ddtk

download ddtk

of 57

description

deteksi dini

Transcript of ddtk

  • 7/17/2019 ddtk

    1/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 1

    DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

    DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN

    Pemantauan status gizi dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat)

    Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama programperbaikan gizi, yang

    menitikberatkan padaupaya pencegahan dan peningkatankeadaan gizi balita. Pemantauan

    pertumbuhan merupakan rangkaian kegiatanyang terdiri; (1) penilaian pertumbuhan balita secara

    teratur melalul penimbangansetiap bulan, pengisian dan penilalan hasil penimbangan berdasarkan

    Kartu MenujuSehat; (2) tindaklanjut setiap kasus gangguan pertumbuhan berupa

    (konseling,penyuluhan dan rujukan); (3)tindak lanjut berupa kebijakan dan program di

    tingkatmasyarakat, serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakankeluarga.

    Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhannormal anak berdasarkanindeks antropometri berat badan menurut umur.Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko

    kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih

    cepatdan tepat sebelum masalahnya lebih berat

    KMS dibedakan antara KMS anak laki-laki dan KMS anak perempuan, KMS anak laki-laki berwarna

    dasar biru dan terdapat tulisan untuk laki-laki dan KMS perempuan berwarna dasar merah muda danh

    terdapat tulisan untuk perempuan

    Fungsi utama KMS ada 3, yaitu;

    1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,

    meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare,

    pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan

    Pendamping ASI.

    2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

    3.

    Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan

    penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

    Cara Memantau Pertumbuhan Balita

    Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan

    dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasilpenimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis

    pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak.

    Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai

    dengan umurnya

  • 7/17/2019 ddtk

    2/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 2

    Arah garis pertumbuhan :

    Berat Badan Naik

    1. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna,

    atau (N2)

    2.

    Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pitawarna diatasnya.(N1)

    Berat badan Tidak Naik

    3.Garis pertumbuhannya turun (T3)

    4. Garis pertumbuhannya mendatar (T2),

    5. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna

    dibawahnya (T1)

    Indikator KMS bila balita naik berat badannya

    Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya

    http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/kms51.jpghttp://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/kms43.jpg
  • 7/17/2019 ddtk

    3/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 3

    Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan

    pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/

    Rumah Sakit.

    Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah

    Pemantauan status gizi dengan menggunakan Tabel standar antropometri penilaian status gizi

    balita sesuai dengan indeks kategori dan ambang batas (SD) status gizi

    Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan. pelaksana dan alatyang digunakan adalah sebagal berikut:

    a. Penentuan umur bayi / balita

    Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan

    Keluarga, masyarakat 1. Orang tua

    2. Kader kesehatan

    3. Petugas PADU, BKB

    4. TPA dan_Guru_TK.

    1. KMS

    2. Timbangan / Dacin

    Puskesmas. 1.

    Dokter Bidan2. Perawat

    3. AhIi gizi

    4. Petugas ainnya

    1.

    Tabel BB/TB2. Grafik LK

    3. Timbangan

    4. Alat ukur tinggi badan

    5. Pita pengukur Iingkar

    kepata

    http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/kms6.jpg
  • 7/17/2019 ddtk

    4/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 4

    Tentukan umur anak dengan cara sebagai berikut Umur anak dihitung dalam bulan

    penuh: contoh umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan (Petunjuk sesuai dengan

    SK Menkes no. 1995/Menkes/SK/XII/2010)

    b. Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan

    1)

    Pengukuran Berat Badan/BB:

    a) Menggunakan timbangan bayi

    a. Timbangan bayl digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau

    anak masih bisa berbaring/duduk tenang.

    b. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.

    c. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka O.

    d. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.

    e. Baringkan bayl dengan hati-hati di atas timbangan.

    f. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

    g. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.

    h.

    Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka ditengahantara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.

    b) Menggunakan timbangan injak.

    a. Letakkan timbangan di lantal yang datar sehingga tidak mudah bergerak.

    b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka O.

    c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki topi,

    jam tengan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.

    d. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.

    e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

    f.

    Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.g. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah

    antara gerakan jarum ke kanan dan ke kin.

    2) Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB):

    a) Cara mengukur dengan posisi berbaring:

    1. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.

    2. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.

    3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka O.

    4. Petugas 1: kedua tangen memegang kepala bayi agar tetap menempel pada

    pembatas angka O (pembatas kepala).

    5. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar tetap lurus, tangan kanan menekan

    batas kaki ke telapak kaki

    6. Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.

    7. Ukuran Panjang Badan (PB) digunakan untuk anak umur O sampai 24 bulan yang

    diukur telentang. Bila anak umur O sampai 24 bufan diukur berdiri, maka hasil

    pengukurannya dikoreks dengan menambahkan 0.7 cm.

    b) Cara mengukur dengan posisi berdiri:

    1. Anak tidak memakaj sandal atau sepatu.

    2. Berdiri tegak menghadap kedepan.

    3.

    Punggung pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.

  • 7/17/2019 ddtk

    5/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 5

    4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun

    5. Baca angka pada batas tersebut.

    6. Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur cli atas 24 bulan yang

    diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil

    pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm

    3) Penggunaan Tabel standar antropometri penilaian status gizi

    a) Tentukan umur bayi

    b) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas.

    c) Siapkan table standar antropometri(Kep.Menkes Nomor. 1995/Menkes/SK/XII/2010)

    d) Katergorikan bayi atau balita sesuai dengan kategori dan ambang batas status gizi

    sesuai table berikut.

    Katergori dan ambang batas status gizi sesuai indeks

    Indeks Kategori status gizi Ambang batas (Z scare)

    (BB/U)Anak umur 060 bulan

    Gizi buruk < - 3 SD

    Gizi kurang - 3 SD sampai dengan < - 2 SDGizi baik - 2 SD sampai dengan 2 SD

    Gizi lebih > 2 SD

    (PB/U) atau (TB/U)

    Anak umur 060 bulan

    Sangat pendek < - 3 SD

    Pendek - 3 SD sampai dengan < - 2 SD

    Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD

    Tinggi > 2 SD

    (BB/PB) atau (BB/TB)

    Anak umur 060 bulan

    Sangat kurus < - 3 SD

    Kurus - 3 SD sampai dengan < - 2 SD

    Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD

    Gemuk > 2 SD

    Contoh :

    Anak laki-laki usia 5 bulan dengan berat badan 5,6 kg, maka anak tersebut termasuk

    kategori gizi kurang, karena berada pada ambang batas - 3 SD sampai dengan < - 2 SD

    5 6 k

  • 7/17/2019 ddtk

    6/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 6

    c. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)

    Menurut Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia No.: 003/Rek/PP

    IDAI/I/2014tentangPemantauan Ukuran Lingkar Kepala dan Ubun-Ubun Besar

    Pengukuran lingkar kepala dan ubun-ubun besar perlu dilakukan untuk menilai pertumbuhan

    dan ukuran otak anak

    1. Pemantauan lingkar kepala

    a) Lingkar kepala anak diukur dengan menggunakan grafik lingkar kepala Nelhaus

    (1968).

    b) Grafik bayi laki-laki cukup bulan dimulai dengan ukuran 32-38 cm, sedangkan grafik

    bayi perempuan cukup bulan dimulai dari ukuran 31-37 cm.

    c) Lingkar kepala di bawah -2 SD disebut mikrosefali dan bila ukurannya di atas +2 SD

    disebut makrosefali.

    d) Lingkar kepala diukur setiap bulan pada tahun pertama, setiap 3 bulan pada tahun ke

    dua, dan setiap 6 bulan pada usia 3 sampai 5 tahun.

    2. Pemantuan ubun-ubun besar

    a) Pengukuran ubun-ubun besar (fontanel anterior) juga memegang peranan penting.

    b) Ukuran ubun-ubun besar normal pada bayi baru lahir cukup bulan adalah 2 cm x 2 cm,

    dengan permukaan agak cekung.

    c) Ukuran ubun-ubun besar ini dapat membesar dalam 3 bulan pertama, kemudian akan

    mengecil dan menutup dengan bertambahnya umur bayi.

    d) Ukuran ubun-ubun besar yang sangat kecil atau lebih besar dari 4 cm harus dicurigai

    adanya gangguan perkembangan jaringan otak selama kehamilan.

    e) Ubun-ubun besar bayi normal umumnya telah menutup pada usia 19 bulan

    f) Ubun-ubun besar bayi normal sekitar 90-95% telah menutup pada usia 19 bulan. Jika

    di bawah usia itu sudah menutup disebut Craniosynostosis. Biasanya gangguan ini

    disertai dengan ukuran lingkar kepala yang kecil. Sebaliknya bila ubun-ubun terlambat

    menutup bisa disebabkan karena hidrosefalus, sindroma down, kekurangan hormon

    tiroid dan berbagi penyakit lainnya

    3. Cara Membaca Curva Hasil Pengukuran Lingkar Kepala

    Setelah mendapatkan hasil dan pengukuran di atas maka masukkan pada kurva lingkar

    kepala dari Nelihaus. Pada bagian bawah kurva merupakan usia si anak dalam bulan dan

    tahun, dan bagian samping kurva adalah ukuran lingkar kepala si anak dalam satuan cm.

    Misal usia Banggole adalah 4 tahun dan hasil lingkar kcpalnya adalah 50 cm, maka dalarn

    kurva buatlah titik pada pertemuan antara usia 4 tahun ke bagian atas dan besar ukuran

    kepala 50 cm ke bagian samping kanan.

  • 7/17/2019 ddtk

    7/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 7

    Jika titik pertemuan berada diantara dua titik putus-putus maka termasuk lingkar kepala

    normal. Tapi jika hasil dan pertemuan titik tersebut berada di luar (bagian atas atau bagian

    bawah) garis putus-putus maka dinyatakan tidak normal.

    Ukuran kepala sesuai kurva jika berada pada bagian atas garis titik putus-putus disebut

    Macrosefal atau lingkar kepala lebih besar dari ukuran normal. Dan jika hasil ukuran

    berada di bawah garis putus-putus bagian bawah maka disebnt Microsefal atau lengkar

    kepala lebih kecil dari ukuran lingkar kepala normal.

    Kurva Lingkaran Kepala Anak dari Nelhaus (1968)

  • 7/17/2019 ddtk

    8/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 8

    DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN

  • 7/17/2019 ddtk

    9/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 9

    Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan

    Keluarga dan masyarakat 1. Orang tua2. Kader kesehatan, BKB, TPA

    Buku KIA

    1. Petugas pusat PADU terlatih2. Guru TK terlati

    KPSPTDL

    TDD1. Dokter

    2. Bidan3. Perawat

    KPSP

    TDLTDD

    A. Kuesioner PraSkrining Perkembangan (KPSP).

    Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui

    perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

    Jadwat skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42,

    48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.

    Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta bu datang kembali pada umur skrining

    yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kernbali untuk

    skrining KPSP pada umur 9 bufan.

    Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyal masalah tumbuh kembang,

    sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur

    skrining terdekat yang Iebih muda.

    Alat instrumen yang digunakan adalah:

    Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 10 pertanyaan tentang kemampuan

    perkembangan yang tefah dicapai anak.

    Sasaran KPSP anak umur O-72 bulan.

    Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus

    berukuran sisi 25 Cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran

    0.5 - 1 Cm.

    Cara menggunakan KPSP:

    1.

    Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

    2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan umur anak lebih 16 han

    dibulatkan menjadi 1 bulan.

    3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai

    4. KPSP terdini ada 2 macam pertanyaan, yaltu:

    5. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: dapatkah bayi makan kue sendini

    6. Perintah kepacia bu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis

    pada KPSP. Contoh: Pada possi bayl anda telentang, tariklah bayl pada pergelangan

    tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.

    7. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan

    bu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

  • 7/17/2019 ddtk

    10/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 10

    8. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1

    jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

    9. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah bu/pengasuh anak menjawab pertanyaan

    terdahulu.

    10.Teliti kembali apakah semua pertanyaafl telah dijawab.

  • 7/17/2019 ddtk

    11/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 11

  • 7/17/2019 ddtk

    12/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 12

  • 7/17/2019 ddtk

    13/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 13

  • 7/17/2019 ddtk

    14/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 14

  • 7/17/2019 ddtk

    15/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 15

  • 7/17/2019 ddtk

    16/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 16

  • 7/17/2019 ddtk

    17/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 17

  • 7/17/2019 ddtk

    18/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 18

  • 7/17/2019 ddtk

    19/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 19

  • 7/17/2019 ddtk

    20/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 20

  • 7/17/2019 ddtk

    21/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 21

  • 7/17/2019 ddtk

    22/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 22

  • 7/17/2019 ddtk

    23/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 23

  • 7/17/2019 ddtk

    24/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 24

  • 7/17/2019 ddtk

    25/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 25

  • 7/17/2019 ddtk

    26/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 26

  • 7/17/2019 ddtk

    27/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 27

    Interpretasi hasil KPSP:

    1. Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.

    2. Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau seringatau

    kadang-kadang melakukannya.

    3.

    Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukanatau tidak

    pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

    4. Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan

    tahapperkembangannya (S).

    5. Jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

    6. Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

    7. Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan(gerak

    kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

    Intervensi:

    1.

    Bi la perkembangan anak sesual umur (S), lakukan tindakan ber ikut:

    a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan balk.

    b. Teruskan pota asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.

    c. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai denganumur dan

    kesiapan anak.

    d. lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandusecara

    teratur sebulan I kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).Jika anak

    sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkanpada kegiatan di

    Pusat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU), Kelompok Bermain danTaman Kanak-kanak.

    e. Lakukan pemeriksaan/Skrinling rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada

    anakberumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampal 72bulan.

    2. Bi la perkembangan anak meragukan (M ), lakukan tindakan beri kut:

    a. Ben petunjuk pada bu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebihsering

    lagi, setiap saat dan sesenng mungkln.

    b. Ajarkan bu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untukmengatasi

    penyimpangan /meengeiar ketertinggalannya.

    c. Lakukan pemeriksaafl kesehatan untuk mencarl kemungklnan adanya penyakit yang

    menyebabkan penyimpangan perkembangannYa.

    d. Lakukan penllaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP

    yang sesuai dengan umur anak.e. Jika hasil KPSP ulang jawaban Ya tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada

    penyimpangafl (P).

    3. Bi la tahapan perkembangan terjadi penyimpaflgafl (P). lakukan tindakan beri kut:

    Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan

    (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

  • 7/17/2019 ddtk

    28/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 28

    B. Tes Daya Dengar (TDD).

    Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat

    segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.

    Jadwal TDD adaIaI setiap 3 bulan pada bayl umur kurang dan 12 bulan dan setip 6 bulan pada

    anak umur 12 bulan keatas.

    Alat/sarana yang diperlukan adalah:

    1. Instrumen TDD menurut umur anak.

    2. Gambar binatang (ayam,anjing, kucing), manusia.

    3. Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)

    Cara melakukan TDD:

    1.

    Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.

    2. PiIih daftar pertanyaan TDD yang sesual dengan umur anak.

    3. Pada anak umur kurang dari 24 bulan:

    a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu

    atau takut menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.

    b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu berurutan.

    c. Tunggu jawaban dan orangtua/pengasuh anak.

    1) Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukannya dalam satu

    bulan terakhir.

    2) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah / tidak tahu atau

    tak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.4. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh

    anak.

    a. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh.

    b. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintahorangtua/pengasuh.

    c. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah

    orangtua/pengasuh.

  • 7/17/2019 ddtk

    29/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 29

  • 7/17/2019 ddtk

    30/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 30

    Interpretasi:

    1. Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalamigangguan

    pendengaran.

  • 7/17/2019 ddtk

    31/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 31

    2. Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayl/balita atau status/catatan medik anak,

    jenis kelainan.

    Intervensi:

    1. Tindak lanjut sesual dengan buku pedoman yang ada.

    2. Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

    B.Tes Daya Lihat (TDL)

    Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agarsegera dapat

    dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat

    menjadi lebih besar.

    Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36sampai 72

    bulan.

    Alat/sarana yang diperlukan adalah:

    1. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang balk

    2. Dua buah kursi, 1 untuk anak, I untuk pemeriksa.

    3. Poster E untuk digantung dan kaitu E unuk dipegang anak.

    4. Alat penunjuk. . .

  • 7/17/2019 ddtk

    32/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 32

    Cara melakukan tes daya lihat:

    1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik.

    2. Gantungkan poster E setinggi mata anak pada posisi duduk.

    3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dan poster E, menghadap ke poster E.

    4.

    Letakkan sebuah kursi Iainnya di samping poster E untuk pemeriksa.

    5. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak.. Latih anak dalam mengarahkan kartu E

    menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesual yang ditunjuk pada poster E oleh pemeriksa.

    Beri pujian setiap kali anak mau melakukaninya. Lakukan hal ini sampai anak dapat

    menarahkan kartu E dengan benar.

    6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.

    7. Dengan alt penunjuk, tunjuk huruf E pada poster, satu persatu, mulai baris pertama sampai

    baris keempat atau bans E terkecil yang masih dapat dilihat.

    8. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu E yang dipeg angnya dengan huruf

    E pada poster. ..

    9.

    Ulangi pemeniksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.10.Tulis baris E terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah disediakan:

    mata kanan . mata kin : ....

    Interpretasi: .

    Anak prasekolah umumnya tidakmengalami kesulitan melihat sampai baris ketiga padaposter E.

    Bila kedua matan anak tidak dapat melihat baris ketiga poster E, artinyatidak dapat

    mencocokkan arahkartu E yang dipegangnya dengan arah E pada barisketiga yang ditunjuk

    oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan dayalihat.

    Intervensi:Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk

    pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa benikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang

    sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan kedua matanyarujuk ke Rumah Sakit

    dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).

    C.Deteksi dini penyimpangan mental emosionalDeteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemerjksaan untukmenemukan

    secara dini adanya masalah mental emosional autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan

    hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakanintervensi. Bila penyimpangan

    mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinyaakan lebih sulit dan hal ini akan

    berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

    Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksj secara dini adanyapenyimpangan

    mental emosional pada anak, yaitu:

    1. Kuesioner Masafah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.

    2. Cekiis autis anak prasekolah (Checklist forAutism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18

    bulan sampal 36 bulan.

    3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivjtas (GPPH)

    menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 buJan ke atas.

  • 7/17/2019 ddtk

    33/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 33

    Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah.

    Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mentalemosional

    pada anak pra sekolah.

    Jadwal deteks dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anakumur 36

    bulan sampai 72 buJan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining/pemerjksaanperkembangan

    anak.

    Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) yang terdiridari 12

    pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36 bulansampai 72 bulan.

    Cara melakukan:

    1. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilakuyang

    tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak.

    2.

    Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.

  • 7/17/2019 ddtk

    34/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 34

  • 7/17/2019 ddtk

    35/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 35

    Interpretasi :

    Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.

    Intervensi:

    1. Bila jawaban YA hanya I (satu):

    a.

    Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola AsuhYang

    Mendukung Perkembangan Anak.

    b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke RumahSakit yang

    memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

    2. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih :

    a. Rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

    b. Rujukan harus disertal informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosionalyang

    ditemukan.

    D. Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah.

    Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dm1 adanya autis pada anak umur 18 bulansampai 36bulan.

    Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari

    ibu/pengasuh atau ada kecurigaan. Keluhan tersebut dapat berupa salahsatu atau Iebih keadaan di

    bawah ini:

    1. keterlambatan berbicara .

    2. gangguan komunikasi interaksi sosial

    3. perilaku yang berulang-ulang

    Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in Toddlers).CHATIni ada 2jenis pertanyaan, yatu:

    1. Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Pertanyaan diajukan secara

    berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orangtua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.

    2. Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT.

    Cara menggunakan CHAT.

    1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tetulis pada

    CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.

    2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada CHAT

    3.

    Catat jawaban orang tua pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak,YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

  • 7/17/2019 ddtk

    36/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 36

  • 7/17/2019 ddtk

    37/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 37

    Interpretasi:

    1. Risiko tinggi menderita autis: bila jawaban Tidak pada pertanyaan A5, A7, B2, B3, dan B4.

    2. Risiko rendah menderita autis: bila jawaban Tidak pada pertanyaan A7 dan B4

    3. Kemungkinan gangguan perkembangan lain: bila jawaban Tidak jumlahnya 3 atau lebih

    untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9; B1; B5.

    4. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2 dan 3.

    Intervensi:

    Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, Rujukke Rumah

    Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

    E. Deteksi Dlni Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)Pada Anak

    Prasekolah.

    Tujannya adalah untuk mengetahul secara dini anak adanya Gangguan PemusatanPerhatian dan

    Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.

    Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila adakeluhan dan

    orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan. Keluhan tersebut dapatberupa salah satu atau lebih

    keadaan di bawah ni:

    1. Anak tidak bisa duduk tenang

    2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah

    3. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive

    Alat yang digunakanadalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian

    danHiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated Conners Ratting Scale)

    Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuhanak /guru TK dan

    pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.

    Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:

    1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yangtertulis pada

    formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anakuntuk tidak ragu-ragu

    atau takut menjawab.

    2.

    Lakukan pengamatan kemampuan anak sesual dengan pertanyaan pada formulirdeteksi diniGPPH

    3. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada, missal ketika di

    rumah, sekolah, pasar, toko, dli); setiap saat dan ketika anak dengan siapasaja.

    4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan.

    5. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

  • 7/17/2019 ddtk

    38/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 38

    Interpretasi:

    1. Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilaii berikut ini danjumlahkan

    nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total

    a. Nilal O: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.

    b. Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.

    c. Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.

    d.

    Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.

  • 7/17/2019 ddtk

    39/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 39

    2. Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

    Intervensi:

    1. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang memilikifasilitas

    kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan lebih lanjut.

    2. Bila nilai total kurang dan 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang 1bulan

    kemudian.

    3. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak(orang tua, pengasuh, nenek,

    guru, dsb).

  • 7/17/2019 ddtk

    40/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 40

    INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI

    PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK

    INTERVENSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN ANAK

    Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang

    perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya.penyimpangan

    perkembangan bias terjadi pada salah satu atau Iebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak

    kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak.

    Intervensi perkembangan.

    Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:

    1. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai dengan yang

    seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan

    seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban YA = 7 atau 8, lakukan intervensi sebagai berikut: a. Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dan umur anak misalnya: Menurut

    KPSP, anak umur 12 bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9-

    12 bulan atau yang lebih muda (bukan kelompok umur stimulasi 12-15 bulan). Karena

    kemampuan berdiri merupakan gerak kasar, maka lihat kotak Kemampuan Gerak Kasar.

    b. Ajari orang tua cara melakukan intervensi sesuai dengan masalah/penyimpangan yang

    ditemukan pada anak tersebut, misalnya, anak mempunyal penyimpangan gerak kasar,

    maka yang diintervensi adalah gerak kasamya.

    c. Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak seseringmungkin,

    penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain dengananak agar la

    tidak bosan.d. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap han sekitar 3-4 jam, setama

    2minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah.Bita

    anak menolak atau rewel, intervens dihentikan dahulu, dilanjutkan apabifa anaksudah

    dapat diintervensi tagi.

    e. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian untuk

    dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada kemajuan/perkembanganatau

    tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai denganumur skrining

    yang terdekat.

    2. Bila seorang anak mempunyal masalah/penyimpangan perkembangan, sedangkan umur anak

    saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka lakukan intervensi perkembangan sesualdengan masalah yang ada sebagai berikut:

    a. Misalnya: anak umur 19 bulan belum bisa menyebut ayah ibunya dengan panggilan

    seperti papa mama artinya ada penyimpangan kemampuan bahasa dan bicara. Lihat

    kelompok umur stimulasi yang Iebih muda, pilihkotak Kemampuan Bicara dan Bahasa

    yang memuat cara melatih anak supayabisa menyebut kata-kata papa, mama, yaitu

    pada kelompok umur stimulasi 3-6bulan.

    b. Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang Iebih muda pada

    contoh di atas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tetap diberikan.

    c. Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak sebagaimana

    yangdianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.

  • 7/17/2019 ddtk

    41/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 41

    d. Ben petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak seseringmungkin,

    penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermaindengananak agar a

    tidak bosan.

    e. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap han sekitar 3-4 jam, selama

    2minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah.Bila

    anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabita anak sudah

    dapat diintervensi lagi.

    f. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian

    untukdilakukan evaluasi hash intervensi dan melihat apakah ada

    kemajuan/perkembanganatau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang

    sesuai denganumur skrining yang terdekat.

    Evaluasi intervensi perkembangan.

    Setelah orang tua dan keluarga melakukan tindakan intervensi perkembangan secaransif di rumah

    selama 2 (dua) minggu, maka anak perlu dievaluasi apakah ada kemajuan/perkembangan atau tidak.

    Cara melakukan evaluasi hasil intervensi perkembangan adalah:

    Apabila umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining,maka lalukan evaluasi hasil intervensi dengan

    menggunakan formulirKPSP sesuai dengan umur anak.

    1. Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining, maka lakukan evaluasi hasil

    intervensi dengan menggunakan formulir KPSP untuk umur yang lebih muda, paling dekat

    dengan umur anak, misalnya anak umur 35 buJan lewat 20 han, gunakan KPSP untuk umur 30

    buJan.

    2. Bila hash evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban YA 9 atau 10, artinya

    perkembangan anak sesuai dengan umur tersebut, Ianjutkan dengan skrining perkembangan

    sesuai dengan umurnya sekarang. Misalnya: umur 35 buJan lewat 20 han, KPSP umur 36 buJan.3. Bila hasil evaluasi intervensi jawaban YA tetap 7 atau 8, kerjakan langkah-Iangkahberikut:

    Teliti kembali apakah ada masalah dengan:

    a. Intensitas intervensi perkembangan yang dilakukan di rumah, apakah sudahdilakukan secara

    intensif?

    b. Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi, apakah sudahdilakukan secara tepat

    dan benar?

    c. Cara memberikan intervensi, apakah sudah sesuai dengan petunjuk dan nasihattenaga

    kesehatan?

    d. Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti, apakah ada masalah gizi ? penyakit pada anak ?

    kelainan organ-organ terkait?4. Bila ditemukan salah satu atau Iebih masalah di atas:

    a. Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai pedoman/standar

    tatalaksana kasus yang ada di tingkat pelayanan dasar seperti Manajemen Terpadu Balita

    Sakit (MTBS), tatalaksana gizi buruk, dan sebagainya.

    b. Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang tepat, atau tidak sesuai dengan petunjuk

    tenaga kesehatan, sekali lagi, ajari orang tua dan keluarga cara melakukan intervensi

    perkembangan yang intensif yang tepat dan benar. Bila perlu dampingi orang tua/keluarga

    ketika melakukan intervensi pada anaknya.

    5. Kemudian lakukan evaluasi hash intervensi yang ke-2 dengan cara yang sama :

  • 7/17/2019 ddtk

    42/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 42

    a. Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan, berilah pujian kepada orang tua dan

    anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk terus melakukanintervensi di rumah dan

    kontrol kembali pada jadwal umur skrining berikutnya.

    b. Bila kemampuan perkembangan tidak ada kemajuan berarti ada

    penyimpanganperkembangan anak (P), dan anak perlu segera dirujuk ke rumah sakit

    yangmemiliki tenaga dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, rehabilitasi medik,psikolog dan

    ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan sebagainya).

    RUJUKAN DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN ANAK

    Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangan meskipun

    sudah dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang anak dilakukan

    secara berjenjang, sebagai berikut:

    1. Tingkat keluarga dan masyarakat.

    Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkaruntuk

    membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya atau Rumah Sakit. Orang

    tua/ keluarga perlu diingatkan agar membawa catatan pemantauan tumbuh kembang yang ada didalam Buku KIA.

    2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya.

    a. Pada rujukan dini, bidan dan perawat di Posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskeling,

    melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan

    yang terdapat pada buku pedoman.

    b. Bila kasus penyimpangan tersebut temyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan

    rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan, perawat, nutrisionisdan tenaga kesehatan

    terlatih lainnya).

    3. Tingkat Rumah Sakit rujukan.

    Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani di tingkat Puskesmas atau memerlukantindakan yang khusus maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten (tingkat rujukan primer)

    yang mempunyai fasilitas kilnik tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi

    serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic

    Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh

    kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwakesehatan mata,

    THT, rehabilitasi medik, ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan sebagainya), ahli gizi dan

    psikolog.

  • 7/17/2019 ddtk

    43/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 43

    Lampiran 1.

    Berikut ini contoh tindakan intervensi perkembangan yang dilakukan pada beberapa anak dengan

    masalah perkembangan :

  • 7/17/2019 ddtk

    44/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 44

    Lampiran 2.

  • 7/17/2019 ddtk

    45/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 45

    Lampiran 3

  • 7/17/2019 ddtk

    46/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 46

  • 7/17/2019 ddtk

    47/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 47

  • 7/17/2019 ddtk

    48/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 48

  • 7/17/2019 ddtk

    49/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 49

  • 7/17/2019 ddtk

    50/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 50

  • 7/17/2019 ddtk

    51/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 51

  • 7/17/2019 ddtk

    52/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 52

  • 7/17/2019 ddtk

    53/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 53

  • 7/17/2019 ddtk

    54/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 54

  • 7/17/2019 ddtk

    55/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 55

  • 7/17/2019 ddtk

    56/57

    H. MARSUKI. POLTEKKES MAKASSAR 2014 56

  • 7/17/2019 ddtk

    57/57

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang

    standar antropometri penilaian status gizi anak, Dirjen Bina Gizi da Kesehatan Ibu dan Anak,

    Direktorat Bina Gizi, 2011

    2. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat

    Pelayanan Kesehatan Dasar, Dinas Kesehatan Prop. Sulse, Program Peningkatan Kesehatan Anak,

    2006

    3. Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI, Dirjen Binkesmas, Direktorat Gizi

    Masyarakat, 2005