DDST & DDTK
-
Upload
brandy-gates -
Category
Documents
-
view
845 -
download
42
description
Transcript of DDST & DDTK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari beberapa pelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat
mengidentifikasikan 85-100% bayi dan anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST
abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun kemudian.
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
mempunyai dampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ atau individu. Untuk pencapaian tumbuh kembang yang optimal
tergantung pada potensi biologisnya. Selain itu untuk mengetahui apakah pertumbuhan dan
perkembangn anak dapat berjalan secara optimal bisa dilakukan penilaian tumbuh
kembang.
Pada masa kanak-kanak merupakan fase yang sangat penting bagi perkembangan
anak. Bila terdapat keterlambatan yang tidak diketahui sejak awal, maka perkembangan
anak akan terganggu hingga dewasa nanti.
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui
penyakit–penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak.
Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun
pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat
berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya, banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa
tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula
bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat
menghambat pemulihannya, bahkan pada kasus–kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat
yang permanen.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi DDST?
1.2.2 Apa manfaat DDST?
1.2.3 Bagaimana perkembangan DDST?
1
1.2.4 Bagaimana cara pemeriksaan DDST?
1.2.5 Apa pengertian DDTK?
1.2.6 Apa jenis Pemeriksaan DDTK?
1.2.7 Apa saja alat yang diperlukan untuk pemeriksaan DDTK?
1.2.8 Bagaimana prosedur DDTK?
1.2.9 Apa saja instrument untuk DDTK?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui definisi DDST
1.3.2 Mengetahui manfaat DDST
1.3.3 Mengetahui perkembangan DDST
1.3.4 Mengetahui cara pemeriksaan DDST
1.3.5 Mengetahui pengertian DDTK
1.3.6 Mengetahui jenis Pemeriksaan DDTK
1.3.7 Mengetahui alat yang diperlukan untuk pemeriksaan DDTK
1.3.8 Mengetahui prosedur DDTK
1.3.9 Mengetahui instrument untuk DDTK
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep DDST
2.1.1 Pengertian DDST
DDST (Denver Devplopmant Screening Test) adalah salah satu dari metode
screening terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnosa atau test
IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang
Baik. Test ini dikembangkan pada 6 tahun pertama kehidupan anak, dengan penekanan
pada 2 tahun pertama mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan
validitas yang baik.
“Denver scale” adalah test screening untuk masalah kognitif dan perilaku pada anak
pra sekolah. Test ini dikembangkan wlliam K. Frankenburg (yang mengenalkan pertama
kali) dan J.B.Doods pada tahun 1967. DDST dipublikasikan oleh Denver Developmental
Material, Inc., di Denver, Colorado. DDST merefleksikan persentase kelompok anak usia
tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Test ini dapat dilakukan
oleh dokter spesialis, tenaga profesional kesehatan lainnya, atau tenaga professional
kesehatan dalam layanan social. Dalam perkembangan lainnya DDST mengalami beberapa
kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standarisasi
dari DDST dan DDST-R (revised denver developmental screening test). Perbedaaan
denver II dengan screening terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interprestasi dan
rujukan.
Pembahasan mengenai DDST dalam sejarahnya tidak terlepas dari denver
developmental material. Denver developmental material bermanfaat bagi petugas
kesehatan yang memberi perawatan langsung pada anak. Dengan prosedur yang sederhana
dan cepat, metoda ini dapat digunakan oleh tenaga professional maupun paraprofessional.
Prosedur tersebut dirancang untuk perkembangan anak yang optimal sejak lahir hingga
usia 6 tahun melalui panduan dan identifikasi yang memerlukan evaluasi tambahan. Materi
pokok, yakni PDQ II, apparent answered questionnaire, dan the denver II, merupakan
program surveilans perkembangan yang tepat untuk situasi ketika waktu yang tersedia
sempit.
3
2.1.2 Manfaat DDST
Penyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit dideteksi
dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan
dalam mendeteksi perkembangan anak usia dini.
Menurut study yang dilakukan oleh The public health agency of Canada, DDST
adalah metode test yang paling banyak digunakan untuk masalah perkembangan anak.
Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain :
1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya
2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukan gejala kemungkinan
adanya kelainan perkembangan
4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan
5. Memantau anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan.
2.1.3 Perkembangan Menurut DDST II
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih,
1997).
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development
Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R).
Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini
bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.
1. Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai :
a. Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya.
4
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat.
c. Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap
suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
d. Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
2. Cara menghitung usia anak
Telah disebutkan di awal bahwa penerapan DDST ditunjukan untuk menilai
perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan
test ini, terlebih dahulu kita harus mengetahui usia anak tersebut. Untuk
menghitung usia anak, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut
a. Tulis tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakan test
b. Kurangi dengan cara bersusun tanggal, bulan, dan tahun kelahiran anak
c. Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai
dari angka bulan didepannya
d. Hasilnya adalah usia anak dalam tahun,bulan, dan hari
e. Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu
f. Jika pada saat pemeriksaan usia anak dibawah 2 tahun, anak lahir kurang
dari 2 minggu atau lebih dari HPL, lakukan penyesuaian prematuritas
dengan cara mengurangi umur anak dengan jumlah minggu tersebut
Contoh :
Rumus menghitung umur anak (pelaksanaan tugas)
Rumus : umur = tanggal pada waktu test dikurangi tanggal lahir
Tanggal test : 1990 3 13
Tanggal lahir : 1989 1 5
Umur : 1 2 8
3. Alat yang digunakan
a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan,
peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/
kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna
(tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
5
b. Lembar formulir DDST II
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes
dan cara penilaiannya.
4. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
a. Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
b. Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
5. Pelaksanaan test
Penting untuk anak :
Dibutuhkan kerjasama yang aktif dan anak sehingga anak harus merasa
aman dan senang
Anak tidak sedang sakit
Anak tidak ngantuk, lapar,huas, sedang marah, rewel
Ruangan cukup luas, cukup ventilasi dan kesan menyenangkan bagi anak
Ajak anak bermain
Penting untuk orang tua
Diberitahu bahwa ini bukan test IQ
Beritahu tujuan test
Beritahu ortu bahwa pemeriksaan tidak mengharapkan anak dapat
melakukan semua tugas yang diberikan kepada anak
Penting untuk pelaksana test
a. Item-item test sebaiknya disajikan secara fleksibel. Akan tetapi lebih
dianjurkan mengukuti petunjuk berikut :
Item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya didahulukan,
misalnya sektor personal-sosial, baru kemudian dilanjutkan dengan
sector motorik halus-adaptif
6
Item yang lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada anak jika ia
dapat menyelesaikan tugas dengan baik, juga saat ini mampu
menyelesaikan tetapi kurang tepat. Ini ditunjukan agar anak tidak segan
untuk menjalani test berikutnya
Item dengan alat yang sama sebaiknya dilakukan secara berurutan agar
penggunaan watu agar lebih efesien
Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang diletakan diatas meja
Pelaksanaan test untuk semua sector dimulai dari item yang terletak di
sebelah kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke item di sebelah kanan garis
umur
b. Jumlah item yang dinilai tergantung pada lama waktu tersedia, yang
terpenting pelaksanaanya mengacu pada tujuan test, yaitu mengidentifikasi
perkembangan anak dan menentukan kemampuan anak yang relatif lebih
tinggi
6. Cara pengukuran :
a. Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan
b. Tarik garik pada lembar DDST II sesuai dengtanumur yang telah ditentukan
c. Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang
ada milai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal social
d. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan dan abnormal
e. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk
satu tahun.
f. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
g. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal
tugas perkembangan pada formulir DDST.
h. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F.
i. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,
Meragukan dan tidak dapat dites.
Abnormal
Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
7
Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia
Meragukan
Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
j. Pada anak-anak yang lahir prematur,usia disesuaikan hanya sampai anak
usia 2 tahun
7. Cara penilaian
Cara melakukan penilaian DDST, peneliti menentukan usia anak, kemudian
menarik garis usia pada lembar DDST sesuai dengan usia anak. Dilakukan tes
pada keempat sektor yang dimulai dari item pada sebelah kiri garis usia,
kemudian mulai dilakukan pemeriksaan pada keempat sektor yaitu personal
sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.
Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P), gagal
tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah melampaui
batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan kesempatan tugas atau
anak menolak melakukan tugas (No opportunity = NO). Setelah itu dihitung
pada masing-masing sector, berapa yang P, F, dan D.
8. Penilaian test prilaku
Penilaian prilaku dilakukan setelah test selesai. Dengan mengguanakan skala
pada lembar test, penilaian ini dapat membandingkan prilaku anak selama test
dengan prilaku sebelumnya. Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau
pengasuh apakah prilaku anak selama test dengan prilaku sebelumnya, kita boleh
menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakag prilaku anak sehari-hari
sama dengan prilakunya saat itu, terkadang anak tengah dalam kondisi, sakit,
8
atau marah sewaktu menjalani tersebut. Jika demikian test dapat ditunda dan
dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.
9. Pemberian nilai untuk setiap itemnya
a. L =lulus /lewat (P= pass). Anak dapat melalkukan item dengan baik atau
baik atau orang tua / pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak
dapat menyelesaikan item tersebut (item tertanda L)
b. G= gagal (F=fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang
tua / pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat
melakukan item tersebut (khusus yang bertanda L)
c. M = menolak (R=refusal). Anak menolak atau melakukan test untuk item
tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa
yang harus dilakukanya (khususnya item tanpa tanda L )
d. Tak = tak ada kesempatan (NO opportunity). Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan item kerena ada hambatan (khusus item yang
bertanda L)
10. Penilaian Peritem
a. Penilaian item “Lebih” (advance) nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam
penilaian test secara keseluruhan (karena biasanya hanya dapat dilakukan
oleh anak yang lebih tua )
b. Penilaian item “OK“ atau normal. Nilai tidak perlu di perhatikan dalam
penilaian test secara keseluruhan. Nilai OK dapat diberikan pada anak dalam
kondisi berikut
Anak “gagal” (G) atua “menolak” (M) melakukan tugas untuk item
disebelah kanan garis usia, kondisis ini wajar karena item disebelah
kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang lebih
tua.
Anak “Lulus” / Lewat (L), “Gagal” (G) atau “Menolak” (M)
melakukantugas untuk item didaerah putih kotak (daerah 25 %-75%).
Jika anak lulus, sudah tentu hal ini dianggap normal
c. Penilaian item P = peringkatan (C=caution)
Nilai “Peringatan” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M)
melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada daerah gelap
kotak (daerah 75% - 90%). Hal ini karena hasil riset menunjukkan bahwa
sebanyak 75% - 90% anak di usia tersebut sudah berhasil (Lulus) melakukan
9
tugas tersebut. Dengan kata lain, mayoritas anak sudah bisa melaksanakan
tugas dengan baik
d. Penilaian item T= “Terlambar” (D = Delayed).
Nilai “Terlambat” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M)
melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut
memang ditujukan untuk anak yang lebih muda. Seorang akan seharusnya
mampu melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda, yang
tentunya berupa tugas-tugas yang lebih ringan. Jika, tugas untuk anak yang
leblih muda tidak dapat dilakukan atau ditolak, anak tentu akan
mendapatkanpenilaian T (terlambat). Huruf T ditulis di sebelah kanan item
dengan hasil penilaian “Terlambar”. Perlu diperhatikan bahwa ada dua
macam T. Pertama, terlambat karena anak mengalami kegagalan (G). T jenis
ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Suspek”.
Kedua, terlambat karena anak menolak melaksanakan tugas (M). T jenis ini
memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Tak dapat diuji”
e. Penilaian item “Tak ada kesempatan” (No Opportunity). Nilai “Tak” ini tidak
perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai “Tak ada
kesempatan” diberikan jika anak mendapat skor “Tak” atau tidak ada
kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes
10
2.1.4 Test Skrining Perkembangan Dari Denver
1. Usahakan anak tersenyum dengan memberikan senyum, berbicara atau
memberikan isyarat, jangan sentuh anak
2. Anak harus melihat tangan beberapa detik
3. Orang tua dapat membantu mengajari menyikat gigi dan menaruh pasta gigi
diatas sikat
4. Anak tidak diharapkan mampu mengikat sepatu atau mengancingkan/resleting
dibelakang
5. Gerakan benang perlahan dalam bentuk suatu lengkungan dari satu sisi ke sisi
yang lain
6. Lulus jika anak mencoba melihat terus dimana benang menyilang, benang
harus dilepaskan dengan cepat dari tangan pemeriksa
7. Lulus jika anak mengambil kismis dengan bagian ibu jari dan jari
8. Menggaris dapat bervariasi hanya 30 derajat
9. Buat kepalan dengan ibu jari yang menunjuk ke atas dan goyangkan hanya ibu
jari, lulus jika anak menirukan dan tidak menggerakan semua jari lain selain
ibu jari
11
10. Lulus bila menggambar selain bentuk tertutup, gagal dalam pergerakan yang
terus menerus
11. garis mana yang lebih panjang ?(bukan lebih besar). Putar kertas terbaik dan
ulangi (lulus 3 dari 3 atau 5 dari 6)
12. lulus bila garis yang bersilang dekat dengan titik tengah
13. biarkan anak meniru dahulu, dan jika gagal perlihatkan
14. dalam memberikan nilai, setiap pasangan (2 lengan, 2 tungkai dll) dihitung
sebagai satu bagian
15. tempatkan satu kubus dalam gelas dan goyangkan perlahan dekat telinga anak,
tetapi jangan terlihat ulangi dengan telinga lain
16. tunjuk gambar dan minta anak menyebutkannya
17. dengan menggunakan boneka beritahu anak, tunjukan pada saya hidung,
mata,telinga, mulut, tangan, kaki, perut, rambut,
18. dengan menggunakan gambar, tanya kepada anak, yang mana yang terbang ?
berbunyi meong ? berbicara ?
19. tanyakan kepada anak apa yang kamu lakukan jika kamu sedang kedinginan
20. lulus jika anak secara benar menempatkan dan mengatakan beberapa bnyak
balok pada kertas
Observasi :
Suatu garis digambar dari atas sampai bawah berdasarkan usia anak, pemeriksa
harus menguji masing-masing tonggak yang disilang dengan garis ini. Setiap
tongak mempunyai potongan yang menunjukan presentase populasi “standar” yang
harus mampu melakukan tugas ini. Kegagalan dalam melakukan suatu hal yang
dilalui oleh 90 % anak-anak adalah signifikan, dua kegagalan dari empat hal utama
menunjukan keterlambatan perkembangan, haruslah diketahui bahwa test ini
merupakan alat skrening untuk keterlambatan perkembangan, tetapi bukan test
“intelegensia”
Fungsional anak saat ini memberikan pengertian kedalam karakteristik anak
sekarang. Perkembangan bahasa, motorik, dan sosial anak dan kematangannya
direfleksikan dalam tingkah lakunya sekarang. Tanyakan pertanyaan “ bagaimana
anda melukiskan sifat anak anda sebagai pribadi ?
12
2.2 Konsep DDTK
2.2.1 Pengertian DDTK
Deteksi Dini Tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Deteksi Dini
Perkembangan adalah kegiatan/pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan anak normal
atau ada penyimpangan.
2.2.2 Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
b. Deteksi dini perkembangan
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
2.2.3 Alat Yang Diperlukan
a. Lembar formulir DDTK
b. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan test
dan penilaian.
2.2.4 Prosedur DDTK
a. Tahap Pertama
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
1. 3 – 6 bulan
2. 9 – 12 bulan
3. 18 – 24 bulan
4. 3 tahun
5. 4 tahun
6. 5 tahun
b. Tahap Kedua
Dilakukan pada anak yang dicurigai adanya hambatan perkembangan
kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik lengkap.
2.2.5 Instrumen Tumbuh Kembang Anak
1. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
1. Jadwal : 3, 6, 9....24, 30....72 bulan
2. Pelaksana : Tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih.
3. Alat / Instrumen : Formulir, Alat Bantu
4. Cara :
a) Tentukan umur
b) Pilih formulir sesuai umur bayi
13
c) Beritahukan pada ibu agar tidak ragu–ragu dalam menjawab
pertanyaan
5. Interpretasi :
a) Hitung berapa jumlah jawaban “YA”
b) Jawaban “TIDAK” Perlu dirinci
6. Intervensi :
a) S (YA = 9 – 10)
b) M (YA = 7 – 8)
c) P (YA = < 6)
2. Tes Daya Dengar (TDD)
1. Tujuan : Menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera
ditindak lanjuti untuk tingkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
2. Jadwal :
a) Tiap 3 bulan pada bayi umur < 12 bulan
b) Tiap 6 bulan umur 12 bulan ke atas
3. Pelaksana :
a) Tenaga Kesehatan
b) Guru TK
c) PADU (Pusat Pendidikan Anak Dini Usia)
d) Petugas Terlatih
4. Cara :
a) Tentukan Umur
b) Pilih formulir yang sesuai
c) Anak < 24 bulan ditanyakan pada orang tua jika jawaban “YA” bila
bisa melakukan 1 bulan terakhir, jawaban “TIDAK” bila anak tidak
bisa melakukan 1 bulan terakhir.
d) Anak > 24 bulan pertanyaan yang ditujukan pada orang tua untuk
dikerjakan anak
5. Interpretasi : Mengalami kemungkinan gangguan pendengaran (ada 1 atau
> jawaban tidak) cacat
6. Intervensi : Tindak lanjut sesuai buku paduan, rujuk ke RS bila tidak dapat
ditanggulangi.
14
3. Tes Daya Lihat (TDL)
1. Tujuan : Deteksi dini kelainan daya lihat agar dapat segera ditanggulangi
sehingga kesempatan memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih.
2. Jadwal : Tiap 6 bulan (3 – 6 tahun)
3. Pelaksana :
a) Tenaga Kesehatan
b) Guru TK
c) PADU
d) Petugas Terlatih
4. Alat :
a) Ruangan yang bersih
b) 2 kursi
c) Poster “E”
d) Alat penunjuk
5. Cara :
a) Pilih ruangan bersih, tenang, penyinaran baik
b) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak
c) Letakkan kursi sejauh 3 meter
d) Letakkan kursi untuk pemeriksa
e) Tunjukkan huruf “E” yang ada di poster, perintahkan anak untuk
mengarahkan kartu “E” yang dipegangnya sesuai dengan kartu “E”
yang ada pada poster.
f) Tutup mata bergantian
g) Beri pujian
h) Tulis baris “E” terkecil yang bisa dilihat
6. Interpretasi : Kemungkinan mengalami gangguan penglihatan bila tidak
bisa melihat baris ke 3 pada kartu “E”
7. Intervensi : Minta anak datang lagi. Bila tetap rujuk
4. KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
1. Tujuan : Deteksi dini penyimpangan masalah mental emosional pada anak
pra sekolah
2. Jadwal : Tiap 6 bulan pada anak umur 36 – 72 bulan
3. Alat : KMME
4. Cara :
15
a) Tanyakan secara jelas, satu persatu pada orang tua
b) Catat jumlah jawaban “YA”
5. Interpretasi : Bila ada jawaban “YA” → kemungkinan +
6. Intervensi :
a) Bila ada jawaban “YA” beri konseling pada orang tua dengan buku
pedoman pola asuh anak yang mendukung perkembangan. Lakukan
evaluasi 3 bulan → tetap → rujuk.
b) Bila jawaban “YA” 2 / > → rujuk
5. CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
1. Tujuan : Deteksi dini autis pada anak umur 18 – 36 bulan
2. Jadwal : Atas indikasi ada keluhan dari orang tua/pengasuh/guru TK
mengenai :
a) Keterlambatan bicara
b) Gangguan komunikasi / interaksi sosial
c) Perilaku berulang–ulang
3. Alat : CHAT CARDS
4. Cara :
a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, dan jelas pada orang tua
b) Lakukan pengamatan kemampuan anak
c) Catat
5. Interpretasi :
a) Resiko tinggi menderita autis → tidak pada A3, A7, B2, B3, B4
b) Resiko rendah menderita autis → tidak A7 dan B4
c) Kemungkinan gangguan pendengaran → “TIDAK” jumlahnya 3 pada
A1 – A4, A6, A8, A9, B1, B5
d) Anak dalam batas normal, bila tidak dalam kategori 1, 2, 3
6. Intervensi : Bila anak resiko menderita autis dan kemungkinan ada
gangguan perkembangan → rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa / tumbuh kembang anak
6. GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)
1. Tujuan : Deteksi Dini anak adanya gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas
16
2. Jadwal : Atas indikasi ada keluhan dari orang tua / pengasuh / guru TK
mengenai :
a) Anak tidak bisa duduk tenang
b) Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c) Perubahan suasana hati yang mendadak / impulsif
3. Alat : Formulir GPPH
4. Cara :
a) Ajukan pertanyaan
b) Lakukan pengamatan
c) Keadaan diamati pada anak dimanapun dia berada
d) Catat
5. Interpretasi : Beri nilai
a) 0 → tidak ditemukan
b) 1 → kadang – kadang
c) 2 → sering ditemukan
d) 3 → selalu ada
6. Intervensi : Bila total 13 → uji ulang 1 bulan lagi. Anak dengan GPPH →
perlu dirujuk ke RS
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DDST (Denver Devplopmant Screening Test) adalah salah satu dari metode
screening terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnosa atau test
IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang
Baik. Test ini mudah dan cepat (15-20menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas
yang baik.
“Denver scale” adalah test screening untuk masalah kognitif dan perilaku pada anak
pra sekolah. Test ini dikembangkan wlliam K. Frankenburg (yang mengenalkan pertama
kali) dan J.B.Doods pada tahun 1967. DDST dipublikasikan oleh Denver Developmental
Material, Inc., di Denver, Colorado. DDST merefleksikan persentase kelompok anak usia
tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Test ini dapat dilakukan
oleh dokter spesialis, tenaga profesional kesehatan lainnya, atau tenaga professional
kesehatan dalam layanan social. Dalam perkembangan lainnya DDST mengalami beberapa
kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standarisasi
dari DDST dan DDST-R (revised denver developmental screening test). Perbedaaan
denver II dengan screening terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interprestasi dan
rujukan.
Deteksi Dini Tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Deteksi Dini
Perkembangan adalah kegiatan/pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan anak normal
atau ada penyimpangan.
3.2 Saran
Menggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa tentang masalah – masalah dan cara melakukan penilaian DDST
dan DDTK anak.
18