Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1...

21
1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016 Fela Nomita Sari, Jack Febriand Adel, Prima Aprilyani Rambe Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang 29111, Phone. (0771).7001550 Email : [email protected] ABSTRACT This study aims to analyze and provide empirical evidence of the influence of ownership of companies, quality audit, debt default, auditor quality and opinion shopping, of a going concern opinion. Hypothesis proposed (1) ownership of companies effect on going concern audit opinion, (2) auditor quality effect on going concern audit opinion (3) debt default effect on going concern audit opinion (4) opinion shopping effect on going concern audit opinion. This study used 55 manufacturing companies listed on the Stock Exchange 2014-2016. Data was collected by using a purposive sampling method towards manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange. The research data were analyzed with logistic regression analysis. The results based on logistic regression analyses, indicated that ownership of companies, auditor quality and opinion shopping has no effect on revenues going concern audit opinion. While that debt default the revenue going concern audit opinion. Keywords :ownership of companies, auditor quality, debt default, opinion shopping , going concern audit opinion. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris pengaruh kepemilikan perusahaan, kualitas auditor, debt default, dan opinion shopping terhadap opini audit going concern. Hipotesis yang diajukan (1) kepemilikan perusahaaan berpengaruh terhadap opini audit going concern, (2) kualitas auditor berpengaruh terhadap opini audit going concern, (3) debt default berpengaruh terhadap opini audit going concern, (4) opinion shopping berpengaruh terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan 55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2014-20106. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis regresi logistik menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan, kualitas auditor dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Sedangkan debt default berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Transcript of Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1...

Page 1: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

1

Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion

Shopping Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016

Fela Nomita Sari, Jack Febriand Adel, Prima Aprilyani Rambe

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang 29111, Phone. (0771).7001550

Email : [email protected]

ABSTRACT This study aims to analyze and provide empirical evidence of the influence of

ownership of companies, quality audit, debt default, auditor quality and opinion

shopping, of a going concern opinion. Hypothesis proposed (1) ownership of

companies effect on going concern audit opinion, (2) auditor quality effect on going

concern audit opinion (3) debt default effect on going concern audit opinion (4)

opinion shopping effect on going concern audit opinion.

This study used 55 manufacturing companies listed on the Stock Exchange

2014-2016. Data was collected by using a purposive sampling method towards

manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange. The research data

were analyzed with logistic regression analysis.

The results based on logistic regression analyses, indicated that ownership of

companies, auditor quality and opinion shopping has no effect on revenues going

concern audit opinion. While that debt default the revenue going concern audit

opinion.

Keywords :ownership of companies, auditor quality, debt default, opinion shopping ,

going concern audit opinion.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris

pengaruh kepemilikan perusahaan, kualitas auditor, debt default, dan opinion

shopping terhadap opini audit going concern. Hipotesis yang diajukan (1)

kepemilikan perusahaaan berpengaruh terhadap opini audit going concern, (2)

kualitas auditor berpengaruh terhadap opini audit going concern, (3) debt default

berpengaruh terhadap opini audit going concern, (4) opinion shopping berpengaruh

terhadap opini audit going concern.

Penelitian ini menggunakan 55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

2014-20106. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling

terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data

penelitian dianalisa dengan analisis regresi logistik.

Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis regresi logistik menunjukkan

bahwa kepemilikan perusahaan, kualitas auditor dan opinion shopping tidak

berpengaruh terhadap opini audit going concern. Sedangkan debt default berpengaruh

terhadap opini audit going concern.

Page 2: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

2

Kata kunci : kepemilikan perusahaan, kualitas auditor, debt default, dan opinion

shopping, opini audit going concern.

PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya dunia pasar modal yang begitu pesat, suatu

perusahaan harus mampu bersaing secara ketat dengan menjalankan tujuan

perusahaan yang tidak lain adalah mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin

dan mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) suatu entitas.

Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika kondisi

ekonomi tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning

akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church dalam Praptitorini dan

Januarti , 2007). Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan

yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Auditor harus

memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan mengenai kelangsungan

hidup entitas klien.

Auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian

besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak

tanggal laporan audit (SPAP seksi 341, 2011). Opini audit going concern yang akan

dikeluarkan auditor seringkali mendapatkan dampak yang tidak diharapkan. Hal itu

mendorong pihak manajemen perusahaan untuk mempengaruhi auditor dan

menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini audit audit going concern

(Kwarto,2015).Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bukti

empiris pengaruh kepemililikan perusahaan, kualitas aduditor, debt default, dan

opinion shopping terhadap opini audit going concern.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

Kajian Pustaka

Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976), masalah agensi timbul karena adanya konflik

kepentingan antara principal dengan agen. Agen (manajer) diberi wewenang oleh

principal (pemilik) untuk melakukan operasional perusahaan yakni dalam

mendelegasikan pembuatan keputusan perusahaan, sehingga agen lebih banyak

mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Sehingga dengan banyaknya informasi

yang dimiliki oleh agen. Agen cenderung memanipulasi laporan keuangan

perusahaan karena agen tidak ingin mengungkapkan bahkan tidak berani

mengungkapkan laporan yang tidak sesuai harapan principal. Tujuan utama teori

keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan

hubungan kontrak dapat mendesain kotrak yang tujuannya untuk meminilaisasi cost

sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian

Nurutama,2011 (dalam Ningsih,2016).

Principal dan agen diasumsikan sebagai orang ekonomi yang rasional, memiliki

kepentingan masing-masing dan bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Principal

Page 3: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

3

diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi

mereka di dalam perusahaan. Sedangkan para agen diasumsikan menerima kepuasan

berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan

tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha

memperbesar keuntungan bagi dirinya sendiri. Informasi keuangan dan laporan

keuangan yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Ketimpangan informasi ini disebut asymetri information (Surbakti dan

Hadiprajitno,2011). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal)

dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manipulasi laba

sehingga akan merugikan pemilik dan juga mengganggu kelangsungan hidup (going

concern) perusahaan (Richardson, 1998 dalam Setiawan 2011).

Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan

antara principal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku

manajer (agen) apakah sudah bertidak sesuai dengan keinginan principal

(Tamba,2007). Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani

kepentingan pihak principal (shareholders) dengan pihak manager (princinpal) dalam

mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2011). Auditor melakukan fungsi

monitoring pekerjaan agen melalui suatu sarana yaitu laporan keuangan. Auditor

disini tugasnya adalah melakukan penilaian atas laporan keuangan yang telah dibuat

agen yaitu dengan cara memberikan opini audit dan mempertimbangkan

kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Opini Audit

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 110

paragraf 1, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada

umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal

yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Opini audit yang

dikeluarkan oleh auditor merupakan informasi utama yang tidak dapat terpisahkan

dari laporan audit. Opini yang dikeluarkan auditor setelah melewati beberapa tahapan

proses audit merupakan kesimpulan atas laporan keuangan yang diauditnya mengenai

kewajaran laporan keuangan dengan mempertimbangkan akan kelangsungan hidup

perusahaan (Ningsih, 2016). Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan

melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan

keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau

kecurangan Hery (2011:30). Mulyadi (2013), terdapat 5 jenis opini audit yaitu :

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan ( Unqualified

Opinion Report with Explanatory Languange)

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat ( Disclaner of Opinion)

Page 4: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

4

Opini Audit Going Concern

Tugas seorang auditor adalah memberikan opini terhadap laporan keuangan

perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal

yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi berterima umum (SPAP, 2011). Opini audit mengenai going concern

merupakan opini audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan

atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam

menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun

sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP,2011: SA Seksi 341:2).

Menurut Liestiyowati (2013), auditor sering gagal komentar pada opini audit

going concern, karena penerbitan pendapat audit going going concern dikhawatirkan

menjadi self-fulfilling prophecy, yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan

opini audit going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut

karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik

dananya. Meskipun demikian, opini audit going concern harus diungkapkan dengan

harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah.

Sebenarnya opini audit going concern bermaksud baik untuk menjelaskan kondisi

perusahaan yang sebenarnya, namun hal tersebut justru menyebabkan perusahaan

menjadi cepat bangkrut karena pengguna laporan keuangan merespon informasi

tersebut secara negatif seperti investor membatalkan investasinya dan kreditor

menarik pinjamannya

SA Seksi 341 paragraf 6 menyebutkan auditor dapat mengidentifikasi

informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu jika dipertimbangkan secara

keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentan kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.

Sutedja (2010) menjelaskan opini audit going concern dikeluarkan auditor

karena auditor sangsi atas kelangsungan usaha suatu entitas. Menurut Ningsih (2016),

dalam kaitan dari teori agensi dengan opini audit going concern, agen bertugas dalam

menjalankan perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk dari

pertanggungjawaban manajemen. Laporan keuangan ini yang nantinya akan

menunjukkan kondisi perusahaan dan digunakan sebagai principal sebagai dasar

dalam pengambilan keputusan.

Kepemilikan Perusahaan

Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi yang

berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta manajemen dan

dewan direksinya. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja suatu

perusahaan.

Menurut penelitian Difa dan Suryono (2015) pemilik perusahaan dari pihak luar

dianggap berbeda dari pihak dalam dimana kecil kemungkinan pemilik dari pihak

luar untuk terlibat dalam urusan bisnis sehari-hari perusahaan. Pemegang saham

berkepentingan untuk mengetahui tingkat kembalian (rate of return) atas investasi

mereka. Oleh sebab itu mereka membutuhkan informasi yang membantu mereka

untuk memutuskan tindakan mereka, apakah untuk membeli, menahan atau menjual

Page 5: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

5

saham-saham suatu perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh pihak luar perusahaan

mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan melalui media

masa berupa kritikan atau komentar yang semuanya dianggap suara publik atau

masyarakat. Adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar menimbulkan pengaruh dari

pihak luar sehingga mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai

keinginan perusahaan itu sendiri menjadi memiliki keterbatasan. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak

manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Gideon, 2005 dalam

Setiawan,2011). Jensen dan Meckling (1976) mengungkapkan kepemilikan

manajerial dapat menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham

sehingga berhasil menjadi mekanisme yang dapat mengurangi masalah keagenan.

Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu

pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan

menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrumen atau alat yang

digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap

sebuah perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang

mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi

ketidakseimbangan informasi antara insider dengan outsider melalui pengungkapan

informasi didalam perusahaan (Irfana:2012).

Jika tingkat presentase kepemilikan manajeral tinggi, diharapkan manajer lebih

termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan tanggung jawab meningkatkan

kemakmuran pemegang saham(Irfana dan Mudi,2012). Kinerja meningkat ditandai

juga dengan harapan perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup dalan jangka

waktu yang tidak ditentukan.

Kualitas Auditor

Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara objektif

dengan beberapa indikator. Dalam penelitian Januarti (2007), auditor yang memiliki

reputasi baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar

reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. Namun, apakah reputasi auditor dapat

dijadikan proksi kualitas audit yang reliable masih diragukan karena tingginya

kegagalan audit yang terungkap akhir-akhir ini.

Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja

perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan

jasa KAP (Harahap,2016). Struktur KAP mengingat pekerjaan audit atas laporan

keuangan menuntut tanggung jawab yang besar, maka pekerjaan profesional KAP

menuntut independensi dan kompetensi yang tinggi pula.

Craswell et al. (1995) menyatakan klien biasanya mempersepsikan bahwa

auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP

internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut

memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan,

pengakuan internasional, dan adanya peer review.

Penelitian DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat

diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan

kecil. Kantor audit kecil cenderung berkompromi terhadap kualitas audit karena

Page 6: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

6

ketergantungan ekonomis terhadap klien tertentu. Kehilangan reputasi akibat

kegagalan audit memiliki pengaruh lebih besar bagi kantor audit besar dibandingkan

kantor audit yang lebih kecil. Kantor audit besar kurang merespon tekanan klien

untuk memperlancar pelaporan dibandingkan kantor audit kecil dan cenderung tidak

mau berkompromi atas kualitas audit, sehingga kantor audit besar mampu memberi

kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor audit yang lebih kecil..

Economies of scale KAP yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk

mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP

tersebut. JIka suatu perusahaan mengalami keraguan dalam kelangsungan hidupnya

maka akan diberikan opini audit going concern (Santosa dan Wedari,2007).

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, proksi yang sering digunakan

untuk menilai kualitas audit adalah dengan menggunakan skala Kantor Akuntan

Publik. Yang dimaksud KAP berasal dari the big four firm adalah :

1. Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler

(KPMG)

2. Purwantono, Sarwoko & Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young.

3. Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deolitte Touche, Tohmatsu,

dan

4. Haryantono Sahari dan Rekan bearfiliasi dengan Price Waterhouse Coopers.

2.1.6 Debt Default

Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitur (perusahaan) untuk

membayar hutang pokok atau bunganya pada jatuh tempo ,Chen dan Church, 1992

(dalam Januarti:2009). Dalam Pernyataan Standar Auditing No.30 (SPAP, IAPI

2011:341) indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam

memberikan keputusan audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya

(default). Sebuah perusahaan dapat dikategorikan dalam keadaan default hutangnya

bila salah satu kondisi dibawah ini terpenuhi Chen dan Church, 1992 (dalam

Ningsih,2016), yaitu :

1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar utang pokok atau bunga.

2. Persetujuan perjanjian hutang dilanggar, jika pelanggaran perjanjian tersebut

tidak dituntut atau telah dituntut kreditor untuk masa kurang dari satu tahun.

3. Perusahaan sedang dalam proses negoisasi reskrukturisasi hutang yang jatuh

tempo.

Manfaat status default utang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church

(1992) dalam Surbakti (2011) yang menemukan hubungan yang kuat status default

terhadap opini audit going concern. Hasil temuannya menyatakan bahwa kesulitan

dalam mentaati persetujuan utang, fakta-fakta pembayaran yang lalai atau

pelanggaran perjanjian, memperjelas masalah going concern suatu perusahaan.

Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan

opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini

seperti itu mungkin tidak sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going

concern ketika perusahaan dalam keadaan default tinggi sekali karenanya diharapkan

status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini audit

Page 7: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

7

going concern. Ketika perusahaan mengalami utang yang sangat tinggi, maka

perusahaan banyak mengalokasikan aliran kas untuk menutupi utang perusahaan yang

akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan tersebut. Kreditor akan

memberikan status default kepada perusahaan apabila perusahaan tersebut tidak

mampu melunasi utang.

Opinion Shopping

Opinion shopping didefinisikan oleh security exchange commission (SEC),

sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang

diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan, walaupun

menyebabkan laporan tersebut menjadi tidak reliable. Tujuan pelaporan dalam

opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi

atau kondisi keuangan perusahaan.

Opinion shopping dalam penelitian ini dapat di ilustrasikan seorang auditor

independen yang melakukan perikatan dengan seorang klien, dimana pihak

manajemen dari kliennya tersebut diibaratkan sebagai seorang yang suka berbelanja

atau membeli opini sehingga disebut dengan “Opinion Shopping”. Ketika auditor

tidak dapat memenuhi permintaan manajemen untuk memberikan suatu opini tertentu

seperti yang dikehendakinya maka auditor tersebut akan diputuskan kontraknya dan

akan digantikan oleh auditor lain yang dapat memenuhi permintaan manajemen

dengan upah yang menggiurkan (Kwarto,2015).

Sementara itu dalam penelitian Irfana (2012), seorang auditor baru akan

cenderung memperlihatkan kinerjanya pada tahun-tahun pertama saat auditor

melakukan audit. Pada awal tahun kontrak pelakasanaan audit, auditor baru akan

berusaha mencari tahu kinerja auditor lama, dan untuk itu auditor baru akan

membandingkan dengan kinerja yang mungkin dapat dicapainyan. Harapan seorang

auditor baru adalah pelaksanaan audit sebaik-baiknya, tanpa mengurangi sikap

profesionalnya sebagai seorang auditor. Tujuan pergantian auditor dimaksudkan

untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan.

Pergantian auditor menyebabkan dampak negatif.

Jika sebelumnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17/PMK.01 /2008

tentang Jasa Akuntan Publik tanggal 5 Februari 2008 dalam ayat 3 yang mengatur

sebuah KAP dibatasi hanya boleh melakukan audit laporan keuangan historis

perusahaan dalam 6 tahun berturut-turut dan Akuntan Publik hanya dalam 3tahun

berturut-turut, maka berdasarkan peraturan baru pemerintah telah menerbitkan

Peraturan Pemerintah (PP) No.20 tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik yang

merupakan peraturan lebih lanjut dari Undang-undang No.5 tahun 2011 tentang

Akuntan Publik yang menjelaskan bahwa tidak ada pembatasan lagi untuk KAP

melainkan berlaku untuk Akuntan Publik yakni selama 5 tahun buku berturut-turut

terhadap entitas.

Entitas sebagaimana yang dimaksud adalah industri di sektor pasar modal,

bank umum, dana pensiun, perusahaan asuransi atau reasuransi dan Badan Usaha

Milik Negara. Dan dijelaskan pula pembatasan ini berlaku juga untuk Akuntan Publik

yang merupakan Pihak Terasosiasi yakni Akuntan Publik yang tidak menandatangani

laporan auditor independen namun terlibat langsung dalam pemberian jasa, misal :

Akuntan Publik yang merupakan partner in charge dalam suatu perikatan audit.

Page 8: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

8

KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk membantu memahami penelitian ini, diperlukan suatu kerangka

pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern

Dalam penelitian Januarti (2007) kepemilikan perusahaan dapat meningkatkan

nilai perusahaan, sehingga mengurangi risiko terjadinya kesulitan keuangan. Jensen

dan Meckling (1976) mengemukakan kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan

kepentingan manajer dengan pemegang saham sehingga berhasil menjadi mekanisme

yang dapat mengurangi masalah keagenan antara manajer dengan pemilik. Dengan

adanya kesalaran antara manajer dengan pemilik, maka kelangsungan hidup

perusahaan akan terjaga karena antara manajer dan pemilik akan berusaha bersama-

sama untuk memajukan perusahaannya. Dengan begitu semakin besar kepemilikan

manajerial maka akan semakin rendah praktek manipulasi data laporan keuangan

seperti manipulasi manajemen laba karena adanya peningkatan kualitas informasi

laporan keuangan karena manajer merasa memiliki perusahaan serta semakin besar

saham yang dimiliki manajemen maka semakin rendah kemungkinan perusahaan

menerima opini audit going concern. Namun pendapat ini disanggah oleh penelitian

Januarti (2009), serta Difa dan Suryono (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan

perusahaan manajerial tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2011) memberikan pedoman

bahwa jika suatu kelangsungan hidup entitas diragukan dan mengarah ke

kebangkrutan maka auditor harus mengungkapkan informasi tersebut dalam opininya.

Auditor dapat memberikan opini audit going concern. Hal ini sejalan dengan

Kepemilikan

perusahaan

Kualitas auditor

Debt default

Opinion

shopping

opini audit going

concern

Page 9: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

9

penelitian penelitian Irfana (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap opini audit going concern.

: Diduga kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap opini

audit going concern.

Pengaruh Kualitas Auditor terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-

interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada

hubungan antara principal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor

independen (Setiawan,2011). Penelitian De Angelo (1981) menyatakan bahwa

auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan

kerusakan reputasi audit dibandingkan pada auditor skala kecil. Santosa dan Wedari

(2007), auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-

masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan

Penyataan tersebut berarti menandakan auditor skala besar memiliki kemungkinan

atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya apabila

terbukti klien terdapat masalah untuk dan melangsungkan usahanya dibandingkan

auditor skala kecil.

Penelitian ini dikuatkan melalui penelitian terdahulu Difa dan Suryono(2015) yang

memberikan bukti bahwa dari penelitiannya bahwa kualitas auditor berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern. Adanya hubungan positif antara

kualitas auditor terhadap opini audit going concern semakin besar kantor akuntan

publik maka akan mencerminkan kinerja perusahaan dengan independen. Namun

pendapat ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Praptitorini dan Januarti

(2007), Januarti (2009), Tamba (2009), Surbakti dan Hadiprajitno(2011),Sutedja

(2010), Seytiawan (2011), Irfana(2012), Ningsih(2016)yang menyatakan dari hasil

penelitan mereka adalah kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

: Diduga kualitas auditor berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

Pengaruh Debt Default terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Debt default adalah sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar

hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church,1992) dalam

Praptitorini dan Januarti (2007). Keadaan itu mengakibatkan perusahaan mengalami

kegagalan hutang atau debt default. Oleh karenanya terjadinya kegagalan hutang atau

debt default baik yang timbul karena perusahaan tidak mampu untuk memenuhi

kewajibannya atau perusahaan tidak dapat memenuhi perjanjian hutang merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan opini audit going concern oleh

auditor (Chen dan Church, 1992) dalam (Astuti,2012).

Dalam penelitian penelitian Irfana (2012), hasil penelitiannya menyatakan

bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern. Namun disangkutkan oleh penelitian Harris dan Merianto (2015) dan

Ningsih (2016), berdasarkan teori agensi, prinsipal menilai kinerja agen

menggunakan pihak auditor, untuk mengetahui keadaan perusahaan. Auditor akan

melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan, terutama pada kegiatan utang. Apabila

perusahaan gagal membayar utang (debt default) maka keberlangsungan perusahaan

Page 10: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

10

itu akan menjadi diragukan, oleh sebab itu kemungkinan diberikannya opini audit

going concern akan semakin besar, dan investasi oleh pihak luar akan menurun.

Dalam hal ini menunjukkan bahwa debt default berpengaruh terhadap opini audit

going concern dan berpengaruh yang positif terhadap opini audit going concern.

Tidak menutup kemungkinan auditor akan menerbitkan kembali opini audit going

concern pada tahun berikutnya apabila pada tahun sebelumnya auditor telah

menerbitkan opini audit going concern. Hasil penelitian Surbakti(2011) dan Tamba

(2009) yang menyatakan bahwa variabel debt default berpengaruh signifikan terhadap

opini audit going concern. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian

terdahulu Januarti (2009). menemukan bukti antara pemberian status debt default

dengan masalah going concern.

: Diduga debt default berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

Pengaruh Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari auditor

yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk

mencapai tujuan pelaporan perusahaan. Tujuannya adalah memanipulasi hasil operasi

atau kondisi keuangan.

Perkembangan baru mengenai topik ini adalah adanya fenomena opinion

shopping (auditor switching). Lennox (2000), menggunakan model pelaporan audit

untuk memprediksi opini dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Hasil dari

metode ini berkesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan di Inggris melakukan

praktik opinion shopping.

Ketika perusahaan menerima opini audit tahun sebelumnya dengan modifikasi

(opini going concern) maka tahun berikutnya akan berupaya untuk memperoleh opini

yang lebih bagus. Upaya yang dilakukan adalah mengganti auditor. Harapan

perusahaan adalah ketika mengganti auditornya maka opini yang akan diperoleh

adalah wajar tanpa pengecualian. Yang dikuatkan dalam penelitian Praptitorini dan

Januarti (2007) , serta Harris dan Merianto (2015) yang memberikan hasil

penelitiannya bahwa variabel opinion shopping berpengaruh terhadap opini audit

going concern.yang diperkuat dan telah dibuktikan dari penelitian Irfana(2012) yang

juga menyatakan opinion shopping berpengaruh terhadap opini audit going concern.

: Diduga opinion shopping berpengaruh terhadap opini audit going

concern

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dalam penelitian

ini diperoleh dengan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2014-2016.

2. Perusahaan tidak sedang berada pada proses delisting selama periode

pengamatan 2014-2016.

Page 11: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

11

3. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan

tahunan secara lengkap yang telah diaudit selama periode 2014-2016.

4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan satuan

mata uang Rupiah (Rp)

5. Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial secara berturut-turut

selama periode penelitian 2014-2016.

Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder diperoleh dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2016 yang telah

dipublikasikan.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Dependen

Opini Audit Going Concern

Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit yang

dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan

atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya pada kurun

waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang

sedang diaudit (SPAP, 2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel

dummy. Opini audit going concern diberi kode 1 sedangkan opini audit non going

concern diberi kode 0.

Variabel Independen

1. Kepemilikan Perusahaan

Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase jumlah saham dalam

perusahaan yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan

yang beredar. Kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Jumlah Saham Manajer

Kepemilikan Manajerial = ----------------------------------- x 100 %

Total Saham Beredar

2. Kualitas Auditor

Variabel kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel dummy,

diberikan kode 1 untuk KAP yang berafiliasi dengan KAP the big four, dan diberikan

kode 0 apabila KAP tidak berafiliasi dengan KAP the big four.

3. Debt Default

Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy. Kode 1 digunakan untuk

status debt default dimana perusahaan tidak mampu membayar utangnya pada waktu

jatuh tempo, sedangkan nilai 0 untuk status tidak debt default. Status default biasanya

terungkap dari laporan auditor independen atau catatan atas laporan keuangan.

4. Opinion Shopping

Variabel ini menggunakan variabel dummy, kode 1 diberikan kepada

perusahaan yang melakukan pergantian auditor ketika mendapatkan opini going

Page 12: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

12

concern, dan 0 jika tidak melakukan pergantian auditor ketika mendapatkan opini

going concern.

METODE ANALISIS DATA

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum dan generalisasi (Sugiyono,2016). Statistik deskriptif digunakan untuk

memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian, sehingga dapat

menjadi patokan analisis lebih lanjut tentang nilai minimum, nilai maksimum, mean,

varians dan standar deviasi.

2. Analisis Regresi Logistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

logistick (logistic regression) dengan bantuan SPSS versi 21. Alasan pemilihan

penggunaan regeresi logistik dalam penelitian ini karena variabel bebasnya

merupakan kombinasi antara variabel kontinu (metrik) dan kategorial (non-metrik).

Oleh karena itu, asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi dan

dalam hal ini dapat dianalisi dengan menggunakan regresi logistik karena tidak

memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali,2013). Model

logistic regression dalam penelitian ini ditunjukkan dalam persamaan berikut ini :

GC = + β1KP + β2KA + β3DD + β4OS + e

GC = opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika

opini non going concern)

KP = kepemilikan manajer (rasio)

KA = kualitas audit (variabel dummy, 1 jika KAP Big Four, 0 jika non

BigFour)

DD = debt default (variabel dummy, 1 jika perusahaan dalam keadaan default,

dan 0 jika tidak)

OS = Opinion Shopping (variable dummy, 1 jika melakukan pergantian

auditor, 0 jika tidak melakukan pergantian auditor)

e = kesalahan residual

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan regresi

logistik dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menilai kelayakan model regresi

Kelayakan model regresi ini dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini menguji hipotesis nol bahwa data

empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga

model ini dapat dikatakan fit). Adapun hasilnya jika (Ghozali,2013) :

a. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan

atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Hal ini menandakan ada

perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga

Goodness of Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai

observasinya.

Page 13: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

13

b. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar

dari 0,05, maka hipotesis tidak dapat ditolak dan berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima

karena cocok dengan data observasinya

2. Menilai Model Fit (Overall model fit test)

Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis

untuk menilai model fit adalah :

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data.

HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa nol agar

supaya model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi

likehood. Likehood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesa

menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesa nol dan alternatif, L

ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likehood (-2LL) menunjukkan model

regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan

data. Log Likehood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square

Error” pada model regresi. Sehingga penurunan Log Likehood menunjukkan model

regresi semakin baik (Ghozali,2013).

3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Cox dan Snell’s R square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran

pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai

maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterprestasikan. Nagelkerk’s R

square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa

nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara

membagi nilai Cox dan Snell’s dengan nilai maksimumnya.Nagelkerke’s dapat

diinterprestasikan seperti nilai pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan variasi

variabel dependen (Ghozali,2013).

4. Estimasi Parameter dan Interprestasinya

Estimasi parameter dapat dilihat dari koefisien regresi. Pengujian koefisien

regresi dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji seberapa jauh variabel

independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Adapun dalam

pengujian ini adalah :

a. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikasi 5% (α

= 0,05).

b. Apabila taraf signifikan lebih besar dari 0,05 maka diterima dan ditolak

, hal ini menandakan bahwa variabel independen tidak berpengauh secara

signifikan terhadap terjadinya variabel dependen. Begitu pula sebaliknya,

apabila taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 maka diterima dan ditolak,

hal ini menandakan bahwa variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap terjadinya variabel dependen.

Page 14: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

14

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1

Kriteria Penentuan Sampel No Kriteria Jumlah

1. Total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-2016. 140

2. Perusahaan delisting selama periode penelitian tahun 2014-2016. (3)

3. Tidak menerbitkan laporan tahunan yang telah diaudit secara lengkap

beserta data yang dibutuhkan tahun 2014-2016.

(16)

4. Perusahaan yang menggunakan mata uang asing selama periode

penelitian 2014-2016.

(26)

5. Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial secara

berturut-turut selama periode penelitian 2014-2016.

(40)

Jumlah sampel total periode penelitian 55

Tahun penelitian 3

Jumlah penelitian 165

Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

GC 165 ,0 1,0 ,097 ,2968

KP 165 ,0000100000 ,8944444444 ,13375609072

3

,21806036265

40

KA 165 ,0 1,0 ,352 ,4789

DD 165 ,0 1,0 ,121 ,3274

OS 165 ,0 1,0 ,539 ,5000

Valid N

(listwise)

165

Berdasarkan tabel 4.2 untuk variabel going concern yang diproksikan dengan

variabel dummy yang memiliki nilai minimum yaitu sebesar 0 dan nilai maksimum

sebesar 1 dengan nilai rata-rata adalah 0,097 serta memiliki nilai standar deviasi

sebesar 0,2968.

Untuk kepemilikan perusahaan terdapat rentang yang sangat jauh antara nilai

minimum yaitu 0,000010000 (Unilever Indonesia Tbk) di tahun 2014 dan maksimum

0,8944444444 (Beton Jaya Manunggal Tbk) di tahun 2016. Nilai rata-rata untuk

variabel ini adalah 0,133756090723 dengan nilai standar deviasi 0,2180603626540.

Kualitas auditor yang diproksikan dengan menggunakan variabel dummy ini

memiliki nilai minimum yakni sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. Adapun nilai

rata-rata untuk variabel ini adalah sebesar 0,352 dengan nilai standar deviasi sebesar

0,4789.

Debt default yang diproksikan dengan menggunakan variabel dummy ini

memiliki nilai minimum yakni sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. Nilai rata-

rata untuk variabel ini adalah sebesar 0,121 dengan standar deviasi sebesar 0,3274.

Page 15: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

15

Oppinion shopping yang juga diproksikan dengan menggunakan variabel dummy

memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. Nilai rata-rata

untuk variabel ini adalah sebesar 0,539 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,5000.

Analisis Regresi Logistik

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 4,960 8 ,762

a.Menilai model regresi. Uji kelayakan model regresi, pengujian yang menggunakan

Hosmer and Lemeshow Test,dimana hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa

nilai Chi-square sebesar 4,960 dengan df8 dan dengan nilai signifian 0,762 dimana

dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai sig lebih dari (>) 0,05 maka tidak

ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati. Dan

berdasarkan Tabel 4.7 nilai sig adalah 0,762 dimana nilai tersebut lebih dari 0,05 dan

itu artinya model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model

dapat diterima karena cocok dengan data observasinya sehingga model ini dapat

digunakan untuk analisis selanjutnya.

b. Menilai Keseluruhan Model (Overall model fit test). Iteration History

a,b,c

-2 Log Likelihood Blok 0 (awal)

Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients

Constant

Step 0

1 111,607 -1,612

2 105,275 -2,112

3 105,064 -2,226

4 105,063 -2,231

5 105,063 -2,231

Iteration Historya,b,c,d

-2 Log Likehood Block 1 (akhir)

Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients

Constant KP KA DD OS

Step 1

1 76,948 -1,908 -,039 -,114 2,510 ,069

2 58,448 -2,868 -,065 -,298 3,481 ,186

3 54,567 -3,541 -,032 -,546 4,127 ,353

4 54,110 -3,874 ,028 -,709 4,432 ,470

5 54,099 -3,938 ,045 -,743 4,490 ,496

6 54,099 -3,940 ,046 -,744 4,492 ,496

7 54,099 -3,940 ,046 -,744 4,492 ,496

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang digunakan telah fit

dengan data atau belum. Dalam pengujian ini yang harus diperhatikan adalah angka

pada bagian -2 Log Likelihood. Apabila angka -2 Log Likelihood pada awal (Tabel

Page 16: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

16

Iteration History Block Number = 0) lebih tinggi daripada angka -2 Log Likelihood

pada Iteration History Block Number = 1 maka hal ini menunjukkan bahwa model

regresi tersebut baik atau fit dengan data. Dan dari tabel 4.8 dan 4.9 yang merupakan

hasil dari pengujian penelitian ini di dapatkan bahwa nilai -2 Log Likelihood awal

(111,607) lebih tinggi dari nilai -2 Likelihood pada Iteration History Block Number =

1 (76,948) yang artinya model yang dihipotesiskan cocok dengan data.

c.Koefisien determinasi (Nagelkerke R square).

Model Summary

Step -2 Log

likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 54,099a ,266 ,564

Nilai Nagelkerke R Square pada Tabel 4.10 Model Summary menjelaskan

tentang hubungan variabel independen terhadap dependen. Lebih dari 20% saja sudah

bisa dikatakan variabel independen baik dalam mengartikan ragam dari variabel

dependen. Dan dari tabel tersebut didapatkan angka 0,564 yang berarti bahwa variasi

variabel independen (KP, KA, DB, dan OP) mampu mengartikan ragam dari variabel

dependen (GC) sebesar 56,4% dalam memprediksi opini audit going concern

sedangkan sisanya sebesar 43,6% diartikan oleh variabel lain yang tidak masuk

dalam model regresi.

d.Uji Parsial

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

KP ,046 1,552 ,001 1 ,976 1,047

KA -,744 ,850 ,767 1 ,381 ,475

DD 4,492 ,773 33,785 1 ,000 89,309

OS ,496 ,780 ,405 1 ,525 1,643

Constant -3,940 ,791 24,829 1 ,000 ,019

Sumber : Data diolah (2017)

Model yang terbentuk berdasarkan tabel diatas adalah sebagai berikut:

+ e

Berdasarkan model dapat dijelaskan bahwa :

1. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah diduga kepemilikan

perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dan hasil

pengujian menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel ini adalah

0,046 dan hasil signifikansi adalah 0,976 yang mana nilai pengujian

tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa kepemilikan

perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern atau

dengan kata lain tidak diterima.

Page 17: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

17

2. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah diduga kualitas auditor

berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dan bersadarkan hasil

pengujianya, didapatkan nilai koefisien regresi adalah -0,744 dan hasil

signifikan sebesar 0,381 yang mana angka tersebut lebih besar dari 0,05.

Dan dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas auditor tidak berpengaruh

signifikan terhadap opini audit going concern atau tidak diterima.

3. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah diduga debt default

berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berdasarkan hasil

pengujian, didapatkan nilai koefisien regresi adalah 4,492 dan nilai

signifikan untuk variabel profitabilitas adalah 0,000 atau lebih kecil dari

0,05 yang mana artinya variabel debt default berpengaruh signifikan

terhadap opini audit going concern dan diterima.

4. Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah diduga opinion shopping

berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dan hasil pengujian

menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel ini adalah 0,496 dan

nilai signifikan untuk variabel likuiditas adalah 0,525 atau lebih dari 0,05

yang artinya variabel opinion shopping tidak berpengaruh terhadap opini

audit going concern atau tidak diterima.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Kepemilikan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern.

Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Dan penelitian ini sejalan

dengan penelitian Januarti (2009) dan Difa dan Suryono (2015), dimana kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa besar kecilnya persentase kepemilikan manajerial tidak

membuat suatu perusahaan lebih efektif dalam menangani masalah keuangannya

sehingga tidak mengurangi resiko diterimanya opini audit going concern. Meskipun

adanya kepemilikan manajerial ternyata fungsi pengawasan yang ada belum

menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk kinerja

perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

Pengaruh Kualitas Auditor terhadap Opini Audit Going Concern. Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas auditor tidak berpengauh

signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini konsisten dengan

penelitian Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), Tamba (2009), Sutedja

(2010), Surbakti dan Hadiprajitno (2011), Setiawan (2011), Irfana (2012) dan

Ningsih (2016) yang menemukan bukti bahwa kualitas auditor tidak berpengaruh

signifikan terhadap opini audit going concern. Artinya baik auditor yang berafiliasi

dengan The Big Four maupun tidak, sama-sama berusaha memberikan jaminan

profesionalitas pekerjaan audit yang objektif kepada kliennya. Bahkan auditor yang

berafiliasi dengan The Big Four sekalipun tidak menjamin untuk tidak melakukan

kesalahan dalam melaksanakan tugasnya.

Page 18: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

18

Pengaruh Debt Default terhadap Opini Audit Going Concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Surbakti (2011), Tamba (2009)

dan Januarti (2009) dan Ningsih (2016) yang menemukan bukti bahwa debt default

berpengaruh terhadap opini audit going concern . Hasil ini menunjukkan bahwa debt

default digunakan oleh auditor dalam mengambil keputusan untuk mengeluarkan

opini audit berkaitan dengan going concern sesuai dengan yang tercantum dalam

PSA 30 Seksi 341. Semakin besar terjadinya debt default didalam sebuah entitas,

maka semakin tinggi kemungkinan entitas tersebut mendapatkan opini audit going

concern.

Pengaruh Opinion Shopping terhadap Opini Audit Going Concern.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Januarti (2009), Januarti dan Surbakti

dan Hadiprajitno (2011) dan Ningsih (2016) yang menemukan bahwa opinion

shopping tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dimana dikatakan

bahwa walapun perusahaan sering mengganti auditor setelah menerima opini audit

going concern, masih belum jelas apakah ini mencerminkan praktik opinion

shopping. Jadi walaupun perusahaan melakukan pergantian auditor setelah menerima

atau mendapatkan opini audit going concern pada tahun sebelumnya, auditor yang

baru tetap akan mengeluarkan opini audit going concern jika terdapat kesangsian

besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Kesangsian besar disini bisa merupakan debt default yang telah dibuktikan dalam

pengujian penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini mencoba menguji bagaimana pengaruh kepemikina perusahaan,

kualitas auditor, debt default dan opinion shopping terhadap opini audit going

concern. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

2. Kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

3. Debt default berpengaruh terhadap opini audit going concern.

4. Opinion shopping tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Saran

Adapun saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan memperpanjang tahun penelitian.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambah variabel yang mungkin

bisa memprediksi kemungkinan opini audit going concern secara tepat.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode lain

dalam analisis data.

Page 19: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

19

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.

Astuti, Irtani Retno. 2012. Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan terhadap

Penerimaan Opini Audit Going concern. Skripsi, Universitas Diponegoro.

Tidak Dipublikasikan.

Craswell, A. T., Jere R. F., dan Stephen L. T. 1995. Auditor Brand Name Reputations

and Industry Specialization. Journal of Accounting and Economics 20: 297-

322.

DeAngelo, L. E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and

Economics 3: 183-199.

Difa, Adwinda Rivenski dan Suryono, Bambang. 2015. Pengaruh Keuangan,

Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit

Going Concern. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 4 No. 8. Surabaya

Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. Opini Audit Going Concern : Kajian

Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan

Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta),

Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Harahap, Selviana Suci. 2016. Pengaruh Audit Lag, Debt Default, Pertumbuhan

Perusahaan, Opini Audit Sebelumnya dan Reputasi KAP Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi. Universitas Maritim Raja

Ali Haji. Tanjungpinang.

Harris, Randy dan Merianto, Wahyu. 2015. Pengaruh Debt Default, Disclosure, Opini

Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, Dan Opinion Shopping

Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal Of

Accounting Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 1-11.

Hery. 2011. Auditing 1 (Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi). Kencana. Jakarta

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik, Per 1

Maret 2011, Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Irfana, Muhammad Jauhan. 2012. Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit,

Opinion Shopping Dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern. Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Diponegoro. Semarang

Januarti, Indira 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern

(Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Makalah

Disampaikan dalam Simposium NasionalAkuntansi XII Palembang: 4-6

November

Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976. “Theory Of The Firm, Managerial

Behaviour, Agency Costs & Ownership Structure”. Journal of Financial

Economics. Vol 3 October. Pp 305-360.

Page 20: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

20

Kwarto, Febrian. 2015. Pengaruh Opinion Shopping Dan Pengalaman Auditor

terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Dalam Sisi Pandang

Perusahaan Auditan. Jurnal Akuntansi/Volume XIX, No. 03, September 2015:

311-325. Jakarta

Liestiyowati. 2013. Pengertian Going Concern didalam standar auditing.

Lennox, C., 2000. “Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping:

Evidence from The UK?”. Journal of Accounting and Economics 29. pp 321-37.

Nuswantari, Suprobo Ningtias dan Dewayanto, Totok. 2011. Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ningsih, Eva. 2016. Pengaruh Kualitas Audit, Audit Client Tenure, Debt Default,

Opinion Shopping dan Kondisi Keuangan Perusahaan Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Tanjungpinang

Mulyadi. 2013. Auditing. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta.

Praptitorini, M. D. dan I. Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt

Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern.

Simposium Nasional Akuntansi X Makassar. Juli 2007.

Santosa. dan Wedari. 2007. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Audit,

Dan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini

Audit Going Concern. Skripsi. Universitas Diponegoro Fakultas Ekonomi.

Semarang.

Setyarno, E., Budi, I. Januarti, dan Faisal 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi

Keuanga Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan

Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional

Akuntansi IX Padang: 1- 25.

Setiawan, Teguh Heri. 2011Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Audit,

Dan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini

Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI Tahun 2007-2009). Skipsi.

Universitas Diponegoro. Semarang

Soemarso, S.R, 2010. Pengantar Akuntansi, Jakarta. Salemba Empat

Surbakti, Meliyanti Yosephine, dan Hadiprajitno.2011 Basuki. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern

Sutedja, Christian. 2010. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pemberian Opini

Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol. 2.No. 2.

Tamba, R. L. 2009. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit

Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Teoh, S. 1992. Auditor Independence, Dismissal Threats and The Market Reactions

to Auditor Switches. Journal of Accounting Research.

Warnida. 2000. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit

Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di Bei). Jurnal

Page 21: Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Opini Audit ...repository.umrah.ac.id/355/1/jurnal.pdf1 Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default Dan Opinion Shopping

21

Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1 Juni 2011 ISSN 1858-3687 hal 30-

43.Padang