Defisiensi Vitamin k
-
Upload
anisadestya -
Category
Documents
-
view
165 -
download
5
description
Transcript of Defisiensi Vitamin k
DEFISIENSI VITAMIN K PADA BAYI
Oleh : Hery Susanto
Bagian Anak RSU Kardinah / RSIA Pala Raya Tegal
PENDAHULUAN :
Vitamin K merupakan mikronutrien yang penting bagi sistem
pembekuan darah. Vitamin ini diperlukan di hati untuk sintesa faktor II
(protrombin), faktor VII ( prokonvertin ), faktor IX (thromboplastin)
dan faktor X. Defisiensi vitamin K dan adanya gangguan pada hati
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi faktor-faktor pembekuan
darah, karena hampir seluruh faktor pembekuan darah diproduksi di
hati.
Dalam keadaan normal, setiap bayi baru lahir mengalami penurunan
faktor-faktor pembekuan darah yang tergantung vitamin K, yaitu faktor
pembekuan II, VII, IX dan X. Kadar faktor-faktor pembekuan ini dalam
plasma menurun sampai mencapai kadar terendah pada hari ke 2-5
kehidupan, kemudian meningkat kembali pada umur 7-14 hari dan
mendekati kadar normal orang dewasa setelah bayi berumur sekitar 3
bulan. Rangkaian fenomena ini adalah normal dan tidak menimbulkan
gangguan proses pembekuan darah yang berakibat perdarahan.
Namun dalam keadaan tertentu pada bayi baru lahir, penurunan kadar
faktor-faktor pembekuan tersebut lebih besar dari pada penurunan
fisiologik serta peningkatannya lambat dan tidak sempurna sehingga
mengakibatkan gangguan pembekuan dan perdarahan. Keadaan inilah
yang disebut Penyakit Perdarahan pada Bayi Baru Lahir atau
Hemorrhagic Disease of The Newborn (HDN).
HDN adalah penyakit perdarahan yang terjadi pada bayi baru lahir
yang disebabkan karena berkurangnya faktor pembekuan (koagulasi)
yang tergantung pada vitamin K.
Insiden HDN di negara berkembang berkisar antara 4-170 per 100.000
kelahiran. Meskipun kasus HDN termasuk jarang, namun merupakan
masalah kesehatan masyarakat karena HDN lanjut kebanyakan
bersifat fatal dan menyebabkan sekuele neurologis. Data di Rumah
Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta, dari tahun 1997-2001 terdapat 22
kasus perdarahan intrakranial pada bayi baru lahir, didapatkan 6 kasus
meninggal (27,3%), 7 kasus mengalami kecacatan (31,8%), 3 kasus
normal (13,6%) dan 6 kasus tidak terpantau ( 27,3%).
MANIFESTASI KLINIS :
Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah perdarahan, pucat dan
hepatomegali ringan. Perdarahan dapat terjadi spontan atau akibat
trauma terutama trauma lahir. Pada kebanyakan kasus perdarahan
terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran cerna. Perdarahan kulit sering
berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekas tusukan
jarum suntik. Tempat perdarahan utama adalah umbilikus, membran
mukosa, saluran cerna, sirkumsisi dan pungsi vena.
Akibat lebih lanjut timbulnya perdarahan intrakranial yang merupakan
penyebab mortalitas atau morbiditas yang menetap. Pada perdarahan
intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial
bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada
sebagian besar kasus didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadi
cengeng, ubun-ubun besar menonjol, pucat dan kejang. Kejang yang
terjadi dapat bersifat fokal atau umum. Gejala lain yang dapat
ditemukan adalah fotofobia, edema papil, penurunan kesadaran,
perubahan tekanan nadi, pupil anisokor serta kelainan neurologik
fokal.
SUMBER VITAMIN K :
Vitamin K dapat diperoleh secara alami dari sayuran hijau seperti
bayam, kol, wortel, minyak sayur dan minyak kedelai. Juga dapat
diperoleh dari ikan, daging dan sereal. Vitamin K dapat dibuat di dalam
usus manusia oleh berbagai bakteri yang terdapat dalam usus seperti
Escherichia coli dan sebagainya. Vitamin K diserap oleh usus bersama-
sama dengan lemak.
ADA 3 BENTUK VITAMIN K :
- Vitamin K1 ( phytomenadione ) : Vitamin ini larut dalam lemak,
sumbernya sayuran hijau seperti bayam, wortel, kol dan buah-
buahan.
- Vitamin K2 ( menaquinone ) : Vitamin ini larut dalam lemak,
disintesis dari flora usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan
strain Escherecia coli.
- Vitamin K3 ( menadione ) : Vitamin ini larut dalam air,
merupakan produk sintetis ( buatan ).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA HDN :
Ibu yang selama kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu metabolisme vitamin K seperti obat antikoagulan
(warfarin), obat-obatan antikonvulsan ( fenobarbital, fenitoin,
karbamazepin, obat-obatan anti tuberkulosis ( INH, rifampisin).
Sintesis vitamin K yang kurang oleh bakteri usus ( pemakaian
antibiotik ).
Gangguan fungsi hati ( kolestasis ).
Kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang
mendapat ASI eksklusif karena ASi memiliki kandungan vitamin K
yang rendah.
Asupan vitamin K yang kurang karena sindrom malabsorpsi dan
diare kronik.
Vitamin K sedikit ditransfer melalui plasenta, hanya sekitar 10%
dari kadar vitamin K dalam plasma ibu.
Fungsi hati bayi baru lahir belum matang. Sampai usia 14 hari
bayi belum mampu menyimpan cadangan vitamin K yang
diperoleh dari diet maupun yang berasal dari flora usus.
KLASIFIKASI HDN :
Secara klinis, perdarahan pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 3
yaitu HDN dini, klasik dan lambat.
HDN dini HDN klasik HDN lambat
Umur Bayi < 24 jam 1-7 hari
(terbanyak 3-5 hari)
2 minggu pertama
–
6 minggu
( terutama
4-6 minggu )
Penyebab &
Faktor risiko
Obat yang diminum
selama kehamilan
-Intake Vit K
inadekuat.
Kad -Kadar Vit K rendah
pada ASI.
-Tidak dapat
profilaksis Vit K.
-Intake Vitamin K
inadekuat
-Kadar Vit K rendah
pada ASI
-Tidak dapat
profilaksis Vit K
Frekuensi < 5% pada
kelompok risiko
tinggi
0,01-1 %
( tergantung
pola makan bayi )
4-10 per 100.000
kelahiran
( umumnya
Asia Tenggara )
Lokasi
Perdarahan
Sefal hematom
Umbilikus
Intrakranial
Gastrointestinal
Umbilikus,
Hidung,
Intrakranial
Kulit, hidung,
Saluran cerna,
Intraabdominal
Intratorakal
Gastrointestinal
Tempat suntikan,
Bekas sirkumsisi,
Intrakranial
Bekas suntik,
Umbilikus,
Saluran kemih,
Intratorakal.
Pencegahan Penghentian /
penggantian obat
penyebab
-Vit K profilaksis
( oral / im )
-Asupan Vit K yang
adekuat
Profilaksis Vitamin
K
PENANGANAN HDN :
Pemberian Vitamin K1 2 mg intramuskular per hari selama 1-3
hari.
Transfusi plasma beku segar (FFP/Fresh Frozen Plasma) 10
ml/kgBB pada perdarahan berat.
Transfusi Pack Red Cell pada anemia sedang berat.
KOMPLIKASI HDN :
Penyakit perdarahan pada neonatus yang banyak dijumpai berupa
perdarahan intraventrikuler. Jenis perdarahan ini di kemudian hari
dapat menyebabkan kelainan cerebral palsy (CP) yang menyebabkan
anak harus hidup dengan kebutuhan khusus. Melihat banyaknya kasus
CP, sangat mungkin banyak kasus perdarahan intraventrikuler
disebabkan oleh defisiensi vitamin K.
REKOMENDASI DEPKES RI (2003) :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia memberikan rekomendasi
pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1. Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1,
tanpa memandang umur kehamilan dan berat badan lahir.
2. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1.
3. Cara pemberian vitamin K1 adalah secara intramuskular atau
oral.
4. Dosis yang diberikan untuk semua bayi baru lahir adalah :
intramuskular 1 mg dosis tunggal, atau oral 3 kali @ 2 mg,
diberikan pada waktu lahir, umur 3-7 hari dan saat berumur 1-2
bulan.
5. Untuk bayi yang lahir ditolong oleh dukun maka diwajibkan
pemberian profilaksis vitamin K1 secara oral.
6. Kebijakan ini harus dikoordinasikan bersama Direktorat
Pelayanan Farmasi dan Peralatan dalam penyediaan vitamin K1
dosis injeksi 2 mg/ml/ampul, vitamin K1 dosis 2 mg/tablet, yang
dikemas dalam bentuk strip 3 tablet atau kelipatannya.
7. Profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai
program nasional.
CARA PEMBERIAN VITAMIN K1 :
Cara pemberian vitamin K1 secara intramuskular lebih disukai karena :
Absorpsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 intramuskular.
Pemberian vitamin K1 oral kurang memiliki tingkat kepatuhan
yang tinggi.
Absorpsi oral yang tidak adekuat atau adanya regurgitasi.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Windiastuti E. Hemostasis in the Neonate : Role of vitamin K.
Makasar: Perinasia; 2006.
2. Permono B. Defisiensi Vitamin K pada Bayi dan APCD. Dalam :
Untuk Mereka Kita Bekerja. Jakarta : IDAI; 2005 : 55-8.
3. Roberton NRC. Haemorrhagic Disorder. Dalam : A Manual of
neonatal Intensive Care. Edisi ketiga. London : Edward Arnold;
1993 : 346-7.
4. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Defisiensi Vitamin K.
Dalam : Hassan R, Napitupulu PM, penyunting. Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak; 1985 : 355-6.
5. Pusponegoro HD, Hadinegoro SR, Firmanda D, dkk. Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2004 : 301-5.
6. Kartika. Pengetahuan Produk Neo K.
No : Tegal, 18 Oktober 2008
Lamp : -
Hal : Permohonan Ijin Kepada Yth :
Ikut Simposium
Bpk/Ibu/Sdr...................................
.................................................
....
di : Tegal
Dengan hormat,
Dalam rangka peringatan Seabad Kiprah Dokter Indonesia, IDI
Cabang Kota Tegal akan mengadakan Simposium
Kegawatdaruratan Bayi Dan Anak yang akan diselenggarakan
besuk pada :
Hari / Tanggal : Sabtu / 25 Oktober 2008
W a k t u : Jam 08.00 – selesai
T e m p a t : Ruang Sebayu Hotel Bahari Inn
Jln.dr.Wahidin Sudirohusodo No.1 Tegal
Untuk itu kiranya Bapak/Ibu/Sdr dapat memberikan ijin untuk
dokter muda ( Co-ass ) mengikuti acara Simposium tersebut,
untuk lebih menambah pengetahuan dan wawasan di bidang
kegawatdaruratan bayi dan anak.
Atas perhatian dan bantuannya kami ucapkan banyak terima
kasih.
IDI Cabang Kota Tegal
Ketua,
( dr.Hery Susanto,
Sp.A )
IMUNISASI
DEFINISI :
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit.
JENIS KEKEBALAN :
Kekebalan pasif : kekebalan yang diperoleh dari
luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu
sendiri. Contoh kekebalan yang pada janin yang
diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh
setelah pemberian suntikan imunoglobulin.
Kekebalan aktif : kekebalan yang dibuat oleh
tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen,
seperti pada imunisasi, atau terpajan secara
ilmiah.
TUJUAN IMUNISASI :
1. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang.
2. Menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi).
3. Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
seperti pada cacar variola.
KEBERHASILAN IMUNISASI :
Keberhasilan imunisasi tergantung pada
beberapa faktor, yaitu status imun pejamu,
faktor genetik pejamu, serta kualitas dan
kuantitas vaksin.
VAKSIN :
Mikroorganisme atau toksoid yang diubah
sedemikian rupa sehingga patogenisitas atau
toksisitasnya hilang tetapi masih tetap
mengandung sifat antigenisitas.
VAKSIN DAPAT DIBAGI 2 JENIS :
Live attenuated ( kuman atau virus hidup
yang dilemahkan )
Inactivated ( kuman, virus atau
komponennya yang dibuat tidak aktif ).
IMUNISASI WAJIB :
(Program Pengembangan Imunisasi )
Imunisasi yang diwajibkan meliputi : BCG,
polio, hepatitis B, DPT dan campak.
IMUNISASI B C G :
Diberikan untuk mencegah infeksi
tuberkulosis.
Diberikan sekali pada umur < 2 bulan.
Dosis : 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1
tahun, diberikan secara intrakutan, di
daerah lengan atas kanan pada insersio
Muskulus deltoideus sesuai anjuran WHO.
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar
matahari, harus disimpan pada suhu 2-80C,
tidak boleh beku, vaksin yang sudah
diencerkan harus digunakan dalam waktu 3
jam.
Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ) :
ulkus lokal di daerah suntikan, limfadenitis
di aksila atau leher, BCG-itis diseminasi.
HEPATITIS B :
Imunisasi ini untuk mencegah infeksi virus
Hepatitis B.
Vaksin hepatitis B harus segera diberikan
setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis
B merupakan upaya pencegahan yang
efektif untuk memutus rantai penularan
melalui transmisi maternal dari ibu kepada
bayinya.
Diberikan 3 kali, yaitu segera setelah lahir
( dalam waktu 12 jam), 1 bulan, dan 6
bulan.
Dosis 0,5 ml, diberikan secara
intramuskuler, pada daerah anterolateral
paha.
Vaksin disimpan pada suhu 2-8oC
KIPI : reaksi lokal ringan dan sementara,
kadang-kadang demam ringan.
D P T :
Digunakan untuk mencegah penyakit
difteri, pertusis dan tetanus.
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan,
dengan interval 4-8 minggu.
Ulangan atau booster DPT diberikan 1 tahun
setelah DPT-3 yaitu umur 18-24 bulan dan
DPT-5 pada saat masuk sekolah umur 5
tahun.
Dosis : 0,5 ml diberikan secara
intramuskuler, di daerah anterolateral paha.
Vaksin disimpan pada suhu 2-80 C
KIPI : reaksi lokal kemerahan, bengkak dan
nyeri pada lokasi injeksi. Demam, kejang,
anak gelisah dan menangis terus menerus.
Setelah imunisasi DPT diberikan
parasetamol 3 kali sehari, dosis 10
mg/kgbb/kali.
POLIO :
Digunakan untuk mencegah penyakit
poliomielitis.
Vaksin berisi virus polio tipe 1,2 dan 3 yang
masih hidup, tetapi sudah dilemahkan.
Diberikan 4 kali sampai umur 1 tahun,
dengan interval minimal 4 minggu.
Imunisasi booster ( penguatan )
diberikan pada umur 15-19 bulan.
Dosis : 2 tetes ( 0,1 ml ) per-oral.
Vaksin polio oral dapat disimpan beku pada
temperatur < -200C
Vaksin ini bisa diberikan bersamaan dengan
vaksin BCG dan DPT, secara terpisah atau
kombinasi.
KIPI : kadang pusing, diare ringan, nyeri
otot.
CAMPAK :
Digunakan untuk mencegah penyakit
campak atau morbili.
Diberikan 1 kali pada umur 9 bulan
Dosis : 0,5 ml, diberikan subkutan dalam.
Imunisasi campak dosis kedua diberikan
pada program BIAS, yaitu secara rutin pada
anak sekolah SD kelas I.
Vaksin campak dapat disimpan pada suhu <
-200C
KIPI : demam, ruam, ensefalitis,
ensefalopati.
IMUNISASI YANG DIANJURKAN ( NON PPI ) :
Hib : mencegah penyakit meningitis
Pneumokokus : radang paru-paru
(pneumonia)
Influenza : penyakit influenza.
MMR : gondong, campak dan rubella
(campak Jerman )
Tifoid : typhus abdominalis.
Hepatitis A : radang hati karena infeksi virus
hepatitis A.
Varisela : cacar air
HPV (Human Papiloma Virus ) : penyebab
kanker leher rahim