Dasar Teori Boraks

8
1. Bakso Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia . Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka , akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi , bihun , taoge , tahu , terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso sekarang banyak ditawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan dan mal-mal. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng , nasi goreng , atau cap cai (Suharmita. 2014) . Bakso adalah makanan yang terbuat dari daging giling yang dicampur dengan tepung tapioka yang sudah dibulatkan berbentuk bola kecil yang dalam penyajiannya biasanya dilengkapi dengan kuah kaldu berwarna bening, serta dicampur dengan mi bihun, taoge, tahu, dan terkadang dengan telur, serta ditaburi dengan bumbu bawang goreng dan seledri. Bakso yang secara umum dapat ditemukan diseluruh wilayah Indonesia biasanya terbuat dari daging sapi, tetapi tidak tertutup kemungkinan juga bila kadang-kadang bakso terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang (Suharmita. 2014). Bakso adalah jenis makanan yang sangat populer, ditemui mulai dari restoran hingga pedagang keliling. Pernah popularitas bakso merosot lantaran isu penggunaan boraks dan

description

materi

Transcript of Dasar Teori Boraks

Page 1: Dasar Teori Boraks

1.      Bakso

Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan

Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan

tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya,

bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun,

taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan

dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran

besar. Berbagai jenis bakso sekarang banyak ditawarkan dalam bentuk makanan beku yang

dijual di pasar swalayan dan mal-mal. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis

makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai (Suharmita. 2014).

Bakso adalah makanan yang terbuat dari daging giling yang dicampur dengan tepung

tapioka yang sudah dibulatkan berbentuk bola kecil yang dalam penyajiannya biasanya

dilengkapi dengan kuah kaldu berwarna bening, serta dicampur dengan mi bihun, taoge, tahu,

dan terkadang dengan telur, serta ditaburi dengan bumbu bawang goreng dan seledri. Bakso

yang secara umum dapat ditemukan diseluruh wilayah Indonesia biasanya terbuat dari daging

sapi, tetapi tidak tertutup kemungkinan juga bila kadang-kadang bakso terbuat dari daging

ayam, ikan, atau udang (Suharmita. 2014).

Bakso adalah jenis makanan yang sangat populer, ditemui mulai dari restoran hingga

pedagang keliling. Pernah popularitas bakso merosot lantaran isu penggunaan boraks dan

formalin untuk mengawetkan bakso. Bakso dapat dibuat dari berbagai jenis daging, seperti

daging sapi, kerbau atau kelinci. Yang penting tahu rahasia formulasinya agar bakso enak,

kenyal, empuk, bergizi, dan aman dikonsumsi (Pipit. 2005). 

2.      Boraks

2.1 Pengertian Boraks

Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak

merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri

nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet (Khamid,

2006).

Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruh terhadap organ tubuh tergantung

konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu

diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ

lainnya. Dosis fatal boraks antara 0,1 – 0,5 g/kg berat badan (Sitti, 2013).

Page 2: Dasar Teori Boraks

Boraks ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki tekstur makanan

sehingga menghasilkan rupa yang bagus. Bakso mengandung boraks memiliki kekenyalan

khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang

mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama (Anonim, 2013).

Boraks termasuk kelompok mineral borat yang merupakan senyawa kimia alami yang

tersusun dari atom boron (B) yang merupakan logam berat dan oksigen (O). Boraks sudah

lama digunakan oleh masyarakat dan industri kecil dari pangan seperti gendar, kerupuk, mie

dan bakso. Boraks secara lokal dikenal sebagai air bleng, atau cetitet, garam bleng atau pijer.

Boraks sebetulnya sudah dilarang penggunaannya oleh pemerintah sejak juli 1978 dan

diperkuat lagi dengan SK Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/Per/IX/1988 (Winarno,

1994). 

2.2Karakteristik Boraks

Boraks atau Natrium tetraborat memiliki berat molekul 381,37. Rumus molekul

Na2B4O7.10H2O. Pemeriannya berupa hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur

putih; tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein. Pada waktu mekar di udara

kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna putih. Kelarutan boraks yaitu larut

dalam air; mudah larut dalam air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Balai

Besar POM, 2007).

Natrium tetraborat mengandung sejumlah Na2B4O7 yang setara dengan tidak kurang

dari 99,0 % dan tidak lebih dari 105,0 % Na2B4O7.10H2O. Larutan boraks bersifat basa

terhadap fenolftalein, mudah larut dalan air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam

etanol (Balai Besar POM, 2007).

2.3Fungsi Boraks

Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang menghambat

pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya

dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata.

Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik

kayu (Khamid, 2006).

Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida pada boraks.

Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang dikenal sebagai

boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung dan salep luka

kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada bekas luka luas, karena

beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno dan Rahayu, 1994).

Page 3: Dasar Teori Boraks

Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet

makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti

bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk

mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan

memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007)

2.4 Macam-macam Metode Uji Boraks

2.4.1 Uji Kualitatif

Beberapa uji kualitatif untuk boraks, antara lain: reaksi dengan H2SO4 dan metanol

pada abu sampel; reaksi kertas tumerik dan amonia dengan penambahan H2SO4 dan etanol;

dan reaksi H2SO4 pada larutan sampel. Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel

yang telah diabukan dalam tanur akan menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi

dengan asam oksalat dan kurkumin 1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada

larutan abu yang bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah

menjadi hijau tua kehitaman (Balai Besar POM, 2007).

Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan sampel yang bersifat asam. Jika terdapat

Na2B4O7 atau H3BO3, maka kertas berwarna merah akan berubah menjadi hijau biru terang

(Cahyadi, 2006). Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan asam dari sampel menghasilkan

coklat merah intensif ketika kertas mengering, yang berubah menjadi hijau kehitaman jika

diberi larutan amonia; reaksi dengan penambahan H2SO4 dan etanol pada sampel, akan

menghasilkan nyala hijau jika dibakar (Clarke, 2004).

Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada larutan sampel dalam akuades bebas CO2

akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar; dan penambahan phenolftalein ke dalam larutan

sampel dalam akuades bebas CO2 menghasilkan warna merah yang hilang dengan

penambahan 5ml gliserol (British Pharmacopoeia, 1988).

Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel yang telah disentrifugasi akan

menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin

1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam akan

menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau tua kehitaman

( Modifikasi Balai Besar POM, 2007).

2.4.2 Uji Kuantitatif

Beberapa uji kuantitatif untuk boraks, yaitu: metode titrimetri; titrasi asam basa; titrasi

dengan penambahan manitol; dan metode spektrofotometri. Penetapan kadar asam borat

dalam pangan dengan metode titrimetri, yaitu dengan titrasi menggunakan larutan standar

Page 4: Dasar Teori Boraks

NaOH dengan penambahan gliserol akan menghasilkan warna merah muda yang mantap

pada titik akhir titrasi (Helrich, 1990).

Penetapan kadar boraks dalam sampel berdasarkan titrasi asam basa dengan

menggunakan larutan standar HCl (USP, 1990). Penetapan Kadar boraks dalam sampel

dengan penambahan manitol dan indikator phenolftalein dititrasi menggunakan larutan

NaOH menghasilkan larutan merah muda pada titik akhir titrasi (British Pharmacopoeia,

1988). Penetapan kadar boraks dengan spektrofotometri, dengan mengukur serapan dari

destilasi larutan sampel yang diberi larutan kurkumin dan etanol menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 542 nm (Zulharmita, 1995).

Zulharmita A. 1995. Kandungan Boraks pada Makanan Jenis Mie yang Beredar di Kotamadya

Padang : Cermin Dunia Kedokteran. Padang Universitas Andalas.

British Pharmacopoeia. 1988. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London: Medicines and

Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Page 4788

United State Pharmacopeia. 1990. USP 29-NF 24. Rockville.

Helrich, K.C., (ed), 1990, Official Methods of Analysis Association of Official Analytical Chemist

(AOAC) 15th Ed., 780-781, Association of Official Analytical Chemicts Inc, USA.

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Penerbit

Bumi Aksara.

Clarke, E. G. C., Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2004. Clarke’s Analysis of Drugs and

Poisons. London : Pharmaceutical Press.

Balai Besar POM. 2007. Instruksi kerja : Identifikasi Boraks Dalam Makanan. Medan.

Vepriati,N. 2007. Surveilans Bahan Berbahaya pada Makanan di Kabupaten Kulon Progo. Kulon

Progo : Dinkes Kulon Progo.

Winarno F.G, Rahayu TS. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta:

Pustaka Sinar.

Khamid, 1993. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Kompas

Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.

Anonim. 2013. Formalin dan Boraks. (http: //oliveoile. wordpress. com/2008/01/07/formalin-

boraks/). Diakses pada tanggal Diakses 28 Mei 2015

Sitti. 2013. Uji Kandungan Boraks dan Formalin. http:// sittiassambo. blogspot. com/2013/04/uji-

kandungan-boraks-dan-formalin-pada.html. Diakses 28 Mei 2015

Page 5: Dasar Teori Boraks

Pipit. 2005. Makanan Yang Mengandung Formalin. (http://pipit. Wordpress .com/2005/12/30/ciri-

ciri-makanan-yang-mengandung-formalin). Diakses 28 Mei 2015

Suharmita. 2014. Laporan Praktikum Uji Boraks

(http://suharmita-darmin.blogspot.com/2014/09/laporan-praktikum-uji-boraks.html) Diakses

28 Mei 2015