DERMATOFITOSIS 2

download DERMATOFITOSIS 2

of 19

Transcript of DERMATOFITOSIS 2

DERMATOFITOSIS

DEFINISI Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. SINONIM Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata ETIOLOGI Dermatofita adalah jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kleas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Ketiga genus ini mempunyai sifat keratofilik.

Microsporum

Trichophyton

Epidermophyton

1

KLASIFIKASI Berdasarkan lokasi lesinya, dermatofitosis dibagi menjadi: 1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala. 2. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot. 3. Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah. 4. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan. 5. Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki. 6. Tinea korporis, dermatofitosispada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Selain 6 bentuk tinea diatas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus yang dapat dianggap sebagai sinonim tinea korporis, yaitu: Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan disebabkan Trichophyton concentricum Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton schoenleini yang secara klinis berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odor) Tinea fasialis, tinea aksilaris yang juga menunjukkan daerah kelainan Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis. Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea incognito, yang berarti dermaotfitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat. GEJALA KLINIS Tinea glabrosa atau dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai morfologi khas. Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit (polimorfi). Bagian tepi lsi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian tengah. Eczema marginatum adalah istilah yang tepat untuk lesi dermatofitosis secara deskriptif.

2

Bergantung pada berat ringannya reaksi radang dapat dilihat berbagai macam lesi kulit. Wujud lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi, menahun oleh trichophyton rubrum sampai kerion Celsi yang disebabkan Microsporum canis. Di antara 2 bentuk ekstrim ini, dapat dilihat macam-macam kelainan kulit dengan tingkat peradangan yang berbeda. Beberapa penulis berdasarkan berat ringannya peradangan lesi, menggunakan istilah dermatofitosis superfisialis, media, dan profunda.

A. TINEA PEDISDefinisi Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Sinonim Athletes foot, ringworm of the foot, kutu air Bentuk 1. Tinea pedis bentuk interdigitalis Bentuk ini adalah yang tersering diantara bentuk lain. Diantara jari IV dan V terlihat fissura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai oleh infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas, yang disertai gejala-gejala umum. 2. Tinea pedis bentuk moccasin foot Pada bentuk ini tampak seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. 3

3. Tinea pedis bentuk subakut Pada bentuk ini dapat terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis, limfangitis, dan kadang-kadang menyerupai erysipelas. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.

Tinea pedis banyak terlihat pada orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa.

B. TINEA UNGUIUMDefinisi Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Sinonim Dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail

Bentuk 1. Subungual distalis 4

Bentuk ini dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku raouh yang menyerupai kapur. 2. Leukonikia trikofita Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur. 3. Subungual proksimalis Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atay yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang daripaada kuku tangan. Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan; kelainan pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan.

C. TINEA KRURIS Definisi Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Sinonim Eczema marginatum, Dhobie itch, jockey itch, ringworm of the groin. Kelainan ini dapat bersifat akut dan menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitor-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk 5

yang primer dan sekunder (polimorf). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.

D. TINEA KORPORIS Definisi Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin). Sinonim Tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap, herpes sircine trichophytique. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka mendapat infeksi baru pertama kali. Bentuk 1. Tinea imbrikata Bentuk khas tinea korporis ini disebabkan oleh Trichophyton concentricum. Tinea ini dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasar dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai ladi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaranlingkaran skuama yang konsentris. Bila diraba dengan jari tangan kita meraba dari bagian tengah kearah luar, akan terasa jelas skuama menghadap ke dalam. Lingkaran-lingkaran skuama konsenstris bila menjadi besar dapat bertemu dengan lingkaran-lingkaran di sebelahnya sehingga membentuk pinggiran polisiklik. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa gatal, akan tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi 6

kulit kadang-kadang dapat menyerupai iktiosis. Kulit kepala penderita dapat terserang, akan tetapi rambut biasanya tidak. Tinea unguium juga sering menyertai penyakit ini. 2. Tinea Favosa Bentuk ini disertai dengan kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta terserbut biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diiangkat terlihat dasar cekung merah dan membasah. Rambut kemudian tidak berkilat lagi dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas ke seluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis, yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada akil balik. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut. Favus pada kuku tidak dapat dibedakan dengan tinea unguium pada umumnya, yang disebabkan oleh spesies dermatofita lainnya. Tiga spesies dermatofita dapat menyebabkan favus yaitu, Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum dan Microsporum gypseum. Berat ringannya penyakit dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur dan ketahanan penderita sendiri. 3. Bentuk menahun Pada tinea bentuk ini, tanda radang tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et corporis. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya dilihat bersamasama dengan tinea unguium.

7

E. TINEA KAPITIS Definisi Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Sinonim Ringworm of the scalp Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan , alopesia, dan kadangkadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Bentuk Terdapat 3 bentuk tinea kapitis: 1. Grey patch ringworm Bentuk ini biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah terserbut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuningkuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan, pemeriksaan dengan lampu Wood ini banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali-sekali dapat terbentuk kerion. 2. Kerion Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang 8

padat di sekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk. 3. Black dot ringworm Kelainan ini disebabkan oleh Tricohophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini member gambaran khas yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan biakan jamur.

PEMBANTU DIAGNOSIS Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas

pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan unuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan sebagai berikut: terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus 70%, kemudian untuk: 1. Kulit tidak berambut (glaborous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril. 2. Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit di daerah terserbut dikerok untuk mengumpulkan sisik kelit, pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasuskasus tinea kapitis tertentu. 3. Kuku: bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalamdalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula. 9

Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian dengan pembesaran 10x45. Pemeriksaan dengan pembesaran 10x100 biasanya tidak diperlukan. Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah 1 2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit dan kuku 20%. Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH, ditunggu 15-20 menit hal ini diperlukan untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut, pemanasansudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk Kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker superchroom blue black. Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ekrotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihata juga hifa pada sediaan rambut. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa Saboraoud.

DIAGNOSIS BANDING Dermatitis, biasanya batasnya tidak tegas dan bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah. Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari dan tangan dapat merupakan reaksi id, yaitu akibat setempat hasil reaksi antigen dengan zat anti pada temapt tersebut. Hiperhidrosis, terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Bila hanya terlihat vesikelvesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan tangan. Kelainan tidak meluas sampai di sela-sela jari kaki.

10

Akrodermatitis kontinua dan Morbus Andrew, dapat menyerupai tinea pedis dan manum sangat sulit dibedakan dengan dermatofitosis bila berdasarkan pemeriksaan fisik saja dan memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Kandidosis, kadang-kadang sangatlah sulit membedakan kandidosis dengan tinea pedis murni. Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and chicken (korimbiformis). Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita, ada atau tidaknya fluor albus dapat membantu pengarahan diagnosis. Pada penderita diabetes mellitus, kandidosis merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH dan pembiakan dapat menolong. Infeksi sekunder dengan spesies Candida atau bakteri lain sering menyertai tinea pedis, sehingga pada kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi yang bijaksana terhadap hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Sifilis stadium II, pada penyakit ini lesi dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan dan kaki. Lesi yang merah dan basah dapat merupakan petunjuk. Dalam hal ini tanda-tanda lain sifilis akan terdapat, misalnya kondiloma lata, pembesaran kelenjar getah bening yang menyeluruh, anamnesis tentang afek primer, dan pemeriksaan serologi serta lapangan gelap dapat menolong. Psoriasis, psoriasis yang menyerang kuku pun dapat berakhir dengan kelainan yang sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits), yang terlihat pada psoriasis tidak didapati pada tinea unguium. Lesi-lesi psoriasis pada bagian lain badan dapat menolong membedakan dengan tinea unguium. Psoriasis, tempat predileksinya antara lain daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung. Adanya lekukan pada kuku (nail pit) dapat pula menolong diagnosis. Lesi-lesi pada psoriasis biasanya lebih merah, skuama lebih banyak dan lamellar. Pitiriasis rosea, distribusi kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal anggota badan, sukar dibedakan penyakit ini dengan tinea korporis tanpa herald patch. Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat memastikan diagnosis. Dermatitis seboroika, biasanya tempat predileksi adalah di kulit kepala (scalp), lipatan-lipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya. Lesi pada dermatitis seboroika biasanya lebih merata dan simetris distribusinya. Eritrasma, sering berlokalisasi di sela paha. Efloresensi yang sama adalah eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari penyakit ini. Pada pemeriksaan lampu Wood pun terdapat fluoresensi merah (coral red). 11

PENGOBATAN DAN PROGNOSIS Dermatofitosis umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10 25 mg per kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan keadaan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Untuk mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak. Untuk mempercepat waktu penyembuhan, kadang-kadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal tambahan. Pada pengobatan kerion stadium dini, diberikan kortikosteroid sistemik sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3 x 5mg atau prednisolon 3 x 4mg sehari selama 2 minggu. Obat tersebut diberikan bersama-sama dengan griseofulvin. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu setelah sembuh klinis. Terbinafin yang bersifat fungisidal juga dapat diberikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5mg 250mg sehari bergantung pada berat badan. Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar. Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10% penderita, yang tersering adalah gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain dapat berupa gangguan pengecapan yang bersifat sementara. Sefalgia ringan juga dapat terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan pada 3,3 7%. Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar. Pada masa kini, selain obat-obat topikal konvensional, misalnya asam salisil 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dan zat warna (hijau brilian1% dalam cat castellani) dikenal banyak obat topikal baru. Obat-obat baru ini 12

diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivate-derivat imidazol, siklopiroksamin, dan naftiline masing-masing 1%.

NONDERMATOFITOSISTerdiri atas: 1. Pitiriasis versikolor 2. Pitirosporum folikulitis 3. Piedra 4. Tinea Nigra Palmaris 5. Otomikosis 6. Keratomikosis

1. PITIRIASIS VERSIKOLOR Definisi Pitiriasis Malasezia superficial versikolor furfur yang yang adalah kronik, disebabkan penyakit biasanya oleh jamur tidak

memberikan keluhan subjektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang keriak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala berambut. Sinonim Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis versikolor flava dan panau.

13

Epidemiologi Pitiriasis versikolor merupakan penyakit universal dan terutama dtemukan di daerah tropis. Patogenesis Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versikolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan orgasnisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya, mislanya suhu, media dan kelembaban. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi pathogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di antaranya oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan keringat. Gejala klinis Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superficial dan ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood yang berwarna kuning keemasan. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walapun jarang.. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa ta tidak luput dari infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi antara lain faktor herediter, penderita sakit kronik, atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi. Diagnosis Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan lampu Wood, dan sediaan langsung. Pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok.

14

Diagnosis banding Penyakit ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritrasma, sifilis II, achromia parasitic dari Pardo-Castello dan Dominiquez, morbus Hansen, pitiriasis alba, dan vitiligo. Pengobatan Pengobatan harus dilakukan menyeluruh , tekun dan konsisten. Obat-obat yang dapat dipakai misalnya: Selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30menit sebelum mandi. Obat-obat lain yang berkhasiat terhadap penyakit ini adalah: salisil spiritus 10%; derivate-derivat azol, misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol, dan ekonazol; sulfur presipitatum dalam bedak kocok 420%; tolsiklat; tolnaftat, dan haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat pula digunakan; dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu. Jika slit disembuhkan ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x200mg sehari selama 10 hari. Prognosis Prognonsis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.

2. PITIROSPORUM FOLIKULITIS Definisi Pitirosporum folikulitis adalah penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebakan berupa oleh spesies pustul Pitirosporm, yang papul, folikular,

biasanya gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher dan lengan bagian atas. Sinonim Malasezia folikulitis

15

Etiologi Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur, penyebab pitiriasis versikolor. Patogenesis Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis dengan sifat dimorfik, lipofilik dan komensal. Bila pada hospes terdapat faktor predisposisi spesies Malassezia yang tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam hal ini reaksi peradangan terhadap produk, tercampur dengan lemak bebas yang dihasilkan melalui aktivitas lipase. Faktor predisposisi antara lain adalah suhu dan kelembaban udara yang tinggi, penggunaan bahan-bahan berlemak untuk pelembab badan yang berlebihan, antibiotic, kortikosteroid local/sistemik, sitostatik dan penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus, kegangasan, keadaan immunocompromised, dan AIDS. Gejala klinis Malassezia folikulitis memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Klinis morfologi terlihat papul dan pustul perifolikuler, berukuran 2-3mm diameter, dengan peradangan minimal. Tempat predileksi adalah dada, punggung dan lengan atas. Kadang-kadang dapat di leher dan jarang di muka. Diagnosis Banding Acne vulgaris Folikulitis bacterial Erupsi akneiformis Pengobatan 1. Antimikotik oral Misalnya: Ketokonazol 200 mg selama 2-4 minggu Itrakonazol 200mg selama 2 minggu Flukonazol 150 mg seminggu selama 2-4 minggu

2. Antimikotik topikal biasanya kurang efektif walaupun dapat menolong. 16

3. PIEDRADefinisi Piedra adalah infeksi jamur pada rambut dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedraia hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra). Di Indonesia hingga sekarang hanya dilihat piedra hitam. Sinonim Black piedra, white piedra, tinea nodosa, piedra nostros, trikomikosis nodularis, trikomikosis nodosa, chiqnon disease, Beigel disease. Gejala klinis Piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut dan kumis tanpa memberikan keluhan. Krusta melekat erat sekali pada rambut yang terserang, dan dapat sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba, dan terasa kasar bila rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisir terdengar suara metal (klik). Piedra hitam yang hanya ditemukan di daerah tropis tertentu merupakan penyakit endemis di tempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra hortai hanya menyerang rambut kepala. Jamur ini menyerang rambut di bawah kutikel, kemudian membengkak dan pecah untuk menyebar di sekitar rambut (shaft) dan membentuk benjolan tengguli dan hitam. Diagnosis Diagnosis dibuat berdasarkan atas gejala klinis dan disokong oleh pemeriksaan sediaan langsung dan biakan. Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10%, rambut yang sakit dan telah dipotongg terlihat sebagai berikut. Benjolan yang isebabkan P. hortai berukuran bermacam-macam dan terpisah satu dengan yang lain. Benjolan berwarna tenggli hitam ini terdiri atas hifa berseptum, teranyam padat dan diantaranya terdapat askus-askus. Didalam askus terdapat 4-8 askospora. Pengobatan

17

Memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci rambut dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari. Obat anti jamur konvensional dan yang baru pun berguna.

4. TINEA NIGRA PALMARIS Definisi Tinea infeksi nigra jamur yang disebabkan adalah yang

Cladosporium

werneckii superficial

asimtomatik pada stratum korneum. Kelainan kulit berupa makula tengguli sampai hitam. Telapak tangan yang biasanya terserang walaupun telapak kaki dan permukaan kulit lain dapat terkena. Sinonim Keratomikosis nigrikans Palmaris, pitiriasis nigra, kladosporiosis epidemika, mikrosporosis nigra, tinea nigra. Etiologi Penyebab penyakit ini adalah Cladosporium wernwckii di Amerika Utara dan Selatan, sedangkan di Asia dan Afrika organisme ini disebut Cladosporium mansonii. Gejala klinis Kelainan kulit telapak tangan berupa bercak-bercak tengguli hitam dan sekali-sekali bersisik. Penderita umumnya berusia muda di bawah 19 tahun dan penyakitnya berlangsung kronik sehingga dapat silihat pada orang dewasa di atas umur 19 tahun. Perbandingan penderita wanita 3x lebih banyak daripada pria. Faktor-faktor predispodidi penyakit belum diketahui kecuali hiperhidrosis. Kekurangan respon imun penderita rupanya tidak berpengaruh. Diagnosis Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada pemeriksaan sediaan langsung dalam larutan KOH 10% jamur terlihat sebagai hifa bercabang, bersekat ukuran 1,5-3, berwarna coklat muda sampai hijau tua. Biakan pada agar Saboraud (suhu kamar) menghasilkan koloni yang tampak sebagai koloni menyerupai ragi dan koloni filament berwarna hijau tua atau hitam. 18

Diagnosis banding Tinea nigra dapat menyerupai dermatitis kontak, tinea versikolor, hiperkromia, nevus pigmentosus, dan kulit yang terkena zat kimia, misalnya perak nitrat. Pengobatan Tinea nigra dapat diobati dengan obat-obat jamur konvensional, misalnya salap salisil sulfur, Whitfield, dan tincture jodii. Prognosis Tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak member keluhan pada penderita kecuali keluhan estetik, kalau tidak diobati penyakit akan menjadi kronik.

DAFTAR PUSTAKA1. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 92-104. 2. Harahap. M, Ilmu Penyakit Kulit; edisi pertama, Jakarta: Hipokrates, 2000; 73-87. 3. Arndt.K.A, Bowers. K.E, Chuttani. A.R, Manual of Dermatologic Therapeutics; 5th edition, Boston: Little, Brown and Company, 1995; 79-85. 4. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM 2005. 5. Fitzpatrick. T.B, Johnson. R.A, Wolff. K, Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology; 3rd edition, Masachusetts: Mc-Graw and Hill, 1997; 688-733. 6. www.aafp.org, Weinstein. A, Berman. B, Topical Treatment of Common Superficial Tinea Infections.: American Family Physician, 2002.

19