DAS Lombok Tercemar

16
DAS di P. Lombok Tercemar? 1 DAS DI PULAU LOMBOK TERCEMAR? (Sebuah kajian) Oleh : Renny Retnowathi ABSTRAK DAS memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena segala aktifitas manusia bergantung pada keberadaannya baik untuk kebutuhan irigasi, pertanian, industri, konsumsi rumah tangga, wisata, transportasi sungai, dan kebutuhan lainnya. Namun, air yang dihasilkan dari DAS juga bisa merupakan ancaman bencana seperti banjir dan sedimentasi serta berbagai penyakit yang dapat ditimbulkannya. Potensi air yang dihasilkan dari suatu DAS perlu dikendalikan melalui serangkaian pengelolaan baik terhadap kuantitas maupun kualitas yang dihasilkannya sehingga ancaman bencana banjir pada musim penghujan dapat ditekan sekecil mungkin dan jaminan pasokan air pada musim (kemarau) tercukupi secara berkelanjutan, serta kualitas air yang dihasilkan bebas dari berbagai macam polutan sehingga mampu menjamin keberlangsungan hidup masyarakat disekitarnya. Makalah ini menyajikan deskriftif penulis tentang pencemaran DAS di Pulau Lombok berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, dengan uraian sederhana mengenai pencemaran DAS di P. Lombok berdasarkan penggunaannya. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di hulu sungai ke arah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumberdaya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya. Agar manfaat DAS dapat diperoleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (Tejowulan dan Suwardji, 2002). Dalam kurun beberapa tahun terakhir kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor, erosi, sedimentasi bahkan kekeringan sering menjadi pemberitaan di setiap daerah di negeri kita. Hal yang terfikirkan akibat dampak tersebut tentu saja kembali kepada manusia, apa yang salah?, bagaimana seharusnya?. Pertanyaan tersebut secara spontan mengarah pada hutan dan kondisi DAS.

description

kj

Transcript of DAS Lombok Tercemar

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 1

    DAS DI PULAU LOMBOK TERCEMAR?

    (Sebuah kajian) Oleh :

    Renny Retnowathi

    ABSTRAK

    DAS memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena segala aktifitas manusia bergantung pada keberadaannya baik untuk kebutuhan irigasi, pertanian, industri, konsumsi rumah tangga, wisata, transportasi sungai, dan kebutuhan lainnya. Namun, air yang dihasilkan dari DAS juga bisa merupakan ancaman bencana seperti banjir dan sedimentasi serta berbagai penyakit yang dapat ditimbulkannya. Potensi air yang dihasilkan dari suatu DAS perlu dikendalikan melalui serangkaian pengelolaan baik terhadap kuantitas maupun kualitas yang dihasilkannya sehingga ancaman bencana banjir pada musim penghujan dapat ditekan sekecil mungkin dan jaminan pasokan air pada musim (kemarau) tercukupi secara berkelanjutan, serta kualitas air yang dihasilkan bebas dari berbagai macam polutan sehingga mampu menjamin keberlangsungan hidup masyarakat disekitarnya. Makalah ini menyajikan deskriftif penulis tentang pencemaran DAS di Pulau Lombok berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, dengan uraian sederhana mengenai pencemaran DAS di P. Lombok berdasarkan penggunaannya.

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi

    yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di hulu sungai ke

    arah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumberdaya

    darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya. Agar

    manfaat DAS dapat diperoleh secara optimal dan berkelanjutan maka

    pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

    (Tejowulan dan Suwardji, 2002).

    Dalam kurun beberapa tahun terakhir kerusakan lingkungan seperti banjir,

    longsor, erosi, sedimentasi bahkan kekeringan sering menjadi pemberitaan di

    setiap daerah di negeri kita. Hal yang terfikirkan akibat dampak tersebut tentu

    saja kembali kepada manusia, apa yang salah?, bagaimana seharusnya?.

    Pertanyaan tersebut secara spontan mengarah pada hutan dan kondisi DAS.

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 2

    Dampak pengrusakan hutan oleh eksploitasi yang berlebihan ternyata

    sangat berpengaruh terhadap kondisi DAS di negara kita, tidak terkecuali DAS di

    Pulau Lombok. Peran strategis DAS sebagai unit perencanaan dan pengelolaan

    sumberdaya semakin nyata pada saat DAS tidak dapat berfungsi optimal sebagai

    media pengatur tata air dan penjamin kualitas air yang dicerminkan dengan

    terjadinya banjir, kekeringan dan sedimentasi yang tinggi. Dalam prosesnya,

    maka kejadian-kejadian tersebut merupakan fenomena yang timbul sebagai

    akibat dari terganggunya fungsi DAS sebagai satu kesatuan sistem hidrologi yang

    melibatkan kompleksitas proses yang berlaku pada DAS. Salah satu indikator

    dominan yang menyebabkan terganggunya fungsi hidrologi DAS adalah

    terbentuknya lahan kritis.

    Dengan semakin berkembangnya populasi manusia dengan berbagai

    aktifitas dan pola hidup dalam pemenuhan kebutuhan dapat berakibat pada

    eksploitasi yang berlebihan terhadap lahan dan sumberdaya yang ada.

    Permukiman, pertanian, perkebunan, industri, eksploitasi sumber daya alam

    berupa penambangan, dan ekploitasi hutan menyebabkan meluasnya lahan kritis

    hampir disemua propinsi di negara kita tidak terkecuali di Propinsi Nusa Tenggara

    Barat khususnya di Pulau Lombok, yang berdampak pada penurunan kondisi

    hidrologis suatu daerah aliran sungai (DAS). Penurunan kondisi hidrologi sungai

    bukan hanya mengenai terbatasnya supply air untuk pemenuham berbagai

    kebutuhan namun juga pada kualitas air yang akan digunakan yang berdampak

    pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan yang memanfaatkan keberadaan

    air sungai baik secara langsung maupun tidak.

    Hal ini ditunjukkan oleh data dari Dinas Kehutanan Propinsi NTB Tahun 2013

    yang menyatakan bahwa terdapat lahan kritis seluas 444.409,2 ha. Atau sekitar

    22,04% dari luas total wilayah Propinsi NTB. Selain itu, sekitar 480 ribu hektare

    hutan lindung, 419 ribu hektare hutan produksi, 170 ribu hektare non produksi

    termasuk 41 ribu hektare di dalam kawasan Balai taman Nasional Gunung Rinjani

    dan 128 ribu hektare kawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (SDA) juga

    mengalami degradasi 50 ribu hektare setiap tahun.

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 3

    Sementara Data versi Balai Wilayah Sungai (BWS) NTB, wilayah NTB telah

    kehilangan sedikitnya 300 unit sumber air akibat kerusakan Daerah AliranSungai

    (DAS) yang dipicu oleh berbagai persoalan seperti praktek pembabatan hutan

    secara liar (illegal logging) dan eksploitasi bahan tambang secara berlebihan.

    Mata air (sumber air) di wilayah NTB yang dulunya mencapai 500 titik kini tinggal

    120-an titik saja karena terjadi defisit air permukaan akibat kerusakan DAS.

    Bahkan, sejumlah lembaga penelitian melaporkan, akibat kerusakan kawasan

    hutan itu, volume air di Pulau Lombok berkurang sekitar satu miliar kubik setiap

    tahun. Hal itu diketahui dari penurunan volume air pada pengelolaan dua DAS di

    Pulau Lombok masing-masing DAS Dodokan yang dalam dua tahun terakhir ini

    kehilangan volume air sebesar dua miliar meter kibik dan DAS Menanga yang

    telah kehilangan 300 ribu meter kubik. Gejala lain ditunjukkan dengan

    peningkatan suhu maksimum sebesar 0,70 C dan suhu rata-rata minimum terjadi

    peningkatan sebesar 1,20 C dan dinyatakan bahwa Propinsi Nusa Tenggara

    Barat merupakan propinsi dengan kenaikan suhu yang sangat tinggi di Indonesia.

    Informasi dan data yang ditunjukkan diatas merupakan sinyalemen adanya

    perubahan kondisi DAS di Propinsi NTB tidak terkecuali DAS di Pulau Lombok.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis ingin mengetahui bagaimana

    pencemaran DAS di Pulau Lombok, apakah sudah terjadi? dan bagaimana bentuk

    perubahannya ?. Namun karena berbagai keterbatasan maka penulisan ini hanya

    menyajikan analisa deskriptif dari beberapa data hasil penelitian yang

    dilaksanakan pada DAS di Pulau Lombok dan dengan pengamatan sederhana

    mengambil tolak ukur dari pencemaran secara fisik (warna, bau, sedimentasi)

    dan dampak pencemaran yang ditimbulkan.

    1.2. Maksud

    Penyusunan makalah ini dimaksudkan salah satu bahan pertimbangan

    dan masukan dalam penyusunan kebijakan/program di wilayah DAS di Pulau

    Lombok dan sebagai salah satu bahan pertimbangan kondisi DAS di Pulau

    Lombok dalam penyusunan Perda Pengelolaan DAS di Provinsi NTB yang

    sedang disusun.

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 4

    II. METODE

    Metode pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penulisan ini

    yakni dengan teknik observasi, dan pengumpulan data sekunder (data kegiatan, hasil

    penelitian dan hasil pemantauan sederhana) dan studi pustaka (literatur artikel-artikel

    yang berhubungan dengan kondisi DAS di Pulau Lombok).

    III. PEMBAHASAN

    3.1. Indikator Pencemaran Air

    Polusi Air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen

    lainnya kedalam air sehingga kualitas air terganggu. Kualitas air terganggu

    ditandai dengan perubahan bau, rasa dan warna. Indikator atau tanda bahwa air

    lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat

    diamati yang dapat digolongkan menjadi 3 yakni :

    1. Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

    tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya

    perubahan warna, bau dan rasa.

    2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

    zat kimia yang terlarut, perubahan pH.

    3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

    mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri

    pathogen.

    Tingkat pencemaran yang terberat adalah akibat limbah industri besar

    maupun industri rumah tangga yang dibuang ke sungai. Pencemaran di sungai

    telah menyebabkan ekosistem dan habitat air menjadi rusak bahkan mati. Untuk

    sungai, pembuangan limbah industri/pabrik telah merusak habitat sungai

    sepanjang puluhan kilometer. Limbah industri ini mengandung logam berat,

    toksin organik, minyak dan zat lainnya yang memiliki efek termal dan juga dapat

    mengurangi kandungan oksigen dalam air. Limbah berbahaya ini selain

    menyebabkan kerusakan bahkan matinya habitat sungai, juga mengakibatkan

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 5

    timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai

    yang menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan MCK (Mandi, Cuci dan

    Kakus).

    Tidak hanya sepanjang aliran sungai, resapan bahan kimia juga mencemari

    air bawah tanah sepanjang belasan bahkan puluhan meter dari sungai tersebut.

    Pengeboran air bawah tanah yang dilakukan penduduk di dekat aliran sungai

    sering kali mendapatkan air bawah tanah yang keruh kehitaman, berbau bahkan

    berlendir. Dan bila dipaksakan untuk keperluan MCK akan mengakibatkan

    penyakit dan gatal gatal pada kulit (Anonim, 2011).

    Ditambahkan lagi bahwa selain limbah industri, limbah rumah tangga juga

    memiliki peranan yang besar dalam pencemaran air. Limbah rumah tangga ini

    terbagi menjadi 2 golongan, yakni limbah organik dan anorganik. Limbah organik

    adalah limbah yang dapat diuraikan oleh bakteri seperti sisa sayuran, buah dan

    daun daunan. Sementara limbah anorganik tidak dapat diurai oleh bakteri seperti

    bekas kaca, karet, plastik, logam, kain, kayu, kulit, dan lain lain.

    3.2. Beberapa Hasil Penelitian

    Dalam suatu penelitian BLHP Propinsi NTB (2012) mengungkapkan bahwa

    tingkat pencemaran yang terjadi di beberapa sungai di pulau Lombok

    memprihatinkan, BLHP telah melakukan penelitian di beberapa aliran sungai di P.

    Lombok yakni di sungai Jangkuk, Meninting, Ancar, Babak dan Dodokan. Dari

    beberapa kali pengambilan sampel diketahui bahwa pencemaran di sungai

    tersebut didominasi oleh bahan-bahan kimia, biologi dan kandungan E Coli baik

    dari jenis hewan maupun manusia. Pencemaran tersebut disebabkan oleh

    kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah dan melakukan aktifitas buang

    air besar di sungai, pencemarannya sudah melampaui ambang baku mutu

    sehingga air sungai sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk air bersih, namun hanya

    bisa digunakan untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan

    (pembuatan kebun bibit).

    Permasalahan yang muncul berkaitan dengan sumberdaya air adalah

    penurunan kualitas air pada beberapa sungai dan sumur, secara fisik (parameter

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 6

    pH, jumlah zat padat terlarut (TDS) dan daya hantar listrik (DHL)) sungai-sungai

    dan sumur yang ada di Provinsi NTB memang masih dalam kondisi normal.

    Namun, secara kimia dan biologi, beberapa sungai dan sumur terindikasi

    pencemaran berdasarkan kriteria baku mutu kualitas air sebagaimana diatur

    dalam PP No. 82/2001.

    Parameter kimia yang terindikasi sebagai bahan pencemar adalah

    amonium (NH4), pospat (PO4), detergen (MBAS), logam larut Mangan (Mn),

    Nitrit ((NO2), Flourida (F) dan Besi (Fe). Sejumlah sungai NTB yang terindikasi

    pencemaran adalah sungai Pagesangan di Kota Mataram. Pencemaran kimia di

    sungai ini telah melampuai baku mutu air kelas II untuk kadar poapat, detergen,

    nitrit. BOD yang terukur disungai ini cukup tinggi berturut-turut 0,24-0,26 mg per

    liter, 0.04-0,82 mg per liter, 0,1 mg per liter dan 3,1-5,6 per liter. Selain itu, Sungai

    Meninting (Lombok Barat) yang terindikasi pencemaran detergen dengan kadar

    0,08 -0,12 mg per lieter, kadar BOD sebesar 5,9 mg per liter dan sungai ini juga

    tercemar bakteri e-col. Sementara Kali Manhal di Lombok Tengah telah

    melampaui baku mutu kualitas air kelas II untuk papameter pospat, detergen dan

    BOD dengan nilai berturut-turut 0,32 mg per liter, 0.05-0,011 mg per liter dan 3,8-

    7,9 mg per liter. Terjadinya pencemaran sungai tersebut, antara lain karena

    sebagian masyarakat masih membuang sampah dan buang air besar di sungai.

    Hampir semua sungai di NTB tercemar bakteri E-coli karena di sungai bagian

    tengah dan hilir, masyarakat buang air besar dan membuang limbah rumah

    tangga di sungai, sehingga air sungai tidak bisa dikonsumsi. Sebagian kondisi

    sungai di NTB tidak layak dipergunakan manusia untuk keperluan sehari-hari,

    karena tingkat pencemarannya cukup tinggi, melebihi ambang baku mutu,. Air

    sungai yang tercemar bakteri E-coli tersebut tidak layak untuk dikonsumsi, karena

    bisa mengakibatkan berbagai penyakit terutama diare dan kolera. Air sungai

    hanya bisa digunakan untuk keperluan irigasi. Secara kimia dan biologi, beberapa

    sungai terindikasi pencemaran berdasarkan kriteria baku mutu kualitas air

    sebagaimana diatur dalam PP No. 82/2001. Dalam upaya mencegah semakin

    meningkatnya pencemaran sungai Pemerintah Kota Mataram menginisiasi

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 7

    program restorasi sungai dengan melakukan pembersihan sungai dan saluran air

    secara berkala.

    Senada dengan hal tersebut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

    Mataram H Mutawalli mengatakan bahwa selama ini bantaran sungai yang ada di

    daerah ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti

    membangun rumah, bahkan menjadikan sungai sebagai bak sampah.Kondisi

    tersebut mengakibatkan terjadinya degradasi atau penurunan kemampuan

    sungai untuk mendukung berbagai fungsi. Karena itu dilaksanakan program

    restorasi sungai, yakni mengembalikan fungsi alami yang telah terdegradasi oleh

    intervensi manusia. Restorasi sungai adalah perubahan paradigma dalam ilmu

    rekayasa sungai (river engineering) yaitu perubahan dari pola penyelesaian

    berdasarkan aspek teknik sipil hidro secara parsial menjadi penyelesaian

    terintegrasi aspek hidraulik, fisik, ekologi, dan sosial.

    Hasil penelitian yang dilakukan Fidaus (2011) mengungkapkan bahwa hasil

    analisis kualitas air sungai pada DAS Dodokan yang airnya masuk ke waduk

    Batujai, menunjukkan pencemaran oleh limbah domestik, pertanian, dan

    peternakan yang tersebar keberadaannya. DO, BOD, dan fosfat melebihi BMA PP

    RI No. 82/2001 untuk kelas I. Tingginya konsentrasi parameter-parameter

    tersebut merupakan indikator bahwa air Sungai yang masuk ke waduk telah

    mengalami pencemaran organik dan nutrientt (N dan P). Menurut Davis et.al,

    yang dikutip oleh Effendi (2003), parameter-parameter di atas merupakan

    limbah-limbah yang berasal dari sumber-sumber pencemaran seperti limpasan

    dari daerah pertanian yang mengandung pupuk, dan limpasan dari daerah

    pemukiman (Firdaus, 2011).

    Berbeda dengan ketiga hasil penelitian diatas, penelitian yang dilakukan

    oleh ICRAF (2010) yang dilakukan pada DAS Jangkok mengungkapkan bahwa

    dari hasil pengambilan sampel air sungai di beberapa beberapa titik mulai dari

    wilayah hulu, tengah maupun hilir, yang dilakukan pada waktu yang berbeda

    disimpulkan bahwa DAS Jangkok masih dinyatakan layak dan belum tercemar

    dari bahan-bahan polutan, karena dari beberapa jenis polutan yang ditemukan

    dinyatakan masih berada di bawah ambang batas pencemaran.

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 8

    3.3. Identifikasi Pencemaran DAS di Pulau Lombok

    Dari berbagai data yang diperoleh dan mengacu pada beberapa hasil

    penelitian yang dilakukan pada DAS di Pulau Lombok maka secara sederhana

    penulis membagi pencemaran DAS di Pulau Lombok berdasarkan

    penggunaannya. Hal ini didasarkan pada pemanfaatan air sungai yang masih

    banyak digunakan oleh masyarakat pulau Lombok yang sebagian besar

    penduduk bermata pencaharian sebagai petani, namun tidak sedikit yang mejadi

    peternak, nelayan, buruh, bahkan pegawai. Identifikasi tersebut yakni :

    A. Keperluan Rumah Tangga

    Pada umumnya di wilayah Pulau Lombok penurunan kualitas air banyak

    terjadi pada wilayah tengah maupun hilir sungai, karena seperti kita ketahui

    bahwa sebagian besar penduduk P. Lombok tinggal dan beraktifitas di wilayah

    tengah dan hilir DAS. Penurunan kualitas air sungai banyak disebabkan oleh

    pembuangan limbah industri baik industri rumah tangga maupun industri besar,

    pembuangan kotoran hewan maupun akibat pola hidup manusia yang membuang

    sampah organik, sampah plastik, penggunaan deterjen dan melakukan aktifitas

    buang air di sungai, bahkan tidak jarang petani yang berada dekat dengan sungai

    membuang hasil pengolahan pertanian di sungai, sehingga menyebabkan

    bertumpuknya berbagai macam polutan dalam sungai yang berbahaya bagi

    kesehatan seperti diare, kolera, penyakit kulit, malaria, disentri bahkan gangguan

    pernafasan oleh polusi udara yang ditimbulkan. Yang tidak kalah berbahayanya

    adalah kandungan pestisida dan bahan anorganik lainnya yang banyak digunakan

    pada kegiatan pertanian akan berdampak sangat tidak baik jika air sungai tersebut

    digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, karena bukan tidak mungkin bahan

    berbahaya tersebut akan tersimpan dan mengendap di dalam tubuh dan lambat

    laun mengakibatkan penyakit yang berbahaya seperti kanker maupun tidak

    berfungsinya organ-organ tubuh.

    Dari uraian tersebut maka dapat diidentifikasikan bahwa berdasarkan

    penggunaannya untuk keperluan rumah tangga seperti untuk air minum, mencuci,

    memasak, dan segala keperluan rumah tangga lainnya maka air sungai yang

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 9

    berada di wilayah Pulau Lombok tidak layak untuk digunakan dan dinyatakan

    sebagai air yang tercemar.

    B. Untuk Kegiatan Peternakan

    Dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga, masyarakat P. Lombok

    mengembangkan kegiatan peternakan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam

    dan itik. Dalam pengamatan sehari-hari, peternak masih menggunakan air sungai

    untuk kebutuhan ternak seperti untuk memandikan ternak bahkan dimanfaatkan

    untuk air minum terutama pada ternak besar, dan hal ini masih berlangsung

    sampai saat ini, dan kenyataannya hewan ternak mampu survive dalam kondisi

    tersebut dan tetap hidup dan berkembang biak dengan baik, dan dimungkinkan

    bahwa hewan ternak tersebut memiliki sistem imun (kekebalan) yang lebih tinggi

    dibanding manusia, dan polutan yang ada masih berada di bawah ambang batas

    untuk kegiatan peternakan. Oleh karena itu untuk pemenuhan kebutuhan

    peternakan air sungai di P. Lombok dinyakan masih memadai dan belum

    dinyatakan sebagai sungai yang tercemar.

    C. Kegiatan Pertanian

    Negara kita dikenal dengan negara agraris dimana sebagian besar penduduk

    bermata pencaharian sebagai petani, begitu juga dengan masyarakat di P. Lombok

    yang sebagian besar hidup sebagai petani dan buruh tani. Dalam mendukung

    kegiatan pertanian masyarakat sangat membutuhkan ketersediaan air sungai

    untuk kegiatan irigasi.

    Penggunaan pestisida dan pupuk anorganik lain pada kegiatan pertanian

    digunakan sebagai support terhadap tanaman agar mampu tumbuh dan

    berproduksi dengan baik, namun dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa

    hanya 20% dari pemberian pestisida yang mampu diserap oleh tanaman yang

    selebihnya akan dilepaskan melalui tanah dan udara. Pada saat hujan pestisida

    yang berada di permukaan tanaman dan permukaan tanah akan dibawa oleh air

    melalui aliran permukaan (run off) sebagai akibat kurangnya penutupan tanah

    (vegetasi penutup tanah, seresah dan mulsa). Run off yang terjadi akan

    menyebabkan sedimentasi dan pencemaran air yang berdampak pada

    pendangkalan sungai sehingga terjadi peluapan air sungai dan banjir, disamping

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 10

    akan menyebabkan punahnya beberapa mahluk hidup kecil (oleh keracunan

    pestisida) sebagai sumber makanan bagi ikan, sehingga populasi beberapa jenis

    ikan, udang dan hewan air lain akan menurun. Disamping itu bahan larutan yang

    berasal dari deterjen akan sangat berbahaya bagi pertumbuhan tanaman.

    Melihat produksi pertanian di wilayah P. Lombok yang terus menunjukkan

    respon yang cukup baik dengan hasil produktifitas yang meningkat, hal ini

    merupakan petunjuk bahwa DAS di P. Lombok dalam penggunaannya untuk

    kegiatan pertanian masih cukup memadai dan belum dikategorikan sebagai DAS

    yang tercemar, berbeda halnya jika terjadi kegagalan panen atau penurunan

    produksi pertanian secara signifikan dan berkelanjutan. Namun hal ini perlu

    penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam dengan metode yang jelas dan

    pengkajian laboratorium.

    D. Kegiatan Perikanan

    Kegiatan perikanan dalam kaitannya dengan pencemaran sungai pada DAS

    di P. Lombok dibedakan dalam dua kategori yakni perikanan alami yang memang

    hidup dan berkembangbiak secara alami di sungai dan pengembangan perikanan

    oleh masyarakat melalui pemeliharaan ikan.

    Dari hasil pengamatan sederhana dan informasi yang diperoleh dari

    beberapa orang (belum ditemukan informasi secara pasti) disimpulkan bahwa

    populasi jenis maupun volume ikan dan sejenisnya, menunjukkan penurunan baik

    dari ikan, udang, kepiting, atau hewan air lainnya. Namun hal ini tidak dapat

    disimpulkan secara langsung bahwa penurunan volume dan jenis menunjukkan

    pencemaran terhadap sungai tapi bisa juga disebabkan oleh eksploitasi yang

    berlebihan dengan tidak mengindahkan azaz kelestarian lingkungan.

    Pertimbangan lain dilihat dari pengembangbiakan ikan dengan keramba, bahwa

    berdasarkan hasil observasi dilapangan, kegiatan pengembangan perikanan

    banyak dilakukan pada wilayah hulu dengan ketersediaan air yang cukup dan

    kualitas air yang lebih baik. Ini juga dapat dijadikan indikasi bahwa pencemaran

    DAS di wilayah tengah maupun hilir dikhawatirkan akan menyebabkan kegagalan

    pada usaha perikanan mereka.

    E. Kegiatan Pengembangan Budidaya disekitar pantai

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 11

    Dalam kegiatan pengembangan budidaya mutiara yang dilakukan di

    kawasan pantai yang berbatasan dengan muara sungai di P. Lombok, diperoleh

    informasi bahwa telah terjadi penurunan hasil produksi mutiara di wilayah

    tersebut bahkan banyak yang harus merugi karena kematian kerang mutiara yang

    mereka budidayakan. Kondisi ini sering terjadi terutama pada saat musim hujan

    dimana air sungai mengalami penguapan dan membawa bahan-bahan berbahaya

    dan sedimentasi yang over. Plangkton dan jasad renik yang tumbuh dan

    berkembang di wilayah perairan pantai banyak tercemar terutama oleh

    penggunaan pestisida dan bahan anorganik pada kegiatan pertanian. Bahan-bahan

    berbahaya tersebut pada musim hujan akan dibawa melewati aliran permukaan

    menuju ke sungai dan kemudian ke laut. Plangkton dan jasad renik yang

    merupakan konsumsi dari kerang mutiara akan membawa efek berbahaya oleh

    kandungan bahan pencemar yang dibawanya, sehingga menyebabkan kegagalan

    pada kegiatan pengembangan budidaya kerang mutiara, dan jenis ikan-ikanan

    pada wilayah perairan tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh Kusmini 2012 limbah

    air raksa yang masuk kedalam mata rantai makanan di ekosistim mulai dari air

    tanah, sungai dan laut yang akhirnya berkumpul pada ikan sebagai ujung dari mata

    rantai itu. Air raksa akan masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara

    langsung dari air maupun mengikuti mata rantai makanan. Kemudian mencapai

    konsentrasi yang tinggi pada daging kerang-kerangan, crustacea dan ikan yang

    merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat di pesisir pantai. Jika seseorang

    mengomsumsi ikan atau meminum air dari sekitar DAS sungai yang terkontaminasi

    air raksa, maka kadar air raksa dalam tubuh manusia yang memakan ikan atau

    minum air terkontaminasi tsb makin bertambah, pada jumlah tertentu kontaminasi

    air raksa pada tubuh manusa akan merusak susunan sistem syaraf pusat manusia

    akibatnya bisa lumpuh, kehilangan indera perasa dan meninggal dunia. Tidak

    terbayangkan apa jadinya untuk perkembangan anak-anak yg belum lahir pada

    seorang ibu yang sedang hamil.

    Informasi di atas sangat jelas menekankan bahwa telah terjadi pencemaran

    air sungai pada DAS di P. Lombok guna pemanfaatnya dalam pengembangan

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 12

    wilayah perairan laut yang berbatasan langsung, yang berasal dari polutan bahan

    anorganik kegiatan pertanian.

    3.4. Upaya Pencegahan/Mengurangi Dampak Pencemaran Air

    Limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktifitas kehidupan

    manusia, baik dari setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, industri serta

    pertambangan tidak bisa kita hindari. Namun kita masih bisa mencegah atau

    paling tidak mengurangi dampak dari pencemaran tersebut, beberapa upaya

    yang dapat dilakukan aalah :

    a. Menerapkan pola hidup sehat, teratur dan seimbang mulai dari lingkungan

    terdekat kita, rumah dan sekelilingnya, dengan menjaga kebersihan dan

    kesehatan lingkungan. Kegiatan ini bisa dengan melakukan pemilahan

    terhadap sampah organik dan anorganik, sampah organik bisa dijadikan

    kompos, sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang. Pemerintah

    bekerjasama dengan World Bank, pada saat ini tengah mempersiapkan

    pemberian insentif berupa subsidi bagi masyarakat yang melakukan

    pengomposan sampah kota. Dalam suatu workshop dalam rangka hari

    lingkungan hidup 28 mei 2013 lalu, dibahas juga bahwa Pemerintah kota

    Mataram dan Propinsi NTB mulai melakukan pengembangan dalam upaya

    pengolahan sampah di TPA menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan.

    Sosialisasi ini juga dimulai pada saat jalan sehat yang diikuti oleh pegawai di

    lingkungan pemerintah daerah dan kota bersama-sama dengan masyarakat di

    lingkungan Udayana pada awal bulan ini dengan sosialisasi pemilahan sampah

    organik dan anorganik. Kegiatan pemilahan ini sangat berpengaruh dalam

    mengatur aliran air sehingga dapat mencegah penyumbatan selokan, aliran air

    dan sungai, sehingga dapat mengurangi meluapnya air sungai akibat

    sedimentasi yang berlebih.

    b. Untuk mencegah dan mengurangi segala akibat yang ditimbulkan oleh limbah

    berbahaya, setiap rumah tangga sebaiknya menggunakan deterjen

    secukupnya. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 13

    merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat

    menyebabkan terjadinya pencemaran air (Anonim, 2011)

    c. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap setiap kegiatan industri, baik

    skala besar maupun industri rumah tanggga, dengan melakukan kontrol

    terhadap pembuangan limbah dan melakukan pengaturan sesuai dengan

    aturan yang berlaku. Untuk industri besar sebaiknya memiliki Instalasi

    Pengolahan Air Limbah (IPAL), untuk mengolah limbah yang dihasilkannya

    sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Dengan demikian diharapkan dapat

    meminimalisasi limbah yang dihasilkan atau mengubahnya menjadi limbah

    yang lebih ramah lingkungan.

    d. Pemerintah sebaiknya tidak memberikan izin kegiatan penambangan dengan

    mudah tanpa melakukan identifikasi, observasi dan penelitian yang seksama

    terhadap suatu kawasan pertambangan, tanpa memperhatikan kemampuan

    lingkungan dan daya dukung yang dimiliki oleh kawasan pertambangan

    tersebut. Pengawasan yang ketat mutlak dilakukan, karena jka salah dalam

    pengelolaan suatu kawasan pertambangan akan membawa dampak yang

    sangat serius bagi keseimbangan ekosistem tanah, sungai bahkan wilayah

    perairan laut. Bagi kegiatan penambangan yang sudah mendapatkan izin

    penambangan sebaiknya mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya

    dalam kegiatan pertambangan atau menggantinya dengan bahan-bahan yang

    lebih ramah lingkungan. Atau diharuskan membangun Instalasi Pengolahan Air

    Limbah pertambangan, sehingga limbah bisa diolah terlebih dahulu menjadi

    limbah yang lebih ramah lingkungan, sebelum dibuang keluar daerah

    pertambangan.

    e. Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan

    dalam kemasan kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat

    unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada

    tempat pembuangan akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan

    kaki, turut menyumbangkan emisi asam satu hidrokarbon ke dalam atmosfir

    yang akhirnya berdampak pada siklus air alam. Menjadi konsumen yang

    bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana. Sebagai contoh,

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 14

    kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan menjadi

    sumber bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun atau

    degradable (dapat didegradasi alam)? Apakah barang yang kita konsumsi

    nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan aman bagi makhluk

    hidup dan lingkungan? Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi

    pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air

    limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan

    substansi beracun dari air yang tercemar. Dari segi kebijakan atau

    peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila kita ingin benar-

    benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus

    dilaksanakan pula. Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun

    social (kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan

    mempengaruhi tingkat pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun

    demikian, langkah pencegahan lebih efektif dan bijaksana (Anonim, 2011)

    IV. PENUTUP

    4.1. Kesimpulan

    Eksploitasi sumberdaya lingkungan seperti hutan, tanah dan sungai yang

    melebihi batas kemampuannya tanpa mengindahkan pengelolaan yang

    berkelanjutan dan kelestariannya akan membawa dampak buruk secara langsung

    maupun tidak terhadap kondisi daerah aliran sungai. Sungai dengan segala

    kandungan yang dimilikinya merupakan penentu keberlangsungan berbagai

    aspek kehidupan di sekitarnya. Kondisi sungai yang terjamin kuantitas dan

    kualitasnya akan sangat berpengaruh positif dalam pengembangan sumberdaya,

    kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, bahkan dalam kehidupan sehari-

    hari, sehingga segala aspek kehidupan manusia, hewan dan lingkungannya

    berjalan serasi dan seimbang.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga pemerintah dan

    perorangan dan juga dari hasil observasi lapangan serta informasi yang diperoleh

    menekankan bahwa DAS di P. Lombok mulai mengalami pencemaran terutama di

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 15

    bagian hilir sungai yang dibuktikan dengan berbagai perubahan yang terjadi

    seperti sedimentasi, berkurangnya jenis ikan-ikanan, udang maupun jenis

    crustaceae, serta mulai berkembangnya berbagai penyakit akibat pencemaran

    sungai di bagian hilir. Untuk itu perlu mendapat perhatian dengan melakukan

    berbagai upaya penanganan dan antisipasi pencegahan.

    4.2. Saran

    Perhatian dan penanganan terhadap kondisi DAS saat ini bukan hanya menjadi

    tanggung jawab pemerintah semata, karena setiap elemen baik pemerintah,

    swasta, kelompok lembaga tertentu maupun masyarakat harus mampu berperan

    dalam upaya pengelolaan daerah aliran sungai untuk kelestarian dan

    keberlanjutannya.

    Dalam pengelolaan DAS diperlukan arah pengelolaan yang jelas di masing-masing

    DAS dalam rangka memadukan program kerja yang akan dilaksanakan pada DAS

    masing-masing, yang disusun dalam bentuk dokumen yang berisi segala sesuatu

    yang terkait dengan kondisi DAS yang akan disusun, program-program yang akan

    dilaksanakan, siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan, bentuk keterlibatannya,

    serta bagaimana aturan-aturan yang berkait dalam pengelolaannya sehingga

    pengelolaan DAS dapat dilaksanakan secara terpadu, terencana, dan

    berkesinambungan untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi kepentingan

    masyarakat

    Diharapkan penelitian dan pengkajian yang lebih lanjut terhadap kondisi DAS di

    Pulau Lombok saat ini guna mengetahui arah dan pengelolaan yang tepat untuk

    kepentingan semua pihak.

  • DAS di P. Lombok Tercemar? 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, 2012. Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air wadukBatujai

    Anonim, 2011. http://3superelektron.wordpress.com/pencemaran-air/. Diunduh Tanggal

    19 Juni 2013, jam 22.18 WITA

    BLHP, 2013. Pencemaran Sungai di NTB Memprihatinkan. Mataram

    BLH Kota, 2013. (http://www.antarantb.com/print/24618/atasi-pencemaran-melalui-program-restorasi-kali). Diunduh Tanggal 19 Juni 2013, jam 23. WITA

    Rahayu S, dkk. 2009. Monitoring air di daerah aliran sungai. Bogor, Indonesia. World

    Agroforestry Centre - Southeast Asia Regional Office. 104 p. Subagio, 2012

    http://www.fotografer.net/forum/forum.view.php?id=3194224217&page=3. Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 69 82 69 Diunduh Tanggal 16 Juni 2013, jam 16. 20 WITA

    Tejowulan, R.S. dan Suwardji , 2008. Sistem Ekologi dan Manajemen Daerah Aliran

    Sungai. Pusat Pengkajian Lahan Kering dan Rehabilitasi Lahan (P2LKRL),Fakultas Pertanian Universitas Mataram