PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR

24
i PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR Makalah Disusun untuk Uji Kompetensi Dasar Mata Kuliah Pengantar Bisnis Oleh Laurensia Claudia Pratomo K7413090 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

description

PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR

Transcript of PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR

i

PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL

DALAM JAJANAN PASAR

Makalah

Disusun untuk Uji Kompetensi Dasar Mata Kuliah Pengantar Bisnis

Oleh

Laurensia Claudia Pratomo

K7413090

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kesempatan

dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul

“Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Pengantar Bisnis. Makalah

ini memuat mengenai pelaksanaan bisnis yang dijalankan tidak sesuai dengan etika

bisnis yang ada di Indonesia. Materi pembelajaran saya dapatkan selama

melaksanakan pembelajaran di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan

melalui media internet serta beberapa pendukung lainnya. Penulis menyadari bahwa

tugas ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak

terbatas.

Terselesaikannya tugas ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan

berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof.Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS)

2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (FKIP)

3. Ibu Mintasih Indriayu selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.

4. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta

yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar

kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam

menyelesaikan makalah ini.

5. Adik tercinta Monika Lavina Pratomo yang telah memberikan semangat

kepada penulis.

6. Kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan.

7. Serta semua pihak yang telah banyak membantu saya dan tidak saya sebutkan.

iii

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak

yang telah membantu menyelesaikan tugas ini dengan melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya.

Hanya sekian yang dapat penulis kemukakan. Penulis menyadari makalah ini

masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif

sangat diharapkan oleh penulis. Harapan penulis semoga ini dapat bermanfaat untuk

menambah pengetahuan dan wawasan baik bagi penulis maupun bagi para

pembacanya.

Surakarta, Desember 2013

Penulis

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ada banyak cerita di balik jajanan pasar selain memiliki tempat tersendiri

di hati para konsumen, bagi sebagian orang jajanan pasar dapat membangkitkan

kembali kenangan di masa kecil karena biasa dijajakan di lingkungan sekolah dan

warung daerah permukiman.

Sayangnya tidak sedikit jajanan pasar seperti kue mangkuk dan dadar

gulung yang berbahaya di pasaran. Tentu saja kedua jajanan pasar yang nikmat

ini tidak asing lagi bagi kita. Dadar gulung merupakan makanan kas Indonesia

yang bisa digolongkan sebagai pancake atau pancook. Namun jika pancake

dicampur dengan madu, dadar gulung berisi parutan kelapa dicampur dengan

gula jawa atau disebut juga dengan istilah fla. Sedangkan kue mangkuk

merupakan kue basah tradisonal yang manis rasanya dengan variasi warna,

seperti; merah, hijau, atau putih yang menarik hati. Namun bagaimana bila di

balik rupa dan rasa dadar gulung dan kue mangkuk yang menggoda tersimpan zat

kimia berbahaya yang dapat meracuni tubuh kita?

Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh tim reportase investigasi,

yang mulanya mencurigai dadar gulung dan kue mangkuk dengan warna yang

mencolok di pasar. Kemudian mereka membawa beberapa sample atau contoh

secara acak ke laboratorium teknologi pangan fakultas teknik Universitas

Pasundan, Bandung, Jawa Barat. Ternyata hasilnya mengejutkan, dari sepuluh

kue mangkok dan dua belas dadar gulung terdeteksi pewarna non pangan atau

tekstil yang tidak diperbolehkan untuk makanan, yaitu Rhodamin b.

Tidak hanya itu, ternyata dalam kue mangkuk dan dadar gulung tersebut

terdapat boraks atau bleng. Boraks merupakan zat kimia berbahaya yang bisa

membahayakan tubuh. Parahnya di pasar Indonesia boraks dijual bebas di toko

bahan makanan seperti bumbu makanan lainnya.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 2

B. PERUMUSAN MASALAH

a. Apa bahaya dari penggunaan pewarna sintesis (Rhodamin B) bila

dikonsumsi?

b. Seperti apakah penyalahgunaan serta dampak penggunaan boraks dan

pewarna sintesis dalam jajanan pasar?

c. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam pelaksanan pengawasan

terhadap peredaran makanan yang mengandung boraks dan pewarna

tekstil Rhodamin B untuk perlindungan hukum bagi konsumen?

d. Seperti apa hambatan yang dialami oleh Dinas Kesehatan dalam

pelaksanaan pengawasan terhadap peredaran makanan yang mengandung

boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B untuk perlindungan hukum bagi

konsumen?

e. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam

pelaksanaan pengawasan terhadap peredaran makanan yang mengandung

boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B untuk memberikan perlindungan

hukum bagi konsumen?

f. Bagaimana cara membedakan jajanan pasar aman dan sehat?

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 3

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Bahaya dari pewarna sintesis (Rhodamin B) bila dikonsumsi

Pangan merupakan komoditi utama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dewasa

ini, jenis pangan yang dijual di pasaran sangat beraneka ragam dan tidak jarang

mengandung bahan tambahan makanan. Salah satu bahan tambahan pangan itu

adalah zat pewarna. Tujuan penggunaan zat pewarna pada pangan antara lain

untuk membuat pangan menjadi lebih menarik, menyeragamkan warna pangan,

serta mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama

pengolahan.

Zat pewarna yang digunakan dalam produksi pangan dapat berupa zat pewarna

alami maupun sintetis/buatan. Zat pewarna alami dapat diperoleh dari pigmen

tanaman, misalnya warna hijau yang didapat dari klorofil dedaunan hijau dan

warna oranye-merah yang berasal dari karotenoid wortel. Sedangkan zat pewarna

sintetis merupakan zat pewarna yang sengaja dibuat melalui pengolahan industri.

Menurut WHO, rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat kimia

dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl).

Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika

tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh

dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun

bagi tubuh. Selain itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-

CH3) yang bersifat radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan

DNA dalam tubuh.

Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamin B

termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang kuat. Uji toksisitas

rhodamin B yang dilakukan terhadap mencit dan tikus telah membuktikan adanya

efek karsinogenik tersebut. Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat

terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan

ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau

bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 4

B. Penyalahgunaan serta dampak penggunaan boraks dan pewarna tekstil

dalam jajanan pasar

• Boraks atau bleng

Bleng adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam

pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Bleng adalah

bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri

farmasi lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi

bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan

pengontrol kecoak.

Pemerintah melarang penggunaan boraks pada makanan. Penggunaan boraks

secara rinci diatur dan dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional.

Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis

berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai

komponen dalam makanan sudah meluas di seluruh dunia. Mengkonsumsi

makanan berboraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan

gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak boraks menyebabkan

demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang system saraf pusat,

menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal,

pingsan, hingga kematian. Batas aman/ legal penggunaan boraks dalam makanan

adalah 1 gram/ 1 kg pangan.

• Pewarna sintetik atau tekstil

Pewarna sintetik secara cepat menggantikan peran dari pewarna alami sebagai

bahan pewarna. Hal ini disebabkan karena biaya produksinya lebih murah, jenis

warna yang lebih banyak, dan kemampuan pewarnaan yang lebih baik.

Sering ditemukan di Indonesia berbagai penyalahgunaan pewarna yang tidak

aman yang digunakan terhadap makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan

secara rutin melakukan survey di berbagai lokasi, terutama yang dipenuhi

pedagang kaki lima untuk mencegah penyalahgunaan zat kimia bebahaya pada

makanan.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 5

Berbagai bahan pewarna non-makanan seperti Rhodamine B telah digunakan

pihak yang tidak bertanggungjawab sebagai bahan pewarna jajanan. Rhodamine B

sesungguhnya dipakai di perpipaan (hidrolika), pewarna di laboratorium

mikrobiologi, dan herbisida.

C. Peran Dinas Kesehatan dalam pelaksanan pengawasan terhadap peredaran

makanan yang mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B untuk

perlindungan hukum bagi konsumen

Semakin maraknya peredaran makanan yang mengandung boraks dan pewarna

tekstil Rhodamin B, Dinas Kesehatan harus melakukan pengawasan terhadap

peredaran makanan yang mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B.

Salah satu seksi yang menjalankan tugas yang berhubungan dengan peredaran

makanan yang mengandung pewarna tekstil Rhodamin B adalah Seksi Farmasi

dan Makanan Minuman yang berada di dalam lingkup Bidang Pelayanan

Kesehatan.

Sebenarnya Seksi Farmasi dan Makanan Minuman tidak memiliki tugas pokok

dan fungsi yang secara tegas diatur untuk melakukan pengawasan terhadap

peredaran makanan yang mengandung pewarna tekstil Rhodamin B, hanya

melakukan pengawasan terhadap pendistribusian dan pemakaian obat-obatan

pada toko, apotik, dan unit sarana pelayanan kesehatan.

Namun dalam tugas pokok dan fungsi Seksi Farmasi dan Makanan Minuman

tersirat tugas untuk melakukan pembinaan dan melaksanakan tugas di bidang

farmasi dan makanan minuman. Tugas ini dapat diartikan untuk melakukan

pengawasan terhadap makanan yang beredar di masyarakat.

Dalam melakukan tugasnya untuk melakukan pengawasan terhadap peredaran

makanan, Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk memiliki kriteria tertentu. Kriteria

yang diterapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk dalam melakukan

pengawasan terhadap peredaran yaitu meliputi aspek keamanan, keselamatan, dan

kesehatan.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 6

Pewarna teksti Rhodamin B juga sangat mudah didapat di pasar tradisional.

Masyarakat lebih cenderung mengenal Pewarna tekstil Rhodamin B ini dengan

nama “sumbo” (dalam Bahasa Jawa). Pewarna tekstil Rhodamin B ini biasanya

dibungkus dengan kertas atau plastik ukuran kecil. Harga pewarna tekstil

Rhodamin B yang beredar di masyarakat dan biasa digunakan dalam makanan

cenderung murah.

Sebenarnya pengemasan pewarna tekstil Rhodamin B ini menjadi bungkusan kecil

telah dilarang oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan,

dan Energi Kabupaten Nganjuk. Namun pada kenyataannya peredaran pewarna

tekstil Rhodamin B dalam kemasan kertas atau plastik ukuran kecil masih sangat

banyak ditemui di pasar tradisional.

Makanan yang mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B di pasar

tradisional sangat mudah didapatkan serta sangat murah. Murahnya harga ini

mengakibatkan masyarakat lebih cenderung membeli makanan mengandung

boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B ini, selain itu warna yang sangat

mencolok lebih memikat masyarakat untuk membeli makanan tersebut. Hal inilah

yang mengakibatkan masyarakat cenderung memilih makanan yang berbahaya

mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B.

Maraknya peredaran makanan yang mengandung boraks dan pewarna tekstil

Rhodamin B, mendorong Dinas Kesehatan melakukan pengawasan terhadap

peredaran makanan ini. Pengawasan atau dapat disebut juga dengan operasi atau

control pasar dengan tujuan untuk mengawasi peredaran makanan yang

mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B.

• Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan ada 2 (dua) yaitu:

1. Pengawasan Berkala

Program yang dibentuk khusus oleh Dinas Kesehatan dalam

melaksanakan pengawasan terhadap peredaran makanan yang

mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B adalah Bimbingan

Pengendalian dan Pengawasan atau biasa disebut Bidalwas.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 7

Pengawasan berkala yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan yaitu dengan

melakukan pengambilan sampel pada makanan yang terindikasi telah

mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B pada saat

melakukan operasi pasar pada pasar tradisional dan pasar modern.

Program yang dijalankan Dinas Kesehatan yang berbentuk bimbingan

pengendalian dilaksanakan dengan cara memberikan pembinaan yang

berbentuk sosialisasi kepada konsumen dan pelaku usaha. Sosialisasi ini

dilakukan dengan membagikan pamflet atau selebaran kepada konsumen

dan pelaku usaha yang berisi tentang bahaya mengkonsumsi makanan

yang mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin B, serta ciri-ciri

makanan maupun gambar atau foto makanan yang mengandung boraks

dan pewarna tekstil Rhodamin B.

2. Pengawasan khusus bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPPOM)

Pengawasan khusus yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan berbentuk

kerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPPOM)

dikarenakan sebagai pengawas terhadap makanan, BPPOM mensinyalir

telah terjadi pelanggaran terhadap makanan yang beredar di masyarakat.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 8

D. Hambatan yang dialami oleh Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan

pengawasan terhadap peredaran makanan yang mengandung boraks dan

pewarna tekstil Rhodamin B untuk perlindungan hukum bagi konsumen

Sebagai contoh hambatan yang dialami oleh Dinas Kesehatan, diambil

berdasarkan penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, antara lain

sebagai berikut:

• Hambatan Internal

Hambatan internal yang dialami oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk

antara lain:

1. Terbatasnya Dana

Dana dari pemerintah pusat untuk kegiatan yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan menyangkut mengenai pengawasan terhadap peredaran

makanan sangat sedikit. Sebagai contoh Seksi Farmasi dan Makanan

Minuman yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap

peredaran makanan di Kabupaten Nganjuk hanya mendapatkan dana

operasional sebesar Rp 30.000.000,00 (Wawancara dengan Ibu Peny

Sulistyowati, Kepala Seksi Farmasi dan Makanan Minuman, Dinas

Kesehatan Kabupaten Nganjuk tanggal 26 Oktober 2012).

Dana yang didapatkan dari pemerintah pusat tersebut sangat tidak

cukup karena untuk memeriksakan sampel makanan yang telah diambil

melalui operasi pasar pada pasar tradisional atau pasar modern yang

terdapat di Kabupaten Nganjuk membutuhkan dana Rp 250.000 (dua

ratus lima puluh ribu) sampai dengan Rp 350.000 (tiga ratus lima

puluh ribu) tiap sampel.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 9

2. Terbatasnya Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya Manusia Yang

Dimiliki Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk

Seksi Farmasi dan Makanan Minuman yang berada di dalam lingkup

Bidang Pelayanan Kesehatan hanya memiliki 4 (empat) orang Pegawai

Negeri Sipil (PNS) padahal mereka harus melaksanakan pengawasan

di pasar tradisional dan pasar modern yang berada di Kabupaten

Nganjuk yang kurang lebih berjumlah 30 buah. Selain terbatasnya

jumlah pegawai yang terdapat dalam Seksi Farmasi dan Makanan

Minuman, hambatan yang dialami lainya adalah tidak adanya Penyidik

Pegawai Negeri Sipil-Perlindungan Konusmen (PPNS-PK) di

Kabupaten Nganjuk

3. Rendahnya Pemahaman Pegawai Dalam Lingkup Dinas Kesehatan

Kabupaten Nganjuk Mengenai Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, Undang-Undang Tentang Pangan Undang-Undang

Tentang Kesehatan, Dan Keamanan Pangan

Masih banyak pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk yang

tidak memahami mengenai substansi dari Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Tentang Pangan, dan

Undang-Undang Tentang Kesehatan serta Keputusan Direktur Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 00386/C/SK/II/90 Tentang Perubahan Lampiran

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 239/Menkes/Per/V/85 Tentang

Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya serta

mengenai keamanan pangan.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 10

4. Tidak Adanya Sarana Dan Prasarana Untuk Menguji Makanan Hasil

Operasi Pasar

Yang Dilakukan Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten NganjukDinas

Kesehatan Kabupaten Nganjuk tidak memiliki gedung laboratorium

beserta alat-alat pendukung untuk melakukan uji kandungan terhadap

makanan. Tidak adanya sarana dan prasarana inilah yang menjadi

penghambat Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk dalam melakukan

perlindungan hukum terhadap masyarakat Kabupaten Nganjuk

mengenai makanan yang mengandung pewarna tekstil Rhodamin B

dikarenakan harus memeriksakan sampel makanan tersebut di

laboratorium Universitas Airlangga Surabaya atau laboratorium milik

BPPOM Provinsi Jawa Timur.

5. Tidak Adanya Tugas Pokok Dan Fungsi Yang Secara Tegas Untuk

Melakukan

Tugas Pengawasan Terhadap Makanan Dan Minuman Pasal 30

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan selaku stakeholders

penanggung jawab keamanan pangan harus melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen namun pada

kenyatannya hal ini tidak diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Nganjuk Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Dinas Daerah Kabupaten Nganjuk yang telah dipertegas dalam

Peraturan Bupati Nganjuk Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rincian

Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Nganjuk yang

merupakan dasar Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk menjalankan

tugas pokok dan fungsinya.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 11

• Hambatan Eksternal

Hambatan eksternal yang dialami oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Nganjuk adalah:

1. Rendahnya Tingkat Pendidikan Dan Ekonomi Masyarakat Di

Kabupaten Nganjuk

Tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Nganjuk yang rendah

menjadi salah satu pemicu masyarakat tetap mengkonsumsi makanan

yang mengandung boraks dan pewarna tekstil Rodamin B. Pendidikan

merupakan kunci utama seseorang mendapatkan pengetahuan.

2. Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Mengenai Keamanan Pangan

Dalam menjalankan tugasnya melaksanakan pengawasan terhadap

peredaran makanan mengandung boraks dan pewarna tekstil Rhodamin

B, Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk mengalami hambatan yaitu

rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai keamanan pangan.

Masyarakat sebagai konsumen, masih sangat sulit untuk

mengkonsumsi makanan yang aman dikarenakan tidak mengetahui

makanan aman yang seharusnyadikonsumsi sesuai ketentuan

pemerintah yaitu Undang-Undang No 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.

3. Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Mengenai Hak Dan

Kewajibannya Selaku Konsumen

Kurangnya pegetahuan masyarakat mengenai hak dan kewajibannya

selaku konsumen mengakibatkan masyarakat tidak dapat berbuat

banyak apabila terjadi pelanggaran terhadap hak dan kewajibannya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk selaku pelaksana pengawas

terhadap peredaran makanan mengandung pewarna tekstil Rhodamin B

harus bekerja keras guna mewujudkan perlindungan hukum terhadap

konsumen.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 12

4. Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha Mengenai Perbuatan Yang

Dilarang Dilakukan Oleh Pelaku Usaha

Sifat dari pengusaha yang cenderung profit oriented hanya mengejar

keuntungan tanpa memperhatikan keamanan mengenai makanan yang

dibuat atau dijual. Hal ini yang mengakibatkan, konsumen dirugikan

dengan perbuatan pelaku usaha. Seperti yang diketahui dalam Pasal 8

Ayat 1 Huruf a Undang-Undang Perlindungan Konsumen bahwa

pelaku usaha dilarang memproduksi atau menjual barang dan/atau jasa

yang tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah.

5. Rendahnya Kesadaran Masyarakat Untuk Melaporkan Peredaran

Makanan Mengandung boraks dan pewarna tekstil Rodamin B

Ketidaktahuan konsumen terhadap adanya peredaran makanan yang

mengandung pewarna tekstil Rhodamin B serta hak dan kewajibannya

sebagai konsumen mengakibatkan mereka cenderung bersikap diam

atau pasif bahkan acuh tak acuh terhadap peredaran makanan yang

mengandung pewarna tekstil Rhodamin B ini. Sikap mereka ini

dikarenakan mereka tidak mengetahui kemana harus melakukan

pengaduan terhadap pelanggaran yang menimpa dirinya atau bahakan

tidak ingin membuang waktunya untuk melakukan kegiatan yang

dianggap tidak penting. Hal ini mengakibatkan Dinas Kesehatan

Kabupaten Nganjuk harus bekerja ekstra keras untuk mewujudkan

perlindungan terhadap konsumen.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 13

E. Upaya Yang Dilakukan Oleh Dinas Kesehatan Dalam Pelaksanaan

Pengawasan Terhadap Peredaran Makanan Yang Mengandung boraks dan

pewarna tekstil Rodamin B Untuk Memberikan Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malang untuk mengatasi

hambatan yang ada adalah sebagai berikut:

• Upaya Mengatasi Hambatan Internal

Untuk mengatasi hambatan internal yang dialaminya, Dinas Kesehatan

Kabupaten Nganjuk berusaha melakukan upaya antara lain:

1. Meminta Penambahan Anggaran Dana Pada Pemerintah Pusat

Upaya untuk mengatasi hambatan terbatasnya dana yang dialami oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk dengan cara meminta

penambahan anggaran dana kepada pemerintah pusat. Penambahan

anggaran dana ini digunakan untuk menutupi biaya operasional

pemeriksaan sampel yang sangat jauh dari kata cukup. Namun sampai

sekarang penambahan dana ini belum terjadi sehingga sampai sekarang

Seksi Farmasi dan Makanan Minuman belum melakukan tugasnya

dengan maksimal.

2. Meminta Penambahan Jumlah Pegawai Kepada Pemerintah Pusat

Yang Memiliki Kemampuan Dalam Bidang Perlindungan Konsumen

Untuk mengatasi hambatan tentang terbatasnya jumlah sumber daya

manusia yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk yaitu

dengan cara mengajukan penambahan jumlah pegawai kepada

pemerintah pusat.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 14

Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk juga mengajukan penambahan

pegawai yang juga memiliki kemampuan dalam bidang perlindungan

konsumen. Penambahan jumlah pegawai yang mempunyai

kemampuan dalam bidang perlindungan konsumen diharapkan dapat

mengurangi beban kerja dan jumlah sumber daya manusia dapat

teratasi, sehingga permasalahan di bidang perlindungan konsumen

dapat diselesaikan dengan baik dalam rangka memberikan

perlindungan hukum kepada konsumen khususnya masyarakat

Kabupaten Nganjuk.

3. Mengadakan Sosialisasi Dan Pelatihan Kepada Pegawai Dalam

Lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk Mengenai Undang-

Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Tentang Pangan,

Undang-Undang Tentang Kesehatan dan Keamanan Pangan

Dinas Kesehatan melakukan pemahaman yang lebih mendalam

terhadap pegawainya agar mengerti substansi pokok dari undang-

undang serta keamanan pangan dilakukan dengan cara

mengikutsertakan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk

dalam pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Timur atau BPPOM Provinsi Jawa Timur. Diharapkan dengan adanya

pemahaman akan substansi Undang-Undang tersebut dan Keamanan

Pangan Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk dapat

melakukanperlindungan hukum bagi konsumen dilakukan secara

optimal dengan menerapkan UU secara benar dan sesuai.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 15

4. Mengajukan Pembangunan Laboratorium Kepada Pemerintah Pusat

Untuk Menguji Makanan Hasil Operasi Pasar

Upaya untuk mengatasi hambatan tidak adanya sarana dan prasarana

untuk menguji makanan hasil operasi pasar yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Nganjuk dilakukan dengan cara mengajukan

pembangunan laboratorium beserta alat-alat pendukung yang

dipergunakan untuk melakukan pengujian makanan hasil operasi pasar

yang didapatkan di sejumlah pasar yang berada di Kabupaten Nganjuk.

Namun pengajuan pembangunan laboratorium ini belum terealisasi

sampai sekarang

5. Mengeluarkan Surat Perintah Tugas Yang Menjadi Dasar Bagi Seksi

Farmasi Dan Makanan Minuman Untuk Mengadakan Pengawasan

Terhadap Makanan dan Minuman

Untuk mengatasi hambatan yang dialami oleh Seksi Farmasi dan

Makanan Minuman ini maka Kepala Dinas Kesehatan yang

mempunyai tugas untuk merumuskan kebijakan dalam bidang

kesehatan dalam lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk

mengeluarkan Surat Perintah Tugas (SPT) kepada pegawai yang

menjalankan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku usaha yang

berada di Kabupaten Nganjuk.

Surat Perintah Tugas ini berisi mengenai pegawai yang menjalankan

tugas pembinaan dan pengawasan, serta tanggal pelaksanaan operasi

pasar. Diterbitkannya Surat Perintah Tugas ini dapat menguatkan

kedudukan dari Seksi Farmasi dan Makanan Minuman dalam

menjalankan tugasnya melakukan pengawasan terhadap makanan dan

minuman khususnya terhadap peredaran makanan yang mengandung

pewarna tekstil Rhodamin B.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 16

• Upaya Mengatasi Hambatan Eksternal

Untuk mengatasi hambatan eksternal yang dialaminya, Dinas Kesehatan

Kabupaten Nganjuk melakukan upaya antara lain:

1. Melakukan Sosialisasi Kepada Masyarakat Untuk Tetap Selektif

Dalam Memilih Makanan

Upaya untuk mengatasi hambatan rendahnya tingkat pendidikan dan

tingkat ekonomi masyarakat di Kabupaten Nganjuk yaitu dengan cara

melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa walaupun memiliki

tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah namun tetap selektif

dalam memilih makanan yang layak untuk dikonsumsi.

2. Melakukan Sosialisasi Mengenai Keamanan Pangan Kepada

Masyarakat

Upaya untuk mengatasi hambatan mengenai rendahnya pengetahuan

masyarakat mengenai keamanan pangan yaitu dengan cara

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang makanan yang

layak untuk dikonsumsi sesuai dengan peraturan pemerintah.

Pemahaman yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk

mengenai kemanan pangan ini meliputi kehalalan dan apabila makanan

tersebut dikonsumsi tidak mengakibatkan dampak yang lain seperti

timbulnya penyakit yang berbahaya bagi kesehatan.

3. Melakukan Sosialisasi Mengenai Hak Dan Kewajiban Konsumen

Melalui Pamflet Dan Sosialisai Langsung Kepada Masyarakat

Upaya Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk dalam melakukan

perlindungan terhadap konsumen yaitu dengan cara memberikan

sosialisasi mengenai hak dan kewajiban selaku konsumen kepada

masyarakat. Sosialisasi sangat penting untuk meningkatkan

perlindungan konsumen terhadap peredaran makanan yang

mengandung pewarna tekstil Rhodamin B di masyarakat, khususnya

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 17

Kabupaten Nganjuk contohnya seperti informasi mengenai

kewaspadaan terhadap pereadran makanan yang mengandung pewarna

tekstil Rhodamin B dan sanksi bagi pelaku usaha yang menjual

makanan yang mengandung pewarna tekstil Rhodamin B berdasarkan

Undang-Undang. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Nganjuk dengan cara membagikan pamflet. Selain itu

sosialisasi langsung kepada masyarakat juga dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Nganjuk yaitu dengan cara menggunakan

metode langsung door to door, maksud metode ini yaitu Dinas

Kesehatan Kabupaten Nganjuk melakukan sosialisasi dari rumah ke

rumah yang mengikutsertakan Camat, Lurah sampai Ketua RW/RT.

4. Melakukan Pengawasan Dan Pembinaan Kepada Pelaku Usaha

Mengenai Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Untuk mengatasi hambatan ketidaktahuan pelaku usaha akan perbuatan

yang dilarang, Dinas Kesehatan berupaya melakukan pengawasan dan

pembinaan kepada pelaku usaha yang berbentuk Operasi pasar yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk dilakukan 3 (tiga)

bulan sekali.

Hal ini bertujuan untuk melakukan pengawasan secara langsung dan

mengetahui peredaran makanan yang mengandung pewarna tekstil

Rhodamin B. Pembinaan dilakuan untuk mengarahkan agar pedagang

tidak menjual makanan yang mengandung pewarna tekstil Rhodamin

B. Pembinaan ini dilakukan setiap kali operasi pasar dengan tujuan

meningkatkan pemahaman dan kesadaran pelaku usaha terhadap

perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dan untuk mengadakan

perlindungan terhadap hak konsumen.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 18

5. Mendorong Masyarakat Untuk Melaporkan Adanya Makanan Yang

Mengandung Pewarna Tekstil Rhodamin B Di Pasaran

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk

untuk mengatasi rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan

peredaran makanan yang mengandung pewarna tekstil Rhodamin B

adalah mendorong masyarakat untuk melaporkan adanya makanan

yang mengandung pewarna tekstil Rhodamin B di pasaran.

Diharapkan masyarakat Kabupaten Nganjuk bersikap aktif untuk

melaporkan makanan mengandung pewarna tekstil Rhodamin B yang

diketahuinya karena pelaporan yang dilakukan oleh masyarakat ini

dapat membantu dan meringankan kerja dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Nganjuk

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 19

F. Cara membedakan jajanan pasar aman dan sehat

Agar dapat membedakan kue mangkuk dan dadar gulung perlu diperhatikan

beberapa ciri-ciri berikut ini:

Dadar gulung yang aman

- Warna lebih pucat dan mirip warna daun suji

- Beraroma daun suji

- Warna lebih lembut dan merata

- Hancur jika dilipat

- Berlendir dan berbau jika didiamkan selama lebih dari 6 jam

Dadar gulung yang berbahaya

- Warna lebih cerah dan memikat

- Tidak tercium aroma alami daun suji

- Terdapat spot-spot warna yang lebih gelap pada permukaan dadar gulung

- Jika dilihat, dilipat, dadar gulung atau kue mangkok tidak hancur

Tips menyimpan dadar yang baik yaitu dengan memasukkan kue mangkuk dan

dadar gulung ke dalam lemari pendingin agar tahan lama.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 20

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Ketidaktahuan produsen jelas membahayakan para konsumennya, sayangnya tidak

sedikit konsumen yang tidak peduli dan awas dengan makanan yang dikonsumsinya.

Toko kue ternama dan pasar kue terbesar sekalipun, belum tentu menjamin keamanan

kue yang kita beli. Karenanya penting untuk mengetahui ciri-ciri kue mangkuk dan

dadar gulung yang aman. Dalam jumlah berapapun boraks atau bleng berbahaya bila

dikonsumsi, begitu pula dengan pewarna non-pangan seperti Rhodamin B, karena

dapat menimbulkan kanker dan penyakit lainnya. Jangan menganggap remeh bahan

makanan yang dapat membahayakan tubuh kita. Kitalah yang perlu mengawasi secara

ketat makanan yang masuk ke tubuh kita. Kita perlu lebih cermat dalam memilih

makanan yang kita konsumsi termasuk kue mangkuk dan dadar gulung. Karena sekali

kita abai, tubuh kita pula yang akan menuai akibatnya. Hidup yang baik bisa didapat,

salah satunya dengan mengkonsumsi makanan yang aman dan sehat. Tentunya kita

perlu menjadi konsumen yang cerdas.

| Penggunaan Boraks dan Pewarna Tekstil dalam Jajanan Pasar 21

DAFTAR PUSTAKA

1) www.mytrans.com/program/50/73/222/reportase-investigasi

2) http://ik.pom.go.id/wp-content/uploads/2011/11/Bahaya-Rhodamin-B-sebagai-

Pewarna-pada-Makanan.pdf

3) http://harapanindonesia.com/kesehatan/berita.php?ART_LINK=1376298963Pen

garuh_Boraks_terhadap_Kesehatan

4) http://id.wikipedia.org/wiki/Bleng

5) http://handyleonardoetikabisnis.blogspot.com/2012/09/pengertian-etika-etika-

bisnis-dan.html

6) http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_pewarna