Depresi pada penderita DM2

9
Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa 1 STIKES NGUDI WALUYO ARTIKEL HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD AMBARAWA Oleh : KUMININGSIH NIM : 010109a066 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2013

description

depresi, dm, dm2

Transcript of Depresi pada penderita DM2

Page 1: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

1

STIKES NGUDI WALUYO

ARTIKEL

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

DI RSUD AMBARAWA

Oleh :

KUMININGSIH

NIM : 010109a066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN

2013

Page 2: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

1

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

DI RSUD AMBARAWA

Kuminingsih*) Priyanto**) Umi Aniroh**) STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN

*) Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen Pembimbing STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Latar Belakang : Diabetes Mellitus adalah penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit diabetes mellitus sendiri memicu dampak psikologis penderita yang menyebabkan penderita diabetes mellitus menjadi cemas dan depresi. Menurut International Diabetes Federation (2005) menunjukkan prevalensinya 60% penderita DM mengalami depresi. Untuk menekan angka depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II perlu dukungan emosional dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan emosional keluarga dengan tingkat depresi pasien diabetes mellitus tipe II. Metode : Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi, dengan populasi 112 orang penderita DM tipe II yang dirawat dipoliklinik RSUD Ambarawa dengan jumlah sebanyak 53 responden dengan teknik purposive dengan menggunakan alat pengumpul data kuesioner. Uji analisis menggunakan uji kendal tau test dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05). Hasil : Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dukungan emosional keluarga baik sebanyak 56,6% dan tingkat depresi sebagian besar ringan sebanyak 26,4% di RSUD Ambarawa dengan p-value: 0,006 dengan arah hubungan positif kekuatan lemah engan nilai korelasi τ = 0,328. Kesimpulan dan saran : Keluarga hendaknya memberikan dukungan emosional untuk mencegah terjadinya depresi serta perlu peran aktif petugas kesehatan yang melibatkan keluarga dalam perawatan pasien DM khususnya dalam memberikan dukungan emosional untuk mencegah terjadinya depresi. Kata kunci : dukungan emosional keluarga, depresi dan diabetes mellitus tipe II

PENDAHULUAN Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita Diabetes Mellitus mencapai lebih dari 180 juta jiwa di seluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030. Menurut survei yang

dilakukan WHO memperkirakan tahun 2030, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.

Diabetes Mellitus mencapai 20.8 juta jiwa atau sekitar 7% dari seluruh populasi, dan yang terdiagnosa sebanyak 14.6 juta jiwa. Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, Biro Pusat Statistik memperkirakan pada tahun 2003 sudah terdapat 14 juta orang Indonesia yang mengidap Diabetes Mellitus.

Page 3: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

2

Perlu disadari bahwa hidup dengan DM dapat memberikan beban psikososial bagi penderita maupun anggota keluarganya. Respon emosional negatif terhadap diagnosis bahwa seseorang mengidap penyakit ini dapat berupa penolakan atau tidak mau mengakui kenyataan, cemas, marah, merasa berdosa, dan depresi. (Novitasari, 2012)

Depresi adalah keadaan cemas individu (diabetis) yang tidak mempunyai koping yang baik dalam menyelesaikan permasalahannya hingga muncul kesedihan, memandang rendah pada dirinya, merasa lelah dalam menjalani kehidupan bahkan memikirkan tentang bunuh diri.(Novitasari, 2012)

Dari Data Badan Kesehatan Dunia didapatkan 27% penderita depresi pada penderita DM. Hasil penelitian dari International Diabetes Federation (2005) menunjukkan prevalensinya 60% penderita DM mengalami depresi dan juga menunjukkan 15% penderita DM mengalami depresi sedang. Manakala pada penderita DM yang disertai dengan depresi mayor mempunyai kerentanan untuk berulang menderita depresi apaila diikuti selama 5 tahun (Lutsman,2001).

Penderita DM seringkali mengalami kesulitan untuk menerima diagnosa pada saat seseorang mengetahui bahwa kehidupannya berubah drastis. Penderita harus menjaga pola makannya seperti tidak boleh mengkonsumsi gula maupun makanan manis, menjalani diet, banyak berolahraga minimal berjalan kaki, banyak minum air putih dan buah-buahan, serta melakukan pengecekan gula darah minimal satu bulan sekali. Hari-hari yang membuat beliau sulit adalah ketika menghadiri pesta. Penderita harus lebih selektif memilih makanan yang dimakannya karena salah memilih makanan akan membuat gula darahnya naik. Sepertinya aktivitas-aktivitas tersebut mudah untuk dijalani tetapi terkadang beliau mengalami kejenuhan, seperti ingin bebas mengkonsumsi jenis makanan dan minuman, biasanya seseorang tersebut

berada pada tahap krisis yang ditandai oleh ketidakseimbangan fisik, sosial dan psikologis. Hal ini berlanjut menjadi perasaan gelisah, takut, cemas dan depresi (Watskin, 2006).

Kondisi ini terutama ditemui pada penderita DM tipe II yang memiliki kondisi berbeda dengan penderita DM tipe I. Pada pasien penderita DM tipe I telah mendapat suntikan insulin dan perawatan fisik sejak masih muda bahkan sejak balita sehingga pasien dengan DM tipe I dapat melakukan penyesuaian fisik dan psikologis untuk dapat menghadapi dan melakukan perawatan terhadap penyakitnya daripada pada pasien penderita DM tipe II. Salah satu fakor yang mempengaruhi tingkat depresi pada penderita DM adalah dukungan emosional keluarga.

Dukungan emosional keluarga meliputi ungkapan empati misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi (Smet, 1994).

Pada saat seseorang menghadapi permasalahan, orang akan menderita secara emosional dan dapat mengalami depresi, kesedihan, ataupun kecemasan. Pada saat seperti ini, teman atau keluarga dapat memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan orang tersebut bahwa dia adalah orang yang berharga yang sangat diperhatikan oleh lingkungannya. Kehangatan dan kepedulian yang diberikan oleh orang lain, akan memungkinkan orang yang mengalami stres, menghadapinya lebih tenang (Taylor, 2005).

Dari hasil Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan 3 Juni 2013 terhadap 10 pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Ambarawa dengan menggunakan kuesioner menunjukkan bahwa 3 pasien menyatakan mengalami depresi ringan dengan gejala gangguan

Page 4: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

3

tidur dan nafsu makan berkurang di mana 2 pasien menyatakan keluarga hanya mendengarkan apa yang disampaikan dan 1 pasien menyatakan keluarga memberikan perhatian, kepercayaan dan selalu mendengarkan apa yang disampaikan. Diperoleh 2 pasien menyatakan mengalami depresi sedang dengan gejala gangguan tidur, hilangnya minat, nafsu makan berkurang dan semangat 1 pasien menyatakan keluarga hanya mendengarkan apa yang disampaikan dan 1 pasien menyatakan keluarga memberikan perhatian, kepercayaan dan selalu mendengarkan apa yang disampaikan. Diperoleh pula 5 pasien menyatakan mengalami depresi berat dengan gejala gangguan tidur, hilangnya minat, nafsu makan berkurang dan semangat dan mudah lelah serta tenaga hilang di mana 2 pasien menyatakan keluarga hanya mendengarkan apa yang disampaikan dan 3 pasien menyatakan keluarga memberikan perhatian dan selalu mendengarkan apa yang disampaikan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan emosional keluarga dan tingkat depresi pada pasien DM tipe II di RSUD Ambarawa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan dengan pendekatan cross sectional. Yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dukungan emosional keluarga dan tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa. Penelitian cross sectional merupakan rancangan penelitian untuk mempelajari dinamika antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmojo, 2005).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe II yang dirawat dipoliklinik RSUD Ambarawa. Yang dilakukan pada 53 responden pada

tanggal 14-22 Agustus 2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Dimana semua calon responden memenuhi kriteria yang telah ditentukan peneliti.

Alat pengumpulan data yang dipergunakan yaitu kuesioner, berisi pernyataan tentang dukungan emosional keluarga dan tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yaitu dukungan emosional keluarga (variabel independen) dan tingkat depresi (variabel dependen).

Analisis bivariat dilakukan dengan uji kendal tau yang digunakan menguji hipotesis hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dan tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Dukungan Emosional Keluarga

Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan emosional keluarga pada pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa tahun 2013

Dukungan Emosional Keluarga

Frekuensi Persentase (%)

Kurang Sedang Baik

8 15 30

15,1 28,3 56,6

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa responden yang mendapatkan dukungan emosional baik 30 orang (56.6%), sedang 15 orang (28,3%), kurang 8 orang (15,1%). Hal ini membuktikan bahwa

Page 5: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

4

sebagian besar responden mendapatkan dukungan emosional keluarga yang baik.

Pemberian dukungan membantu individu untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan orang lain yang berfungsi untuk menambah kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai dan berguna saat individu mengalami tekanan atau masalah ( Nursalam,2008).

Dukungan emosional keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien diabetes mellitus sebagai support system atau pendukung utama sehingga pasien dapat mengembangkan respon atau koping yang efektif untuk beradaptasi dengan baik, psikologis maupun sosial. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi dan dapat memberikan dukungan emosional, melalui sharing masalah bersama. Dukungan emosional adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Dukungan emosional keluarga sangat berpengaruh pada emosi/mood individu yang menderita DM yang dapat mempengaruhi perilaku yang negatif dalam menjalani kehidupannya.

Salah satu cara untuk mengurangi gejala depresi adalah dengan meningkatkan kesehatan psikososial pada penderita diabetes tipe II. Salah satunya dengan menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri dan promosi terhadap kontrol diri melalui dukungan emosional terutama dari keluarga sebagai orang-orang terdekat (Potter&perry, 2005).

2. Tingkat Depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II Tabel 2 Distribusi frekuensi

berdasarkan Tingkat Depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa tahun 2013

Tingkat Depresi Pasien

Frekuensi Persentase (%)

Depresi berat Depresi Sedang Depresi

14 19 20

26,4% 35,8

37,7% Jumlah 53 100,0

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa responden di RSUD Ambarawa yang mengalami depresi ringan sebanyak 20 orang (37,7%), depresi sedang sebanyak 19 orang (35,8%), dan depresi berat sebanyak 14 orang (26,4%).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan banyaknya pasien DM mengalami depresi ringan disebabkan karena keluarga memberikan dukungan secara emosional untuk meningkatkan harga diri pasien DM yang jauh dari perasaan sedih, murung serta tidak bahagia dalam menjalani hidupnya. Emosi memberikan pengaruh besar pada keadaan jasmani. Ketakutan yang berlebihan, kemarahan yang kuat serta kebimbangan yang dalam, dapat menimbulkan akibat-akibat yang merugikan kesehatan. Ketika kondisi emosi penderita diabetes sedang tidak stabil atau mengalami emosi negatif, maka akan mempengaruhi penyakit yang di deritanya.

Menurut Depsos (2009), bahwa dukungan emosional keluarga merupakan salah satu bentuk terapi pada penatalaksanaan pasien DM, jadi dengan adanya dukungan dari keluarga yang mempunyai ikatan emosional setidaknya memberikan kekuatan pada pasien DM untuk melawan penyakitnya dan bebas dari depresi. Banyak orang berasumsi jika penyakit diabetes mellitus adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, hidup sengsara karena terbebani penyakit tersebut membuat stressor pembuat stres bekerja jauh lebih meningkat. Hingga tak

Page 6: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

5

jarang para penderita diabetes melitus putus asa dalam menjalani kehidupannya terlebih bagi para diabetis yang baru mengenal penyakit tersebut, adaptasi fisiologis dan psikologis membuat para penderita diabetes harus benar-benar memahami bagaimana penyakit tersebut dapat diatasi hingga tak jarang membuat perubahan yang signifikan dalam dalam dirinya. Dikarenakan terbatasnya informasi mengenai penyakit diabetes mellitus, para diabetis pada tahun-tahun awal akan mengalami kecemasan, perasaan tidak yakin, putus asa dan depresi.

Dukungan emosional keluarga mempengaruhi kemampuan penderita diabetes tipe II untuk mencegah terjadinya stres dan depresi dalam kehidupannya, dan meningkatkan kemampuan fungsional, diantaranya kemampuan kognitif.

3. Hubungan Dukungan emosional keluarga dengan Tingkat Depresi pada pasien diabetes meliitus tipe II Tabel 3 Distribusi frekuensi

berdasarkan Hubungan dukungan emosional keluarga dengan tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Ambarawa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan emosional keluarga dengan variabel tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus di RSUD Ambarawa. Dengan Berdasarkan uji Kendall Tau diperoleh nilai korelasi τ = 0,328 dengan p-value 0,006. Oleh karena p-value = 0,006 < α (0,05) Berdasarkan hasil

tersebut, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan arah positif antara dukungan emosional keluarga dengan tingkat depresi dengan nilai korelasi τ = 0,328 sehingga hipotesis penelitian yang telah diajukan pada penelitian diterima. Penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan adanya bukti hubungan dukungan emosional keluarga dengan tingkat depresi pada pasien diabetes tipe 2 di RSUD Ambarawa.

Penyakit diabetes menjadi masalah kesehatan yang utama pada saat ini karena menyebabkan komplikasi. Penderita diabetes mellitus menanggung resiko untuk mengindap penyakit jantung koroner dan hipertensi (tekanan darah tinggi), khususnya penderita diabetes mellitus tipe II (Noer, 1997, dalam Savitri, 2006). Penderita diabetes harus menjalani pengobatan dan perawatan yang ketat seumur hidupnya untuk mencegah munculnya komplikasi yang parah. Walaupun diabetes mengganggu sistem fisiologis manusia, kenyataan yang ditemukan di lapangan adalah penderita diabetes juga mengalami gangguan pada kondisi psikisnya. Ini ditandai dengan perubahan perilaku para penderita yang mudah menjadi emosi dan kurang dapat mengendalikan diri dengan baik, terutama dalam menjaga pola makan untuk mengurangi gejala diabetes.

Penderita diabetes tipe II merasa bahwa penyakit ini mengganggu aktivitas keseharian penderita sehingga kelancaran aktivitas itu sendiri berjalan kurang baik. Hal inilah yang menjadi fokus perhatian karena pengaruh diabetes yang juga mempengaruhi psikis sehingga terjadi perubahan yang cukup mencolok pada perilaku penderitan diabetes. Perubahan kondisi psikis ini diperlihatkan antara lain pada aspek emosional penderita, misalnya muncul emosi yang labil dan sangat tergantung mood pada penderita. Kondisi ini terutama ditemui pada penderita diabetes tipe II yang memiliki kondisi berbeda dengan penderita diabetes tipe I.

Dukungan Emosional

Tingkat Depresi Ringan Sedang Berat f % F % F %

Kurang Sedang Baik

1 4

15

12,5 26,7 50,0

2 7 10

25,0 46,7 33,3

5 4 5

62.5 26.7 16.7

Jumlah 20 37,7 19 35,8 14 26.4

Page 7: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

6

Emosi seperti yang diungkapkan oleh Lazarus (1994), merupakan hasil penilaian kognitif dalam proses pemaknaan yang dilakukan individu atas berbagai kejadian dan pengalaman yang dialaminya, sebagai sesuatu yang positif, negatif, atau netral. Istilah emosi kurang lebih dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang muncul pada manusia. Emosi adalah suatu pengalaman sadar yang mempengaruhi keadaan jasmani, yang menghasilkan pengindraan organis dan kinestetik serta ekspresi dan sorongan perasaan yang kuat. Emosi meliputi unsur perasaan, yang mengikuti keadaan fisiologis, mental, dan batin serta diekspresikan dalam bentuk tingkah laku. Cinta, benci, marah, duka, frustasi, bersalah, dan takut semua adalah emosi yang dimiliki oleh manusia. Hal ini juga yang dialami oleh penderita diabetes. Ketika kondisi emosi penderita diabetes sedang tidak stabil atau mengalami emosi negatif, maka akan mempengaruhi penyakit yang di deritanya. Salah satu cara untuk mengurangi gejala depresi adalah dengan meningkatkan kesehatan psikososial pada penderita diabetes tipe II. Salah satunya dengan menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri dan promosi terhadap kontrol diri melalui dukungan terutama dari keluarga sebagai orang-orang terdekat. Pemberian dukungan membantu individu untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan orang lain yang berfungsi untuk menambah kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai dan berguna saat individu mengalami tekanan atau masalah ( Nursalam,2008).

Keluarga adalah dukungan emosional yang paling dekat dimana setiap hari bertemu dan saling berinteraksi. dukungan emosional merupakan peranan penting dalam keluarga termasuk membantu keluarga dalam memfasilitasi kehilangan, ketidakmampuan akibat penyakit kronis dan membantu anggota keluarga dalam menghadapi situasi yang terjadi.

Menurut Sarafino (2006), dukungan emosional adalah dukungan yang dapat membuat seseorang merasa nyaman, tenang dan seseorang memperoleh kedekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerimanya dan orang yang menerima dukungan semacam ini merasa tenang, aman dan damai yang ditunjukan dengan sikap tenang dan bahagia. Dukungan ini berupa perilaku seperti memberikan perhatian atau afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain. Kesimpulan

Ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dengan tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa. Semakin tinggi dukungan emosional keluarga yang diterima pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa, semakin rendah depresi yang dialami oleh mereka. Sebaliknya, semakin rendah dukungan emosional keluarga yang diterima oleh pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa, semakin tinggi depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa. Saran 1. Rumah Sakit

a. diharapkan peran aktif petugas kesehatan yang melibatkan keluarga dalam perawatan pasien DM khususnya dalam memberikan dukungan emosional untuk mencegah terjadinya depresi.

b. Meningkatkan perbaikan dalam pengisian rekam medik sehingga semua informasi tentang pasien ada, dengan mengecek ulang data yang belum terisi sebelum diberikan ke bagian rekam medik.

2. Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat melakukan

penelitian dengan menggunakan faktor-faktor lain yang dapat

Page 8: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

7

mengurangi tingkat depresi pada pasien DM.

3. Bagi Keluarga Diharapkan bagi keluarga dapat

memberikan dukungan emosional secara optimal kepada penderita diabetes mellitus tipe II dalam upaya mengatasi penyakitnya.

4. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai bahan

pembelajaran dalam mata ajar medikal bedah untuk penerapan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi.(2004). Psikologi Belajar.Jakarta : PT. Rineka Cipta

Aina, Y., Susman, J.L.(2006). Understanding Comorbodity with Depression and Anxiety Disorder. Journal of the American Osteopathic Association106 (5): 9

Anderson.(2001). The prevalence of comorbid depression in adults with diabetes:ameta analysis.Diabetes Care

Arikunto,S.(2006) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiyanto& Agus Krisno,M.(2002).Gizi dan kesehatan.Malang: Bayu Media.

Durrand,V& M,barrow,D.H.( 2006) Essentials of Abnormal Psychology. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Friedman&Marilyn,M.(2005). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Ghosh,A.K.(2008). Mayo Clinic Internal Medicine Review. Mayo Clinic Scientific Press Informa Healthcare: United State

Ghozali.(2007).Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit

Hasdianah,H.R.(2012).Mengenal Diabetes Mellitus: Pada Orang Dewasa dan Anak-Anak Dengan Solusi Herbal.Yogyakarta: Nuha Medika

International Diabetes Federation. (2005). The IDF consensus world wide definition of the metabolic syndrome.Brussels: IDF

Iskandar,J.( 2004).Menuju Hidup Sehat dan Awet Muda.Jakarta: PT.Bhuana

Kaplan, H.I.(2010). Ilmu Keperawatan Jiwa Darurat.Jakarta: Widya Medika.

Karyadii, E. (2002). Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, dan Penyakit Jantung.Yoyakarta: Nuha Medika.

Lazarus, R.S&Folkman, S. Stress Appraisal and Coping. New York. Springer Publishing Company.

Lumbantobing.(2004). Gangguan Tidur. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Lustman, PJ.(2001). Depression and Poor Glycemic Control. Diabetic Care

Manaf,A.(2007).Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Meabolisme.Jakarta: FK UI

Maslim,R.(2004). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III).Jakarta : FK Jiwa Unika Atmajaya.

Miller,C.M.(2005). American Psychiatric. Jakarta: Balai Pustaka

Nevid. Jeffrey S. Dkk. (2003).Psikologi Abnormal (Alih bahasa : Tim

Page 9: Depresi pada penderita DM2

Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Ambarawa

8

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia).Jakarta : Erlangga.

Notoatmojo, Soekidjo.(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Novitasari. (2012). Diabetes Mellitus.Yogyakarta: Nuha Medika

Nursalam.(2003).Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

Orford,J.(2002). Community Psychology : theory & practice. London: John Wiley and Sons.

Parkeni.(2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.Jakarta:EGC

Potter & Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &. Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC

Pramadi, Andrian & Lasmono. (2003). Koping Stres Pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda. DalamAnima : Indonesian Psycology Jurnal

Ratna.(2011). Penyakit Pemicu Stroke.Yogyakarta: Nuha Medika

Sadewo,B.(2009). Hidup Sehat Cara Mas Dewo.Yogyakarta:Kawan Pustaka

Savitri.(2006). Diabetes Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan Mendeteksinya Sejak Dini. Jakarta: BIP

Setiadi.(2008). Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC

Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia..

Soedjono,C.H dkk.(2007).Pedoman Pengelolaan Pasien Geratri.Jakarta:Pusat Informasi

dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: Sagung Seto.

Sugiyono.(2003).Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfa Beta.

Suiroka. (2012). Penyakit Degeneratif:Mengenal,Mencegah dan Mengurangi Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sutanto,L.B.(2008).Menopause.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sutanto.(2010).Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern: Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol dan Diabetes (Gejala-Gejala,Pencegahan,dan Pengendalian).yogyakarta: andi yogyakarta.

Syahbudin,S.( 2004) . Diabetes Melitus dan Pengelolaannya.Jakarta: pusat Diabetes & Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo-FKUI.

Taylor.(2005). Medical ethics.Jakarta:Penerbit Gramedia Pustaka utama

Thandra&Hans.(2010). Langsung Jadi Langsing. Surabaya: Jaring Pena.

Tjokroprawino.(2001) Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Watskin. (2006). ABC of Diabetes.London: BMJ Publishing Group.