin, dimasukkan
secara aseptik paperdisk yang telah dicelupkan dalam masing-masing zat kimia (Iodium, Betadin, Alkohol
dan Detergen). Diinkubasi selama 48 jam dan diamati diameter zona hambat.
2. Pengujian daya antibiotik
Dibuat biakan tabur masing-masing E. coli dan S. aureus. Setelah padat dan dingin, ditaruh secara
aseptik paperdisk yang telah dicelupkan dalam masing-masing antibiotik (Amphicilin dan Amoxcilin).
Diinkubasi selama 48 jam, diamati diameter zona hambat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Desinfektan
Desinfektan Pertumbuhan
S. sureus E.coli
Alkohol 70% - Kontaminan
Betadine - Terbentuk zona bening
Iodium 10% - Kontaminan
Detergen - Kontaminan
2. Deskripsi Gambar
Keterangan :
1. Alkohol
2. Deterjen
3. Zona bening
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
15/18
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
16/18
V. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini kita melakukan pengujian daya desinfeksi dan antibiotik untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri. Berbagai macam desinfektan digunakan dalam percobaan
ini, baik itu zat kimia maupun zat antibiotik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dwijoseputro (1994:
87), bahwa usaha untuk memusnahkan mikroorganisme dengan menggunakan disinfektan yaitu zat
kimia yang digunkan untuk mendisinfeksi deisebut dengan disinfeksi.
Praktikum kali ini dapat dilihat hasil pada percobaan biakan terhadap desinfeksi terhadap zat-zat
kimia terhadap hasil yang didapat berupa zat bening, namun pada pengujian terdapat zona bening.
Kegagalan pada pengujian zat-zat antibiotik yang terjadi pada saat kurang smpurna dan mengakibatkan
pembiakan bakteri tidak kimia. Menurut pendapat Anonim (2011: 1), bahwa zat kimia yang sering
digunakan adalah amoxilin, ciproflaxsin, betadine dan zat-zat lain. Medis yang digunakan dalam
pemusnahan mikroorganisme secara medis yang bisa dipakai untuk menghindari infeksi pada alkohol
juga digunakan untuk sterilisasi.
Faktor utama yang dapat menentukan bagaimana disinfektan bekerja adalah kadar disinfektan,
waktu yang diberikan kepada disinfektan untuk bekerja, suhu disinfektan, jumlah dan tipe
mikroorganisme yang ada dan bahan yang didisinfeksi. Menurut pendapat Volk (1993: 219), bahwa
sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam larutan cair sekitar
37% formaldehide (formalin) dapat menghancurkan spora bakteri dan fungi, namun uapnya yang tajam
mengganggu penggunaannya. Detergen merupakan agen aktif yang dapat mengeluarkan pengaruh
disinfeksinya dengan perusakan membran dan denaturasi protein.
Disinfektan dan antiseptik berbeda terhadap antimikrobia yang aktif secara sistematik dalam hal
toksisitas selanjutnya, yang mana mereka mempunyai toksisitas tidak hanya pada mikroba patogen
tetapi juga pada sel inang. Oleh karena itu, mereka hanya dapat digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada lingkungan mati atau pada permukaan kulit. Mereka dapat tidak diberikan secara
sistematik. Menurut Jawetz (2005: 245) bahwa cara kerja disinfektan ditentukan oleh konsentrasi,
waktu dan suhu. Oleh karena solusi disinfektan atau gas tidak perlu berkontak dengan kulit manusia
atau membran mukosa, maka toksisitas yang lebih tinggi masih dapat diterima, sehingga mereka dapt
dipakai sebagai bahan-bahan anti mikrobia.
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
17/18
Bahan yang terakhir yaitu betadine yang tergolong senyawa Betapropiolakton. Sesuai dengan
pendapat Anonim (2011: 2) bahwa senyawa atau substansi ini mempunyai sifat yang sama dengan etilen
oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang
diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan karena Betapropiolakton
dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah
beberapa jam tidak terdapat Betapropiolakton yang tersisa. Penggunaan air panas akan lebih efektif
dibandingkan dengan air dingin. Kemudian yang kedua, diberi sabun atau deterjen, dengan tujuan
untuk melarutkan matriks lemak, dan yang terakhir, barulah dipakai desinfeksi.
Beberapa jenis desinfektan tidak langsung membunuh bakteri, tetapi hanya berperan untuk
menghambat pertumbuhan dan kegiatan yang terjadi pada suatu jenis koloni bakteri saja. Sesuai dengan
pendapat Waluyo (2005: 139) bahwa jenis desifektan antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia
yang diperoleh atau dibentuk dan dihasilkan oleh suatu jenis mikroorganisme, dan zat-zat kimia tersebut
dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya penghambat yang sangat besar terhadap kegiatan yang
dilakukan oelh suatu mikroorganisme yang lain.
Percobaan ini menghasilkan zona bening pada masing-masing cawan yang ada bakterinya
dimana bakteri yang digunakan adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Menurut Irianto
(2006: 78), bahwa untuk membandingkan kekuatan disinfektan dalam menghambat pertumbuhan
bakteri dapat digunakan kertas cakram. Pada metode ini kertas cakram dengan diameter tertentu
dibasahi dengan disinfektan lalu diletakkan dalam lempengan agar yang telah diinokulasikan selama 48
jam. Jika disinfektan menghambat pertumbuhan bakteri, maka akan terlihat daerah jernih atau zona
bening disekitar kertas cakram.
Deterjen tergolong senyawa yang bersifat basa. Sesuai dengan pendapat Waluyo (2005: 139)
bahwa sabun bertindak terutama sebagai agent akti-permukaan, yaitu menurunkan tegangan
permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri bersama minyak dan partikel lain menjadi terjaring
dalam sabun dan dibuang dalam proses pencucian. Kemudian bahan yang lainnya yaitu fenol. Larutan
fenol 2-4 % berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya dari pada fenol. Lisol
ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol : lisol lebih banyak digunakan daripada
desinfektan-desinfektan yang lainnya. Karbol ialah nama lain dari atau untuk fenol.
Praktikum ini digunakan beberapa bahan desinfektan yaitu alkohol, yodium, deterjen dan
betadine. Sesuai dengan pendapat (Anonim 2011: 2) bahwa golongan alkohol merupakan bahan yang
-
8/18/2019 Desinfeksi Dan Desinfektan 2
18/18
banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa bahan diantaranya adalah etanol, propanol dan
isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga
menit dan untuk virus diperlukan waktu diatas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada
konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi
virus non-lipid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan
kulit.
Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat menyebabkan infeksi.
Meskipun dengan melakukan disinfeksi dapat tercapai keadaan steril, namun tidak seharusnya
terkandung arti sterilisasi. Disinfeksi biasanya dilaksankan dengan dengan menggunakan zat-zat kimia
seperti fenol, formaldehide, klor, iodium, atau sublimat. Menurut Irianto (2006: 75-76) bahwa pada
susu, disinfeksi (bukan sterilisasi) dilakukan dengan pasteurisasi. Pada umumnya disinfeksi dimaksudkan
untuk mematikan sel-sel vegetatif yang lebih sensitif tetapi bukan spora-spora yang tahan panas.
Zat-zat antibiotik yang kita gunakan jenis amoxicillin, karena jenis antibiotik amoxicillin ini tidak
dapat membunuh suatu jenis bakteri, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya saja. Sesuai dengan
pendapat Anonim (2011: 1) bahwa antibiotik jenis amoxicilin tidak dapat membunuh bakteri secara
langsung, tetapi dengan cara mencegah jenis bakteri tersebut untuk membentuk semacam lapisan yang
melekat disekujur tubuhnya.
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Daya tumbuh bakteri dipengaruhi oleh suhu, pH, dan senyawa-senyawa kimia yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri.
2. konsentrasi alkohol yang paling efektif bergantung pada jumlah kelembaban yang ada.
3. Secara sistematik desinfektan dan antiseptik berbeda anti mikrobia yang aktif.
4. Pada pengujian daya antibiotik bahan yang digunakan adalah amoxilin dan amphiciln.
5. Kontaminan terjadi oleh beberapa faktor seperti, kurang aseptik, pengaruh temperatur, substrat, dan
konsentrasinya