DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN...
Transcript of DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN...
DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA
INKONTINENSIA URINE
Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)Divisi Uroginekologi Rekonstruksi
Departemen Obstetri dan GinekologiFKUI/ RSCM
Definisi Inkontiensia UrineLower Urinary Tract Symptoms (LUTS)
LUTS dibagi menjadi symptom storage dan symptom voiding
Inkontinensia Urine merupakan symptom storageDengan definisi sebagai berikut :
Keluhan setiap keluarnya urine yang tidak dapat dikendalikan (definisi ini untuk keperluan studi epidemiologi)
Keluarnya urine yang tidak dapat dikendalikan yang menyebabkan problem sosial dan hygiene
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
KLASIFIKASI INKONTINENSIA URINE
Urge incontinensi, keluhan keluarnya urine yang tidak terkendali (ngompol) didahului adanya urgency.
Stress inkontinensia, keluhan keluarnya urine yang tidak terkendali (ngompol) disebabkan oleh aktifitas fisik, batuk dan bersin.
Mixed Inkontinensia, keluarnya urine yang tidak terkendali (ngompol) didahului urgency dan juga aktifitas fisik, batuk dan bersin.
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Overflow inkontinensia keluarnya urine yang tidak terkendali (ngompol) yang disebabkan retensio urine karena obstruksi maupun atonia bladder
Nocturnal Enuresis adalah keluarnya urine yang tidak terkendali selama tidur (ngompol)
Post Micturition dribbling dan Incontencia Continua merupakan bentuk lain dari Inkontinensia Urine
KLASIFIKASI INKONTINENSIA URINE
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Definisi Over Active Bladder (OAB)1. Diagnosisi klinik
OAB merupakan symptom storage berupa urgency dengan atau tanpa urge inkontinensia biasanya disertai dengan freqwensi dan nocturia
2. Diagnosis UrodinamikDetrusor yang overactive ditandai dengan kontraksi detrusor yang tidak dapat dikendalikan pada fase pengisian yang dapat terjadi secara spontan maupun dengan test provokasi
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Klasifikasi OAB
Idiopathic Detrusor Overactivity, jikalau jika tidak ada penyebab yang jelas
Neurogenic Detrusor Overactivity apabila penyebabnya kelainan neurology
Urodynamic stress incontinence adalah inkontinensi yang disebabkan naiknya tekanan intra abdominal tidak disertai kontraksi detrussor
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia UrineI. Anamnesis
Anamesa meliputi faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya inkontinensia pada seseorang dan mungkin dapat membantu penyembuhan.Hal-hal penting yang perlu ditanyakan adalah sbb :
Adanya inkontinensia, berat ringannya, lamanya, tingkat ketergangguan dan adanya prolapsPengaruh terhadap hubungan sexual Terapi sebelumnya, konsevatif, medik dan operasi yang berkaitan dengan sistim saluran kemih dan saluran cerna (rectum)
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia Urine
Anamnesis
Lingkungan sosial kultur dan fisikStatus mental Fungsi cognitif, misalnya ada tidaknya dimensia Kecacatan keterbatasan bergerak, pendengaran, penglihatanPenyakit – penyakit yang menyertai misalnya asma, penderita geriatriObat-obat yang berpengaruh terhadap produksi urine dan fungsi kandung kemih
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia Urine
II. Pemeriksaan Fisik
Semakin rumit penyakitnya, semakin rumit pula pengobatan yang akan diberikan dan semakin banyak pemeriksaan fisik yang diperlukan
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia Urine
Pemeriksaan Fisik meliputi :
Pemeriksaan abdomen untuk memeriksa kandung kemih penuh atau kosongPemeriksaan perineal termasuk sensasi Pemeriksaan rectum Pemeriksaan genitalia externaPemeriksaan vaginaPemeriksaan stress test untuk inkontinensiaPemeriksaan neurologi
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia Urine
III. Pemeriksaan Urine
Penderita dengan infeksi saluran kemih mudah diobati sehingga pemeriksaan urine sangat dianjurkan Painles Hematuri merupakan gejala awal dari kanker kandung kencing, dengan gejala awal urgencyPemeriksaan urine dapat dikerjakan dengan dipstick, microscopy dan kultur
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia UrineIV. Pemeriksaan lain-lain
a. Catatan harian berkemih (frekwensi volume chart), sangat dianjurkan untuk mencatat jumlah berkemih, voided value adanya inkontinensi dan penggunaan pampers
b. Residu urinePenderita dengan voiding dysfunction, residu urine harus diperiksa untuk menilai fungsi berkemih apakah faktor buli - buli atau karena faktor uretra / sphyngter
c. PencitraanPemeriksaan awal USG atau foto polos abdomenImaging saluran kemih bagian bawah dilakukan apabila pada pemeriksaan awal terdapat LUTS dan kelainan di daerah panggul
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia Urine
Indikasi pencitraan saluran kemih bagian atas :Neurogenic, misalnya myelodysplasia, spinal cord traumaInkontinensia yang berkaitan dengan residu urine yang banyakInkontinensia dengan sakit pinggang / ginjalProlapse berat yang tidak diobatiDiduga inkontinensia karena ectopic ureterAnak-anak dengan inkontinensia urinePada pemeriksaan urodinamyc menunjukkan adanya peningkatan tekanan intra vesikal pada fase pengisian
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia Urine
d) EndoscopyPenderita dengan LUT, endoscopy dianjurkan apabila terdapat :
Curiga ada keganasan buli-buli (hematuria) LUTS dengan keluhan sakit waktu berkemih yang
diduga ada kelainan di dalam kandung kencing Diduga ada vesicovaginal fistula
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco
Petunjuk Tata Laksana Inkontinensia Urine
V. Pemeriksaan Urodynamic
Sebelum tindakan pembedahanApabila pengobatan medik tidak berhasilLongterm suveillance pada neurogenic bladderComplicated Incontinence
3rd International Consultation on Incontinence 2004 Monaco