Denudasional Dan Marine

20
BENTUK ASAL DENUDASIONAL A. Bentuk Lahan Asal Denudasional Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. B. Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu: 1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai. 2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup. 3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain. 4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan bentuk lahan. 5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

Transcript of Denudasional Dan Marine

Page 1: Denudasional Dan Marine

BENTUK ASAL DENUDASIONAL

A. Bentuk Lahan Asal Denudasional

Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti

proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan

sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa

batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi

(Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan

permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.

B. Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional

Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:

1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.

2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.

3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.

4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci

satuan bentuk lahan.

5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi

terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

C. Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional

Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses

pengendapan/sedimentasi.

1. Pelapukan

Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti

cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan

sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum,

pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen,

menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik

batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Akibat dari proses ini pada batuan

Page 2: Denudasional Dan Marine

terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu bongkah

batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah berjalan dalam

jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat

tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak

sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat

yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil

pelapukan batuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:

1. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan).

Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk,

sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :

- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.

- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.

2. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh :

- Iklim kering, jenis pelapukannya fisis

- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia

- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik

3. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses

pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:

- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan

membesar menyebabkan batuan pecah.

- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang

dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat

pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan

mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia

pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat

besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses

pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.

4. Topografi

Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau

arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.

Page 3: Denudasional Dan Marine

2. Gerakan massa batuan (mass wasting)

Yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh

pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap

masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal

ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam

erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.

Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada

batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah

sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu

memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut.

Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gaya berat/gravitasi atau

gaya tarik bumi.

3. Erosi

Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya

material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi.

Page 4: Denudasional Dan Marine

Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari

jaringan aliran air, tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan

dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:

1. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur,

kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan

menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta

besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi beberapa

kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari

terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti

memperbesar investasi tanah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan

erosi tanah.

2. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng

mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen.

Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan

aliran permukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin

besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.

3. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis tumbuhan, aliran

permukaan dan jumlah erosi adalah seperti dalam Tabel berikut:

No. Jenis tanah Jenis Tumbuhan Aliran permukaan

(% terhadap CH)

Erosi

(ton/ha/th)

1. Podsolik merah

kuning

(lereng 15%)

Alang-alang 3,3 0,7

Alang-alang +semak 0,5 0,7

Albazia+semak

campuran

5,8 0,7

Alabazia tanpa semak

(umur 3 th)

71,4 79,8

Page 5: Denudasional Dan Marine

2. Latosol (lereng

35%)

Rumput utuh 4,4 0,2

Rumput diinjak-injak 17,2 1,0

Fiscus allastica 21,4 43,1

Fiscus allastica +

semak-semak

2,0 0

3. Regosol (lereng

30%,

19%, 30%,

21%)

Alag-alang, jagung,

kacang tanah

11,9 345,0

Alang-alang + gelagah 5,0 3,5

Semak lantana 2,1 5,1

Alang-alang dibakar 1 x 5,0 7,3

Sumber: Arsyad (1989)

4. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang

mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah.

5. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung

bagaimana manusia mengelolanya.

Setiap proses erosi merupakan gabungan dari beberapa subproses, yaitu dimulai

dengan pengambilan hasil pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-

butiran batuan secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan

saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan terjadi berbeda-

beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan, digeser dan sebagainya.

4. Sedimentasi atau Pengendapan

Sedimentasi adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan bahan-bahan

hasil erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi Purwantara,

2005:74). Sedimentasi tidak hanya terjadi dari pengendapan material hasil erosi saja, tetapi

juga dari proses mass wasting. Namun kebanyakan terjadi dari proses erosi. Sedimentasi

Page 6: Denudasional Dan Marine

terjadi karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang (melambat). Berdasarkan

tenaga alam yang mengangkutnya sedimentasi dibagi atas : Sedimentasi air sungai

(floodplain dan delta), air laut, angin, dan geltsyer.

D. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal

1. Pegunungan Denudasional

Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam

(55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.

Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan

adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).

2. Perbukitan Denudasional

Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 >

55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil

tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan.

Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan

perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan

denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga

terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.

3.Dataran Nyaris (Peneplain)

Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka

permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan

yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh

batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun

tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan

planasi.

Page 7: Denudasional Dan Marine

Gambar. Dataran nyaris yang terjadi akibat proses denudasional yang bekerja pada

pegunungan atau perbukitan

4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)

Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi

dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan

lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa

penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini dapat

terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok

pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative

memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.

5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)

Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara

individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya

cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas

kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di

bagian bawah kerucut talus.

Gambar. Kerucut talus sebagai akibat pelapukan pada lereng pegunungan yang sangat

curam.

6. Lereng Kaki (Foot slope)

Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/

perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki

pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung

berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan

Page 8: Denudasional Dan Marine

hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih

rendah.

7. Lahan Rusak (Bad land)

Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat

curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam

dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit

(gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock

outcrops).

BENTUK LAHAN PROSES MARINE

Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas/ gerakan air laut, baik

pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur. Gerakan

tersebut meliputi :

Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga

interval naik turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang surut ini dapat

mengerosi pantai apalagi kalu bersama – sama dengan gelombang / ombak.

Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut dll.

Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai. (abrasi).

Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga

dipengaruhi oleh:

o Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.

o Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar

pantai tersebut.

o Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh

tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus

laut.

o Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang

alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme,

pelipatan, patahan, dan sebagainya.

Page 9: Denudasional Dan Marine

o Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan

organisme yang ada di laut.

Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata

yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat

mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul pemikiran-

pemikiran agar pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami

perubahan.

Morfologi dan bentang alam pantai adalah bentuk – bentuk bentang alam yang terjadi

sebagai akibat dari aktivitas air yang berada di wilayah pantai. Berbagai macam bentuk bentang

alam dijumpai di wilayah pantai, kebanyakan bentuk bentang alam pantai sebagai hasil

perubahan gelombang air laut. Singkapan – singkapan batuan yang berada disepanjang pantai

dikenal sebagai muka daratan (headlands) tererosi, menghasilkan pasir yang diangkut di

sepanjang garis pantai dan diendapkan di wilayah pantai membentuk bentang – bentang alam

tertentu.

A. Gisik (Beach)

Beach adalah timbunan puing batuan di atas sepanjang daerah yang terpotong gelombang

yang sifatnya hanya sementara. Mungkin sekali beach itu merupakan kesatuan yang sangat

panjang, tidak terputus-putus hingga mencapai ratusan km, tetapi ada pula yang hanya beberapa

ratus meter dan merupakan kesatuan yang pendek-pendek. Apalagi beach yang terjadi pada

daerahdaerah teluk. Hal ini disebabkan oleh adanya kekuatan gelombang yang terpusat pada

semenanjung, hingga semenanjung merupakan pusat pengikisan. Oleh karena itulah

semenanjung pada umumnya diakhiri oleh suatu cliff. Sebaliknya dengan tenaga gelombang itu

di teluk-teluk hasil pengikisan disebarkan sebgai beach. Beach sifatnya yang sementara, karena

sewaktu-waktu akat tersapu gelombang pada waktu air pasang, namun pada pantai yang bergeser

ke arah laut sifat beach lebih mantap.

Bahan pembentuk beach dapat berasal dari laut ataupun dari darat. Mungkin sebagian

berasal dari darat dan sebagaian dari laut. Pembentuk beach yang terpenting adalah gelomabng

yang bergerak maju searah dengan tujuan gelombang tanpa diimbangi dengan gerakan mundur

(solitary wave) dan oscilatory waves merupakan gelombang yang bergerak membentuk

Page 10: Denudasional Dan Marine

lingkaran, bergerak maju pada puncak, naik di bagian depan mundur pada bagian lembah dan

turun di bagian belakang gelombang, yang membantu dalam menyediakan bahan.

B. Dataran Pantai (Shore)

Dataran pantai (shore), memiliki ciri – ciri relief dengan topografi datar dan terpengaruh

oleh aktifitas pasang surut. Proses yang terjadi pada lahan ini adalah proses deposisional oleh

arus dan gelombang laut. Tipe batuannya berupa kerikil dan pasir yang tersegmentasi. Tanah

dapat ditemukan di teras pantai yang berumur tua. Kondisi drainase relative baik, dapat

ditemukan air bawah tanah. Penggunaan lahan biasa digunakan untuk aktifitas pertanian dan

lokasi yang bagus untuk infastruktur jalan.

C. Beting Gisik (Beach Ridges)

Pantai bergisik ini pada dasarnya merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan

material hasil abrasi. Material ini dapat berupa material halus dan juga bisa berupa material yang

kasar. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada

daerah pantai yang landai. Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan berupa pasir,

dan sebagaian kecil berupa meterial dengan butiran kerikil sampai yang lebih besar. Pada

umumnya material pasir suatu gisik pantai berasal dari daerah pedalaman yang di bawah air

Page 11: Denudasional Dan Marine

sungai ke laut, kemudian diendapkan oleh arus laut sepanjang pantai. Gisik seperti ini dapat

dijumpai di sekitar muara sungai.

D. Depresi antar Bering (Swale)

Relief dari depresi antar bering (swale) adalah cekungan diantara beting gisik dan sejajar

dengan beting gisik. Proses pembentukannya adalah deposisional, dengan tipe batuan penyusun

berupa pasir bergeluh, lepas – lepas. Pada tanahnya dapat ditemui perkembangan solum tanah,

dimana pada musim penghujan terdapat genangan air. Lahan ini biasa digunakan sebagai lahan

pertanian, perikanan, dan tambak garam.

E. Laguna (Lagoon)

Laguna merupakan bentuk bentang alamyang terletak diantara barrier (tanggul) dan daratan,

dengan kedalaman air yang dangkal dan dipengaruhi oleh ir laut dn air tawar yang berasal dari

darat.

Laguna pantai biasa ditemukan di pantai dengan pasang surut relatif kecil. Ia mencakup kira-

kira 13 persen dari keseluruhan garis pantai. Umumnya memanjang sejajar dengan pantai dan

dipisahkan dari laut oleh pulau penghalang, pasir dan bebatuan atau terumbu karang. Penghalang

laguna bukan karang dibentuk oleh aksi gelombang atas arus pelabuhan yang terus menerus

membuat sedimen kasar lepas pantai. Sekali penghalang laguna terbentuk, sedimen yang lebih

runcing bisa menetap di air yang relatif tenang di belakang penghalang, termasuk sedimen yang

dibawa ke laguna oleh sungai. Khasnya laguna pesisir memiliki bukaan sempit ke laut. Sebagai

akibatnya, keadaan air dalam laguna bisa agak berbeda dari air terbuka di laut dalam hal suhu,

salinitas, oksigen yang dibebaskan dan muatan sedimen.

Di sejumlah daerah yang penduduknya menuturkan bahasa Inggris, laguna pesisir terkadang

disebut sound, bay, river, atau lake. Albemarle Sound di North Carolina, Great South Bay, antara

Long Island dan pantai penghalang di Fire Island di New York, Banana River di Florida dan

Lake Illawarra di New South Wales semuanya laguna. Di Britania Raya ada laguna di Montrose,

(Skotlandia) dan Twyn (Wales), sedangkan pengembangan air di Chesil Beach, Inggris, dikenal

sebagai fleet, bisa juga disebut laguna. Ada juga satu laguna dekat kota kecil Dingle di Irlandia

barat.

Page 12: Denudasional Dan Marine

Di Meksiko kadang penggunaan "laguna", yang juga diterjemahkan sebagai "lagoon",

digunakan untuk menunjukkan danau, sebagaimana Laguna Catemaco.

F. Rataan Pasang Surut (Tidal Flat)

Topografi untuk bentuk lahan rataan pasang surut (tidal flat) adalah bergelombang-hampir

datar. Terbentuk cekungan dan tanggul alami. Dapat ditemui bekas-bekas saluran air yang

terbentuk karena proses fluvial maupun aktivitas pasang surut. Pola aliran sungai : paralel atau

denritik dimana semakin mendekati zona pasang surut., pola paralel atau denritik tersebut

semakin hilang. Terbentuk karena proses pengendapan material karena proses fluvial maupun

aktivitas pasang surut. Material yang belum kompak mulai dari kerikil sampai lempung.

Untuk wilayah yang berbentuk cekungan, materialnya bertekstur halus. Material bertekstur

kasar ditemukan di wilayah yang berbentuk tanggul alami dan di dekat sungai. Belum terbentuk

solum tanah. Dapat ditemukan genangan air di wilayah yang berbentuk cekungan. Wilayah yang

berbentuk tanggul alami tidak ditemukan genangan air. Dapat ditemukan hutan mangrove,

pertanian (padi), perikanan, tambak garam dan permukiman

G. Rataan Lumpur (Mud Flow)

Rataan lumpur (mud flow), memiliki relief topografi datar, dengan permukaan halus. Proses

pembentukannya berupa gradasi akibat aktifitas marin. Tipe batuan penyusun pada bentukan

lahan ini umumnya berupa lumpur, pasir, kerakal dan tanahnya belum terbentuk solum tanah.

dapat ditemukan genangan air di wilayah yang berbentuk cekungan. Penggunaan lahan, dapat

ditemukan hutan mangrove.

H. Gosong Laut (Sand Bars)

Gosong pasir, atau gosong saja, adalah bentukan daratan yang terkurung atau menjorok pada

suatu perairan, biasanya terbentuk dari pasir, geluh, dan atau kerikil. Bentukan geografi ini

terjadi akibat adanya aliran dangkal dan sempit sehingga memungkinkan pengendapan material

ringan dan mengarah pada pendangkalan tubuh air. Gosong dapat terbentuk di laut maupun

Page 13: Denudasional Dan Marine

danau. Daerah muara dan perairan dangkal, seperti pantai-pantai di Laut Jawa, banyak memiliki

gosong.

Ukuran gosong, yang biasanya memanjang, dapat beberapa meter hingga ratusan kilometer,

membentuk "penghalang" pantai. Gosong dapat tenggelam bila terjadi pasang naik dan

membahayakan pelayaran.

Dalam pengertian pelayaran, "gosong" memiliki arti yang sama dengan dangkalan: bentukan

dangkal yang biasanya terbentuk dari pasir dengan kedalaman hingga enam tombak. Termasuk

di dalamnya adalah penumpukan geluh yang biasanya ditemui di muara sungai, yang berpotensi

menjadi delta.

I. Pantai Berbatu (Rocky Beach)

Pada daerah bertebing terjal, pantai biasanya berbatu (rocky beach) berkelok-kelok dengan

banyak terdapat gerak massa batuan (mass movement rockfall type). Proses ini menyebabkan

tebing bergerak mundur (slope retreat) khususnya pada pantai yang proses abrasinya aktif.

Apabila batuan penyusun daerah ini berupa batuan gamping atau batuan lain yang banyak

memiliki retakan (joints) air dari daerah pedalaman mengalir melalui sistem retakan tersebut dan

muncul di daerah pesisir dan daerah pantai. Di Indonesia pantai bertebing terjal ini banyak

terdapat di bagian Barat Pulau Sumatera, pantai Selatan Pulau Jawa, Sulawesi, dan pantai Selatan

pulau-pulau Nusa Tenggara.

J. Terumbu Karang (Coral Reef)

Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik

lainnya. Proses ini terjadi pada areal-areal yang cukup luas. Bird (1970: 190-193) pada intinya

menyatakan bahwa binatang karang dapat hidup dengan beberapa persyaratan kondisi yaitu:

a. Air jernih

b. Suhu tidak lebih dari 18o C

c. Kadar garam antara 27 – 38 ppm

d. Arus laut tidak deras

Page 14: Denudasional Dan Marine

Terumbu karang yang banyak muncul ke permukaan banyak terdapat di kepulauan

Indonesia. Pada pulau-pulau karang yang terangkat umumnya banyak terdapat endapan puing-

puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butiran puing dan pasir lebih kasar ke arah

datanganya ombak/gelombang jika gelombang tanpa penghalang. Proses tektonik sering

berpengaruh pula terhadap terumbu karang. Atol adalah hasil kombinasi proses binatang karang

dengan proses tektonik yang berupa subsiden.