Definisi Pk Blok Nu

8
DEFINISI Pemeriksaan urin/ Urinalisis merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting bukan hanya untuk menilai adanya gangguan ginjal dan saluran kemih tetapi juga sebagai biomarker terhadap kerusakan organ tubuh yang lain. Secara klinis Urinalisis terbagi menjadi dua yaitu Pemeriksaan urin rutin dan pemeriksaan urin khusus. Pemeriksaan urin rutin selain berfungsi dalam mengarahkan dan menegakkan diagnosis juga sering digunakan sebagai pemeriksaan screening sedangkan pemeriksaan urin rutin hanya bisa dilakukan jika ada indikasi-indikasi tertentu untuk dilakukan. Pemeriksaan urin yang dianggap rutin itu relatif tergantung tiap- tiap center kesehatan (Rumas Sakit) , namun biasanya yang mencakup pemeriksaan jumlah urin, berat jenis, warna, kejernihan, protein, glukosa, dan sedimen urin yang selanjutnya bisa dikelompokkan menjadi pemeriksaan makroskopis, kimiawi, dan mikroskopis. Sedangkan untuk pemeriksaan urin khusu yang biasa diperiksa adalah urobilin, urobilinogen, bilirubin, Hb samar, benda ketone dan Kalsium. Sampel urin yang digunakan tergantung tujuan dan pemeriksaan urin yang akan dilakukan ini.(Gandasoebrata, 2009). Ada berbagai jenis sampel urin yang biasa digunakan dalama pemeriksaan laboratorium klinik : 1. Urin Sewaktu

Transcript of Definisi Pk Blok Nu

Page 1: Definisi Pk Blok Nu

DEFINISI

Pemeriksaan urin/ Urinalisis merupakan pemeriksaan laboratorium yang

penting bukan hanya untuk menilai adanya gangguan ginjal dan saluran kemih

tetapi juga sebagai biomarker terhadap kerusakan organ tubuh yang lain. Secara

klinis Urinalisis terbagi menjadi dua yaitu Pemeriksaan urin rutin dan

pemeriksaan urin khusus. Pemeriksaan urin rutin selain berfungsi dalam

mengarahkan dan menegakkan diagnosis juga sering digunakan sebagai

pemeriksaan screening sedangkan pemeriksaan urin rutin hanya bisa dilakukan

jika ada indikasi-indikasi tertentu untuk dilakukan. Pemeriksaan urin yang

dianggap rutin itu relatif tergantung tiap-tiap center kesehatan (Rumas Sakit) ,

namun biasanya yang mencakup pemeriksaan jumlah urin, berat jenis, warna,

kejernihan, protein, glukosa, dan sedimen urin yang selanjutnya bisa

dikelompokkan menjadi pemeriksaan makroskopis, kimiawi, dan mikroskopis.

Sedangkan untuk pemeriksaan urin khusu yang biasa diperiksa adalah urobilin,

urobilinogen, bilirubin, Hb samar, benda ketone dan Kalsium. Sampel urin yang

digunakan tergantung tujuan dan pemeriksaan urin yang akan dilakukan ini.

(Gandasoebrata, 2009). Ada berbagai jenis sampel urin yang biasa digunakan

dalama pemeriksaan laboratorium klinik :

1. Urin Sewaktu

Urin ini bisa diambil tanpa penetuan waktu khusus yang biasanya

baik untuk dilakukan setelah pemeriksaan fisik terhadap penyakit

tanpa adanya indikasi klinis tertentu yang mengharuskan jenis

sampling lain (Gandasoebrata, 2009).

2. Urin Pagi

Urin ini dikeluarkan setelah bangun tidur pada pagi hari dan

memiliki viskositas lebih daripada pengambilan urin pada siang

hari sehingga lumayan efektif untuk pemeriksaan unsur sediment

urin, protein, dan hitung berat jenisnya serta efektif untuk tes

kehamilan untuk mendeteksi hormon hCG pada urin

(Gandasoebrata, 2009).

Page 2: Definisi Pk Blok Nu

3. Urin Postprandial

Urin jenis ini dikumpulkan 1,5-3 jam setelah makan dan digunakan

untuk pemeriksaan terhadap glukosuria (Gandasoebrata, 2009).

4. Urin 24 jam

Pengumpulan urin pada waktu tertentu (dalam waktu 24 jam)

efektif untuk mengukur tingkat metabolis yang terjadi di dalam

tubuh (Gandasoebrata, 2009).

5. Urin 3 gelas dan 2 gelas pada lelaki

Pengumpulan urin jenis seperti ini bisa untuk mendeteksi lokasi

radang atau lesi lain pada tractus urinarius (Gandasoebrata, 2009).

Pada prinsipnya urin yang sudah dikumpulkan harus segera diperiksan dan

jika memang ada perihal tertentu baru boleh diawetkan sementara baik dengan

menggunakan bahan kimia seperti toluena,thymol, formaldehida, asam sulfat

pekat, natrium karbonat atau dengan menggunakan lemari es (Gandasoebrata,

2009).

DASAR TEORI

1. Pemeriksaan Reduksi Glukosa (Metode Benedict)

Pada dasarnya pemeriksaan glukosa dalam urin dengan prinsip

menggunakan glukosa sebagai pereduksi zat yang ditambahkan ke urin

yang diperiksa merupakan cara yang tidak spesifik namun memang lazim

dan relatif mudah dilakukan. Pada peemriksaan seperti ini zat pereduksi

(glukosa) akan mengubah warna reagen yang diberikan. Salah satu yang

biasa dilakaukan adalah pemeriksaan metode benedict dengan

menggunakan reagen Benedict yang mengandung garam Cupri. Pada

pemeriksaan ini yang perlu diingat adalah reagen benedict tidak hanya bisa

direduksi oleh glukosa tapi juga oleh fruktosa, pentosa, laktosa bahkan

oleh beebrapa zat yang bukan gula yaitu asam homogensitat dan alkapton.

Jika ingin memastikan bahwa zat yang emruksi adalah benar glukosa maka

dilakukan uji Fenilhidrazine atau uji glukosa-oxidase yang bisa

menggambarkan ada tidaknya glukosa secara spesifik. Pemeriksaan

Benedict ini bersifat semikuantitatif sehingga perbandingan banyaknya

Page 3: Definisi Pk Blok Nu

reagen dan urin yang digunakan dalam peemriksaan penting dalam

penentuan hasil (Gandasoebrata, 2009).

2. Pemeriksaan Protein

Bersama dengan pemeriksaan glukosa, pemeriksaan protein dalam

urin juga merupakan pemeriksaan urin rutin yang sering dilakukan. Pada

dasarnya ukuran membran filtrasi pada corpusculum renalis tidak bisa

membiarkan protein lolos masuk ke cairan tubular lalu ke urin kecuali

albumin yang merupakan protein terkecil itu juga dalam jumlah yang

sangat kecil. Protein bisa saja lolos ke dalam urin disebabkan gangguan

pada fungsi ginjal atau pada inflamasi saluran urinarius. Pemeriksaan rutin

protein secara garis besar adalah melihat tingkat kekeruhan pada urin

setelah uji kimiawi dilakukan. Karena itu pemeriksaan urin untuk protein

harus benar-benar menggunakan sampel urin dan tabung reaksi yang

jernil sehingga tingkat dan besar kekeruhan yang muncul bisa jadi

indikator tingginya kadar protein dalam urin dengan tepat. Pemeriksaan

kimiawi untuk mendeteksi protein dalam urin biasanya yang sering

dilakukan adalah metode sulfasalisilat dan metode rebus (asam asetat).

Metode sulfosalisilat ini sangat sensitif namun tidak spesifik. Pemeriksaan

metode ini bahkan bisa mendeteksi 0,002% protein sehingga jika hasil

metode ini negatif maka sudah pasti tidak terjadi proteinuria

(Gandasoebrata, 2009).

Metode lain yang bisa digunakan adalah metode rebus dengan

menggunakan asam asetat sebagai reagen untuk mengidentifikasi protein

pada tahap akhir. Pada prinsip pemeriksaannya, protein yang ada dalam

urin jika dipanaskan menjadi presipitat dan menimbulkan gambaran

keruh . Hasil pemeriksaan ini paling baik diperoleh pada urin yang sedikit

asam dan tidak berasal dari urin encet yang memiliki berat jenis rendah

(Gandasoebrata, 2009).

Page 4: Definisi Pk Blok Nu

APLIKASI KLINIS

1. Pemeriksaan Reduksi Glukosa (Metode Benedict)

a. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus secara klasik ditandai oleh adanya

keluahan klasik Diabetes Mellitus (Poliuria, polidipsi,

polifagia) yang ditunjang oleh pemeriksaan gula darah yang

sesuai. Kadar glukosa darah pasien Diabetes Mellitus yang

sudah melebihi renal threshold akan muncul pada urin

sehingga terjadi glukosuria pada penderita Diabetes

Mellitus (Sudoyo et al., 2009).

b. Tirotoksikosis

Pada keadaan tertentu, tirotoksikosis akan memberikan efek

diabetogenik yang cukup ekstrim dengan kelebihan hormon

tiroid akan menimbulkan glikogenolisis dan mempercepat

absorbsi glukosa dari saluran cerna sehingga aka terjadi

peningkatan glukosa yang jika melebihi ambang renal

threshold juga akan menimbulkan glukosuria (Sudoyo et

al., 2009).

2. Pemeriksaan Protein

a. Gagal ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinik yaitu

berupa penurunan fungsi ginjal secara ireversibel yang

ditandai dengan manifestasi kelainan patologis secara

struktural dan juga fungsional ginjal termasuk abnormalitas

pada komponen urin, darah dan pencitraan saluran kemih

dengan atau tanpa penurunan LFG yang sudah berlangsung

selama tiga bulan. Karena ketidakmampuan akibat sklerosis

nefron maka fungsi filtrasi, absorbsi, dan sekresi untuk

pembentukan urin juga terganggu sehingga bahkan protein

bisa lolos dari membran filtrasi dan tidak bisa direabsorbsi

kembali dan masuk ke dalam urin menimbulkan

proteinuria. (Sudoyo et al., 2009).

Page 5: Definisi Pk Blok Nu

b. Sindroma Nefritik

Sindroma nefrotik merupakan keadaan klinik yang dittandai

Dengan adanya edema anasarka, proteinuria masif yang

lebih dari 3,5 gr/hari, hipoalbuminemia (kurang dari 3,5

gr/hari), hiperkolesterolimia dan juga terjadi lipiduria

Proteniuria masif menjadi ciri khas pada sindroma nefrotik

ini yang secara umum disebabkan peningkatan

permebilitas kapiler terhadap protein karena sudah terdapat

glomerulus. Pada kasus sindroma nefrotik penghalang

ukuran dan penghalang listrik pada membran kapiler

glomerulus yang mencegah protein untuk masuk ke tubulus

renalis sudah rusak sehingga protein bisa mudah masuk ke

dalam urin (Sudoyo et al., 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata ,R. 2009. Penuntun Laboratorium Klinilk. Jakarta :Dian RakyatSudoyo , Aru W. et al. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta

:InternaPublishing.Sudoyo , Aru W. et al. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta

:InternaPublishing