Demam Tifoid Lapsus(1)
-
Upload
ade-rahmayani-ritonga -
Category
Documents
-
view
42 -
download
6
Transcript of Demam Tifoid Lapsus(1)
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. F
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
No. RM : 539522
Alamat : Ternate
Ruangan : Lontara 1 Bawah Belakang
Tanggal Masuk RS : 1 November 2012
CATATAN RIWAYAT PENYAKIT
ANAMNESIS : Heteroanamnesis
KELUHAN UTAMA : Demam
ANAMNESIS TERPIMPIN :
Demam dialami sejak ± 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam terutama
dirasakan pada malam hari hingga menggigil (+), turun dengan obat penurun panas, yaitu
Paracetamol tablet. Kejang (-). Meninggi setelah beberapa jam. Sakit kepala (+) disertai mual
(+) muntah (-) riwayat muntah (+) dialami ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi
satu kali, isi air, menyemprot, nyeri ulu hati (-) nyeri ketika menelan (+) dirasakan sejak ± 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk (-) sesak napas (-) nyeri dada (-) lemah (+). Pegal-
pegal ataupun nyeri pada tulang disangkal. Nafsu makan menurun sejak pasien sakit. Os
mengaku mengalami penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir sebanyak ± 5 kg.
BAK : lancar, warna kuning muda
BAB : biasa, kuning
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA :
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat sakit kuning sebelumnya (-)
Riwayat batuk lama (-)
Riwayat perdarahan gusi, hidung, dan perdarahan lainnya (-)
Riwayat bepergian ke daerah endemik malaria atau ke luar kota (-)
Riwayat menderita demam tifoid pada tahun 2010 di Gorontalo
Riwayat konsumsi alkohol (-)
Riwayat merokok (-)
RIWAYAT KELUARGA
Riwayat keluarga menderita keluhan yang sama disangkal
PEMERIKSAAN FISIK :
Status Present :
SS/GK/CM
BB = 44 kg; TB = 158 cm; IMT = 17,62 kg/m2
Tanda Vital :
TD = 120/70 mmHg; N = 80 x/i; P = 20 x/i (tipe thorakoabdominal); S = 38,5 oC
Kepala :
Ekspresi : sakit sedang
Simetris muka : kiri=kanan
Deformitas : (-)
Rambut : hitam, lurus, sukar dicabut
Mata :
Eks/enoptalmus: dalam batas normal
Tekanan bola mata: Tn-Tn
Kelopak mata : Lagoftalmus (-)
Konjungtiva : Anemis (+)
Sklera : Ikterus (-)
Gerakan : ke segala arah
Kornea : jernih
Pupil : bulat, isokor θ 2.5/2.5mm
Hidung :
Perdarahan : (-) Sekret : (-)
Mulut :
Bibir : kering (+)
Gigi geligi : caries (-)
Gusi : perdarahan (-)
stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
Farings : hiperemis (-)
Lidah : kotor (+) tremor (-)
tepi hiperemis (+)
Leher :
Tidak didapatkan massa tumor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening maupun kelenjar gondok. DVS R-2 cmH2O.
Thoraks :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, ikut gerak napas, bentuk normochest, penggunaan otot
bantu pernapasan (-)
Palpasi : Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus simetris
kiri= kanan.
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru, batas paru hepar sela iga V anterior dextra.
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan terletak pada linea
sternalis kanan, batas jantung kiri sesuai dengan ictus cordis terletak pada sela
iga 5 – 6 linea medioklavikularis kiri)
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, bunyi tambahan (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : MT (-) NT(+) regio epigastrium dan iliaca sinistra
Hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Ekstremitas : Edema (-)/(-), peteki(-), RL (-)
Diagnosis Sementara:
Febris pro-evaluasi
Penatalaksanaan Awal :
Diet rendah serat dan mudah dicerna
Tirah baring
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Ciprofloxacin 500 mg 2x1
Paracetamol 500 mg 3x1
Ranitidin amp/12j/iv
Rencana Pemeriksaan :
Darah rutin
Urin rutin
SGOT, SGPT, protein total, bilirubin direk, ureum, kreatinin, glukosa darah sewaktu,
elektrolit gas darah
Widal test
Tubex TF
DHF IgG/IgM (RAPID)
Apusan Darah Tepi (ADT)
Kultur darah dan feses
Pemeriksaan Fe dan TIBC
Pemeriksaan Laboratorium:
Jenis PemeriksaanTanggal Pemeriksaan
01/11/2012 03/11/2012
DARAH
RUTIN
WBC 13,45x103/uL 16,91x103/uL
RBC 2,79x106/uL 3,63 x106/uL
HGB 6,8 g/dL 9,7 g/dL
HCT 22,6% 30,6%
MCV 61 fL 83,3 fL
MCH 24,4 pg 25,7 pg
MCHC 30,1 g/dL 30,7 g/dL
PLT 318x103/uL 307x103/uL
Kesan-Leukositosis
-Anemia mikrositik hipokrom
-Leukositosis
-Anemia mikrositik
hipokrom
KIMIA
DARAH
SGOT 11 u/l
SGPT 9 u/l
Protein total 7,3 g/dl
Bil. Direk 4,1 g/dl
DM GDS 104 mg/dl
GHUreum 11 mg/dl
Kreatinin 0,2 mg/dl
ELEKTROLIT
Na 140 mol/l
K 3,8 mmol/l
Cl 111 mmol/l
URIN RUTIN
pH 6,0
BJ 1,020
Protein 25/+
Glukosa Normal
Bilirubin Negatif
Urobilinogen Normal
Keton 50/+++
Nitrit Negatif
Blood 250/+++++
Leukosit 500/+++
Sedimen leukosit 10-15
Sedimen eritrosit 15-17
Widal Test (01/11/2012)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Salmonella thypi H 1/80 Negatif
Salmonella para typhi OA 1/80 Negatif
Salmonella para typhi OB 1/320 Negatif
Salmonella para typhi HB 1/160 Negatif
Salmonella para typhi C Negatif Negatif
DHF IgG/IgM (RAPID) (01/11/2012)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
DHF IgG Negatif Negatif
DHF IgM Negatif Negatif
IgM Salmonella (Semikuantitatif, Tubex TF) (03/11/2012)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
IgM Salmonella Rapid Positif (+6) Negatif
Follow Up
Tanggal PERJALANAN PERNYAKIT INSTRUKSI DOKTER01/11/2012 S : demam (+) menggigil (+) R/
mual (+), muntah (-) NUH (+)
O : SS/GC/CMTD : 120/70 P : 20N : 80 S : 38,5Anemis (+) Ikterus (-)Bibir kering (+)Lidah kotor (+)DVS R-2 cmH2OBP: VesikulerRh(-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni regulerPeristaltik (+) kesan normalNT (+) regio epigastrium dan iliaca sinistraBAB : belum dari kemarinBAK : kesan lancarA/ Febris pro evaluasi susp demam tifoidAnemia mikrositik hipokrom
Lab:DR WBC: 13,45x103/uL
RBC: 2,79x106/uL HGB: 6,8 g/dLMCV: 61 fLMCH: 24,4 pgMCHC: 30,1 g/dL
Widal test Salmonella thypi H: 1/80 Salmonella para typhi OA: 1/80 Salmonella para typhi OB: 1/320 Salmonella para typhi HB: 1/60 Salmonella para typhi C: negatif
DHF IgG/IgM rapid DHF IgG: negatifDHFIgM: negatif
IVFD NaCL 0.9% 28tpmRanitidin 1 amp/12 jam/ivParacetamol 3 x 500gr
P/Monitor:- Periksa ADT- Periksa darah rutin
02/11/2012 S : demam (+) menggigil (+)mual (+), muntah (-) NUH (+)
O : SS/GC/CMTD : 110/60 P : 24N : 88 S : 38,2Anemis (+) Ikterus (-)Bibir kering (+)Lidah kotor (+)DVS R-2 cmH2O
R/ Tirah baring Diet rendah seratIVFD NaCL 0.9% 28tpmRanitidin 1 amp/12 jam/ivParacetamol 3 x 500gr
P/ Monitor:- Menunggu hasil ADT
BP: VesikulerRh(-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni regulerPeristaltik (+) kesan normalNT (+) regio epigastrium dan iliaca sinistraBAB : belum dari kemarinBAK : kesan lancarA/ Febris pro evaluasi susp demam tifoidAnemia mikrositik hipokrom
03/11/2012 S : demam (+) menggigil (+)mual (+), muntah (-) NUH (+)
O : SS/GC/CMTD : 100/70 P : 24N : 76 S : 37,9Anemis (+) Ikterus (-)Bibir kering (+)Lidah kotor (+)DVS R-2 cmH2OBP: VesikulerRh(-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni regulerPeristaltik (+) kesan normalNT (+) regio epigastrium dan iliaca sinistraBAB : belum sejak 2 hari yang laluBAK : kesan lancarA/ Febris pro evaluasi susp demam tifoidAnemia mikrositik hipokrom
R/Tirah baringDiet rendah seratIVFD NaCL 0.9% 28tpmCiprofloxacin 2 x 500 mgParacetamol 3 x 500gr
P/Monitor:- Tubex TF- Menunggu hasil ADT
04/11/2012 S : demam (+) mual (-) muntah (-) O : SS/GC/CMTD : 110/80 P : 20N : 84 S : 37,9Anemis (+), Ikterus (-)Lidah kotor (-)DVS R-2 cmH2OBP: VesikulerRh(-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni regulerPeristaltik (+) kesan normalNT (+) regio suprapubikBAB : belum sejak 3 hari yang laluBAK : kesan lancarA/ Susp demam tifoid
R/Tirah baringDiet rendah seratIVFD NaCL 0.9% 28tpmCiprofloxacin 2 x 500 mgParacetamol 3 x 500gr
P/Monitor:- Menunggu hasil Tubex TF- Menunggu hasil ADT
Anemia mikrositik hipokrom05/11/2012 S : demam(-) mual (-) muntah (-)
O : SS/GC/CMTD : 100/60 P : 20N : 92 S : 36,7Anemis (+), Ikterus (-)Lidah kotor (-)DVS R-2 cmH2OBP: VesikulerRh(-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni regulerPeristaltik (+) kesan normalNT (-) BAB : biasa, kuningBAK : kesan lancarA/ Demam TifoidAnemia mikrositik hipokrom
Lab:Tubex TF: +6DR WBC: 16,91x103/uL
RBC: 3,63 x106/uLHGB: 9,7 g/dLMCV: 83,3 fLMCH: 25,7 pgMCHC: 30,7 g/dLPLT: 367x103
R/Tirah baringDiet rendah seratConnecta Ciprofloxacin 2 x 500 mgParacetamol 3 x 500gr (kp)
P/Monitor:- Menunggu hasil ADT
RESUME:
Seorang wanita, umur 21 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan febris. Pasien
mengalami febris sejak ± 5 hari sebelum masuk rumah sakit dan lebih sering timbul pada
malam hari. Febris sempat tinggi hingga menggigil namun tidak sampai kejang. Selain itu,
pasien juga mengalami sakit kepala disertai mual (+). Satu hari sebelum masuk rumah sakit,
pasien sempat muntah, frekuensi 1x, isi air, menyemprot dan juga nyeri ketika menelan (+).
Pasien mengaku mengalami penurunan nafsu makan sejak sakit. Riwayat dirawat di RS
Gorontalo dengan demam tifoid pada tahun 2010.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan gambaran umum: SS/GK/CM. Tanda vital: TD =
120/70 mmHg, nadi: 80x/menit, pernapasan: 20x/menit (tipe thorakoabdominal), suhu:
38,50C, yang memberikan kesan bradikardia relatif. Pada pemeriksaan kepala ditemukan
konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan mulut, didapatkan kesan bibir kering (+) lidah kotor
(+) tepi hiperemis (+). Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan kesan perut datar, ikut gerak
nafas, nyeri tekan (+) di regio epigastrium dan ilaca sinistra, dan peristaltik (+) kesan normal.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin didapatkan
kesan leukositosis dan anemia mikrositik hipokrom dengan WBC 16,91x103/uL, RBC: 3,63
x106/uL, HGB: 9,7 g/dL, MCV: 83,3 fL, MCH: 25,7 pg, MCHC: 30,7 g/dL. Pada
pemeriksaan widal test S.typhi H 1/80, S.paratyphi OA 1/80, dan S.paratyphi OB 1/320 HB
1/60. Untuk pemeriksaan IgM Salmonella rapid (Tubex) didapatkan hasil positif (+6).
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium,
maka pasien didiagnosis dengan demam tifoid dengan anemia mikrositik hipokrom
DISKUSI
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam. Banyak penyakit yang dapat
menimbulkan keluhan demam, antara lain demam berdarah dan malaria. Pada kasus ini,
demam yang dialami sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam perlahan-lahan
meninggi terutama pada sore dan malam hari sehingga dicurigai demam tifoid. Febris
sempat tinggi hingga menggigil namun tidak sampai kejang. Selain itu, pasien juga
mengalami sakit kepala disertai mual (+). Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien
sempat muntah, frekuensi 1x, isi air, menyemprot dan juga nyeri ketika menelan (+). Pasien
mengaku mengalami penurunan nafsu makan sejak sakit. Riwayat dirawat di RS Gorontalo
dengan demam tifoid pada tahun 2010. (1,4)
Dari pemeriksaan fisis didapatkan gambaran umum: SS/GK/CM. Tanda vital: TD =
120/70 mmHg, nadi: 80x/menit, pernapasan: 20x/menit (tipe thorakoabdominal), suhu:
38,50C, yang memberikan kesan bradikardia relatif. Pada pemeriksaan kepala ditemukan
konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan mulut, didapatkan kesan bibir kering (+) lidah kotor
(+) tepi hiperemis (+). Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan kesan perut datar, ikut gerak
nafas, nyeri tekan (+) di regio epigastrium dan ilaca sinistra, dan peristaltik (+) kesan normal.
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari, dimana sifat demamnya
adalah meningkat perlahan-lahan terutama pada sore hingga malam hari. Manifestasi klinis
infeksi virus dengue pada penyakit demam berdarah dengue dapat bersifat asimptomatik
atau dapat berupa demam yang tidak khas. Pada umumnya pasien mengalami fase demam
selama 2-7 hari yang diikuti fase kritis selama 2-3 hari, dimana pada fase kritis pasien
sudah tidak demam namun memiliki resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat
pengobatan yang adekuat. Sedangkan pada penyakit malaria, memiliki gejala klasik "Trias
Malaria" yang terjadi secara berurutan, yaitu periode dingin pasien mulai menggigil diikuti
meningkatnnya temperature; diikuti dengan periode panas : wajah penderita memerah, nadi
cepat, dan suhu badan meninggi hingga beberapa jam. Kemudian periode berkeringat,
dimana penderita berkeringat banyak, temperatur turun, dan penderita merasa sehat. (1,2,4)
Saran pemeriksaan tambahan untuk kasus ini adalah pemeriksaan Tubex TF karena
lebih sensitif daripada widal test. Pada widal test yang dinilai adalah titer O dan titer H. Titer
O dapat bertahan hingga 4-6 bulan didalam tubuh jika telah terpapar sebelumnya, sedangkan
titer H tetap bertahan hingga 9-12 bulan setelah mendapat imunisasi atau penderita telah lama
sembuh. Oleh karena itu, pemeriksaan widal tidak selalu positif walaupun penderita sungguh-
sungguh menderita demam tifoid.(3)
Obat pilihan utama adalah golongan Fluoroquinolone selama 5-7 hari seperti
Ciprofloksasin 20 mg/kgbb/hari selama 6 hari atau Levofloksasin 10 mg/kgbb/hari selama 1-
2 minggu atau Ofloxacin 20 mg/kgbb/hari selama 7 hari. Namun golongan Fluoroquinolone
tidak boleh diberikan pada anak-anak karena akan mengganggu pertumbuhan tulang karena
mempercepat penutupan epifisis. Maka obat dapat diganti dengan obat golongan
Cephalosporin generasi ketiga seperti Ceftriaxone dan Cefotaxime. Pada kasus diatas boleh
diberikan karena pada wanita berunur 20 tahun epifisisnya sudah tertutup sehingga aman
untuk diberikan golongan fluorokuinolon. Pada orang dewasa yang resisten terhadap
golongan Fluoroquinolone, dapat diberikan golongan Cephalosporin generasi ketiga seperti
Ceftriaxone 1-2 gram intravena atau intramuskular selama 5 hari atau 3 gram dalam 3 hari
dan Cefotaxime 1-2 gram intravena atau intramuskular.(1,5)
Dulu obat pilihan utama adalah kloramfenikol, kecuali bila penderita mengalami
resistensi dapat diberikan obat lain misalnya ampisilin, kotrimoksasol, dan lain-lain.
Dianjurkan pemberian kloramfenikol dengan dosis yang tinggi, yaitu 100 mg/kgbb/hari,
diberikan 4 kali sehari peroral atau intramuskular atau intravena bila diperlukan.Pemberian
kloramfenikol dosis tinggi tersebut memberikan manfaat yaitu waktu perawatan dipersingkat
dan relaps tidak terjadi. Namun Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik karena
menekan sumsum tulang terutama jika pemberian dosis total >30 gram. Pada kasus diatas
tidak diberikan golongan kloramfenikol karena pada gejala klinis didapatkan anemia dengan
hb 6 mg/dl, yang merupakan kontra indikasi pemberian kloramfenikol. (1,5)
Pada wanita hamil tidak boleh diberikan Kloramfenikol karena dapat menimbulkan
partus prematurus pada trimester ketiga dan kematian janin intrauterine. Tiamfenikol juga
tidak aman diberikan karena bersifat teratogenik pada trimester pertama. Maka pada wanita
hamil dapat diberian Ampicilin 50-150 mg/kgbb untuk 2minggu, Amoxicilin 50-150
mg/kgbb untuk 2 minggu, danCeftriaxone 1-2 gram intravena atau intramuscular selama 5
hari atau 3 gram dalam 3 hari.(1,5)\