dengan judul “Pengaruh Karyawan di Hotel Lombok Garden ...1].pdfSebagai acuan dalam pengambilan...
Transcript of dengan judul “Pengaruh Karyawan di Hotel Lombok Garden ...1].pdfSebagai acuan dalam pengambilan...
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Tinjauan penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap
hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Permasalahan yang
ditampilkan dalam penelitian ini merupakan permasalahan yang dianjurkan oleh
para peneliti terdahulu, yang membutuhkan dukungan untuk fakta yang terbaru.
Penelitian terdahulu yang diambil penulis sebagai bahan pembanding
yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Nurcholis (2012) dengan judul “Pengaruh
Manajemen Konflik dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan di Hotel Lombok Garden Mataram”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh manajemen konflik dan gaya kepemimpinan terhadap
produktivitas kerja karyawan pada Hotel Lombok Garden Mataram yang
menyebutkan bahwa manajemen konflik dan gaya kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Instrumen, Uji
Asumsi Klasik, dan Analisis Regresi Linier Berganda. Pada hasil penelitian ini
ditunjukkan dengan R square sebesar 0,662 dan berdasarkan hasil uji t diperoleh t
hitung untuk manajemen konflik sebesar 6,645 > 2,021 (t tabel) dan untuk gaya
kepemimpinan sebesar 7,531 > 2,021 ( t tabel). Dan berdasarkan hasil uji F
diperoleh hasil sebesar 38,127 > F tabel 1,94.
Penelitian oleh Fahmi (2013) dengan judul “Analisis Korelasi Antara
Manajemen Konflik dengan Prestasi Kerja Karyawan BMT Bina Dhuafa
14
Beringharjo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
korelasi antara manajemen konflik terhadap prestasi kerja karyawan di BMT Bina
Dhuafa Beringharjo. Metode penelitian yang digunakan berdasarkan analisis
kuantitatif dengan teknik analisis regresi linier berganda dan koefisien
determinasi. Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan r = 0,896 dan berdasarkan uji
t diperoleh t hitung 11,236 > 2,042 (t tabel). Sedangkan nilai koefisien
determinasi 0,803 yang berarti sumbangan efektif manajemen konflik sebesar
80,3% terhadap prestasi kerja karyawan.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Febrianti (2013) yang berjudul
“Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Dilihat dari
Sifat Pemimpin dan Situasi Kepemimpinan di Hotel Puri Raja Kuta Bali”. Tujuan
dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sifat pemimpin dan situasi
kepemimpinan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Metode dari
penelitian ini adalah menggunakan uji instrumen dan teknik analisis regresi linier
berganda. Dari hasil analisis regresi diketahui t hitung sebesar 7,423 dan t tabel
sebesar 2,042, untuk faktor sifat pemimpin dan t hitung sebesar 2,832 dan t tabel
2,042 untuk situasi kepemimpinan dengan taraf signifikan 5%. Hal ini berarti
bahwa sifat pemimpin dan situasi kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
Persamaan dari ketiga penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang
adalah sama-sama membahas tentang hal-hal yang mempengaruhi manajemen
konflik yang terjadi dan produktivitas kerja pada sebuah organisasi.
Perbedaan penelitian pertama, kedua, dan ketiga dengan penelitian yang
sekarang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
15
1. Lokasi dan waktu pada penelitian pertama di Hotel Lombok Garden
Mataram pada tahun 2012. Kedua di BMT Bina Dhuafa Beringharjo pada
tahun 2013. Ketiga berada di Hotel Puri Raja Kuta Bali pada tahun 2013,
dan penelitian yang sekarang sedang dilaksanakan pada Prama Sanur Beach
Hotel pada tahun 2015.
2. Fokus penelitian pertama membahas pengaruh manajemen konflik dan gaya
kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan. Fokus penelitian
kedua adalah analisis korelasi antara manajemen konflik dengan prestasi
kerja karyawan. Fokus penelitian ketiga membahas tentang pengaruh
kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan dilihat dari sifat
pemimpin dan situasi kepemimpinan. Sedangkan fokus penelitian sekarang
membahas tentang pengaruh manajemen konflik terhadap produktivitas
kerja karyawan pada Food and Beverage Department.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian sebelumnya dengan penelitian
yang sedang dilakukan sekarang adalah sebagai berikut.
1. Dapat membandingkan teori-teori yang digunakan untuk lebih
dikembangkan dengan teori terbaru pada penelitian sekarang.
2. Sebagai acuan dalam pengambilan konsep dan metode yang digunakan pada
penelitian sekarang.
2.2 Deskripsi Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang Manajemen Konflik
Menurut Killman dan Thomas dalam Rusdiana (2015:162), menyebutkan
bahwa konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan
yang akan dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya
16
dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu,
bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas kerja.
Menurut Stoner dalam Rusdiana (2015:162), konflik organisasi mencakup
ketidaksepakatan soal alokasi sumber daya yang langka atau perselisihan soal
tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
Menurut Webster dalam Rusdiana (2015:162), mendefinisikan konflik
sebagai persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu
sama lain dan keadaan atau perilaku yang bertentangan.
Berdasarkan uraian pengertian diatas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa konflik adalah proses yang wajar terjadi di lingkungan suatu kelompok
maupun organisasi.
Sedangkan Minnery dalam Rusdiana (2015:170) menyatakan bahwa
manajemen konflik merupakan proses sama halnya dengan perencanaan kota
merupakan proses.
Menurut Ross dalam Rusdiana (2015:170), bahwa manajemen konflik
adalah langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka
mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan penyelesaian konflik dan ketenangan.
Menurut Wahyudi (2006:220) manajemen konflik adalah proses pihak
yang terlibat konflik atau pihak ketiga dalam menyusun strategi konflik agar
menghasilkan resolusi yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa manajemen konflik adalah seni mengatur dan mengelola konflik yang ada
17
pada suatu organisasi agar bermanfaat bagi peningkatan efektivitas dan
produktivitas kerja.
a. Manfaat Konflik
Menurut Rusdiana (2015:166-167), manfaat konflik yaitu upaya
penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan
efektif, manfaat yang akan muncul melalui perilaku yang ditampakkan oleh
karyawansebagai sumber daya manusia potensial adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu
bekerja, seperti tidak pernah absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan
pulang kerja tepat waktu, dan pada waktu jam kerja karyawan selalu
menggunakan waktu secara efektif.
2) Meningkatkan hubungan kerja sama yang produktif. Hal ini terlihat dari
cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis
pekerjaan masing-masing.
3) Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat
antar pribadi ataupun kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam
upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, loyalitas, kejujuran, dan
inisatif.
4) Semakin berkurangnya tekanan yang membuat stres bahkan produktivitas
kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan
nyaman, kepercayaan diri, atau penghargaan dalam keberhasilan kerjanya.
b. Bahaya Konflik
Menurut Rusdiana (2015:167-168), bahaya konflik sesungguhnya
disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya, yaitu ada kecenderungan
18
untuk membiarkan konflik tumbuh dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya
akan muncul beberapa keadaaan seperti berikut :
1) Meningkatnya jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan keluar
pada waktu jam-jam kerja berlangsung. Misalnya tidur selama pimpinan
tidak ada di tempat kerja, pulang lebih awal ataupun datang terlambat
dengan berbagai alasan yang tidak jelas.
2) Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman
kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung
jawab.
3) Banyak karyawan yang sakit, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya,
muncul perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman atau atasan,
timbul stres yang berkepanjangan.
4) Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk. Kondisi
semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara
menyeluruh produksi terhambat.
c. Tujuan Manajemen Konflik
Menurut Fisher dkk (2001:7), berkaitan dengan manajemen konflik yang
menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam
menggambarkan situasi dan tujuan secara keseluruhan yaitu sebagai berikut :
1) Pencegahan konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang
keras.
2) Penyelesaian konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan
melalui persetujuan damai.
19
3) Pengelolaan konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari
kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak
yang terlibat.
4) Resolusi konflik, bertujuan menangani sebab-sebab konflik dan berusaha
membangun hubungan baru dan tahan lama di antara kelompok-kelompok
yang berkonflik.
5) Transformasi konflik, bertujuan mengatasi sumber-sumber konflik sosial
dan politik yang lebih luas dan beruaha mengubah kekuatan negatif dari
peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Berdasarkan beberapa tujuan manajemen konflik diatas, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa tujuan dalam manajemen konflik merupakan satu
kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik, misalnya pengelolaan
konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.
d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Konflik
Menurut Agus M. Harjana (1994:45), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi manajemen konflik antara lain :
1) Hubungan antara orang-orang yang ada di dalam konflik, sebelum konflik
terjadi.
2) Watak orang yang terlibat, dan keseimbangan kekuasaan antar mereka.
3) Resiko yang dihadapi oleh orang-orang yang terlibat bila bertemu untuk
mengelola konflik yang mereka alami.
4) Hakekat Konflik.
5) Masalah yang menjadi inti konflik dan pemahaman bersama tentang isi
dan pentingnya masalah.
20
6) Modus atau cara mengelola.
7) Perkiraan berhasil tidaknya pengelolaan konflik.
Menurut Wirawan (2010:133), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
manajemen konflik antara lain :
1) Asumsi mengenai konflik.
2) Persepsi mengenai penyebab konflik.
3) Ekspektasi atas reaksi lawan konflik.
4) Pola komunikasi dalam interaksi konflik.
5) Kekuasaan yang dimiliki.
6) Pengalaman menghadapi situasi konflik.
7) Sumber yang dimiliki.
8) Jenis kelamin.
9) Kecerdasaan emosional.
10) Kepribadian.
11) Budaya organisasi sistem sosial.
12) Prosedur yang mengatur pengambilan keputusan jika terjadi konflik.
13) Situasi konflik dan posisi dalam konflik.
14) Pengalaman menggunakan salah satu gaya manajemen konflik.
15) Ketrampilan berkomunikasi.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi manajemen konflik di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen konflik antara lain : asumsi
mengenai konflik, jenis kelamin, kecerdasan emosional, kepribadian, dan
ketrampilan berkomunikasi.
21
e. Indikator Manajemen Konflik
Menurut Winardi (2008:26) bahwa indikator yang dapat dijadikan dalam
menilai manajemen konflik adalah :
1. Dominasi
Metode dominasi hanya berusaha menekankan konflik. Dengan cara
memaksakan, konflik diharapkan reda dengan sendirinya. Hasil
penyelesaian konflik dengan metode dominasi menimbulkan situasi
menang-kalah. Pihak yang kalah harus menerima kenyataan bahwa pihak
lain mempunyai otoritas yang lebih tinggi.
2. Kompromi
Metode kompromi adalah penyelesaian konflik dengan cara mengimbau
pihak yang terlibat konflik untuk tujuan setiap kelompok dalam mencapai
sasaran yang lebih penting bagi kelangsungan organisasi.
3. Pemecahan Problem Integratif
Metode ini mengalihkan konflik antarkelompok menjadi sebuah situasi
pemecahan masalah bersama.
Fred David dalam Sunardi (2009:115) menyatakan bahwa indikator yang
dapat dijadikan dalam menilai manajemen konflik adalah :
1. Penghindaran (avoidance)
Pengabaian persoalan dengan harapan konflik akan selesai dengan
sendirinya.
2. Definisi (defision)
Tidak menekan perbedaan antar pihak yang sedang berkonflik di suatu
organisasi.
22
3. Konfrontasi
Mempertukarkan pihak-pihak yang sedang berkonflik sebagai
pembelajaran untuk perbaikan.
Sedangkan Leavitt dalam Rusdiana (2015:187) beberapa jenis manajemen
konflik yang dijadikan sebagai indikator, antara lain :
1. Konfrontasi
Konfrontasi dilakukan untuk mengurangi ketegangan melalui pertemuan
tatap muka antarkelompok yang sedang berkonflik, dengan tujuan
mengenal masalah dan menyelesaikannya.
2. Negosiasi
Negosiasi adalah perundingan mempertemukan dua pihak dengan
kepentingan yang berbeda untuk mencapai persetujuan. Tiap-tiap pihak
membawa serangkaian usulan yang kemudian didiskusikan dan
dilaksanakan.
3. Penyerapan (absorption)
Penyerapan (absorption) adalah cara mengelola konflik organisasi antara
kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok kecil mendapatkan
sebagian yang diinginkannya tetapi sebagai konsekuensinya, seluruh
anggota kelompok harus ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.
Berdasarkan beberapa indikator di atas, yang menjadi indikator dari
penelitian ini adalah penghindaran dalam pengabaian persoalan dengan harapan
konflik akan selesai dengan sendirinya, konfrontasi atau musyawarah dengan
mempertemukan pihak-pihak yang terlibat konflik, dan kompromi.
23
2.2.2 Tinjauan Tentang Produktivitas Kerja
Menurut Sulistiani dan Rosidah (2003:126) menyatakan bahwa
produktivitas kerja adalah menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar
hasil akhir yang diperoleh didalam proses produksi, dalam hal ini adalah efisiensi
dan efektivitas.
Menurut Hasibuan (2003:126) mengemukakan produktivitas kerja adalah
perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas
naik, ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan,
tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan ketrampilan
dari tenaga kerjanya.
Sedangkan Sonny Sumarsono (2003:63), menyatakan bahwa produktivitas
kerja adalah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari tenaga kerja manusia,
mesin dan faktor produksi lainnya dalam proses produksi.
Berdasarkan uraian pengertian diatas, yang dimaksud produktivitas kerja
dalam penelitian ini adalah perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang dipergunakan persatuan waktu.
a. Pengukuran Produktivitas Kerja
Menurut Sinungan (2008:23) pengukuran produktivitas berarti
perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu :
1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan
pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan
sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah
meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
24
2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi,
proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian
secara relatif.
3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang
terbaik, sebab memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.
Menurut Ravianto (1986:21) untuk mengukur suatu produktivitas dapat
digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia yakni jam – jam kerja yang harus
dibayar dan jam-jam kerja yang harus dipergunakan untuk bekerja. Ada dua
macam alat pengukuran produktivitas, yaitu :
1) Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran
(size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.
2) Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai
uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya.
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengukuran produktivitas kerja di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran produktivitas kerja sebagai
sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain adalah
untuk menentukan target dan kegunaan, praktisnya sebagai standar dalam
pembayaran upah karyawan.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Menurut Gomes (2003:160), faktor-faktor produktivitas kerja antara lain :
1) Knowledge (pengetahuan)
Konsep pengetahuan lebih berorientasi intelegensi, daya pikir dan
penguasaan ilmu serta lebih pada wawasan yang dimiliki oleh seseorang.
Pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan kontribusi
25
kepada seseorang didalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk
dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan
yang luas dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan
mampu melakukan pekerjaan dengan lebih baik dan produktif misalnya
seperti wawasan apa saja yang diperoleh baik secara formal disekolah
ataupun non formal.
2) Skill (keterampilan)
Ketrampilan adalah kemampuan yang menguasai teknik operasional
mengenai bidang tertentu yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh
dari proses belajar dan berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan yang bersifat
teknis. Ketrampilan yang dimiliki oleh seorang pegawai diharapkan
mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif.
3) Abilities (kemampuan)
Kemampuan berbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang
pegawai yang termasuk faktor pembentuk kemampuan yaitu pengetahuan
dan ketrampilan.
4) Attitudes (sikap)
Merupakan suatu kebiasaan yang berpolakan. Jika kebiasaan yang
berpolakan tersebut memiliki implikasi positif dalam hubungannya dengan
perilaku kerja maka akan menguntungkan. Artinya apabila kebiasaan-
kebiasaan pegawai adalah baik, maka hal tersebut dapat menjamin
perilaku kerja yang baik pula. Dapat dicontohkan seorang pegawai
mempunyai kebiasaan tepat waktu, displin, simpel, maka perilaku kerja
26
juga baik, apabila diberi tanggung jawab akan menepati aturan dan
kesepakatan.
5) Behaviors (kebiasaan)
Behaviors sangat erat hubungannya dengan kebiasaan dan perilaku artinya
apabila kebiasaan-kebiasaan yang dimaksudkan pegawai baik, maka hal
tersebut akan menjamin perilaku pekerjaan yang baik pula. Demikian
perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang
telah tertanam pada diri pegawai tersebut sehingga dapat mendukung
kondisi kerja yang efektif. Dengan kondisi pegawai tersebut maka
produktivitas dipastikan dapat terwujud.
Menurut Sinungan (2008:56) beberapa faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja secara umum ada delapan faktor yaitu :
1. Kebutuhan manusia
Kebutuhan manusia yang meliputi: kuantitas, tingkat keahlian, latar
belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur
pekerjaan, keahlian dan umur (kadang-kadang jenis kelamin) dari
angkatan kerja.
2. Modal
Yang terdiri dari modal tetap (mesin, gedung, alat-alat, volume dan
standar), teknologi dan bahan baku (volume dan standar).
3. Metode atau proses
Metode atau proses baik tata ruang tugas, penanganan bahan baku
penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharan
melalui pencegahan, teknologi yang memakai cara alternatif.
27
4. Produksi
Yang meliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur campuran,
dan spesial produksi.
5. Lingkungan Organisasi (internal)
Yang berupa organisasi dan perencanaan, sistem manajemen, kondisi kerja
(fisik), iklim kerja (sosial), tujuan perusahaan dan hubungannya dengan
tujuan lingkungan, sistem insentif, kebijaksanaan personalia, gaya
kepemimpinan dan ukuran perusahaan (ekonomi skala).
6. Lingkungan Negara (eksternal)
Lingkungan negara meliputi kondisi ekonomi perdagangan, stuktur sosial
dan politik, struktur industri, tujuan pengembangan jangka panjang,
pengakuan atau pengesahan, kebijaksanaan ekonomi pemerintah
(perpajakan dan lain-lain), kebijakan tenaga kerja, energi, kebijakan
pendidikan dan latihan, kondisi iklim dan geografis serta kebijakan
perlindungan lingkungan.
7. Lingkungan Internasional (regional)
Yang terdiri dari kondisi perdagangan dunia, masalah-masalah
perdagangan internasional, spesialisasi internasional, kebijakan migrasi
tenaga kerja, dan standar tenaga kerja.
8. Umpan balik
Yaitu informasi yang ada hubungannya dengan timbal balik masukan
(input) dan hasil (output) dalam perusahaan, antara perusahaan dengan
ruang lingkup negara.
28
Sedangkan menurut Ravianto (1985:139) untuk mencapai produktivitas
yang tinggi suatu perusahaan dalam proses produksi, selain bahan baku dan
tenaga kerja yang harus ada juga didukung oleh faktor – faktor sebagai berikut:
1. Pendidikan
2. Ketrampilan
3. Sikap dan etika kerja
4. Tingkat penghasilan
5. Jaminan Sosial
6. Tingkat sosial dan Iklim kerja
7. Motivasi
8. Gizi dan Kesehatan
9. Hubungan Individu
10. Teknologi
11. Produksi
Berdasarkan beberapa definisi faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas kerja, secara lebih
tepatnya masing-masing faktor tersebut sangat mempengaruhi terhadap
peningkatan produktivitas.
c. Indikator Produktivitas Kerja
Menurut Paul Mali dalam Sedarmayanti (2001:57-58), indikator yang
dapat dijadikan dalam produktivitas kerja antara lain :
1) Lingkungan kerja, yaitu suatu kondisi keadaan dimana terdapat aktivitas
orang-orang atau karyawan guna mencapai suatu tujuan.
29
2) Teknologi, yaitu suatu sistem ataupun peralatan guna menunjang sebuah
pekerjaan dalam proses pencapaian suatu tujuan.
3) Tingkat penghasilan, yaitu hasil yang diperoleh seseorang sebagai balas
jasa atau kompensasi dari pekerjaannya sesuai dengan tingkat atau jenis
pekerjaannya.
4) Kesempatan berprestasi, yaitu peluang bagi setiap karyawan untuk
meningkatkan kemampuan agar lebih baik dari sebelumnya yang diberikan
oleh pihak perusahaan.
5) Keterampilan, yaitu langkah-langkah yang kita kuasai karena kita
melatihnya secara terus menerus.
6) Jaminan sosial, yaitu seluruh sistem perlindungan dan pemeliharaan
kesejahteraan sosial bagi seluruh karyawan yang diselenggarakan oleh
perusahaan.
Sedangkan Amrun (2013) mengemukakan indikator produktivitas kerja
dapat dinilai meliputi :
1) Pemahaman substansi dasar tentang bekerja
Jika seseorang bekerja, dia akan selalu berorientasi pada produktivitas
kerja diatas atau minimal sama dengan standar kerja dari waktu ke waktu.
Bekerja produktif sudah sebagai panggilan jiwa dan kental dengan
amanah.
30
2) Sikap terhadap sesama karyawan
Dapat berlaku sebagai anggota kelompok yang baik seperti halnya menjadi
seorang pemimpin yang baik. Menjalin hubungan antar karyawan dengan
baik.
3) Perilaku ketika bekerja
Perilaku ketika bekerja ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang telah
tertanam dalam diri karyawan, sehingga dapat mendukung kerja yang
efektif, dengan kondisi karyawan tersebut maka produktivitas akan
terwujud.
4) Etos kerja
Norma atau aturan yang sifatnya harus dilakukan oleh para pekerja atau
karyawan dalam meningkatkan kualitas kerja, guna menghasilkan keluaran
(output) yang maksimal dan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, serta
dapat meningkatkan prestasi kerja yang baik.
5) Sikap terhadap waktu
Kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sehingga
tercapai produktivitas yang maksimal.
Berdasarkan beberapa uraian indikator produktivitas kerja di atas,
penelitian ini menggunakan indikator produktivitas kerja berdasarkan teori Amrun
(2013), antara lain : pemahaman substansi dasar tentang bekerja, sikap terhadap
sesama karyawan, perilaku ketika bekerja, etos kerja, dan sikap terhadap waktu.
2.2.3 Tinjauan Tentang Karyawan
Menurut Hasibuan dalam Dharma (2012) karyawan adalah setiap
orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada
31
suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa sesuai dengan perjanjian.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003
Pasal 1 ayat 3 tentang ketenagakerjaan, pekerja atau buruh adalah setiap
orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dengan bentuk
lain. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa karyawan
merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan,
dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah).
Pada dasarnya buruh, pekerja, tenaga kerja maupun karyawan
adalahsama, namun dalam kultur Indonesia, buruh berkonotasi sebagai
pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. Sedangkan pekerja, tenaga
kerja dan karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan
diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam
melakukan pekerjaan, akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini
sama mempunyai arti satu yaitu pekerja. Hal ini terutama merujuk pada
Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu berlaku umum untuk seluruh
pekerja maupun pengusaha di Indonesia.
Buruh dibagi atas dua klarifikasi besar yaitu :
1) Buruh professional atau biasa disebut buruh kerah putih, menggunakan
tenaga otak dalam bekerja.
2) Buruh kasar atau biasa disebut buruh kerah biru, menggunakan tenaga otot
dalam bekerja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karyawan dapat dibedakan
menjadi lima antara lain sebagai berikut :
32
1) Karyawan lepas adalah pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak kerja (di
waktu tertentu), karyawan tidak tetap, pegawai harian.
2) Karyawan manajerial adalah orang yang berhak memerintah bawahannya
untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan
perintah.
3) Karyawan operasional adalah orang yang secara langsung harus
mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan.
4) Karyawan tetap adalah pegawai yang bekerja di suatu badan (perusahaan
dsb) secara tetap berdasarkan surat keputusan.
5) Karyawan tidak tetap adalah karyawan lepas.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan karyawan dalam
penelitian ini adalah orang-orang yang bekerja secara tetap yang atas
pekerjaannya akan memperoleh gaji.
2.2.4 Tinjauan Tentang Food and Beverage Department
Menurut Soekresno dan Pendit (1998:4) menyebutkan bahwa Food and
Beverage Department adalah bagian dari hotel yang mengurus dan bertanggung
jawab terhadap kebutuhan pelayanan makanan dan minuman serta kebutuhan lain
yang terkait dari para tamu yang tinggal maupun yang tidak tinggal di hotel
tersebut dan dikelola secara komersial serta profesional.
Menurut Mertayasa (2012:2) Food and Beverage Department merupakan
salah satu departemen yang ada di hotel. Departemen ini termasuk departemen
yang sangat penting sebab dapat menghasilkan atau mendatangkan keuntungan.
Tamu yang tinggal di hotel tidak saja memerlukan tempat tinggal sementara tetapi
33
juga memerlukan makanan dan minuman yang akan dilayani oleh Food and
Beverage Service.
a. Tujuan Food and Beverage Department
Menurut Soekresno dan Pendit (1998:5) tujuan Food and Beverage
Department antara lain :
1) Menjual makanan dan minuman sebanyak-banyaknya dengan harga yang
sesuai.
2) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada tamu sehingga tamu merasa
puas. Hal ini menyangkut mutu pelayanan mutu makanan dan minuman,
sikap karyawan, dekorasi ruangan serta suasana sekitar, peralatan yang
dipakai dan sanitasinya.
3) Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan untuk kesinambungan
usaha.
b. Ruang Lingkup Food and Beverage Department
Kegiatan menyelenggarakan jasa pelayanan makanan dan minuman di
Food and Beverage Department dapat ditinjau melalui ruang lingkup sebagai
berikut :
1) Food and Beverage Department bagian belakang (back service) yaitu bagian
yang tidak langsung berhubungan dengan tamu karena harus melalui
perantara pramusaji yang terdiri dari kitchen dan stewarding.
2) Food and Beverage Department bagian depan (front service) yaitu bagian
yang langsung berhubungan dengan tamu yang terdiri dari restoran, bar,
banquet dan room service.
34
Pada dasarnya di dalam bagian depan (front service) terdapat beberapa
bagian yang masing-masing mempunyai tugas tertentu. Adapun bagian-bagian
tersebut adalah :
1) Restoran
Restoran adalah suatu ruangan atau tempat dimana tamu dapat membeli
dan menikmati makanan dan minuman.
2) Bar
Bar adalah suatu tempat yang dikelola secara komersil yang menyiapkan
dan menjual minuman baik yang mengandung alkohol maupun tidak
mengandung alkohol.
3) Room service
Room service adalah bagian dari food and beverage service yang terdapat
di hotel bertugas dan bertanggungjawab dalam pelayanan makanan dan
minuman.
4) Banquet
Banquet adalah bagian dari food and beverage service yang melayani dan
bertanggungjawab dalam penjualan makanan dan minuman pada kegiatan
khusus di luar restoran (special event) setelah terjadi kesepakatan bersama.
Kegiatan ini bisa di dalam hotel maupun di luar hotel.
5) Steward
Steward adalah bagian dari food and beverage service yang
bertanggungjawab dalam menjaga kebersihan dan penyimpanan peralatan
pada food and beverage department dalam menunjang kelancaran
pelayanan kepada tamu.
35
2.2.5 Tinjauan Tentang Hotel
Menurut Prof .K. Krapf Direktur Lembaga Risert Pariwisata - Universitas
Bern di swiss (Pendit 2003:35) Hotel adalah sebuah gedung (bangunan) yang
menyediakan penginapan, makanan, pelayanan yang bersangkutan dengan
menginap serta makan itu bagi mereka yang mengadakan perjalanan.
Menurut Lawson (1976:27) Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk
wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar penyediaan makanan dan
minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran.
Berdasarkan beberapa definisi diatas yang dimaksud hotel dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang menyediakan pelayanan jasa akomodasi serta
menyediakan fasilitas lainnya dan dikelola secara komersial.
Adapun beberapa jenis hotel menurut lokasi, jumlah kamar, dan klasifikasi
bintang hotel tersebut sebagai berikut:
a. Berdasarkan lokasi hotel
1) City hotel
Hotel berlokasi diperkotaan biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang
bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek).
2) Residential Hotel
Hotel yang berlokasi di daerah pinggiran hotel besar yang jauh dari
keramaian kota tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha.
3) Resort hotel
Hotel yang berlokasi di daerah pegunungan (montail hotel) ditepi pantai,
ditepi danau atau ditepi aliran sungai.
4) Motel
36
Hotel yang terletak dipinggiran atau disepanjang jalan raya yang
menghubungkan kota dengan kota besar lainnya, atau dipinggiran jalan raya
dekat dengan pintu gerbang dekat dengan batas kota besar.
b. Berdasarkan jumlah kamar Hotel
Menurut Tarmoezi (2000:3), dari banyaknya kamar yang disediakan, hotel
dapat dibedakan menjadi :
1) Small hotel
Jumlah kamar yang tersedia maksimal 28 kamar
2) Medium hotel
Jumlah kamar yang disediakan antara 28 sampai 299 kamar
3) Large hotel
Jumlah kamar yang disediakan sebanyak lebih dari 300 kamar
c. Berdasarkan bintang
Menurut peraturan pemerintah Deparpostel dan dibuat oleh Dirjen
Pariwisata dengan SK Kep-22/U/VI/78 mengatur tentang hotel berbintang
dengan klasifikasi sebagai berikut :
1) Hotel bintang satu
Jumlah kamar standard minimum 15 kamar, kamar mandi didalam, luas
kamar standard minimum 20m.
2) Hotel bintang dua
Jumlah kamar standard minimum 20 kamar, kamar suite minimum 1 kamar,
kamar mandi dalam, luas kamar standard minimum 22m dan luas kamar
suite minimum 44m.
3) Hotel bintang tiga
37
Jumlah kamar standard minimum 30 kamar, kamar suite minimum 2 kamar,
kamar mandi dalam, luas kamar standard minimum 24m, luas kamar suite
minimum 48m.
4) Hotel bintang empat
Jumlah kamar standard minimum 3 kamar, kamar mandi dalam, luas kamar
standard minimum 24m, luas kamar suite minimum 48m.
5) Hotel bintang lima
Jumlah kamar standard minimum 100 kamar, kamar suite minimum 4
kamar, kamar mandi dalam, luas kamar standard 26m, luas kamar suite 52m.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diajukan hipotesa sebagai
jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manajemen konflik berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja
karyawan pada Food and Beverage Department di Prama Sanur Beach
Hotel.
2. Produktivitas kerja karyawan meningkat setelah adanya manajemen
konflik pada Food and Beverage Department di Prama Sanur Beach
Hotel.