Data Kesesuaian Lahan Fix

25
DATA KESESUAIAN LAHAN 4.1 Kesesuaian Lahan Potensial Persyarata n kesesuaian lahan Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Komoditas Pinus Pinus Jagung Pinus Kopi Kopi Kubis Cabai Temperatur rata-rata ( o C) S2 S2 S1 S2 S1 S1 S1 S1 Ketinggian tempat 1210 1212 1227 1240 1240 (S1) 1220 (S1) 1224 - Permeabili tas Sedang Sedang Agak cepat Cepat Sedang Sedang Sedang Sedang Drainase (oa) S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 Media perakaran (rc) Sedang Kasar Sedang Halus sedang Sedang Halus Halus sedang (S2) Halus sedang Tekstur (rc) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 Kedalaman tanah (rc) 110 130 S1 150 S1 S1 S1 S1 Bahaya erosi (ch) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 Lereng (eh) S2 S3 S3 S3 S3 S3 S2 S3 Bahaya banjir (fh) S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 pH S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 Kelas kesesuaian lahan S2 eh S3 eh S3 eh S3 eh S3 eh S3 eh S3 eh S3 eh

description

nnbbj

Transcript of Data Kesesuaian Lahan Fix

DATA KESESUAIAN LAHAN4.1 Kesesuaian Lahan PotensialPersyaratan kesesuaian lahanTitik 1Titik 2Titik 3Titik 4Titik 5Titik 6Titik 7Titik 8

KomoditasPinusPinusJagungPinusKopiKopiKubisCabai

Temperatur rata-rata (oC)S2S2S1S2S1S1S1S1

Ketinggian tempat12101212122712401240 (S1)1220 (S1)1224-

PermeabilitasSedangSedangAgak cepatCepatSedangSedangSedangSedang

Drainase (oa)S1S1S1S2S1S1S1S1

Media perakaran (rc)SedangKasarSedangHalus sedangSedangHalusHalus sedang(S2)Halus sedang

Tekstur (rc)S1S1S1S1S1S1S1S1

Kedalaman tanah (rc)110130S1150S1S1S1S1

Bahaya erosi (ch)S1S1S1S1S1S1S1S2

Lereng (eh)S2S3S3S3S3S3S2S3

Bahaya banjir (fh)S1S1S2S1S1S1S1S1

pHS1S1S1S1S1S1S1S1

Kelas kesesuaian lahanS2 ehS3 ehS3 ehS3 ehS3 ehS3 ehS3 ehS3 eh

4.2 Kesesuaian Lahan Aktual dan PotensialPersyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Komoditas

Temperatur rata-rata (tc)S2Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS2

Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan

Permeabilitas

Drainase (oa)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Media perakaran (rc)

Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kedalaman tanah (rc)

Bahaya erosi (ch)S1Tidak perlu upaya perbaikan.S1

Lereng (eh)S3Pembuatan terasiringS2

Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu upaya perbaikanS1

pHS1Tidak perlu upaya perbaikanS1

Kelas kesesuaian lahanS3 ehS2 tc, eh

a. Titik 1

b. Titik 2Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Komoditas

Temperatur rata-rata (tc)S2Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS2

Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan

Permeabilitas

Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan saluran drainaseS1

Media perakaran (rc)

Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kedalaman tanah (rc)

Bahaya erosi (ch)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3

Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu upaya perbaikanS1

pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh

c. Titik 3Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Komoditas

Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan

Permeabilitas

Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan saluran drainaseS1

Media perakaran (rc)

Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kedalaman tanah (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Bahaya erosi (ch)S2Usaha pengurangan laju erosi, penanaman tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS1

Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3

Bahaya banjir (fh)S3Pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air, pembuatan tanggul penahan airS1

pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh

d. Titik 4

Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Komoditas

Temperatur rata-rata (tc)S2Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS2

Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan

Permeabilitas

Drainase (oa)S3Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan saluran drainaseS1

Media perakaran (rc)

Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kedalaman tanah (rc)

Bahaya erosi (ch)S1Tidak perlu upaya perbaikanS1

Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3

Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu upaya perbaikanS1

pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh

e. Titik 5Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Komoditas

Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS1

Ketinggian tempatS1Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS1

Permeabilitas

Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan saluran drainaseS1

Media perakaran (rc)

Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kedalaman tanah (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Bahaya erosi (ch)S2Usaha pengurangan laju erosi, penanaman tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS1

Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3

Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh

f. Titik 6Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Komoditas

Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS1

Ketinggian tempatS1Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS1

Permeabilitas

Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan saluran drainaseS1

Media perakaran (rc)

Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kedalaman tanah (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Bahaya erosi (ch)S2Usaha pengurangan laju erosi, penanaman tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS1

Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3

Bahaya banjir (fh)S2Pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air, pembuatan tanggul penahan airS1

pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh

g. Titik 7Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Komoditas

Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS1

Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan

Permeabilitas

Drainase (oa)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Media perakaran (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kedalaman tanah (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Bahaya erosi (ch)S2Usaha pengurangan laju erosi, penanaman tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS1

Lereng (eh)S3Pembuatan terasiringS2

Bahaya banjir (fh)S1Pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air, pembuatan tanggul penahan airS1

pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kelas kesesuaian lahanS3 ehS2 eh

h. Titik 8Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Komoditas

Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan

Permeabilitas

Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan saluran drainaseS1

Media perakaran (rc)

Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kedalaman tanah (rc)S2Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan tanahS1

Bahaya erosi (ch)S3Usaha pengurangan laju erosi, penanaman tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS2

Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3

Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1

Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh

4.3 Kesesuaian Lahan Rekomendasi Titik 1 (Vegetasi dominan : Pinus)Kondisi titik pengamatan pertama dicirikan dengan dominasi pohon pinus. Kesesuaian lahan aktual pada titik pengamatan yang pertama ialah S3 eh. Faktor pembatas pada titik pengamatan pertama ialah kelerengan. Kelerengan pada titik pengamatan pertama adalah sebesar 30%, kelerengan sebesar itu menyebabkan kelerangan menjadi faktor pembatas pada titik pengamatan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering. Dengan adanya terasering kelerengan pada titik pengamatan dapat diubah yang kemudian berdampak kepada dapat ditingkatkanya kesesuaian lahan potensial. Selain dengan menggunakan terasering, bentuk pengelolaan kelerengan lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan melakukan sistem tanam sejajar dengan garis kontur atau dengan melakukan penanaman tanaman penutup tanah.Tanaman penutup tanah dapat mencegah terjadinya erosi pada lahan tersebut sehingga dengan dilakukanya beberapa perlakuan tersebut diharapkan dapat diperoleh kesesuaian lahan potensial yang meningkat menjadi S2 tc, eh.Titik 2 (Vegetasi dominan : Pinus)Kondisi titik pengamatan kedua dicirikan dengan dominasi pohon pinus. Kesesuaian lahan aktual pada titik pengamatan yang pertama ialah N1 eh. Sama halnya dengan titik pertama faktor pembatas pada titik pengamatan kedua ialah kelerengan. Kelerengan pada titik pengamatan kedua terlalu curam sehingga dapat meningkatkan terjadinya erosi pada lahan tersebut, kelerengan sebesar itu ditambah pula dengan resiko terjadinya erosi menyebabkan kelerangan menjadi faktor pembatas pada titik pengamatan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S2 tc, eh melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.Titik 3 (Vegetasi dominan : Jagung)Kondisi lahan pengamatan pada titik ketiga ditandai dengan adanya dominasi dari tanaman jagung. Sama halnya dengan titik pengamatan pertama dan kedua yang menjadi faktor pembatas pada lahan tersebut ialah kelerengan. Sehingga kesesuaian lahan aktual titik tersebut adalah N1 eh. Kelerengan pada lahan tersebut terlampau curam. Kondisi lahan yang terlalu curam berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya erosi yang jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada lahan akan mengakibatkan terjadinya degradasi pada lahan tersebut. Proses terjadinya degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung oleh adanya erosi dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan atas tanah, lapisan tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur karena seringkali pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan organik. Erosi akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan bahan-bahan organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai degradasi lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam maka dapat ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S3 eh melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.Titik 4 (Vegetasi dominan : Pinus)Kondisi lahan pengamatan pada titik keempat ditandai dengan adanya dominasi dari tanaman pinus. Sama halnya dengan titik pengamatan pertama, kedua, dan ketiga yang menjadi faktor pembatas pada lahan tersebut ialah kelerengan. Sehingga kesesuaian lahan pada lahan tersebut ialah N1 eh. Kelerengan pada lahan tersebut terlampau curam. Kondisi lahan yang terlalu curam berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya erosi yang jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada lahan akan mengakibatkan terjadinya degradasi pada lahan tersebut. Proses terjadinya degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung oleh adanya erosi dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan atas tanah, lapisan tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur karena seringkali pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan organik. Erosi akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan bahan-bahan organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai degradasi lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam maka dapat ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S3 eh melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.Titik 5 (Vegetasi dominan : Kopi)Kondisi titik pengamatan kelima dicirikan dengan dominasi tanaman kopi. Kesesuaian lahan aktual pada titik pengamatan yang pertama ialah N1 eh. Faktor pembatas pada titik pengamatan pertama ialah kelerengan. Kelerengan pada titik pengamatan pertama adalah sebesar 30%, kelerengan sebesar itu menyebabkan kelerangan menjadi faktor pembatas pada titik pengamatan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering. Dengan adanya terasering kelerengan pada titik pengamatan dapat diubah yang kemudian berdampak kepada dapat ditingkatkanya kesesuaian lahan potensial. Selain dengan menggunakan terasering, bentuk pengelolaan kelerengan lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan melakukan sistem tanam sejajar dengan garis kontur atau dengan melakukan penanaman tanaman penutup tanah.Tanaman penutup tanah dapat mencegah terjadinya erosi pada lahan tersebut sehingga dengan dilakukanya beberapa perlakuan tersebut diharapkan dapat diperoleh kesesuaian lahan potensial yang meningkat menjadi S3 eh.Titik 6 (Vegetasi dominan : Kopi)Kondisi lahan pengamatan pada titik keenam ditandai dengan adanya dominasi dari tanaman Kopi. Sama halnya dengan titik pengamatan pertama hingga kelima yang menjadi faktor pembatas pada lahan tersebut ialah kelerengan. Sehingga kesesuaian lahan pada lahan tersebut ialah N1 eh. Kelerengan pada lahan tersebut terlampau curam. Kondisi lahan yang terlalu curam berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya erosi yang jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada lahan akan mengakibatkan terjadinya degradasi pada lahan tersebut. Proses terjadinya degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung oleh adanya erosi dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan atas tanah, lapisan tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur karena seringkali pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan organik. Erosi akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan bahan-bahan organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai degradasi lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam maka dapat ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S3 eh melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.Titik 7 (Vegetasi dominan : Kubis)Kondisi lahan pengamatan pada titik ketujuh ditandai dengan adanya dominasi dari tanaman kubis. Sama halnya dengan titik pengamatan pertama, kedua, dan ketiga yang menjadi faktor pembatas pada lahan tersebut ialah kelerengan. Sehingga kesesuaian lahan pada lahan tersebut ialah N1 eh. Kelerengan pada lahan tersebut terlampau curam. Kondisi lahan yang terlalu curam berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya erosi yang jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada lahan akan mengakibatkan terjadinya degradasi pada lahan tersebut. Proses terjadinya degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung oleh adanya erosi dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan atas tanah, lapisan tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur karena seringkali pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan organik. Erosi akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan bahan-bahan organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai degradasi lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam maka dapat ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S3 eh melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.Titik 8 (Vegetasi dominan : Cabai)Kondisi lahan pengamatan pada titik kedelapan ditandai dengan adanya dominasi dari tanaman cabai. Sama halnya dengan titik pengamatan pertama, kedua, dan ketiga yang menjadi faktor pembatas pada lahan tersebut ialah kelerengan. Sehingga kesesuaian lahan pada lahan tersebut ialah N1 eh. Kelerengan pada lahan tersebut terlampau curam. Kondisi lahan yang terlalu curam berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya erosi yang jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada lahan akan mengakibatkan terjadinya degradasi pada lahan tersebut. Proses terjadinya degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung oleh adanya erosi dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan atas tanah, lapisan tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur karena seringkali pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan organik. Erosi akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan bahan-bahan organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai degradasi lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam maka dapat ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S3 eh melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.