DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

19
DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI ANAK AUTIS RIFDA ARIANI Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111,Telp/Fax (031) 5931147 ABSTRAKSI Autis yaitu anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosional, berbeda dengan anak normal, oleh karena itu dibutuhkan tempat khusus yang dapat mendidik serta memberikan penangana khusus bagi anak penyandang autis. Untuk memberikan pendidikan yang berkualitas, diperlukan sarana dan prasarana yang sesuai bagi anak penyandang autis. Sarana dan prasarana yang dipakai untuk kegiatan terapi, belajar maupun bermain serta fasilitas – fasilitas lain sangat diperlukan perhatian khusus, karena sarana belajar maupun bermain mereka adalah tempat kegiatan belajar mengajar yang merupakan aktifitas inti dari sebuah pendidikan bagi anak penyandang autis. Yang harus dipertimbangkan dalam suatu desain adalah kondisi pengguna. Perwujudan furniture yang ada di sekolah harus dapat memenuhi tuntutan anak yang berkelainan. Perilaku anak menjadi keputusan utama dalam desain yang diciptakan, selain kebutuhan pengguna, yang harus dipertimbangkan dalam suatu desain adalah kondisi pengguna. Sarana dan prasarana ini bertujuan untuk membantu anak dan pembimbing melaksanakan proses terapi dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu : keamanan,

Transcript of DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Page 1: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI ANAK AUTIS RIFDA ARIANI Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111,Telp/Fax (031) 5931147

ABSTRAKSI Autis yaitu anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosional, berbeda dengan anak normal, oleh karena itu dibutuhkan tempat khusus yang dapat mendidik serta memberikan penangana khusus bagi anak penyandang autis. Untuk memberikan pendidikan yang berkualitas, diperlukan sarana dan prasarana yang sesuai bagi anak penyandang autis. Sarana dan prasarana yang dipakai untuk kegiatan terapi, belajar maupun bermain serta fasilitas – fasilitas lain sangat diperlukan perhatian khusus, karena sarana belajar maupun bermain mereka adalah tempat kegiatan belajar mengajar yang merupakan aktifitas inti dari sebuah pendidikan bagi anak penyandang autis. Yang harus dipertimbangkan dalam suatu desain adalah kondisi pengguna. Perwujudan furniture yang ada di sekolah harus dapat memenuhi tuntutan anak yang berkelainan. Perilaku anak menjadi keputusan utama dalam desain yang diciptakan, selain kebutuhan pengguna, yang harus dipertimbangkan dalam suatu desain adalah kondisi pengguna. Sarana dan prasarana ini bertujuan untuk membantu anak dan pembimbing melaksanakan proses terapi dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu : keamanan,

Page 2: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

kenyamanan, dan keoptimalan proses terapi serta kesehatan dan juga bagi pengelola klinik yang mengharapkan sarana dan prasarana yang mudah dalam hal maintenance, awet serta moveble. Metode yang digunakan adalah dengan cara observasi langsung dan wawancara ke beberapa klinik dan sekolah autis di Surabaya. Dan diperkuat dengan teoriyang didapat dari buku dan internet. Sarana dan prasarana ini akan membantu proses belajar, bermain dan terapi untuk anak penyandang autis terapi awal. Sehingga menjadi lebih mudah, aman, nyaman, sehat, serta menguntungkan bagi pengelola klinik yang mengharapkan sarana dan prasarana yang mudah dalam hal maintenance, awet dan moveble.kebutuhan untuk dapat dibongkar pasang dengan dibuat suatu sistem furniture belajar dan bermain untuk anak penyandang autis yang menggunakan sistem modular. ABSTRACT

Autistic child who is in the process of growth or development defects or irregularities have physical, mental, intellectual, social, and emotional, in contrast with normal children, and therefore needed a special place that can educate and provide special treatment for people with autistic children. To provide a quality education, necessary facilities and infrastructure that are appropriate for people with autistic children. Facilities and infrastructure used for therapeutic activity, learning and playing and facilities - other facilities are needed special attention, as a means of learning and playing them is where teaching and learning activities which are core activities of a child's education for people with autism. That should be considered in a design is the user's condition. Embodiment furniture in schools should be able to meet the demands of special needs children. Child's behavior becomes the major decisions in the design created, in addition to user needs, which should be considered in a design is the user's condition. Facilities and infrastructure, aims to help children and counselors to implement the process of therapy is to consider several factors: safety, comfort, and health and also for clinic managers who expect infrastructure in terms of easy maintenance, durable and moveble. The method used is by way of direct observation and interviews to several clinics and autism school in Surabaya. And reinforced by teoriyang obtained from books and the Internet. Facilities and infrastructure will help the learning process, play therapy for children and people with autism initial therapy. Thus become easier, safer, comfortable, healthy, and profitable for the clinic manager who expects the facilities and infrastructure in terms of easy maintenance, durable and moveble. needs to be dismantled pairs with furniture made of a system to learn and play with some autistic children who use modular system.

Page 3: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Angka kejadian autisme di Indonesia pada tahun 2003 telah mencapai 152-per 10.000 anak (0,15-0,2%), meningkat tajam dibanding sepuluh tahun yang lalu yang hanya 2-4 per 10.000 anak. Menurut data yang didapat dari Direktoray Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2001) memperlihatkan bahwa pada tahun 1987 penderita autisme 1/500 anak dan tahun 2001 menjadi 1/150 anak. Hal terpenting yang mempengaruhi kemajuan anak autisme adalah deteksi dini yang diikuti oleh penanganan yang tepat dan benar, serta intensitas terapi yang dijalani oleh anak autisme. Berbagai Jenis terapi telah dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan anak autisme agar dapat hidup mendekati normal. Tujuan terapi pada anak autisme adalah untuk mengurangi masalah perilaku serta meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam penggunaan bahasa. Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan bersifat individual. Agar anak bisa mandiri seperti makan, minum, toileting, gasok gigi, dan kegiatan-kegiatan lain. Bahkan literature mengatakan 75% anak autisme yang tidak tertangani, akan menjadi tunagrahita.Anak yang diberikan terapi tidak mempunyai target waktu yang ditentukan, karena terapi dari anak autisme ini tidak mempunyai waktu yang pasti dan terapi yang diberikan tergantung pada banyak hal seperti usia anak pada saat pertama kali diterapi dan kemampuan terapis untuk memberikan terapi. Anak penyandang autisme harus ditempa agar dapat hidup dan berkembang layaknya anak normal, Untuk memberikan pendidikan yang berkualitas, diperlukan sarana-prasarana yang sesuai. Sarana dan prasarana yang dipakai untuk kegiatan terapi, balajar, maupun bermain serta fasilitas fasilitas lain sangat perlu diperhatikan, karena sarana belajar dan bermain mereka adalah tempat kegiatan belajar mengajar yang merupakan aktivitas inti dari sebuah pendidikan bagi anak penyandang autis. Pertimbangan dalam suatu desain sistem furniture untuk terapi anak autis adalah kondisi pengguna. Perwujudan furniture yang ada di klinik harus dapat memenuhi tuntutan anak berkelainan. Perilaku anak menjadi keputusan utama dalam desain yang diciptakan, selain kebutuhan pengguna, yang harus dipertimbangkan dalam suatu desain adalah kondisi pengguna.

Furniture tempat terapi berhubungan erat dengan proses belajar mengajar sebagai aktivitas utama didalamnya. Pemenuhan kebutuhan furniture yang sesuai dengan fungsi dan tujuan metode belajar yang diterapkan memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak. Desain furniture, bentuk maupun warna akan mempengaruhi perilaku dan psikologi pengguna. Oleh karena itu harus ada kesesuaian antara perwujudan peralatan dan sarana yang dipakai dengan kondisi dan kebutuhan anak autis.

Data diatas menunjukkan bahwa saat ini belum banyak sekolah- sekolah

yang menyediakan pendidikan bagi anak autis. Selama ini mereka hanya di didik di SLB dimana Sekolah Luar Biasa ini kurang memperhatikan kebutuhan anak autis,karena fasilitas yang ada disamaratakan dengan anak penyandang cacat yang lain. Perancangan sarana balajar SLB belum mampu memadahi segala kebutuhan

Tabel 1.1 Rekapitulasi jumlah sekolah dan guru perjenis kelainan per unit pendidikan seluruh Indonesia tahun 2005/2006

Page 4: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Secara teori anak autis harus ditangani setiap anak oleh satu pembimbing atau lebih pembimbing dan dalam satu kelas tanpa dicampur jadi anak autis sangat mustahil bisa berkurang kadar keautisannya apabila cara penanganannya seperti di SLB sekarang dengan karakteristik yang dimiliki anak, anak butuh dipantau perkembangannya, melihat tabel diatas tentunya tidak mungkin di SLB anak diperlakukan secara khusus dengan melihat banyaknya guru serta kelas yang disediakan dan jumlah anak yang berkelainan. kalau anak berkelainan lain dicampur dengan anak autis maka yang terjadi anak berkelainan yang lain akan ikut autis, karena anak autis memiliki kebiasaan – kebiasaan aneh memiliki gerakan gerakan dan ritual – ritual aneh yang sangat mungkin akan bisa ditiru oleh anak berkelainan yang lain. Hal inilah yang membuat penulis terdorong merancang sarana belajar dan bermain di pusat terapi untuk anak taman kanak-kanak karena merupakan jenjang pendidikan yang pertama. Semakin cepat anak berkelainan mendapat penanganan maka semakin besar pula kemungkinan anak yang bersangkutan mengalami kemajuan perkembangan.

Masalah Selama ini sistem furniture yang digunakan untuk terapi anak autis masih menggunakan sistem furniture sekolah biasa yang non autis. Sistem furniture yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk sarana terapi anak autis dengan prinsip anak terkunci didalam bangku agar tidak bisa melepaskan diri sekaligus membuat anak fokus apabila proses terapi sedang berlangsung, sistem furniture eksisting kurang mampu menunjang seluruh kagiatan terapi yang diselenggarakan, sedangkan Sistem furniture seperti itu banyak digunakan di seluruh klinik autis di seluruh indonesia, Berikut ini merupakan permasalahan-permasalahan yang ada pada produk sistem furniture yang banyak dipakai saat ini yang diharapkan dapat diselesaikan melalui pendekatan desain:

1. Bagaimanakah Desain sistem furniture untuk terapi anak autis agar anak didalamnya tidak dapat melepaskan diri saat tantrum.

2. Bagaimanakah Desain sistem furniture untuk terapi anak autis agar anak dapat memfokuskan perhatian dengan baik dan optimal saat pembimbing memberikan perintah – perintah yang disampaikan saat proses terapi berlangsung.

3. Bagaimanakah Desain sistem furniture untuk terapi anak autis agar Pembimbing maupun anak dapat terhindar dari cedera saat proses berlangsungnya terapi.

4. Bagaimanakah Desain sistem furniture untuk terapi anak autis yang dapat fleksibel saat dibutuhkan untuk kelas besar dan kelas kecil.

Tujuan Perancangan

Tujuan- tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan furniture untuk sarana belajar dan bermain pusat terapi bagi anak autis ini adalah :

A. Mendesain sistem furniture untuk terapi anak autis agar anak didalamnya tidak dapat melepaskan diri saat tantrum.

B. Mendesain sistem furniture untuk terapi anak autis agar anak dapat memfokuskan perhatian dengan baik dan optimal saat pembimbing memberikan perintah – perintah yang disampaikan saat proses terapi berlangsung.

Page 5: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

C. Mendesain sistem furniture untuk terapi anak autis agar Pembimbing maupun anak dapat terhindar dari cedera saat proses berlangsungnya terapi.

D. Mendesain sistem furniture untuk terapi anak autis yang dapat fleksibel saat dibutuhkan untuk kelas besar dan kelas kecil.

Manfaat Perancangan A. Dapat memberikan sarana terapi yang layak bagi anak autis

B. Dapat membantu anak autis untuk hidup lebih baik dan diterima dimasyarakat serta kemandirian

Metodologi Desain Skema penelitian ini menjelaskan tentang langkah – langkah yang akan ditempuh sebagai tahapan dalam proses mendesain. Urutan pada skema ini merupakan urutan kerja yang akan dikerjakan secara bertahap dari tahap pendahuluan sampai final yaitu tahap presentasi.

Gambar 1.1 Bagan alur perancangan

Page 6: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

2. PEMBAHASAN Analisa Fungsi

Studi analisa fungsi ini ditujukan untuk mengidentifikasi fungsi - fungsi lain dari sistem furniture yang dapat dikembangkan untuk menjadi potensi utama dari desain sistem furniture ini. Hasil dari analisa fungsi ini adalah pengembangan fungsi lain dari fungsi utama sistem furniture, yaitu sebagai tempat belajar dan terapi, yang ditujukan untuk mendukung mempermudah proses terapi dan pengoptimalan kegiatan yang menyertai proses penerapian

Fungsi utama sistem furniture terapi anak penyandang autis Sistem furniture yang ada di klinik autis mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar serta terapi bagi anak penyandang autis oleh penerapi, seperti tempat untuk menulis, menggambar, pengenalan benda menggunakan media kartu dengan sistem tebak kartu dan proses imitated semisal menirukan cara berbicara serta berperilaku yang benar, serta melakukan kegiatan pendukung fungsi utama untuk pengoptimalan hasil penerapian agar sesuai dengan yang diharapkan, kegiatan pendukung fungsi utama sangat membantu proses penerapian yaitu sebagai alat yang dapat mengakomodir semua kegiatan yang mendukung fungsi utama seperti tempat bermain puzzle untuk melatih motorik halus dan lempar tangkap bola untuk melatih motorik kasar .

Analisa Pasar

Studi Analisa Pasar ini ditujukan untuk mengidentifikasi lingkup pasar dan penggunaan furniture terapi dan belajar anak penyandang autis sesuai dengan pengembangan potensi fungsinya, yaitu sebagai suatu sistem yang mengakomodasi kegiatan utama dan kegiatan yang mendukungnya. Perihal yang dibahas adalah positioning, targeting, demografi operasional dan segmentasi pasar dari sistem furniture nantinya.

Positioning Sistem furniture terapi dan belajar autis nantinya akan diposisikan sebagai tampat terapi dan belajar, yang mengakomodasi beberapa kepentingan sebagai berikut:

a. Alat yang digunakan untuk mempermudah dan memperlancar proses terapi di kegiatan proses terapi yang diselenggarakan di klinik – klinik autis

b. Fungsi operasional untuk media sarana dan prasarana terapi dan belajar + tempat bermain yang menggunakan toys dalam lingkup toys untuk membantu proses terapi dan belajar.

c. Sebagai sebuah media untuk kegiatan bersantai yaitu makan siang dan memakan kudapan.

d. Dilengkapi dengan fasilitas untuk peletakan barang bawaan anak dan guru serta media yang menunjang kegiatan terapi dan belajar anak.

Analisa Aktifitas

Masih terjadinya beberapa permasalahan menyangkut aktifitas pengguna, baik anak maupun pembimbing, pada saat sebelum terapi atau pun juga selama terapi dengan menggunakan sistem furniture. Solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 7: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

1. Diperlukannya sistem kuncian atau sabuk pengunci untuk menghindarkan terjadinya anak dapat melepaskan diri dari bangku saat proses terapi berlangsung, mengingat karakteristik yang dimiliki anak autis.

2. Untuk mempermudah jalannya proses terapi yaitu fokus.salah satunya untuk

membantu anak agar fokus adalah kontak dan posisi mata anak dan pembimbing harus sejajar,jadi untuk mensejajarkan diperlukan sesuatu semacam level untuk mempertinggikan posisi anak agar sejajar dengan pembimbing.

3. Untuk permasalahan sarana sistem furniture agar dapat digunakan dari tahap

basic sampai advance, diperlukan sistem yang fleksibel dengan cara sistem yang dengan mudah dibongkar pasang dan terdiri dari banyak unit yang seragam yaitu sistem modular.

4. Diperlukannya tempat untuk menaruh barang bawaan pembimbing dan anak

agar tidak mengganggu kenyamanan duduk serta mudah dijangkau pembimbing dan tidak membuat anak terdestraksi.

5. Diperlukannya sanitasi atau semacam material anti air untuk kursi, guna

antisipasi saat anak mengompol agar mudah dalam bembersihkan.

Pemberian solusi terhadap beberapa permasalahan aktivitas pengguna saat menggunakan sistem furniture ini diharapkan dapat memberi kenyamanan selama proses berlangsungnya terapi dengan menggunakan sistem furniture ini dan juga meminimalisir faktor cedera, selain juga untuk meningkatkan hasil terapi terhadap anak yang diterapi dan mempermudah dalam hal maintenance terhadap sistem furniture itu sendiri.

Page 8: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

KONSEP DESAIN Berdasarkan hasil studi dan analisa, maka didapatkan kriteria produk perancangan sistem furniture belajar dan terapi autis dengan pengembangan fungsinya sebagai sarana terapi yang mudah, efektif, aman, nyaman, dan fleksibel. Dengan menyimpulkan dari studi analisa maka dapat disimpulkan beberapa perihal berikut.

Kebutuhan Pengguna Dari kajian pengguna dan kesimpulan dari studi yang telah dilakukan maka dapat diklasifikasikan perihal berikut :

Gambar 2.1. Skema konsep sistem furniture untuk terapi anak autis

1. Perilaku Terapi anak autis dapat dilaksanakan apabila persyaratan pertama adalah menurut dengan apa yang diperintahkan oleh pembimbing. Dalam hal komunikasi untuk awal target pencapaian dalam hal berkomunikasi adalah konsep meniru, dan dari konsep menirukan ini anak diharapkan akan dapat memahami untuk kedepannya apa maksud dari apa yang diberikan pembimbing secara terus menerus yang harus mereka tiru itu untuk kebutuhan sosialisasi dan kemandirian pada akhirnya, maka sistem furniture ini dapat memenuhi kebutuhan tahap terapi tersebut dengan sistem yang bisa dirubah dari kelas terapi awal yaitu konsep one on one satu guru satu ruangan dan satu murid menjadi satu bangku dua anak. 2. Belajar

Untuk kegiatan belajar, sistem furniture ini akan mengakomodasi segala sesuatu yang dapat menunjang proses belajar, dalam belajar itu sendiri meliputi :

1. Angka (bersifat menghafal, media belajar yang digunakan yaitu buku dan kartu)

2. Huruf (bersifat menghafal, media belajar yang digunakan yaitu buku dan kartu)

3. Warna (bersifat menghafal, media belajar yang digunakan yaitu alat peraga,kartu, pazzle, buku)

Page 9: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

4. Gambar (bersifat menghafal, media belajar yang digunakan yaitu alat peraga,kartu, pazzle, buku, serta benda yang sesungguhnya)

3. Fitur standart

Fitur standart merupakan suatu yang bersifat keharusan pada suatu desain karena berhubungan dengan user dan erat kaitannya dengan ke ergonomnisan yang diartikan suatu sifat dari suatu lingkungan kerja yang ditinjau aspek anatomi, psikologi, fisiologi, dll yang sesuai untuk manusia. Ergonomis melingkupi 3 unsur antara lain :

a) Keamanan : Keamanan saat duduk bagi pembimbing dan anak saat proses berlangsungnya terapi karena ukuran produk telah disesuaikan dengan masing – masing tempat pada posisi kedua – duanya, jadi tidak akan ada pemaksaan posisi dan cedera seperti benturan pada lutut karena meja terlalu rendah.

b) kenyamanan Suasana ruangan yang bersih dan rapi karena barang – barang bawaan dan alat peraga tersimpan pada tempat yang telah disediakan.

Kenyamanan pembimbing saat memberikan materi bimbingan kepada anak tanpa harus repot memegangi kaki dan tubuh anak,agar tidak serong kekanan dan serong ke kiri.

Kenyamanan anak saat menerima materi, tanpa harus terganggu konsentrasi dengan detil ruangan dan bangku yang menarik perhatian mereka, sehingga proses pemberian bimbingan terganggu.

Kesesuaian ukuran bangku anak dan pembimbing,agar pembimbing nyaman menempatkan kaki dan pengaturan posisi duduk

c) Kesehatan Kalau keamanan dan kenyamanan tercapai, dengan sendirinya kesehatan juga tercapai. Karena masalah ukuran produk yang sudah disesuaikan dengan ukuran masing – masing sehingga cedera punggung yang selama ini di derita para pembimbing yang melakukan pemaksaan posisi karena dimensi produk bagi mereka sudah tidak terjadi lagi

d) Kemudahan Kemudahan pembimbing saat mempersilahkan anak untuk duduk menempati bangkunya, Kemudahan pembimbing dalam mengambil barang – barang yang diperlukan untuk proses bimbingan,tanpa harus mencari suatu benda di tempat yang banyak barang tercecer dibawah kursi pembimbing Maintenance

e) Fleksibel Sistem furniture belajar dapat di pindah dan dibongkar pasang untuk memenuhi kebutuhan akan kepraktisan dalam menunjang sistem yang diterapkan dan kebijakan kepala klinik yang menginginkan hal tersebut dibuat mobile. Sistem furniture dengan sistem modular yang dapat mengakomodir segala kegiatan belajar yang ada di dalamnya.

f) Efektif dan efisien Efisien : Berdaya guna; tepat guna; tepat sesuai untuk mengerjakan sesuatu

Page 10: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Pemilihan Alternatif

Konsep Desain

Page 11: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI
Page 12: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Desain Final

Page 13: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Gambar 2.2. Desain final bilik terapi

Page 14: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Gambar 5.3. Desain final bangku terapi

Gambar 2.3. Desain final bangku terapi

Page 15: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Gambar 2.4. Desain komponen terapi

Page 16: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Operasional bangku

Page 17: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

Operasional pemasangan bilik

Page 18: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Desain system furniture belajar dan terapi anak autis yang didesain ini berupa system modular yang memiliki komponen terdiri dari meja, kursi, sistem pengunci, level, laci penyimpanan, bukaan dan bilik. Desain system furniture belajar dan terapi anak autis yang didesain ini mampu mengakomodir 4 aktivitas dasar program terapi dan belajar anak autis dengan pengembangan aktivitas belajar dan terapi yang dikonsentrasikan pada aktivitas posisi duduk. Sistem furniture belajar ini ditempatkan di klinik (rumah sakit) atau pusat terapi autis dan SLB Sekolah Luar Biasa yang menangani autis. Sistem furniture belajar ini dapat di pindah dan dibongkar pasang untuk memenuhi kebutuhan akan kepraktisan dalam menunjang sistem terapi yang mengkehendaki kemudahan bongkar pasang system furniture dari system furniture kelas kecil (berisi satu guru dan satu anak yang dibimbing serta satu bangku dalam satu bilik ruangan) menjadi system furniture kelas besar (berisi satu guru dan lebih dari satu anak yang dibimbing serta lebih dari satu bangku dalam satu bilik ruangan). Desain system furniture belajar dan terapi anak autis yang didesain ini memiliki fitur – fitur standart yang disesuaikan dengan karakter pengguna utama yang ditinjau dari aspek anatomi, psikologi, fisiologi, dll yang sesuai untuk anak-anak autis fitur tersebut antara lain safety (keamanan), comfort (kenyamanan), robust dan easy to use (kemudahan operasional).

Saran Berdasarkan data yang diperoleh baik dari pengamatan sendiri maupun dari sumber tertentu, metodologi pengerjaan laporan dan analisa yang telah dilakukan maka Desain system furniture belajar dan terapi anak autis yang didesain ini direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan akan kepraktisan dalam menunjang sistem terapi anak autis yang mengkehendaki kemudahan bongkar pasang system furniture dari system furniture kelas kecil dan dapat memaksimalkan hasil dari proses terapi yang dilakukan.

Page 19: DESAIN SISTEM FURNITURE UNTUK TERAPI

DAFTAR PUSTAKA Buku : Dreyfuss, Henry (1976) The measure of man, Human Factor in Design, McGraw

Hill, USA. Dharmaprawira WA, Sulasmi (2002). Warna : Teori dan kreativitas penggunaannya

edisi ke -2, ITB – Bandung. Koegel RL, Schreibman L (1982) How to teach autistic and other severely

handicapped children, Pro-Ed, Austin – Texas. Lovaas OI, (1997) The autistic child. Language development through behavior

modification. Irvington, New York. Lovaas OI, (1987) Behavioral treatment and normal educational and intellectual

functioning in young autistic children Journal of Consulting and Clinical Psychology , 55 : 3 -9.

Lovaas OI. Freitas L, Nelson K, Whalea C (1967). The establishment of imitation and its use for the development of complex behavior in schizophrenic children. Behavior Reseacrh and Therapy, 5 : 171 – 181.

Lovaas OI. Koegel RL, Simmons JQ, Long JS (1973) Some generalization and follow-up measures on autistic children in behavior therapy. Journal of Applied Behavior Analysis, , 6 : 131 – 165.

Lovaas OI (1993). The development of a treatment-research for developmentally disable and autistic children. Journal of Applied Behavior Analysis, 26 : 617 -603.

Maurice C, Green G, Luce SC. (1982) Behavioral intervention for young children with autism. A manual for parent and professionals. Pro- Ed, Austin – Texas.

Panero, Julius. & Martin Zelnik (2003) Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Erlangga, Jakarta.

Szokolay, SV (1980). Envirinmental Science Handbook for architects and builders, Lancaster, England.

LAPORAN PAPER / STUDI Tities, Hapsoro (2008) Laporan Tugas Akhir Desain Bajaj Sebagai Alat

Transportasi Angkutan Umum Kota Jakarta dengan Pengembangan Kendaraan Promosi dan Pariwisata (Kota Tua), Desain Produk - ITS, Surabaya

Internet : www.kompas.co.idwww.google.co.id www.depkes.comwww.depdiknas.comwww.ditplb.or.id www.suarasurabaya.net - BAMBANG DH Beri Apresiasi 'Surabaya Peduli Autis'.htm