BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Boraks 2.1.1. Pengertian Boraks ...
BAB I-III Formalin &Boraks
-
Upload
reni-respati -
Category
Documents
-
view
174 -
download
5
description
Transcript of BAB I-III Formalin &Boraks
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Maraknya pemberitaan saat ini tentang penyalahgunaan bahan-bahan
kimia berbahaya sebagai bahan tambahan bagi produk makanan minuman yang
tidak sesuai dengan peruntukkannya telah membuat resah masyarakat.
Penggunaan bahan kimia seperti pewarna dan pengawet untuk makanan ataupun
bahan makanan dilakukan oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih
menarik, lebih tahan lama dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga diharapkan
dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dampak
kesehatan yang dirimbulkan dari penggunaan bahan-bahan berbahaya tersebut
sangatlah buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan
yang bersifat akut serta dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogen
merupakan beberapa masalah kesehatan yang akan dihadapi oleh konsumen.
Banyak bahan kimia dan berbagai campuran lain yang digunakan oleh
manusia untuk membuat makanan. Dengan campuran bahan kimia makanan akan
terlihat lebih menarik dan menghasilkan rasa yang lebih enak. Sehingga
masyarakat lebih tertarik untuk membeli dan mengkonsumsinya. Pada awalnya
masyarakat belum menyadari akan bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia
tersebut, akan tetapi jika bahan tersebut dikonsumsi terus-menerus akan
mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat itu sendiri. Kerugian yang
ditimbulkan tidak hanya pada fisiknya tetapi juga pada psikisnya. Apalagi untuk
anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Contoh
konkretnya yaitu terjadinya obesitas, kolesterol tinggi, darah tinggi, dan
sebagainya. Sedangkan dalam psikisnya menimbulkan keterlambatan pola pikir
karena terlalu banyak bahan kimia yang dikonsumsi.
2
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah :
1.2.1 Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan
boraks atau formalin pada pangan yang diproduksinya?
1.2.2 Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau
formalin pada proses pembuatannya?
1.2.3 Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari
boraks atau formalin?
1.2.4 Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
1.2.5 Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk
pangan ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui pengertian boraks dan formalin.
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks
dan formalin pada proses pembuatannya.
1.3.3 Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada
produk pangan.
1.3.4 Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin
dan boraks pada makanan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BORAKS
2.1.1 Pengertian
Boraks atau Bleng (bahasa jawa) adalah campuran garam mineral
konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional,
seperti karak dan gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat,
natrium tetraborat (Na2[B4O5(OH)4]8H2O). Bleng adalah bentuk tidak murni
dari boraks, sementara asam borat murni buatan farmasi industry lebih dikenal
dengan nama boraks.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak
tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari
ladang garam atau kawah lumpur. Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan
boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi sejak 5 Juli 1959, batasnya hanya
1 gram per 1 kilogram, bila lebih, itu ilegal.
Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium
tetraboratedecahydrate merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat
awamuntuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa.
Tampilanfisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks tidak memiliki
bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam
alkohol.Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5,
inimenunjukkan tingkat keasaman boraks cukup tinggi (Bambang, 2008).Asam
borat atau boraks.boric acid merupakan zat pengawet berbahayayang tidak
diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraksadalah senyawa
kimia dengan rumus Na2BO710H2O berbentuk kristal putih,tidak berbau dan
stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium
hidroksida dan asam borat (Syah, 2005). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/IX/1988, asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari
jenis bahan tambahanmakanan yang dilarang digunakan dalam produk
makanan.Karena asam boratdan senyawanya merupakan senyawa kimia yang
4
mempunyai sifatkarsinogen.Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata
masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan,
karena selain berfungsi sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur
bakso dankerupuk hingga lebih kenyal dan lebih disukai konsumen (Mujianto,
2003).Asamborat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga
dengannama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di
JawaTengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Digunakan
/ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai
pengawet (Cahyadi, 2008).
2.1.2 Nama Lain Boraks
a. Sodium Borate
b. Borax Decahydrate
c. Sodium Biborate Decahydrate
d. Disodium Tetraborate Decahydrate
e. Sodium Pyroborate Decahydrate
f. Sodium Tetraborate Decahydrate
g. Boron Sodium Oxide
h. Fused Borax
2.1.3 Kegunaan Boraks yang sebenarnya
Boraks juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, khususnya
industri kertas, gelas, pengawet kayu, keramik, antiseptik dan pembasmi kecoak,
dan mengurangi kesadahan air. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut
dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3) atau yang
lazim kita kenal dengan nama Bleng. Asam borat (H3BO3) merupakan asam
organik lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan
menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks. Asam
borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya,
larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal
sebagai boorwater.
5
Salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata.
Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas,bahan
pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Aminah dan
Himawan, 2009).
2.1.4 Karakteristik Boraks
a. berbentuk kristal putih
b. tidak berbau
c. larut dalam air
d. stabil pada suhu serta tekanan normal
e. Boraks dipasaran terkenal dengan nama pijer, petitet, bleng, gendar dan air
kl.
6
2.1.5 Dampak Negatif Boraks Dalam Makanan
Sudah tidak asing lagi bahwa banyak zat-zat berbahaya yang langsung
dicampur sebagai bahan pembuat makanan, salah satu zat yang sering digunakan
yaitu „Boraks‟ atau „Bleng‟. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks
memang tidak serta berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan
menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara
kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan
gangguan otak, hati, dan ginjal. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan,
namun juga melalui kulit. Boraks akan menganggu enzim-enzim metabolisme.
Ada beberapa ciri Gejala Keracunan Boraks, antara lain sebagai berikut:
a. Keadaan umum: lemah, sianosis, hipotensi
b. Terhirup: iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, dan batuk, efek pada
sistem saraf pusat berupa hiperaktifitas, agitasi dan kejang. Aritmia berupa
atrial fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian dapat terjadi setelah
pemaparan, akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
c. Kontak dengan kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan gejala seperti
orang mabuk, deskuamasi dalam 3-5 hari setelah pemaparan.
d. Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut nadi tidak
beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan penglihatan, sianosis,
kejang dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi pada bayi
dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang
dewasa jarang terjadi.
Dalam jumlah banyak boraks dapat menimbulkan keracunan kronis akibat
tibunan boraks, antara lain:
a. demam
b. anuria (tidak terbentuknya urin)
c. Koma
d. merangsang sistem saraf pusat
e. menimbulkan depresi
f. apatis
g. sianosis
h. tekanan darah turun
7
i. kerusakan ginjal
j. pingsan
k. kematian.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak
sertamerta berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini
akan diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Selain melalui saluran
pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam
tubuh ini akan disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak, dan testes (buah
zakar).
Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus).
Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-
pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi,
boraks sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika dosisnya mencapai 10-20
gram atau lebih.
2.1.6 Dampak Positif dan Manfaat Boraks
Telah dibahas sebelumnya bahwa Boraks juga memilki dampak positif.
Boraks bermanfaat tentu saja selain makanan. Hal tersebut juga didukung oleh
Peraturan Mentri Kesehatan yang telah melarang penggunaan Boraks bagi
makanan. Boraks hanya boleh digunakan pada selain makanan dan selain yang
berhubungan dengan makanan (gelas, piring, sendok, dlkl). Beberapa diantaranya
dalam pembuatan bahan material, pembuatan bahan bangunan, antiseptik,
pembasmi serangga dll. Contoh pemanfaatan boraks pada selain makanan:
a. Salah satu bahan untuk membuat keramik
b. Campuran membuat kertas
c. Pembasmi kecoa
d. Dapat digunakan untuk mengurangi kesadahan air
Namun, ada beberapa manfaat boraks dalam makanan antara lain :
a. Memberi tekstur yang bagus dan memberi kesan menarik
b. Mengawetkan makanan
c. Mengenyalkan dan memberi rasa gurih
8
2.1.7 Cara Mengidentifikasi Boraks Dalam Makanan
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui atau
mengidentifikasi makanan yang mengandung boraks. Cara-cara yang dapat kita
tempuh misalanya yang paling mudah adalah dengan pengamatan fisik, adapun
yang lebih meyakinkan yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, namun jika
masyarakat awam terlalu asing dengan laboratorium, maka ada cara
mengidentifikasi yang lebih mudah yaitu metode kunyit.
2.1.7.1 Identifikasi dengan pengamatan fisik
Dari berbagai macam jenis makanan, ada beberapa makanan yang
biasa dicampuri dengan boraks baik dengan alasan untuk mengawetkan,
maupun untuk kepentingan dagang, serta dapat dengan mudah kita
identifikasi menurut ciri fisiknya. Berikut beberapa diantara makanan yang
dapat kita identifikasi ada tidaknya boraks dalam makanan menurut bentuk
fisiknya :
- Ciri-ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih
mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
- Ciri-ciri bakso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak
kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
Seperti dijelaskan di atas, sebagian bakso yang beredar di pasaran juga
mengandung boraks. Tetapi kita bisa membedakan antara bakso yang
mengandung boraks atau tidak. Bakso yang mengandung boraks lebih kenyal
daripada bakso tanpa boraks. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula. Ia
juga tahan lama dan awet hingga beberapa hari.
Warnanya juga lebih putih. Berbeda dengan bakso tanpa boraks yang
berwarna abu-abu dan merata di semua bagian. Kalau masih ragu, coba
lembar bakso ke lantai. Apabila memantul seperti bola bekel, berarti bakso itu
mengandung boraks. Padahal pembuatan bakso tidak harus menggunakan
berbagai bahan kimia. Bakso dapat dihasilkan dengan baik tanpa
menggunakan boraks. Kita bisa menggunakan bahan pengawet yang lebih
aman, seperti kalium karbonat, natrium karbonat, karaginan, atau kalsium
propionat.
9
- Ciri-ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat
kenyal, berasa tajam, seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan
meberikan rasa getir.
- Ciri-ciri kerupuk/gendar mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa
menimbulkan rasa getir.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak
tahun 1700, dalam bentuk air bleng. YLKI melalui Warta Konsumen (1991)
melaporkan, sekitar 86,49 persen sampel mi basah yang diambil di
Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya mengandung asam borat (boraks). Lalu
76,9 persen mi basah mengandung boraks dan formalin secara bersama-sama!
YLKI juga melaporkan adanya boraks pada berbagai jajanan di
Jakarta Selatan. Padahal Pemerintah telah melarang penggunaan boraks per
Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No
733/Menkes/Per/IX/1988.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak
sertamerta berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini
akan diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif.
Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui
kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara akumulatif
di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar).
Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan
(tikus). Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa
menyebabkan pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain-lain.
Pada anak kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika
dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih.
2.1.7.2 Identifikasi dengan pemeriksaan laboratorium
Identifikasi Boraks di laboratorium, ada 2 metode yang dapat digunakan :
a. Metode Nyala Api
Alat :
- Cawan petri
10
- Pinset - Korek Api
- Furnace - Pipet Ukur
- Mortar dan Penggerus - Kompor
Bahan :
- H2SO4 10ml
- Metanol 2ml
- Air Kapur Jenuh
- Kertas Lakmus
Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Tumbuk sample hingga halus dengan mortar, kemudian timbang
sample sebanyak ± 3 gram sample.
3. Masukkan kedalam cawan petri, dan atur pH dengan menambahkan
Air kapur jenuh hingga suasana menjadi asam, di ukur dengan kertas
lakmus.
4. Setelah asam, kemudian masukkan cawan petri ke dalam furnace.
5. tambahkan 5 ml H2SO4 pekat, aduk sampai homogen hingga larutan
menjadi asam (lakmus biru menjadi merah), tambahkan 10 ml
Methanol kemudian nyalakan. Jika nyala api berwarna hijau maka
dinyatakan adanya asam borat dan boraks
b. Metode Kertas Curcuma
Alat :
- Waterbath - Mortar dan penggerus
- Kompor - Pipet ukur
- Pemijar (Movel Furnace) - Rak Tabung Reaksi
- Cawan Porselin - Tabung Reaksi
- Corong - Sendok
- Pengaduk kaca - Timbangan
Bahan :
- Kertas Saring
- Kertas Curcuma
11
- Amonia
- Sample makanan
- Air kapur jenuh
- Kertas lakmus
- HCl 10%
Cara Kerja :
1. Bahan makanan atau minuman kurang lebih 20 gram (sebelumnya dihaluskan
dulu) masukkan kedalam cawan porselin.
2. Tambahkan larutan kapur jenuh sampai basa (lakmus merah menjadi biru).
3. Isatkan dalam waterbath.
4. Panaskan di atas kompor.
5. Pijarkan sampai menjadi abu, kemudian kerjakan sebagai berikut :
6. Sebagian abu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan HCl 10%
sampai menjadi asam, saring dengan kertas saring, celupkan kertas curcuma
ke dalam air hasil saringan, jika kertas curcuma memerah kembali dengan
asam tambahkan amoniak menjadi hijau biru tua maka dinyatakan adanya
asam borat dan boraks.
c. Identifikasi dengan metode kunyit
Tentunya tidak ada seorang pun yang akan mengonsumsi barang yang
diketahui mengandung zat berbahaya di dalamnya. Sayangnya, tidak semua
orang mengetahui cara mendeteksi adanya kandungan boraks dalam bahan
makanan. Kebanyakan masyarakat mengira bahwa mendeteksi boraks harus
di laboratorium sehingga memerlukan biaya mahal. Hal ini membuat
masyarakat malas menguji dan langsung mengonsumsi barang yang dibeli.
Padahal jika dapat mengetahui cara yang benar dan mudah untuk mendeteksi
boraks, pasti masyarakat tidak akan kesulitan untuk melakukan sendiri.
Salah satu bahan alami yang berpotensi dapat digunakan untuk
mendeteksi boraks adalah kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai obat dan
bumbu dalam berbagai resep makanan.
Cara mendeteksi boraks dengan kunyit sangat mudah dan cepat.
12
Alat dan bahan
- kunyit,
- kertas saring,
- serta sedikit boraks sebagai kontrol positif
Cara Kerja
1. Mula-mula, kita membuat kertas tumerik.
2. Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang,
3. kemudian menumbuk dan menyaringnya sehingga dihasilkan cairan kunyit
berwarna kuning.
4. Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan
keringkan.
5. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik.
6. Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan
memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air dan
aduk larutan boraks,
7. teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan.
8. Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan
tersebut akan dipergunakan sebagai kontrol positif.
9. Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air.
10. Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas
tumerik
11. Amati perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik.
12. Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka
bahan makanan tersebut mengandung boraks.
13. Apabila tidak sama warnanya, berarti bahan makanan tersebut tidak
mengandung boraks.
Tanaman kunyit banyak ditemui di pasar dan lingkungan sekitar kita
sehingga dapat dengan mudah didapat. Harga tanaman kunyit juga terjangkau
sehingga dapat dibeli oleh berbagai kalangan masyarakat dari kelas bawah
hingga atas. Hal ini menunjukkan bahwa kunyit merupakan detektor alami
untuk boraks yang tepat. Deteksi boraks bisa dimulai dari bahan makanan yang
13
sering kita konsumsi. Kewasapadaan kita terhadap boraks menentukan kualitas
tubuh kita.
d. Metode Test Kit Boraks
Bahan uji berupa padatan Cincang atau lumatkan dengan digerus bahan yang
akan diuji,ambil setengah sendok teh dan masukkan dalam botol uji yangtelah
disediakan.
1. Campur dengan 10 ml air mendidih. Aduk danbiarkan dingin.Tambahkan
5 ml HCl teknis dan 4 tetes reagen cair. Tutup botol dan kocok dengan
kuat.Ambil kertas uji dan celupkan ke dalam botol sampai terendam
sebagian
2. Keringkan di bawah terik matahari atau diangin-anginkan.Setelah kering
amati bagian kertas uji yang tadi dibasahi. Jikaterbentuk warna merah bata
berarti bahan yang diuji positif mengandung boraks
3. Bahan uji berupa cairan, Ambil 1 sendok makan bahan yang akan diuji
(±5ml) dan 4tetes reagen cair.
4. Tutup botol dan kocok dengan kuat.
5. Ambil kertas uji dan celupkan ke dalam botol sampai terendam sebagian.
6. Keringkan di bawah terik matahari atau diangin-anginkan.Setelah kering
amati bagian kertas uji yang tadi dibasahi
7. Jika terbentuk warna merah bata berarti bahan yang diuji positif
mengandung boraks.
14
2.2 FORMALIN
2.2.1 Pengertian Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Di dalam larutan formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air dan
merupakan anggota paling sederhana dan termasuk kelompok aldehid dengan
rumus kimia HCHO. Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama
berbeda-beda antara lain yaitu: Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde,
Methyl oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform,
Formalith, Karsan, Methyleneglycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols,
Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane.
Dipasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan,
dengan kandungan formaldehid 10 – 40% dan secara fisik seperti cairan putih
jernih dengan bau yangmenyengat dan tajam.
Formalin digunakan pada :
- Bidang kesehatan : desinfektan dan pengawet mayat
- Industri perkayuan dan plywood : sebagai perekat
- Industri plastik : bahan campuran produksi
- Industri tekstil, resin, karet dan fotografi : mempercepat pewarnaan.
Dari hasil sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan
sejumlah produk pangan menggunakan formalin sebagai pengawet misalnya ikan
segar, ayam potong, mie basah, bakso, ikan asin dan tahu yang beredar di pasaran,
dengan ciri sebagai berikut:
- Tahu yang bentuknya sangat kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa
hari dan berbau menyengat.
- Mie basah yang berwarna lebih mengkilat serta awet beberapa hari dan
tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
- Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
- Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna
merah tua bukan merah segar, awet sampai beberapa hari dan tidak
mudah busuk.
- Ikan asin yang bentuknya bagus, tidak lembek, tidak bau, dan awet.
- Bakso yang berwarna lebih putih dan lebih keras serta awet sampai
15
beberapa hari dan tidak mudah busuk.
Formalin tidak diizinkan ditambahkan ke dalam bahan makanan atau
digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin mudah diperoleh dipasar
bebas dengan harga murah. Adapun landasan hukum yang dapat digunakan
dalam pengaturan formalin yaitu:
- UU Nomor : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
- UU Nomor : 7 tahun 1996 tentang Pangan
- UU Nomor : 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
- Kepmenkes Nomor : 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan
Makanan
- SK Memperindag Nomor : 254/2000 tentang Tataniaga Impor dan
Peredaran Bahan Berbahaya
2.2.2 Bahaya Formalin
Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat
yang ditimbulkan dapat berupa : Luka bakar pada kulit, Iritasi pada saluran
pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Dampak formalin pada
kesehatan manusia, dapat bersifat Akut : efek pada kesehatan manusia langsung
terlihat : sepert iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa
16
terbakar, sakit perut dan pusing. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat
setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang : iritasi kemungkin
parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf
pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker
sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker).
Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya
terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit
kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual,
mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru Efek neuropsikologis
meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan
konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head dan kemandulan pada
perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan
otak. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air
mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka formalin dapat
menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa
mata. Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut
yang hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak sadar
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal.
2.2.3 Cara Mengetahui Makanan yang Mengandung Formalin
Makanan yang mengandung formalin umumnya awet dan dapat bertahan
lebih lama. Formalin dapatdikenali dari bau yang agak menyengat dan kadang-
kadang menimbulkan pedih pada mata. Bahanmakanan yang mengandung
formalin ketika sedang dimasak kadang-kadang masih mengeluarkan baukhas
formalin yang menusuk. Ikan asin yang mengandung formalin akan lebih putih
dan bersih danlebih tahan lama dibandingkan ikan asin tanpa pengawet yang agak
berwarna lebih coklat. Mi basahyang mengandung formalin akan lebih awet,
kenyal, keras dan tidak mudah putus. Tahu yangmengandung formalin akan lebih
17
kenyal, tidak mudah pecah dan keras. Bakso yang diberikan formalinakan lebih
terasa kenyal dan keras. Ikan dan ayam yang mengandung formalin akan lebih
putih dagingnya dan awet.
Makanan yang diberi formalina akan awet, keras dan tidak membusuk.
Ikan,bakso, mie basah atau ayam yang diberi formalin tidak akan dimakan oleh
kucing sebab kucingmemiliki penciuman yang tajam terhadap bau formalin.
Walaupun manusia tidak bisa mencium bauformalin pada bahan makanan namun
kucing atau anjing memiliki penciuman yang tajam sehinggahewan ini tidak akan
makan makanan yang mengandung formalin. Kesimpulannya jika ayam atauikan
yang kita berikan kepada kucing namun kucing tidak mau makan maka ayam dan
ikan tersebutsudah diberi formalin
Makanan (ikan, mie basah, bakso atau ayam) yang diberi formalin tidak
akandidatangi dan dikerubungi oleh lalat. Lalat memiliki penciuman yang tajam
jika ada hewan yang matimaka akan langsung datang menghampiri hewan yang
mati tersebut. Jika ayam dan ikan diberiformalin maka lalat tidak akan datang
menghampirinya. Tips ini dapat kita pakai saat hendak membeliikan atau ayam di
pasar.
18
2.2.4 Kegunaan atau Manfaat Formalin
Sebenarnya formalin sudah lama digunakan dalam bidang industri dan
masyarakat untuk berbagaikeperluan. Di antaranya adalah untuk bahan pembuatan
pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatanproduk parfum, pengawet produk
kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai
sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak.. Di bidang industri kayu sebagai
bahanperekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yang sangat
kecil (<1 persen)digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen
seperti pembersih rumah tangga,cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu,
shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industry perikanan, formalin digunakan untuk
menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalindiketahui sering
digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit
sepertifluke dan kulit berlendir.
2.2.5 Dampak Formalin Pada Kesehatan Manusia
Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat akut dan kronik.
a. Akut (efek pada kesehatan manusia terlihat langsung).
1) Bila terhirup akan terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan
pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru
dan pembengkakan paru. Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang
tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung
19
berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat
tinggi dapat menyebabkan kematian.
2) Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit
menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.
3) Bila terkena mata akan menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan
air mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin
dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi
kerusakan pada lensa mata.
4) Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang,
tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati,
jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
b. Kronik (setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang).
1) Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit
kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang
selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi
pada paru. Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat
berkurang. Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker
pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.
2) Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta
memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan
pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.
3) Jika terkena mata, yang paling berbahaya adalah terjadinya radang selaput
mata.
20
4) Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-
muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan
suhu badan dan rasa gatal di dada.
Pemakaian formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada
tubuh manusia, dengan gejala: sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai
muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau gangguan
peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat
mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan
haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin
dengan dosis 100 gr dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam.
Formalin tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan (additive)
pada Codex Alimentarius, maupun yang dikeluarkan oleh Depkes. Humas
Pengurus Besar Perhimpunan Dokter spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB
PAPDI) menyatakan formalin mengandung 37% formalin dalam pelarut air dan
biasanya juga mengandung 10 persen methanol. Formalin sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia, karena dapat menyebabkan kanker, mutagen yang
menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Berdasarkan
penelitian WHO, kandungan formalin yang membahayakan sebesar 6 gram.
Padahal rata-rata kandungan formalin yang terdapat pada mie basah 20 mg/kg
mie.
No.
Zat
Aditif Efek
Guna Sebenarnya
Keterangan
Formalin
Akut : rasa gatal pada
mata, lakrimasi, menit,
susah bernafas, batuk,
rasa panas pada
hidung, tenggorokan,
iritasi akut saluran
penafasan. Kronik:
Karsinogen, gangguan
menstruasi dan
Sebagai
desinfektan, bahan
perekat plywood,
veneer, partikel
papan tulis, plastik,
pupuk dan
pengawet.
Dilarang sebagai bahan
tambahan makanan
(PerMenKes RI
No.722/Menkes/Per/IX/
1988) Termasuk dalam
Pengamanan Bahan
Berbahaya
22
2.3 JENIS-JENIS TEKNIK PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN
MAKANAN
2.3.1 Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan
bahan yaitu -2 sampai +100. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu
pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku
yaitu pada suhu 12sampai -24oC. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan
pada suhu -24 sampai -40o C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan
pangan selama beberapa hari atauminggu tergantung pada macam bahan
panganya, sedangkan pembekuan dapatmengawetkan bahan pangan untuk
beberapa bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan
dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnyaterhadap keaktifan mikroorganisme
di dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendahdalam pengawetan pangan tidak
dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan
dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri
pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan
masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi,dan
sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu
penyimpanganyang terlalu rendah.
2.3.2 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan
sebagian air darisuatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di
kandung melalui penggunaanenergi panas. Biasanya, kandungan air bahan
tersebut di kurangi sampai batas sehinggamikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi
di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan
volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudahdan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga
memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi
lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai
apabilatelah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, teh, dan biji-bijian. Di
samping keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa
kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya
23
bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu
dan sebagainya. Kerugian lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu
pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus di basahkan kembali
(rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di
berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara
untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan.
Penyedotan uap air ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat
berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari
bahantersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan
tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas
permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan
waktu pengeringan.
2.3.3 Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang
berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan
kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya
pengemas plstik yang dengan drasticmendesak peranan kayu, karton, gelas dan
metal sebagai bahan pembungkus primer. Berbagai jenis bahan pengepak seperti
tetaprak, tetabrik, tetraking merupakan jenisteknologi baru bagi berbagai jus serta
produk cair yang dapat dikemas dalam keadaanqaseptiis steril. Sterilisasi bahan
kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairanatau uap hydrogen
peroksida dan sinar UV atau radiasi gama.
2.3.4 Pengalengan
Dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan
sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama
yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya
memungkinkan. Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada
kondisi yang sesuai, segerasetelah proses pengalengan selesai.Pengalengan
didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara
hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam
suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh
semuamikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara
24
hermetismemungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan
kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.
2.3.5 Teknik fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber makanan,
tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya fermentasi dengan
menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH
pangan turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri fekal
yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkan muntah-muntah,
diare, atau muntaber. Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba
dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar
ataupun laut), tanah, lumpur,maupun batuan. Tercatat delapan jenis bakteri laktat,
antara lain Lacobacillus acidophilus, L fermentum, L brevis. Asam laktat yang
dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk menghambat
sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman. Namun,
selama proses fermentasi sejumlah vitamin juga di hasilnhkan khususnya B-12.
Bakteri laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis
antibiotikaserta senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia
yang dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan
mematikannya.
25
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Formalin dan Boraks merupakan bahan pengawet yang masing- masing digunakan
sebagai pengawet mayat dan kayu, yang tidak selayaknya digunakan sebagai
Bahan Tambahan Pangan (BTP) karena sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
b. Bahan pengawet sintesis dapat digolongkan menjadi bahan pengawet yang
diizinkan namun kurang aman digunakan dalam makanan/minuman dan bahan
pengawet yang tidak aman digunakan dalam makanan.
c. Dampak yang ditimbulkan dalam penggunaan bahan pengawet sintesis antara lain:
pusing, mual, sakit perut, kejang- kujang, kesulitan tidur, gangguan saraf pusat,
ginjal, jantung, hati, lambung, paru- paru, pemicu kanker (karsinogen), hingga
kematian.
d. Pendinginan, pengeringan, pengemasan, pengalengan, dan fermentasi adalah
teknik pengawetan yang bisa dilakukan tanpa penambahan bahan pengawet
terutama pengawet sintesis berbahaya.
3.2 SARAN
1. Dimohon kepada masyarakat agar meminimalisir penggunaan bahan
pengawet sintesis dan tidak menggunakan bahan pengawet non-pangan seperti
formalin dan boraks pada makanan sehari- hari.
2. Diharapkan kepada masyarakat agar melakukan teknik pengawetan seperti
pendinginan, pengeringan, pengemasan, pengalengan, dan fermentasi,
sehingga tidak perlu menambahkan bahan pengawet utamanya bahan
tambahan sintesis yang sangat berbahaya.