DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH...

10

Click here to load reader

Transcript of DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH...

Page 1: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Langsung (Atabela) Jajar Legowo Hemat Energi pada Padi Sawah Jonni Firdaus

219

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH LANGSUNG (ATABELA) JAJAR LEGOWO HEMAT ENERGI PADA PADI SAWAH

Design and Examination of Energy-saving Legowo Direct

Seeder on Wetland Rice

Jonni Firdaus

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah

Jl. Lasoso, 62, Biromaru, Sigi, Sulawesi Tengah E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Jajar legowo is one of planting technologies applied in wetland rice integrated crop management which can increase production and productivity of wetland rice. However, the application of jajar legowo is difficult because farmers are still unfamiliar with it and it requires more rice population. As a result, planting cost becomes more expensive. In this matter, labor scarcity and lack of fossil fuel energy problems can hinder application of agricultural machinery. The solution is to create a simple planting tool that can increase working capacity while it does not depend on the availability of fossil fuel energy so that planting cost becomes cheaper. Atabela legowo 4:1 is one of jajar legowo direct seeder that can address these problems. This study aimed to design and eximinate legowo 4:1 direct seeder. The research was begun with assembling the seeder then conducted functional and field tests. Functional test showed that the seeds could fall from the hopper to ground, but about 32.95% of the seeds were damaged. Field test results showed that spacing error still occured at 2.89-11.11% of the actual spacing. The average number of seeds per hill was 5 grains with a range of 1-10 grains/clump. Average field capacity achieved was 0.12 ha/h with average forward speed of 0.35 m/s. All parameters showed that legowo 4:1 direct seeder had not meet expected criteria. Therefore, it still needed some improvement to fit the expected specification design. Keywords: seed, jajar legowo, Atabela, rice, energy source

ABSTRAK

Jajar legowo merupakan salah satu teknologi cara tanam dalam pengelolaan tanam terpadu (PTT) padi

sawah yang terbukti dapat meningkatkan produksi dan produktivitas padi sawah. Namun, penerapan jajar legowo sulit dilakukan karena petani belum terbiasa dan populasi padi bertambah banyak, sehingga biaya tanam menjadi lebih mahal. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah kelangkaan tenaga kerja dan kelangkaan bahan bakar energi fosil yang dapat menghambat penerapan alat dan mesin pertanian. Solusinya adalah menciptakan alat tanam sederhana yang dapat meningkatkan kapasitas kerja dan tidak tergantung pada ketersediaan energi bahan bakar fosil sehingga biaya tanam menjadi lebih murah. Atabela legowo 4:1 merupakan salah satu alat tanam jajar legowo yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan menguji Atabela legowo 4:1. Penelitian dimulai dengan pembuatan Atabela 4:1 kemudian dilakukan uji fungsional dan pengujian lapang. Uji fungsional menunjukkan benih dapat turun dari hopper ke tanah, namun benih mengalami kerusakan sebesar 32,95%. Hasil uji lapang untuk jarak tanam masih terjadi error sebesar 2,89-

11,11% dari jarak tanam sebenarnya. Rata-rata jumlah benih yang jatuh per rumpun adalah 5 bulir dengan rentang 1-10 bulir/rumpun. Rata-rata kapasitas lapang yang dicapai adalah 0,12 ha/jam (8,02 jam/ha) dengan kecepatan maju rata 0,35 m/s. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Atabela 4:1 belum sesuai dengan parameter desain, oleh karena itu masih memerlukan perbaikan. Kata kunci: benih, jajar legowo, Atabela, padi, sumber energi

PENDAHULUAN

Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Usaha peningkatan produksi beras selalu dilakukan salah satunya adalah melalui penerapan Pengelolan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Salah satu komponen teknologi PTT padi sawah adalah cara tanam jajar legowo.

Page 2: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 220

Jajar legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong di mana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanaman pada baris tengah. Tujuan cara tanam legowo adalah memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat. Tujuan selanjutnya adalah mengurangi kemungkinan serangan hama tikus karena tikus kurang suka pada lahan yang relatif terbuka. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang. Dengan adanya barisan kosong, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit menjadi lebih mudah karena petani dapat bergerak lebih leluasa. Selain itu, cara tanam jajar legowo dapat meningkatkan populasi tanaman sehingga dapat peningkatan produktivitas (BPTP Banten, 2010).

Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 6:1 atau tipe lainnya. Namun, dari hasil penelitian tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi adalah legowo 4:1 dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih adalah legowo 2:1 (BPTP Banten, 2010).

Jajar legowo 4:1 adalah cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong di mana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam setengah kali jarak tanam pada barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 4:1 adalah 20 cm (antarbarisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong) (BPTP Banten, 2010).

Menurut Ikhwani et al. (2013), cara tanam jajar legowo berpeluang menghasilkan gabah lebih tinggi dibandingkan cara tanam tegel karena populasi yang lebih banyak. Namun, cara tanam jajar legowo juga memiliki kelemahan yaitu membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dan waktu yang dibutuhkan dalam proses penanaman lebih lama. Pada daerah di mana tenaga kerja kurang atau kecepatan kerja petani/buruh tani rendah, maka cara tanam jajar legowo sulit diadopsi oleh petani.

Sistem tanam pindah membutuhkan banyak tenaga kerja. Menurut Umar dan Rina (2000) tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses tanam mencapai 29 HOK/ha. Pada daerah yang mengalami kekurangan tenaga kerja, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penanaman benih langsung di sawah. Cara ini dapat menekan kebutuhan tenaga kerja menjadi 1 HOK/ha. Namun, penanaman benih secara langsung menyebabkan jarak tanam tidak teratur karena benih dihamburkan langsung ke lahan sehingga menyulitkan proses pemeliharaan. Selain itu, pemakaian benih per ha sangat tinggi mencapai 80 kg/ha (IRRI, 2007). Oleh karena itu, diperlukan alat agar jarak tanam pada penanaman benih langsung lebih teratur.

Sumber tenaga dalam bidang pertanian berasal dari tenaga manusia, hewan dan alat atau mesin. Bila ditinjau dari kapasitas kerjanya, mesin memiliki kapasitas kerja yang lebih tinggi jika dibanding manusia dan hewan. Namun, akhir-akhir ini penggunaan alat dan mesin menjadi terhambat akibat kelangkaan energi berupa bahan bakar fosil. Untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja dan bahan bakar fosil tersebut dibutuhkan sebuah alat tanam yang dapat meningkatkan kapasitas kerja, dan tidak tergantung pada energi yang bersumber dari bahan bakar fosil. Alat tanam benih langsung (Atabela) merupakan salah satu alat tanam sederhana yang dapat digunakan dalam penerapan jajar legowo dan tidak membutuhkan bahan bakar fosil.

Alat tanam benih langsung (Atabela) merupakan alat tanam yang digunakan pada sistem tanam langsung di petakan sawah yang siap tanam. Alat tanam benih yang banyak di lapangan adalah tipe drum. Alat ini dirancang untuk menempatkan benih padi secara larikan di atas permukaan tanah. Prinsip kerjanya sangat sederhana. Benih dimasukkan ke drum benih (tempat benih berbentuk drum) yang dapat memuat 2 kg benih. Pada saat alat ditarik, benih akan keluar melalui lubang. Benih yang dibutuhkan berkisar 40-60 kg per hektar (Ananto et al., 1997).

Alat tanam benih langsung yang ada di lapangan pada umumnya menggunakan jarak tanam tegel, sistem penjatahan jatuhnya benih masih belum optimal karena menggunakan sistem jatuh bebas. Hal ini menyebabkan jumlah benih per rumpun tidak seragam. Kondisi benih yang bebas terbuka sangat rentan dengan serangan hama burung dan dihanyutkan air hujan. Selain itu, kapasitas penampungan benih sangat kecil sehingga harus sering dilakukan isi ulang. Sistem penarikan yang kaku tidak dapat disesuaikan dengan tinggi penariknya, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan

Page 3: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Langsung (Atabela) Jajar Legowo Hemat Energi pada Padi Sawah Jonni Firdaus

221

bagi penariknya. Untuk itu, perlu dibuat alat tanam benih langsung di mana kinerja fungsional alat sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji alat tanam benih padi langsung tenaga manusia pada cara tanam jajar legowo 4:1.

METODE PENELITIAN

Pembuatan alat dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2011 di laboratorium bengkel teknik mesin dan biosistem. Uji lapang dilakukan di lahan sawah percobaan Laboratorium Lapang Leuwikopo, IPB, Bogor.

Alat yang digunakan dalam proses pembuatan alat tanam benih langsung adalah alat las listrik, alat potong besi, mesin bor, gerinda, alat ukur panjang. Bahan yang digunakan adalah besi siku, papan, akrilik, paralon PVC, elektroda las, papan. Bahan uji yang digunakan adalah gabah padi varietas Ciherang dengan kadar air 12,1%

Pembuatan alat dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu tahap identifikasi masalah, tahap perumusan ide awal, perancangan fungsional dan struktural, tahap perancangan, tahap pengumpulan alat dan bahan, tahap pembuatan dan perakitan, tahap pengujian hasil rancangan, tahap pengamatan, dan analisis data. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif sederhana.

Sebelum dilakukan pengujian di lapangan terlebih dahulu dilakukan uji fungsional di laboratorium untuk melihat apakah bagian-bagian alat berfungsi. Pengujian alat diawali dengan penyiapan lahan uji. Lahan uji adalah sawah yang siap tanam dengan kondisi pelumpuran yang baik. Pengujian fungsional alat dilakukan pada sepetak sawah dengan ukuran 50x20 m yang siap tanam. Data yang diamati adalah jarak tanam, jumlah benih per rumpun, kapasitas lapang.

Pengujian dilakukan dalam tiga kali pengulangan. Setiap ulangan diamati sebanyak 15 titik tanam untuk setiap baris. Parameter pengamatan terdiri dari jarak tanam, jumlah benih per rumpun, kecepatan maju alat, dan kapasitas lapang.

Hasil perancangan alat dapat dilihat pada Gambar 1, 2, dan 3. Atabela digerakkan dengan tenaga manusia dengan cara ditarik. Pada saat ditarik sirip roda akan tertahan di lumpur sehingga menghasilkan gerak menggelinding pada roda. Selanjutnya roda akan memutar alat penjatah. Alat penjatah akan mengambil benih yang ada di hopper dan kemudian akan jatuh bebas ke lumpur dengan jarak tanam tertentu.

Gambar 1. Gambar lengkap komponen Atabela

Spesifikasi alat Dimensi : p.100 x l.40 x t.60 cm Cara tanam : legowo 4:1 Jarak tanam: 20x10x40 cm Berat alat : 15 kg Kapasitas hopper : 25 kg benih

Page 4: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 222

Gambar 2. Metering device (alat penjatah): kanan: jarak 10 cm, kiri: jarak 20 cm

Gambar 3. Alat tanam benih langsung (Atabela) Gambar 4. Cara kerja penjatah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara Pengoperasian Atabela

Kondisi lahan sawah harus dalam kondisi siap tanam yaitu kondisi pelumpuran yang baik dan datar. Atabela dioperasikan dengan cara ditarik menggunakan tali. Sebelum ditarik, padi dimasukkan ke dalam hopper. Posisi awal Atabela diletakkan pada salah satu sudut lahan, kemudian ditarik lurus ke depan. Bila posisi Atabela telah sampai di ujung pematang, maka dilakukan pembelokan, sampai posisi Atabela berada pada posisi arah berlawanan dengan arah sebelumnya. Agar diperoleh jarak legowo (40 cm), maka papan seluncur pada sisi arah pembelokan harus menapak pada jejak seluncur sebelumnya.

Posisi operator ketika menarik Atabela dapat dilakukan dalam dua posisi, yaitu:

1. Operator menghadap ke Atabela sehingga operator berjalan mundur. Keuntungan dari posisi ini, operator dapat melihat arah pergerakan Atabela berdasarkan jejak yang ditinggalkan papan seluncur. Akan tetapi, posisi ini memiliki kekurangan yaitu operator tidak dapat mengetahui halangan atau hambatan yang ada di depan.

2. Operator membelakangi Atabela dan menghadap ke depan. Keuntungan dari posisi ini, operator dapat mengetahui arah depan, akan tetapi sulit mengontrol tingkat kelurusan lintasan karena pemandu lintasan berupa papan seluncur terletak di belakang.

arah alat

Alat penjatah

Benih

Hopper

Cashing pipa PVC

Page 5: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Langsung (Atabela) Jajar Legowo Hemat Energi pada Padi Sawah Jonni Firdaus

223

Gambar 4. Posisi operator saat pengoperasian Atabela

Uji Fungsional

Uji fungsional dilakukan untuk mengetahui apakah Atabela dapat menyalurkan benih secara baik sebelum diuji coba ke lahan. Dari hasil pengujian diketahui bahwa benih dapat mengalir secara lancar dari hopper dan keluar dari bagian penjatah. Santosa et al. (2006b) menyebutkan angel of friction dari beberapa varietas padi berkisar antara 22,33-26,67

o, sementara sudut kemiringan hopper

yang didesain bervariasi antara 44,2-62,8o. Dengan sudut kemiringan hopper yang lebih tinggi dari

angle of friction, maka benih padi dapat dengan mudah meluncur di permukaan hopper.

Walaupun benih dapat ke luar dari hopper, namun hasil pengujian menunjukkan bahwa sebagian benih mengalami kerusakan seperti pecah dan sekamnya terkelupas. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 dan persentase kerusakan benih dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kualitas benih output Atabela

Ulangan Benih utuh (g) Benih rusak (g) Total (g) % Benih utuh % Benih rusak

1 6,35 3,57 9,92 64,01 35,99

2 12,88 5,38 18,26 70,54 29,46

3 10,22 5,85 16,07 63,60 36,40

4 10,60 4,53 15,13 70,06 29,94

Rata-rata 67,05 32,95

Gambar 5. Contoh benih rusak

Page 6: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 224

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari hasil pengujian diketahui bahwa benih yang rusak sebesar 32,95%. Hal ini menunjukan bahwa alat yang didesain masih belum sesuai dengan yang diharapkan, di mana seharusnya tidak ada benih yang rusak. Kerusakan benih diduga akibat terjepitnya padi pada sela antara penjatah dan pipa PVC yang menyelubunginya. Benih yang rusak diduga terjadi apabila jatuhnya benih dari hopper ke lubang penjatah dalam posisi berdiri, sehingga ada bagian dari padi yang tidak tertutupi penjatah dan menabrak pipa PVC ketika diputar.

Posisi berdiri benih pada lobang penjatah diduga berkaitan dengan bentuk dan ukuran lubang penjatah. Benih berdiri pada lubang diduga karena lubang penjatah terlalu dalam. Besarnya celah metering device didesain berdasarkan dimensi gabah. Menurut Ade dan Gusnimar (2007) panjang bulir padi bervariasi antara 7,75-10,7 mm dan lebar antara 2,43-3,66 mm, sehingga celah didesain berbentuk setengah silinder berdiameter 10 mm dan panjang 12 mm. Dengan demikian, kedalaman lubang penjatah sebesar 5 mm, sedangkan panjang benih maksimal adalah 12 mm sehingga bila benih dalam posisi berdiri maka setengah bagian benih tidak masuk. Bagian benih yang tidak masuk tersebut akan berbenturan dengan paralon PVC. Akibat adanya gerak putar metering device, maka benih akan patah karena tidak bisa masuk ke cashing-nya.

Untuk mengatasi hal tersebut disarankan untuk memasang mekanisme penyapu agar benih yang berdiri dapat rebah sebelum berbenturan dengan paralon. Alternatif lain untuk mencegah agar benih tidak berdiri pada lubang penjatah adalah dengan memperlebar lubang keluaran dari hopper minimal enam kali dari panjang benih, sehingga benih lebih leluasa dan kemungkinan benih untuk berdiri lebih kecil.

Uji Lapang

Uji lapang dilakukan di lahan sawah percobaan Laboratorium Lapang Leuwikopo. Kondisi sawah yang digunakan untuk pengujian Atabela belum sesuai dengan persyaratan lahan yang seharusnya, sehingga hasil pengujian tidak maksimal.

Parameter-parameter yang diuji antara lain:

Jarak tanam

Jarak tanam antarbaris diperoleh sebesar 20 cm, adapun jarak dalam baris pada tiap baris cukup bervariatif. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Setiap ulangan diukur sebanyak 15 titik tanam pada setiap baris. Hasil pengukuran rata-rata jarak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata jarak tanam dalam baris (cm)

Ulangan Baris1 Baris 2 Baris 3 Baris 4

1 11,33 23,53 22,53 9,73

2 12,00 19,87 21,33 10,20

3 10,00 20,27 21,13 10,93

Rata-rata 11,11 21,22 21,67 10,29

Max 20 34 36 15

Min 7 10 10 7

Error (%) 11,11 6,11 8,33 2,89

Pada Tabel 2 terlihat bahwa jarak tanam terjauh pada masing-masing baris adalah hampir dua kali jarak tanam yang seharusnya (20 cm). Hal ini disebabkan karena adanya benih yang tidak turun dari hopper ke penjatah sehingga ada 1 titik tanam yang terlewati, atau masih terjadi loss antara metering device dengan batang poros yang diputar oleh roda. Hal ini mengakibatkan meskipun roda berputar, sebagian metering device tidak berputar. Adapun jarak terpendek (7 cm) terjadi dikarenakan waktu jatuhnya benih dari pipa penyalur ke tanah mengalami keterlambatan.

Page 7: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Langsung (Atabela) Jajar Legowo Hemat Energi pada Padi Sawah Jonni Firdaus

225

Jumlah benih per rumpun

Jumlah benih dihitung langsung di lapangan berdasarkan jumlah benih yang jatuh tiap rumpun. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 ulangan. Setiap ulangan diamati sebanyak 15 titik tanam pada setiap baris. Hasil pengukuran rata-rata dapat dilihat pada Tabel 3.

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah bulir padi rata-rata dari semua rumpun adalah 4,61 ≈ 5 bulir. Adapun jumlah benih padi terbanyak yang jatuh adalah 10 bulir, sedangkan jumlah benih minimal yang jatuh adalah 1 bulir. Jumlah benih padi per rumpun yang jatuh masih terlalu banyak bila dibandingkan dengan yang diharapkan. Tabel 3. Jumlah benih rata-rata per rumpun (bulir)

Ulangan Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4

1 4,87 4,47 4,40 4,40

2 4,60 4,73 4,47 4,07

3 3,80 5,13 4,00 6,40

Max 8 10 9 10

Min 1 1 1 2

Hal ini disebabkan masih adanya benih kosong yang dimasukkan ke dalam hopper, sehingga jumlah benih yang jatuh ke penjatah pun semakin besar. Hal lain yang berpengaruh juga adalah masih terlalu besarnya lubang pada penjatah, sehingga jumlah benih yang ditampung pun semakin banyak. Benih yang jatuh, tepat masuk ke dalam alur, meskipun ada sebagian alur yang tidak terbentuk karena tanah yang tidak rata. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Benih yang jatuh tepat pada alur tanam

Kapasitas lapang

Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dengan menggunakan track garis lurus. Kapasitas lapang (KL) dihitung dengan cara:

KL = Lebar Kerja Alat x Kecepatan Maju

Lebar kerja yang digunakan sesuai dengan lebar alat, yaitu 1 m. Hasil pengukuran kapasitas lapang dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 8: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 226

Tabel 4. Hasil pengukuran kapasitas lapang

Ulangan Jarak tempuh (m) Waktu (s) Kecepatan maju

(m/s) Kapasitas lapang

(m2/s)

1 10,6 33,00 0.32 0.32

2 17,4 48,52 0.36 0.36

3 17,5 48,78 0.36 0.36

Rata-rata 0,35 0,35

Dari hasil pengukuran, didapat nilai kapasitas lapang rata-rata sebesar 0,35m2/s atau setara

dengan 0,12 ha/jam. Nilai tersebut masih terlalu kecil karena waktu yang dipergunakan untuk mengolah 1 ha adalah 8,02 jam. Waktu tersebut belum memperhitungkan waktu belok serta istirahat. Pengukuran waktu belok tidak dilakukan karena ketika berbelok penjatuhan benih masih terjadi, sehingga diperlukan mekanisme pengunci agar ketika belok roda pemutar metering device tidak berputar.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kecepatan maju rata-rata alat masih kecil yaitu 0,35 m/s, masih di bawah kecepatan maju yang direncanakan yaitu 0,5 m/s. Hal ini diduga karena kondisi tanah yang kurang terolah sempurna serta tanah yang tidak rata. Tanah yang masih keras menyebabkan sirip-sirip roda mengalami gaya draft tanah yang sangat besar. Begitu juga kondisi tanah yang kurang rata menyebabkan gaya draft tanah pada unit perata dan pembuat alur sangat besar, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan menjadi lebih besar dan menurunkan kapasitas lapang Atabela. Gambar 7 menunjukkan adanya kelengketan lumpur pada unit perata lumpur dan pembuatan alur akibat pelumpuran tanah yang tidak sempurna.

Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan memindahkan besi rangka bawah bagian depan lebih ke atas, sehingga yang menyentuh tanah hanyalah unit pembuat alur dan gaya draft tanah pun semakin kecil karena luas kontak diperkecil.

Pengolahan lahan sebelum penanaman pun sangat penting supaya gaya tarik yang dibutuhkan kecil. Anugrah (2001) menyebutkan bahwa kondisi pelumpuran yang baik memiliki indeks kelunakan tanah sebesar 90-100% dan indeks pelumpuran di atas 70% dengan kedalaman pelumpuran 20 cm dan rata. Menurut Santosa et al. (2006a) semakin lunak tanah, semakin baik tanah tersebut digunakan untuk lahan sawah. Tingkat kekerasan tanah dinyatakan dengan nilai cone index yang mengindikasikan kekerasan tanah yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Semakin kecil nilai cone index, maka tanah tersebut semakin lunak. Nilai cone index pada beberapa cara pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 5.

Gambar 7. Perata dan pembuat alur Atabela tertutupi tanah

Page 9: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Langsung (Atabela) Jajar Legowo Hemat Energi pada Padi Sawah Jonni Firdaus

227

Tabel 5 Rata-rata cone index pada beberapa cara pengolahan tanah sawah

Cara pengolahan tanah sawah Cone Index (kg/cm

2)

Sebelum olah tanah Setelah olah tanah

Satu kali bajak singkal 2.550 1.770

Dua kali bajak singkal 2.550 1.167

Satu kali gelebeg 2.127 1.234

Dua kali gelebeg 2.127 1.234

Kombinasi bajak singkal dan gelebeg 3.322 1.597

Bajak kerbau 3.060 1.923

Cangkul 2.674 1.702

Sumber: Santosa et al. (2006a)

Dalam hubungan dengan aplikasi alat mesin pertanian, tingkat kekerasan tanah diperlukan untuk mengetahui daya dukung lahan terhadap alat dan mesin, di mana daya dukung lahan harus lebih besar dari ground pressure alat agar tidak terbenam dan dapat meluncur dengan baik di permukaan lumpur. Untuk memperkecil ground pressure maka sedapat mungkin luas bidang kontak alat dengan tanah diperbesar, namun juga harus mempertimbangkan gaya gesek antara bidang kontak tersebut terhadap lumpur sehingga alat tidak terbenam dan alat dapat dengan mudah ditarik sehingga kecepatan majunya menjadi lebih cepat dan akhirnya kapasitas lapang alat menjadi tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Atabela masih belum sempurna di mana benih yang keluar dari alat mengalami kerusakan sebesar 32,95%. Jumlah benih per rumpun yang keluar dari alat berkisar 1 hingga 10 bulir/rumpun dengan rata-rata 5 bulir/rumpun. Hal ini belum sesuai dengan parameter desain yang diharapkan (4 bulir/rumpun). Jarak tanam rata-rata dalam barisan (11,11 – 21,22 – 21,67 – 10,29 cm) sudah mendekati parameter desain (10 – 20 – 20 – 10 cm). Kapasitas lapang Atabela sebesar 8,02 jam/ha.

Perlu adanya perbaikan pada berbagai aspek, di antaranya: lubang pada metering device harus diperkecil untuk menghindari jatuhnya benih yang berlebihan; lubang keluaran hopper sebaiknya diperbesar menjadi enam kali ukuran panjang maksimal bulir padi untuk menghindari berdirinya padi ketika akan memasuki metering device dan akan menyebabkan kerusakan pada benih; dan perlu diberikan mekanisme penyapu pada lubang keluaran hopper untuk mencegah jatuhnya benih yang melebihi kapasitas metering device yang menyebabkan kerusakan benih.

Komponen rangka bagian depan bawah sebaiknya ditinggikan 10 cm, sehingga yang menyentuh ke tanah adalah bilah pembuat alur untuk memperkecil gaya draft tanah, sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menarik semakin kecil dan kapasitas lapang yang dihasilkan semakin meningkat.

Perlu mekanisme pengunci roda agar roda tidak berputar ketika berbelok, sehingga benih tidak jatuh. Mekanisme pengunci dapat dilakukan dengan memasang batang pengunci pada rangka yang dapat mengunci gerakan roda dan dapat dicabut ketika Atabela sudah berada pada jalur lintasan.

DAFTAR PUSTAKA

Santika, A. dan G. Aliawati, 2007. Teknik pengujian tampilan beras untuk padi sawah, padi gogo, dan padi pasang surut. Buletin Teknik Pertanian 12(1):19-23.

Anugrah, R. 2001. Mempelajari Tingkat Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Glebeg dan Garu Sisir. Skripsi. FATETA, IPB. Bogor.

Page 10: DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_16_SET_Jonni.… · Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 228

Ananto, E., D.R. Ahmad, dan T. Alihamsyah. 1997. Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

BPTP Banten. 2010. Tanam padi cara jajar legowo di lahan sawah. http://banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=171&Itemid=11 (12 April 2011)

Ikhwani, R.P. Gagad, P. Eman, dan A.K. Makarim, 2013. Peningkatan produktifitas padi melalui penerapan jarak tanam jajar legowo. Iptek Tanaman Pangan. Bulletin Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 8(2):72-79.

IRRI, 2007. Tanam benih secara langsung (Tabela) atau tanam hambur. http://www.knowledgebank.irri.org (12 April 2011).

Santosa, Azrifirwan, dan F. Yesi. 2006a. Studi parameter hasil pengolahan tanah pada sawah. Jurnal Akademika 10(1):77-84.

Santosa, C. Chatib, dan B. Halomoan. 2006b. Penilaian sifat fisik dan mutu gabah terhadap produksi beras di Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas 10(2):1-13.

Umar, S. dan D.Y. Rina. 2000. Kajian dan keragaan sistem Tabela dan Tapin pada usahatani padi sawah pasang surut di Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa (Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, Banjarbaru (Indonesia). p. 543-550.