Dengue Syok Sindrom
-
Upload
irvan-jatmiko -
Category
Documents
-
view
48 -
download
1
description
Transcript of Dengue Syok Sindrom
No. ID dan Nama Peserta : /dr.Rahima Bugis
No. ID dan Nama Wahana: RSUD Lasinrang Pinrang
Topik: Dengue Syok Sindrom
Tanggal (kasus) : 17 April 2013
Nama Pasien : An.PA No. RM : 132707
Tanggal presentasi : Pendamping: dr. H.Agus Salim
Tempat presentasi: RSUD Lasinrang Pinrang
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:Anak perempuan 4 tahun,masuk RS dengan kesadaran menurun dan sesak sejak 4 jam
SMRS,sebelumnya anak demam selama 3 hari terus menerus,disertai perdarahan gusi dan
hidung.
Tujuan: menegakkan diagnosis dengue syok sindrom dan mengarahkan untuk penanganannya
Bahan
bahasan:
Tinjauan
pustaka
Riset Kasus Audit
Cara
membahas:
Diskusi Presentasi dan
diskusi
E-mail Pos
Data Pasien: Nama: An.PA No.Registrasi132707
Nama klinik UGD RSUD Lasinrang Pinrang
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: Penurunan kesadaran yang terjadi secara perlahan dan adanya
sesak, serta riwayat demam yang disertai epistaksis dan perdarahan spontan pada gusi.
2. Riwayat pengobatan: -
3. Riwayat kesehatan/penyakit: tidak ada
4. Riwayat keluarga: terdapat penyakit yang sama dalam keluarga serumah.
5. Riwayat pekerjaan: -
6. Lain-lain: -
Daftar Pustaka:
a. Chen K,Pohan HT,Sinto R.. Diagnosis dan terapi cairan pada demam berdarah dengue. Medicinus 2009 Maret - Mei Vol. 22, No.1, Edisi 2009 Jakarta: p.3-7
b. Chandra A. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission Risk Factors. Aspirator Mei 2009 Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : p.110 –119
c. WHO. Bakti Husada dan IDAI. 2009. Tatalaksana Demam Dengue dalam Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Pedoman bagi rumah Sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota: Jakarta:Indonesia
Hasil pembelajaran:
1. Definisi demam berdarah
2. Etiologi/faktor penyebab terjadinya demam berdarah
3. Patofisiologi terjadinya demam berdarah
4. Diagnosis demam berdarah
5. Penatalaksanaan awal dan lanjutan demam berdarah
6. Komplikasi
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Pasien masuk UGD RSUD Lasinrang Pinrang dengan keluhan kesadaran menurun yang
dialami 4 jam sebelumnya terjadi secara perlahan disertai susah bernapas, sebelumnya
anak mengalami demam selama 3 hari secara terus menerus, disertai perdarahan pada
hidung dan gusi.
2. Obyektif:
Hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum buruk,sakit berat,gizi kurang, tekanan
darah 100/80,nadi 130x permenit pernapasan 42 kali permenit,suhu 37,6*C. GCS: 9
Hasil laboratorium:Tgl 17 april 2013 1
WBC: 7,4 103
RBC: 4,69 103
HGB: 9,0 mg/dl
HCT: 27,8 %
PLT: 313 103
Hasil laboratorium:Tgl 17 april 2013 2
WBC: 8,5103
RBC: 4,02 103
HGB: 7,7 mg/dl
HCT: 23,6 %
PLT: 270 103
Hasil laboratorium: Tgl 18 april 2013
WBC: 8,8 103
HGB: 6,8 mg/dl
HCT: 19,5
PLT: 21 103
Hasil laboratorium:Tgl 19 april 2013
WBC: 8,8 103
RBC: 3,29 103
HGB: 6,2 mg/dl
HCT: 19,6 %
PLT: 41 103
Radiologi : Foto thorax aspek LLD dan PA ditemukan adanya efusi pleura
3. Assesment:
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD. DBD adalah salah satu
manifestasi simptomatik dari infeksi virus dengue. Manifestasi simptomatik infeksi virus dengue
adalah sebagai berikut :
1. Demam tidak terdiferensiasi
2. Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan 2 atau lebih manifestasi klinis (nyeri
kepala, nyeri retroorbital, mialgia/ atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan [petekie atau uji
bendung positif], leukopenia) dan
pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien yang
sudah dikonfirmasi menderita demam dengue/ DBD pada lokasi
dan waktu yang sama.
4. DBD (dengan atau tanpa renjatan)
PENYEBAB :
Virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2,Dengue-3
dan Dengue-4), termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe
virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan
serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4.
PATOGENESIS
Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue adalah
hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) dan hipotesis immune
enhancement.
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous
infection dapat dilihat pada Gambar 1 yang dirumuskan oleh Suvatte, tahun 1977. Sebagai
akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respons
antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG antidengue. Disamping itu,
replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat
terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus
kompleks antigen-antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan
aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang
intravaskular ke ruang ekstravaskular. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat
berkurang sampai lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini
terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium,dan terdapatnya
cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara
adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu,
pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian.
Sedangkan hipotesis kedua hipotesis immune enhancement menjelaskan
menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus
heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi
herterolog yang telah ada akan mengenali virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-
antibodi yang berikatan dengan Fc reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai
tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan
syok.
DIAGNOSIS
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie,
ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis
kelamin.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
hiponatremia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
SSD
Definisi kasus DBD ditambah gangguan sirkulasi yang ditandai dengan :
Nadi cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, perfusi perifer menurun, Hipotensi,
kulit dingin-lembab, dan anak tampak gelisah.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:
Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah
uji bendung.
Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.
Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
5. Plan:
Diagnosis:
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisis, dan laboratorium diagnosa pasien tersebut
adalah Dengue syok sindrom
Tatalaksana :
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang: Berikan hanya larutan isotonik seperti
Ringer laktat/asetat. Kebutuhan cairan parenteral adalah sbb:
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara
bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu
24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana
syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat.
Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid
10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak
kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang
terlalu sedikit.
Tatalaksana komplikasi perdarahan
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri koloid
dan segera rujuk. Penanganan kelebihan cairan Kelebihan cairan merupakan komplikasi
penting dalam penanganan syok. .
Pengobatan :
- 02 liter/menit
- IVFD ringer laktat 28 tetes/menit makrodrips
- Paracetamol inj 150 mg/8jam/IV
Cefizim 250 mg/12j/IV
Cek lab/6 jam
Pendidikan:
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui komplikasi dan prognosis
pada DSS.
Konsultasi:
Adanya konsultasi dengan spesialis anak untuk melakukan penangaan pada pasien ini.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit
dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Pinrang, November 2013
PESERTA, PENDAMPING,
(dr. Rahima Bugis) (dr. H. Agus Salim)