Demam dangue

download Demam dangue

of 19

Transcript of Demam dangue

  • 8/10/2019 Demam dangue

    1/19

    1

    Demam berdarah dengue pada dewasa

    Mawar Makmaker

    102013144

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jalan Arjuna No.06 Jakarta Barat

    E-mail : [email protected]

    Pendahuluan

    Demam dangue (DF) dan demam berdarah dangue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

    disebabkan oleh virus dangue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/nyeri sendi

    yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada

    DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan

    hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dangue (dengue

    shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.1

    Anamnesis

    Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

    melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau

    dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (alloanamnesis). Berbeda dengan wawancara

    biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang

    penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta

    bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.2

    Anamnesis yang baik terdiri dari:1

    a) Identitas pasien: identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang

    dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga bisa digunakan

    untuk data penelitian, asuransi dll.

    b) Keluhan utama: keluhan yang dirasakan pasien sehingga membawa pasien pergi ke

    dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai

    dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.

  • 8/10/2019 Demam dangue

    2/19

    2

    c) Riwayat penyakit sekarang: merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas

    mengenai keadaan kesehatan pasien sebelum sakit sampai pasien datang berobat

    d)

    Riwayat penyakit dahulu: bertujuan mengetahui kemungkinan adanya hubungan

    antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.

    e) Riwayat obstetri: harus ditanyakan pada setiap pasien wanita

    f)

    Anamnesis sistem organ: bertujuan mengumpulkan data-data positif atau negatif yang

    berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien berdasarkan sistem organ yang

    terkena.

    g) Riwayat penyakit keluarga: penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter,

    familia, atau penyakit infeksi.

    h) Riwayat pribadi: meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, kebiasaan,

    lingkungan tempat tinggal.

    Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data berikut:1

    a) Waktu dan lamanya keluhan berlangsung

    b)

    Sifat dan beratnya serangan

    c) Lokasi dan penyebarannya

    d) Hubungannya dengan waktu

    e)

    Hubungan dengan aktivitas

    f) Keluhan-keluhan yang menyertai serangan

    g) Apakah keluhan baru pertama kami atau sudah berulang kali

    h)

    Faktor resiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau

    meringankan serangan

    i) Apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama

    j) Riwayat perjalanan ke daerah yang endemis untuk penyakit tertentu

    k)

    Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa

    l) Upaya yang telah dilakukan dan hasilnya.

    Setelah semua terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara atau diagnosis

    banding. Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai

    kemampuan untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya

    untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya

    mencakup semua data yang diperlukan untuk memperkuat ketelitian diagnosis, sedangkan

    akurat berhubungan dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.2

  • 8/10/2019 Demam dangue

    3/19

    3

    Pemeriksaan Fisik

    1. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda tanda vital (kesadaran, tekanan darah,

    nadi, dan suhu).4

    2. Observasi kulit dan konjungtiva untuk mengetahui tanda perdarahan. Observasi

    kulit meliputi wajah, lengan, tungkai, dada, perut, dan paha.3

    3.

    Penekanan pada ulu hati (epigastrium). Adanya rasa sakit / nyeri pada ulu hati

    dapat disebabkan karena adanya perdarahan di lambung.3

    4. Perabaan hati. Hati yang lunak merupakan tanda pasien DBD yang menuju fase

    kritis.3

    5. Uji Tourniquet (Rumple Leede).4

    6.

    Munculnya bintik-bitik merah lebih dari 10 pada luas 2,5x2,5 cm pada lengan

    bawah bagian palmar.4

    Etiologi

    Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk

    dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30

    nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.

    1

    Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat

    menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ini ditemukan

    di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi silang antara

    serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West

    Nile virus.1

    Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus,

    kelinci, anjing, kelelawar dan primata. Survei epidemilogi pada hewan ternak didapatkan

    antobodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian pada artropoda

    menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes dan Toxorhynchites.

    Menurut WHO, Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes

    (Ae.) dari subgenus Stegomyia. Ae. Aegypti (kota) merupakan vektor epidemi yang paling

    utama, namun spesies lain seperti Ae. Albopictus (pedesaan), Ae. polynesiensis, anggota dari

    Ae. Scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder.Kecuali Ae. aegypti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang

  • 8/10/2019 Demam dangue

    4/19

    4

    terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya

    mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti.3-6

    Ae. aegypti sama seperti juga nyamuk Anopheleni lainnya mengalami metamorphosis

    sempurna. Nyamuk betina meletakkan telurnya diatas permukaan air dalam keadaan

    menempel pada tempat dinding perindukannya Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-

    rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Setelah kira-kira 2 hari telur menetas menjadi

    larva lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan

    akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu kira-

    kira 9 hari. 6

    Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti:6

    a)

    Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris putih,(lyre form).

    b) Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC,

    tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban

    bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain.

    c) Jarak terbang 100 m.

    d) Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa orang karena

    sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat).

    e)

    Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi.berduri lateral.

    Telur Ae.Aegypti mempunyai dinding yang bergaris dan membentuk bangunan menyerupai

    bangunan kain kasa. Larva Ae. Aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang

    berduri lateral. 6

    Nyamuk dewasa betina menghisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di

    dalam rumah ataupun di luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang

    dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum matahari

    terbenam (15.00-17.00). Tempat istirahat Ae.aegypti berupa semak dan tanaman rendah

    termasuk rerumputan yang terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-

    benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan sebagainya. Umur

    nyamuk dewasa betina di alam bebas kira-kira 10 hari, sedangkan di Laboratorium mencapai

    umur dua bulan, Ae.aegypti mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak

    terbangnya adalah pendek yaitu kurang dari 40 meter.6

  • 8/10/2019 Demam dangue

    5/19

    5

    Epidemiologi

    Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik barat dan Karibia.

    Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden

    DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995), dan pernah

    meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,

    sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.1

    Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue

    yaitu:1

    a)

    Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di

    lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.

    b)

    Penjamu: Terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi, paparan terhadap

    nyamuk, usia, dan jenis kelamin.

    c) Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk

    Patofisiologis

    Patofisiologis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan.

    Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologisberperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.1

    Pada saat ini dikenal 2 jenis tipe antibodi yaitu kelompok monoklonal reaktif yang tidak

    mempunyai sifat menetralisasi tetapi memacu replikasi virus dan antibodi yang dapat

    menetralisasi secara spesifik tanpa disertai daya memacu replikasi virus. Antibody yang

    dibentuk pada infeksi primer akan meyebabkan terbentuknya kompleks imun pada infeksi

    sekunder dengan akibat memacu replikasi virus. Teori ini pula yang mendasari pendapat

    bahwa infeksi sekunder virus dengue oleh serotipe berbeda cenderung menyebabkan

    manifestasi yang berat.7

    Reaksi immunologi yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD sebagai berikut:

    a. Sel fagosit mononuclear yaitu monosit, makrofag, histiosit dan sel kupffer merupakan

    tempat terjadinya infeksi virus dengue primer. Sel ini berperan dalam fagositosis virus

    dengan opsonisasi antibodi. Namun, proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan

    replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag; 1,7

    b.

    Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imunseluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan memproduksi

  • 8/10/2019 Demam dangue

    6/19

    6

    interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH-2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6

    dan IL-10. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai

    mediator inflamasi seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6, dan

    histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran

    plasma.1

    c.

    Respons humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses

    netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue

    berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis

    ini disebut antibody dependent enchancement(ADE).1

    d. Virus ini kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononuclear yang telah

    terinfeksi. Selanjutnya sel monosit yang mengandung kompleks inmin akan menyebar

    ke usus, hati, limpa dan sumsum tulang. Parameter perbedaan terjadinya BD dengan

    atau tanpa renjatan ialah jumlah sel yang terkena infeksi.1,7

    e. Sel monosit yang telah teraktivasi akan mengadakan interaksi dengan sistem humoral

    dan sistem komplemen. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan

    terbentuknya mediator (C3a dan C5a) yang akan memperngaruhi permeabilitas

    kapiler dan mengaktivasi sistem koagulasi.1,7

    Permeabilitas kapiler yang meninggi mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi sehinggaaliran darah lambat.Kemudian terjadi hipoksia dan asidosis metabolik. Trombositopenia pada

    infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1) supresi sumsum tulang dan 2) destruksi dan

    pemendekan massa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5

    hari) menunjukkan keadaan hiposelular dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir

    tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar

    trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan,

    hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi

    terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui peningkatan fragmen

    C3g. Koagulapati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan

    disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada

    demam berdarah dengue stadium III dan IV.1

  • 8/10/2019 Demam dangue

    7/19

    7

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Darah Rutin

    Pemeriksaan ini yang mencakup: eritrosit (hemoglobin, jumlah sel, hematokrit, dll), leukosit,

    dan trombosit. Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel darah merah

    SDM yang memberikan warnah merah pada darah. Hemogloblin berisi zat besi yang

    membawa oksigen. Kadar hemoglobin tinggi karena ada nya hemokonsenstrasi akibat

    kehilangan cairan. Hematokrit adalah volume sel darah merah dalam 100 ml darah yang

    dihitung dalam presentase. Hematokrit rendah pada kondisi anemia dan leukemia dan tinggi

    pada keadaan hemokonsentrasi akibat penurunan volume cairan dan peningkatan SDM.

    Sementara leukosit berpengaruh pada proses imunitas dan trombosit pada pembekuan darah.8

    Pemeriksaan Serologi

    Uji HI (hemagglutination inhibition test)

    Uji serologi yang paling banyak dipakai secara rutin karena lebih sederhana, mudah, murah

    serta sensitif. Antibodi HI ini dapat berada dalam kurun waktu yang sangat lama hingga lebih

    dari 50 tahun begitu seseorang mendapatkan infeksi demam berdarah. Antibodi ini timbal

    pada kadar yang terdeteksi yaitu titer 10 pada hari kelima hingga hari keenam dari jalannya

    penyakit. Kadarnya akan meningkat bila demam berdarah terus berlanjut (dapat mencapai

    640 pada infeksi primer dan 10240 pada infeksi sekunder). Pada infeksi akut, kadar titer yang

    mencapai 1280 dapat mengarahkan diagnosis pada dugaan adanya infeksi baru. Titer HI yang

    tinggi ini akan bertahan hingga tiga bulan sesudah infeksi dengan gejala penurunan yang

    tampak mulai pada hari ke30.9

    a) Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis

    relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15%

    dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.

    b) Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8

    c) Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan

    hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam.

    d) Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, ataua FDP

    pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

    e)

    Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

    f) SGOT/SGPT: dapat meningkat

  • 8/10/2019 Demam dangue

    8/19

    8

    g) Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal

    h) Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan

    i)

    Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : bila akan diberikan transfuse

    darah atau komponen darah

    j) Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue

    IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke -3 ,

    menghilang setelah 60-90 hari

    IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada

    infeksi sekunder IgG muali terdeteksi hari ke 2.

    k) Uji HI : dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama, serta saat pulang dari

    perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.

    l)

    NS1 : antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam pertama sampai hari ke

    delapan. Sensitivitas NS1 berkisar 63-93,4% dengan spesifisitas gold standartkultur

    virus.

    Gambaran klinis

    Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau mengakibatkan penyakit demam biasa,

    demam dengue, atau demam berdarah dengue (DHF) termasuk sindrom syok dengue. Infeksi

    terhadap salah satu serotipe virus dengue memberikan imunitas seumur hidup khusus untukserotipe tersebut, tetapi tidak ada perlindungan silang serotipe terhadap serotipe yang lain.

    Penampilan klinis bergantung pada usia, status imun penjamu, dan strain virus.10

    Kasus tipikal DHF ditandai dengan demam tinggi, fenomena pendarahan, hepatomegali, dan

    sering kali disertai kegagalan sirkulasi. Trombositopenia sedang hingga berat yang disertai

    hemokonsentrasi dapat dibedakan dengan hasil temuan laboratorium klinis. Perubahan

    patofisiologi utama yang menentukan tingkat keparahan penyakit DHF dan membedakan

    dengan DF adalah hemostatis yang abnormal dan kebocoran plasma yang dimanifestasikan

    dengan trombositopenia dan jumlah hematokrit yang meningkat. DHF umumnya dimulai

    dengan peningkatan suhu secara tiba-tiba yang disertai dengan kemerahan pada wajah serta

    gejala fisik non spesifik lain yang menyerupai demam dengue, misalnya anoreksia, muntah,

    sakit kepala, dan nyeri otot serta sendi. Beberapa pasien DHF mengeluh sakit tenggorokan,

    dan faring merah mungkin ditemukan pada pemeriksaan. Ketidaknyamanan pada epigastrik,

    nyeri tekan di tepi rusuk kanan, serta nyeri perut yang biasa terjadi. Suhu tubuh biasanya

    tinggi dan pada kebanyakan kasus akan tetap tinggi selama dua hari atau tujuh hari

  • 8/10/2019 Demam dangue

    9/19

    9

    berikutnya, baru kemudian turun kembali menjadi normal atau subnormal. Kadang-kadang

    suhu tubuh dapat mencapai 40Oc, dan dapat terjadi kejang. Fenomena pendarahan yang

    paling umum ditunjukkan melalui uji turniket positif. Mudah memar dan berdarah pada sisi

    infeksi juga dapat ditemukan pada kebanyakan kasus. Petekia yang sangat kecil menyebar

    mulai dari anggota gerak, ketiak, wajah, dan palatum lunak mungkin akan tampak selama

    fase awal demam. Pertemuan ruam petekia dengan karakteristik yang ditandai area berbentuk

    bulat kecil pada kulit normal terkadang muncul selama masa pemulihan setelah suhu kembali

    normal. Ruam makulopapular atau ruam seperti rubbela dapat terlihat di awal atau akhir

    perjalanan penyakit. Epitaksis dan gusi berdarah sering terjadi. 10

    Hati biasanya teraba sejak fase awal demam, bervariasi mulai dari hanya teraba sampai

    berada 2-4 cm di bawah tepi rusuk kanan. Ukuran hati tidak berhubungan dengan tingkat

    keparahan penyakit, tetapi hepatomegali lebih sering ditemukan pada kasus-kasus syok.

    Nyeri tekan hati terasa, tetapi biasanya ikhterik tidak tampak, bahkan pada pasien yang

    hatinya membesar dan nyeri. Hasil rotgen dada menunjukkan adanya efusi pleura terutama di

    bagian kanan dan ini merupakan temuan konstan.10

    Pada kasus ringan ataupun sedang, semua tanda dan gejala berkurang setelah demam mereda.

    Peredaan ini ditandai dengan keluarnya keringat berlebih dan sedikit perubahan denyut nadi

    maupun tekanan darah, dan mendinginnya anggota gerak serta kongesti kulit. Perubahan ini

    menandakan adanya gangguan ringan dan sementara pada sirkulasi akibat kebocoran plasma.

    Pasien biasanya pulih baik dengan sendirinya ataupun setelah terapi cairan elektrolit. Pada

    kasus berat, kondisi pasien memburuk secara tiba-tiba beberapa hari setelah awitan demam.

    Pada saat itu atau lebih tepat setelah suhu tubuh turun, antara tiga sampai tujuh hari setelah

    awitan, tanda-tanda kegagalan sirkulasi mulai muncul. Tahap awal syok ditandai dengan

    denyut yang lemah dan cepat disertai tekanan denyut nadi turun, hipotensi, kulit menjadi

    lembab dan pasien menjadi gelisah. Pasien yang syok kemungkinan dapat meninggal jika

    tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Pasien mungkin akan memasuki tahap

    syok yang lebih berat dan tekanan darah dan tekanan nadi menjadi tidak nyata. Syok

    berlangsung singkat, pasien dapat meninggal 12-24 jam kemudian, atau pulih dengan cepat

    setelah diberikan terapi pengganti volume cairan yang sesuai. Sebaliknyanya, syok yang tidak

    ditangani dapat mengakibatkan situasi yang semakin rumit mulai dari asidosis metabolik,

    pendarahan yang parah dari saluran gastrointestinal juga dari organ lainnya, dan prognosisnya

    menjadi buruk. Pasien yang mengalami pendarahan dalam otak dapat terserang kejang yang

  • 8/10/2019 Demam dangue

    10/19

    10

    berlanjut ke koma. Ensepalopati dapat terjadi berhubungan dengan gangguan elektrolit dan

    metabolik.10

    Masa pemulihan penyakit DHF dengan maupun tanpa syok berlangsung singkat dan tanpa

    meninggalkan gejala sisa. Kembalinya nafsu makan merupakan tanda prognosis yang baik.

    Temuan umum dalam masa pemulihan mencakup brakikardi atau aritmia dan penyatuan

    petekia dan ruam pada dengue.

    Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut:1

    1. Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis

    lain yang tidak spesifik, dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket

    yang positif atau mudah memar.

    2. Derajat II (sedang), gejala yang ada pada tingkat I ditambah pula dengan perdarahan

    kulit dan manifestasi perdarahan lain dengan ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan

    lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah.

    3. Derajat III, ditemukan tanda-tanda renjatan dan pendarahan spontan Pendarahan bisa

    terjadi di kulit atau tempat lain.

    4.

    Derajat IV, syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat

    diperiksa, hal ini biasa disebut dengue shock syndrome atau biasa disingkat DSS. Fasekritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah demam selama 2 - 7

    hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah.

    Penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan

    tekanan darah dan denyutnadi.

    Diagnosis klinis perlu disokong pemeriksaan serologi. Serologi dan reaksi berantai

    polymerase tersedia untuk memastikan diagnose demam berdarah jika terindikasi secara

    klinis.1

    Diagnosis Banding

    Demam Typhoid

    Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan

    penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,

    anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan

    epitaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam

    http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=245&fname=http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=245&fname=
  • 8/10/2019 Demam dangue

    11/19

  • 8/10/2019 Demam dangue

    12/19

    12

    Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :

    Protokol 1. Penanganan Tersangka (Probable) DBD Dewasa Tanpa Syok

    Protokol 1 ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan pertama pada

    penderita DBD atau yang diduga DBD di Instalansi Gawat Darurat dan juga dipakai sebagai

    petunjuk dalam memutuskan indikasi rawat.1

    Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat Darurat dilakukan pemeriksaan

    hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan trombosit, bila:1

    Hb, Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000 150.000 pasien dapat

    dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke poliklinik dalam waktu 24 jam

    berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb, Ht Lekosit dan trombosit tiap 24 jam) atau bila

    keadaan penderita memburuk segera kembali ke Instalansi Gawat Darurat.

    Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.

    Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk dirawat.

    Protokol 2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Dewasa di Ruang Rawat

    Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif tanpa syok maka di ruang

    rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut ini:1

    Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan : 1500 + {20 x (BB dalam kg - 20)}

    Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam:1

    Bila Hb, Ht meningkat 1020% dan trombosit < 100.000 jumlah pemberian cairan tetap

    seperti rumus di atas tetapi pemantauan Hb, Ht trombosit dilakukan tiap 12 jam.

    Bila HB, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka pemberian cairan sesuai

    dengan protokol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20%.

    Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Hematokrit > 20%

    Meningkatnya Ht > 20 % menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit cairan sebanyak 5%.

    Pada keadan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan memberikan infus cairan

    kristaloid sebanyak 67 ml/kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3 4 jam pemberian

    cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda hematokrit turun, frekuensi

    nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangi

    menjadi 5 ml/kg/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan keadaan tetap membaik maka

    pemberian cairan dapat dihentikan 24 - 48 jam kemudian.1

  • 8/10/2019 Demam dangue

    13/19

    13

    Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6 7ml/kgBB/jam tadi keadaan tetap tidak

    membaik, yang ditandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, tekanan darah menurun ,

    20mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10

    ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan

    menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBb/jam tetapi bila

    keadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dinaikkan menjadi 15

    ml/kgBB/jam dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi memburuk dan didapatkan

    tandatanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan protokol tatalaksana sindroma syok

    dengue pada dewasa. Bila syok telah teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti

    terapi pemberian cairan awal.1

    Protokol 4. Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa

    Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah : perdarahan hidung /

    epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan saluran

    cerna (hematemesis dan melena atau hematoskesia), perdarahan saluran kencing (hematuria),

    perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4 5

    ml/kgBB/jam. Pada keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti

    keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan jumlah

    urin dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan trombosit serta hemostase

    harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit sebaiknya diulangi setiap 4

    6 jam.1

    Pemberian heparin dilakukan apabila secara klinis dan laboratoris didapatkan tanda-tanda

    koagulasi intravaskulat diseminata (KID). Transfusi komponen darah diberikan sesuai

    indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT

    yang memanjang), PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g/dl. Transfusi trombosit

    hanya diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah

    trombosit < 100.000/mm3disertai atau tanpa KID.1

    Protokol 5. Tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada Dewasa

    Bila kita berhadapan dngan Sindroma Syok Dengue (SSD) maka hal pertama yang harus

    diingat adalah bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan

    intravaskuler yang hilang harus segera dilakukan. Angka kematian sindrom syok dengue

  • 8/10/2019 Demam dangue

    14/19

    14

    sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita DBD tanpa renjatan, dan renjatan dapat

    terjadi karena keterlambatan penderita DBD mendapatkan pertolongan / pengobatan,

    penatalaksanaan yang tidak tepat termasuk kurangnya kewaspadaan terhadap tanda-tanda

    renjatan dini, dan penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat.1

    Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain resusitasi

    cairan, penderita juga diberikan oksigen 2 4 liter/menit. Pemeriksaan-pemeriksaan yang

    harus dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL), hemostasis, analisis gas

    darah, kadar natrium, kalium dan klorida, serta ureum dan kreatinin.1

    Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10 20 ml/kgBB dan dievaluasi setelah

    15 30 menit. Bila renjatan telah teratasi (ditandai dengan tekanan darah sistolik 100 mHg

    dan tekanan nadi lebih dari 20 mmHg, frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit dengan

    volume yang cukup, akral teraba hangat, dan kulit tidak pucat disertai diuresis 0,5 1

    ml/kgBB/jam) jumlah cairan dikurangi menjadi 7 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60 120

    menit kemudian tetap stabil pemberian cairan menjadi 5 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60

    120 menit kemudian keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila 24

    - 48 jam setelah renjatan teratasi tanda-tanda vital dan hematokrit tetap stabil serta diuresis

    cukup maka pemberian cairan perinfus harus dihentikan (karena jika reabsorbsi cairan plasma

    yang mengalami ekstravasasi telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit, cairan infus

    terus diberikan maka keadaan hipervolemi, edema paru atau gagal jantung dapat terjadi.1

    Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan berulang terus dilakukan terutama dalam

    waktu 48 jam pertama sejak terjadi renjatan (karena selain proses patogenesis penyakit masih

    berlangsung, ternyata cairan kristaloid hanya sekitar 20% saja yang menetap dalam

    pembuluih darah setelah 1 jam saat pemberian). Oleh karena untuk mengetahui apakah

    renjatan telah teratasi dengan baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran,

    tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi jantung dan naps, pembesaran hati, nyeri tekan

    daerah hipokondrium kanan dan epigastrik, serta jumlah diuresis.diuresis diusahak 2

    ml/kgBB/jam. Pemantauan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah trombosit dapat

    dipergunakan untuk pemantauan perjalanan penyakit.1

    Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka pemberian

    cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20 30 ml/kgBB/jam dan kemudian dievaluasi

    setelah 20 30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi, maka perhatikan nilai hematokrit.

  • 8/10/2019 Demam dangue

    15/19

    15

    Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih berlangsung maka

    pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi bila nilai hematokrit menurun, berati

    terjadi perdarah (internal bleeding) maka penderita diberikan transfusi darah segar 10

    ml/kgBB dan dapat diulang sesuai kebutuhan.1

    Sebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita harus mengetahui sifat-sifat cairan

    tersebut. Pemberian koloid sendiri mula-mula diberikan dengan tetesan cepat 10 - 20ml/kgBB

    dan dievaluasi setelah 10 - 30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi maka untuk memantau

    kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena sentral, dan pemberian koloid dapat

    ditambah hingga jumlah maksimum 30ml/kgBB (maksimal 1 - 1,51/hari) dengan sasaran

    tekanan vena sentral 15-18 cm H20. Bila keadaan tetap belum teratasi harus diperhatikan dan

    dilakukan koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia, KID,

    infeksi sekunder. Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan target tetapi

    renjatan tetap belum teratasi maka dapat diberikan obat inotropik / vasopresor.1

    Pencegahan

    Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk

    Aedes aegypti. Pemberantasan nyamuk dibagi menjadi pemberantasan nyamuk dewasa dan

    pemberantasan jentik nyamuk serta pencegahan gigitan nyamuk.

    Pemberatasan nyamuk dewasa, dilakukan dengan cara melakukan fogging atau membunuhan

    nyamuk dewasa dengan mengunakan insektisida (malation, losban). Pemberantasan jentik

    nyamuk, dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara fisik ,

    biologis maupun secara kimiawi yaitu:8

    1.

    Fisik

    Cara ini dikenal denga kegiatan 3 M yaitu adalah tindakan yang dilakukan secara teratur

    untuk memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan

    cara:

    a. Menguras

    Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember,

    vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.

    b. Menutup

    Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan

    lain-lain.

    c. Mengubur

  • 8/10/2019 Demam dangue

    16/19

    16

    Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat

    menampung air hujan.

    2.

    Biologis

    Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya

    dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan yang memakan

    jentik-jentik nyamuk (ikan kepala timah, ikan guppy).

    3. Kimiawi

    Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk

    serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara

    lain dengan cara memberikan bubuk abate (temephos)pada tempat-tempat penampungan

    air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

    Komplikasi

    Sindrom Syok Dengue

    Keadaan ini merupakan keadaan dimana kondisi pasien berkembang kearah syok tiba-tiba.

    Keadaan ini menyimpang dimana terjadi selama 2-7 hari. Penyimpangan ini terjadi pada

    waktu, atau segera setelah, penurunan suhu antara hari ketiga dan ketujuh sakit. Terdapat

    tanda-tanda khas dari gagal sirkulasi, seperti:8

    Kulit menjadi dingin

    Bintil-bintil

    Kongesti sinosispun (sering terjadi, dimana keadaan denyut nadi semakin cepat)

    Pada umumnya pasien dapat mengalami letargi, kemudian menjadi gelisah dan dengan cepat

    memasuki tahap kritis dari shok.1

    DSS biasanya ditandai dengan nadi yang semakin cepat dan lemah, tekanan darah turun (

    20mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta

    gelisah.. Dimana pasien yang shok bila tidak segera ditangani akan dapat berakibat pada

    kematian. Biasanya bila tidak ditangani 12-24 jam maka akan menimbulkan kematian.1

    Edem paru

    Edema paru kardiogenik adalah edema paru yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan

    hidrostatik kapiler yang disebabkan karena meningkatnya tekanan vena pulmonalis. Edema

    Paru Kardiogenik menunjukkan adanya akumulasi cairan yang rendah protein di interstisial

  • 8/10/2019 Demam dangue

    17/19

    17

    paru dan alveoli ketika vena pulmonalis dan aliran balik vena di atrium kiri melebihi keluaran

    ventrikel kiri.11

    Ensefalopati Dengue

    Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan

    pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Kecuali kejang,

    gejala ensefalopati lain tidak atau jarang menyertai DBD. Tingginya presentasi enselopati

    dengue pada golongan umur 1-4 tahun memerlukan peningkatan kewaspadaan. Pada

    ensefalopati cenderung terjadi edema otak dan alkalosis, maka bila syok telah teratasi cairan

    diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- dan jumlah cairan harus segera

    dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa

    (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8

    jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan.

    Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari,

    kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial

    dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan

    elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi

    produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-

    obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi bebandetoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas

    indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat

    diberikan asam amino rantai pendek.11

    Prognosis

    Manajemen kasus DHF yang efektif memerlukan keterlibatan dokter dan perawat yang

    terlatih, fasilitas laboratorium yang mutakir dan dapat diandalkan, serta sistem persediaan

    darah yang adekuat dan persediaan obat-obat fungsional. Diagnosis dini terhadap penyakit

    dan dirawatnya pasien di rumah sakit sangat penting untuk guna menurunkan angka fatalitas.

    Prognosis DHF bergantung pada diagnosis dini, pengenalan dini syok, observasi klinis yang

    cermat, dan penggantian volume yang mengacu pada hasil uji sederhana di laboratorium. 10

    Kesimpulan

    Demam dangue (DF) dan demam berdarah dangue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

    disebabkan oleh virus dangue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/nyeri sendi

  • 8/10/2019 Demam dangue

    18/19

    18

    yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada

    DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan

    hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dangue (dengue

    shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Dalam:

    Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit

    dalam. Edisi ke-6. Jakarta : InternaPublishing; 2014. h. 539-48

    2. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. Dalam : At a glance anamnesis dan

    pemeriksaan fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h. 1-17.

    3.

    Satari, Hindra I., Meiliasari,Mila. Demam berdarah. Jakarta: Puspa Swara, 2004.h.28-

    31.

    4. Nadesul, Handrawan. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta: Penerbit

    Buku Kompas; 2007.h.7-8.

    5. Mansjoer Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001. h.428-433

    6.

    Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. Morfologi, Daur Hidup dan Perilaku

    Nyamuk. Dalam : Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi 4. Jakarta : Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. h.250.

    7.

    Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi dan pediatri

    tropis. Ed ke 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2002.h.155-75.

    8. Sudiono H, Iskandar I, Edward H. Halim SL, Santoso R. Penuntun patologi klinik.

    Jakarta: Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Ukrida; 2007.h.42,59-61.

    9. Widyastuti, Palupi. Pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah

    dengue:panduan lengkap. Jakarta: EGC; 2005.h.41-5.

    10.

    WHO. Panduan lengkap pencegahan & pengendalian dengue & demam berdarah.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h 13-23.

    11.Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Hipoksia. Dalam : Prinsip-

    prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;

    2002. h.207.

  • 8/10/2019 Demam dangue

    19/19

    19