Dasar-dasar Filsafat Hindu Wena

6
- 1 - Tugas Dasar-dasar Filsafat Hindu Hubungan Tri Hita Karana dengan Etika Agama AGAMA Dosen : Drs. I Wayan Lipur, M.si Nama : I Made Putu Suwena NIM : 12.0123.0.02.101 LP2M UNIVERSITAS MAHENDRADATTA KARANGASEM PROGRAM STUDI S1 HUKUM SEMESTER 1 ANGKATAN XI TAHUN 2012

description

-Dasar-dasar Filsafat Hindu-Hubungan Tri Hita Karana dengan Etika Agama

Transcript of Dasar-dasar Filsafat Hindu Wena

Page 1: Dasar-dasar Filsafat Hindu Wena

- 1 -

Tugas

Dasar-dasar Filsafat Hindu Hubungan Tri Hita Karana dengan Etika Agama

AGAMA

Dosen : Drs. I Wayan Lipur, M.si

Nama :

I Made Putu Suwena

NIM : 12.0123.0.02.101

LP2M UNIVERSITAS MAHENDRADATTA KARANGASEM

PROGRAM STUDI S1 HUKUM

SEMESTER 1

ANGKATAN XI TAHUN 2012

Page 2: Dasar-dasar Filsafat Hindu Wena

- 2 -

UNIVERSITAS MAHENDRADATTA

Jl. Ken Arok No. 12 ( 0361 ) 434827 Denpasar 80236 Bali

DASAR-DASAR FILSAFAT HINDU

Inti ajaran dari Agama Hindu dapat dikonsepkan kedalam “ Tiga Kerangka

Dasar “ dan “ Panca Sradha “. Tiga kerangka dasar tersebut terdiri dari Tattwa ( Filsafat )

Susila ( Etika ) dan Upacara ( Yadnya ).

Tattwa

Tattwa atau dalam ilmu modern disebut filsafat secara khusus filsafat disebut

Darsana. Dalam perkembangan agama Hindu atau kebudayaan veda terdapat

Sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa Darsana.

Pada masa Upanishad , akhirnya filsafat dalam kebudayaan veda dapat dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu Astika ( kelompok yang mengakui veda sebagai ajaran

tertinggi ) dan Nastika ( kelompok yang tidak mengakui Veda ajaran tertinggi ).

Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui veda yang disebut Sad Darsana

(Saṁkhya, Yoga, Mimamsa, Nyaya, Vaisiseka, dan Vedanta ) dan tiga cabang

filsafat yang menentang veda yaitu Jaina, Carvaka dan Budha (agama Budha).

Yang disebut dengan filsafat dalam ajaran hindu adalah Darsana, darsana berasal dari

kata “ drs “ yang artinya memandang, jadi darsana berarti pandangan terhadap sesuatu.

Ada dua kelompok pemikiran hindu yang memiliki pandangan berbeda terhadap Weda,

ada yang mengakui eksistensi Weda dan ada yang tidak mengakui eksistensi Weda, dua

kelompok tersebut adalah :

1. Golongan pemikiran ortodok ( astika ) yang terdapat 6 kelompok pemikiran yaitu

( Nyaya , vaisesika, samkya, yoga, mimamsa, dan Vedanta ) yang disebut juga sad

darsana, bagian dari Sad Darsana adalah :

a. Aliran Nyaya; pendirinya adalah Gotama, terkadang beliau memakai nama

Aspada atau dhirgatapa, tempat kelahirannya di gautamastana. Beliau tinggal

beberapa lama di prabhasa. Inti ajaran nyaya adalah tentang yoga.

Page 3: Dasar-dasar Filsafat Hindu Wena

- 3 -

b. Vasisika; pendirinya adalah kanada, beliau juga dikenal dengan nama

kanabhasaka. Vasisika mengajarakan tentang pengetahuan yang menuntun orang

mencapai realisasi sang diri (kesadaran tinggi).

c. Aliran samkya; menurut sejarah tradisi, yang mengajarkan samkya adalah

kapila. Ayah kapila bernama kadarma dan ibunya bernama dewaherti. Pada tahun-

tahun terakhir masa hidupnya di habiskan di pulau segara. Samkya mengajarkan

teori sistematis tentang proses perkembangan alam semesta.

d. Yoga; pendirinya adalah patanjali. Yoga mengajarkan tentang latiahan

mengaendalikan badan dan pikiran untuk mencapai tujuan terakhir yoga adalah

Samadhi, yaitu trcapainya kesadaran tertinggi.

e. Mimamsa; pendirinaya adalah Jamini, ajaran ini juga merupakan purwa

mimamsa, karena mengandung ajaran tentang bagian-bagian awal dari weda.

Mimamsa mengajarkan dasar-dasar ajaran dharma dan lebih menekankan tentang

Ritual dan Etika dari ajaran filsafat.

f. Vedanta artinya akhir dari Veda; Ajaran ini juga disebut uttara mimamsa vedanta

merupakan puncak filsafat India yang berdasarkan atas ajaran Upanisad. Pokok

ajaran Vedanta adalah hubungan antara Dunia dengan Tuhan, antara Atman dan

parama atma. Vedanta sutra oleh Badarayana, yang isinya menguraikan secara

sistematis kitab Upanisad yang mejadi dasar dari ajaran Vedanta. Dalam

Bhagawad Gita, ajaran Vedanta disebut Brahma Sutra.

2. Golongan Heterodoks (Nastika) adalah kelompok yang tidak mengakui otoritas veda,

terdiri 3 kelompok pemikiran, yaitu Carvaka, Jaina dan Bhudha, ketiga ini disebut Tri

Darsana. Bagian tersebut adalah:

a. Carvaka; suatu aliran filsafat yang tergolong kepada filsafat Materialisme yang

hanya percaya kepada Catur Mahabhuta yaitu Udara, air, api dan tanah.

b. Jaina; aliran filsafat ini menekankan ajaran ahimsa, menggunakan masker dan

kalau jalan membawa sapu.

c. Buddha; adalah suatu aliran yang tidak percaya akan eksistensi Veda tokohnya

Siddharta Gautama inti dari ajaran Buddha adalah untuk melepaskan manusia dari

samsara, sebagai akibat dari adanya hawa nafsu, penderitaan dapat diatasi dengan

menghilangkan hawa nafsu.

Page 4: Dasar-dasar Filsafat Hindu Wena

- 4 -

A. HUBUNGAN TRI HITA KARANA DENGAN ETIKA AGAMA

1. Pengertian Tri Hita Karana ;

Secara Etimologi Tri hita karana terdiri dari kata ”tri” yang berarti tiga, ”hita” berarti

kemakmuran, kebaikan, kesenangan, kegembiraan, keselarasan, kebahagiaan, dan

”karana” berarti penyebab. Jadi Tri hita karana mengandung arti tiga penyebab

kemakmuran atau tiga hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kemakmuran

atau kebahagiaan.

Hubungan ketiga unsur tri hita karana yang dimaksud adalah hubungan manusia dengan

Tuhan Sang Pencipta, hubungan antara manusia dengan manusia, dan hubungan antara

manusia dengan lingkungan.dalam terminalogi masyarakat HINDU diwujudkan dalam 3

unsur, yaitu : parahyangan, pawongan, dan palemahan.

a. Parhyangan berasal dari kata ”hyang” yang berarti Tuhan. Parhyangan berarti

ketuhanan atau hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan dalam rangka memuja

Hyang Widhi. Hyang Widhi adalah Maha Pencipta (Prima Causa) beliau adalah

sumber dari pada segala yang ada. Beliaulah yang mengadakan alam semesta ini

beserta isinya. Beliau adalah asal dan tujuan akhir dari kehidupan.

b. Palemahan berasal dari kata” lemah” yang berarti tanah. Palemahan juga berarti

bhuwana atau alam dan dalam artian yang sempit palemahan berarti wilayah suatu

pemukiman atau tempat tinggal.

c. Pawongan berasal dari kata ”wong” (dalam bahasa jawa ) yang berarti orang.

Pawongan berarti perihal yang berkaitan dengan orang-orang atau keorangan

dalam suatu kehidupan masyarakat (community).

2. Pengertian Etika Agama;

Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang

menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan

penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika Agama

adalah bagaimana tingah laku dalam hidup beragama, tidak memandang berasal dari

agama apa, semuanya sama dalam etika agama namun berbeda dalam penyampaian dan

pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari, jadi dasarnya adalah tingkah laku

dari manusia itu sendiri. Etika agama ada dimaksudkan agar bagaimana kita bisa

Page 5: Dasar-dasar Filsafat Hindu Wena

- 5 -

membedakan mana perbuatan yang baik dan buruk sehingga terjadi keseimbangan hidup

antar umat beragama, karena kita di indonesia hidup pluralistik (beragam) agama tidak

hanya satu saja yang berkembang disini, karena itu diperlukan etika agama agar

terciptanya keharmonisan antar umat beragama, disini kita harus menyadari bahwa tidak

ada satu agama yang paling baik, semua agama itu sama yang dasarnya itu sama yaitu

tuhan dan kitab suci dan pada setiap agama memiliki tuhan dan kitab sucinya masing-

masing dan yang perlu diingat disini tuhan itu satu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam setiap

agama tersebut memiliki caranya masing-masing dalam pembelajaran etika agama dan

salah satunya agama hindu dapat menerapkan ajaran Tri Hita Karana dalam pembelajaran

etika agama kepada umatnya.

3. Hubungan Tri Hita Karana dengan Etika Agama

Dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan beragama Tri Hita Karana memiliki

peranan penting dalam pembelajaran Etika Agama itu. Nilai-nilai dan ajaran dalam Tri

Hita Karana dapat dijadikan dasar atau pedoman dalam melaksanakan Etika Agama itu

sendiri. Dalam mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana haruslah secara utuh tidak

ada yang paling istimewa dari ketiganya, dia senantiasa seimbang dalam pemikiran,

seimbang dalam ucapan dan seimbang pula dalam segala tindakan. Sebagai konsep

keharmonisan, Tri Hita Karana telah memberikan apresiasi yang luar biasa dari berbagai

masyarakat dunia. Unsur parahyangan dalam menjaga keharmonisan dengan Ida Sang

Hyang Widhi diwujudkan dalam berbagai bentuk aktivitas yadnya sebagai persembahan

yang tulus kepada Sang Pencipta. Mulai dari pembangunan tempat suci, pelaksanaan

upacara keagamaan, pendalaman ajaran agama, kreativitas berkesenian (tari, tabuh, lukis,

pahat, dsb.) untuk kepentingan ritual. Dalam ranah pawongan, masyarakat Hindu dengan

konsep manyama braya, paras-paros sarpanaya, salunglung sabayantaka, dan Tat Twam

Asi yang mendasarinya semakin mempertegas eksistensi masyarakat Hindu yang ramah-

tamah. Lebihlebih lagi sesuai ajaran Hindu yang sangat yakin terhadap Hukum Karma

Phala membuat kita semakin aman, damai, dan tenteram. Selanjutnya dalam tataran

palemahan, perhatian masyarakat Hindu terhadap lingkungannya sudah tidak dapat

diragukan lagi. Dalam agama hindu ada namanya hari raya Tumpek Pengarah untuk

tumbuh-tumbuhan, Tumpek Kandang untuk segala macam ternak, Tumpek Landep untuk

segala macam perabotan (senjata) sebagai sarana-prasarana mencari kehidupan, Nyepi

untuk keharmonisan jagat raya, dan lain sebagainya.

Peranan Tri Hita Karana kaitannya dengan Etika Agama :

Page 6: Dasar-dasar Filsafat Hindu Wena

- 6 -

1. Parhyangan diwujudkan dalam bentuk aktivitas keagamaan dalam rangka memuja dan

berbakti kepada Hyang Widhi. Terutama sekali adalah sarana tempat memuja adalah

sanggah/merajan, pura.

2. Palemahan yang diwujudkan dalam bentuk wilayah atau teritorial meliputi : tempat

tinggal, sawah, tegal, pasar, sekolah, instansi, tempat bekerja. Bhuwana Agung ciptaan

Sang Hyang Widhi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.

3. Pawongan diwujudkan dalam bentuk manusia, keluarga, masyarakat, dan warga.

Terutama sesama manusia melalui suatu hubungan komunikasi yang harmonis misalnya :

Saling memberi dan menerima

Saling menghargai dan menghormati

Saling asah asih asuh

Saling maaf memaafkan

Dan lain-lain, siap pengamalan konsep pawongan Jadi, peranana Tri Hita Karana dalam

Penerapan Etika Agama dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting agar terciptanya

kehidupan yang harmonis, selaras dan seimbang untuk kita umat beragama, sesama

manusia dan seluruh alam semesta.