62 Sungai Di Indonesia Tercemar Limbah

download 62 Sungai Di Indonesia Tercemar Limbah

of 23

Transcript of 62 Sungai Di Indonesia Tercemar Limbah

62 Sungai di Indonesia Tercemar LimbahCarolina - OkezoneKamis, 17 Januari 2008 16:09 wib

TANGERANG- Kementrian Lingkungan Hidup memastikan sedikitnya 62 sungai di Indonesia mengalami pencemaran lingkungan yang sangat parah. Dan pencemaran tersebut disebabkan dari limbah industri besar, industri rumah tanggan dan penutupan lahan. Menteri Lingkungan Hidup, Rahcmat Witoelar mengatakan pencemaran tersebut terjadi dari hulu sampai hilir. Dan untuk memperbaikinya diperlukan waktu 15-20 tahun. "Perlu waktu yang sangat lama untuk mengembalikan ke kondisi semula,"ujarnya saat melakukan inspeksi mendadak di PT Indah Kiat, Alam Sutra, Serpong, Kamis (17/1/2008). Dikatakannya kembali dari 62 sungai tersebut diantaranya Sungai Ciliwung yang mengalami pencemaran yang sangat parah karena sudah melampaui ambang batas terutama aliran yang menuju ke Jakarta. Sedangkan aliran yang di Bogor masih dalam kondisi sedang atau masih masuk tingkat tiga. Begitupula dengan Sungai Cisadane untuk aliran hulu masih dalam kondisi masih bisa digunakan untuk perikanan. " KLH akan kerjasama dengan Departement Kehutanan, Pertanian dan Pekerja Umum untuk melakukan perbaikanperbaikan terhadap sungai di Indonesia,"jelasnya. Dalam sidak tersebut Rahmat Witoelar dan Gubernur Banten, Ratu Atut Choisyah juga meninjau instalansi pembuangan limbah di PT Indah Kiat dan juga melakukan tinjauan di sepanjang Sungai Cisadane dengan menggunakan perahu karet. Ketika melakukan tinjauan tersebut, rachmat Witoelar mendapati PT Panca Usahatama Paramita. produksi tissue sedang melakukan pembuangan limbah secara langsung ke Sungai Cisadane. "Kami akan panggil dan lakukan penyelidikan,"katanya kembali.

13 Sungai DKI Tercemar Tingkat TinggiFitriyah Tri Cahyani - OkezoneJum'at, 22 April 2011 18:21 wib (Heru Haryono/okezone)

JAKARTA- Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta mencatat 836 perusahaan belum mempunyai Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC). Kepala BPLHD DKI, Peni Susanti mengatakan sebanyak 80 persen pencemaran disebabkan limbah domestik. "Pencemaran di DKI itu lebih banyak akibat limbah domestik, karena Jakarta tidak punya sanitasi terpadu sehingga banyak perusahaan membuang sampah ke sungai dan sungai menjadi tercemar," kata Peni di Jakarta, Jumat (22/4/2011). Peni mengaku sebanyak 13 sungai di DKI Jakarta ini telah melewati tingkat kelas pencemaran yang ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu, pihaknya tengah melakukan kerja sama dengaan Kementerian Lingkungan Kementerian, Lingkungan Hidup (KLH) untuk menangani pencemaran sungai. Salah satu program yang tengah ditangani yakni sungai Ciliwung. Peni juga mengklarifikasi jumlah perusahaan yang melanggar tidak memiliki izin IPLC sebanyak 931 seperti yang dilaporkan Badan Pemeriksa Keuangan. "Jumlahnya bukan 931 perusahaan, tapi hanya 836 perusahaan," katanya.

Global Warming, Hima TL ITB Gelar Kampanye AntiplastikArief PratamaJum'at, 10 Oktober 2008 12:40 wib

BANDUNG - Untuk mengurangi efek global warming dari dampak pencemaran lingkungan hidup, puluhan mahasiswa Teknik Lingkungan (TL) yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa TL Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar kampanye antiplastik. Pada kampanye yang mengusung tema "Antiplastik Bag" di dalam kampus ITB ini, Hima TL membagi-bagikan puluhan kantung berbahan kain secara gratis kepada seluruh mahasiswa yang ada di ITB. Mereka membagikannya dengan cara berkeliling di setiap fakultas di ITB. Ketua Hima TL ITB Ayini mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan untuk mengurangi peredaran kantung plastik di kota Bandung yang semakin hari jumlahnya bertambah. "Ini memprihatinkan, karena akan merusak tatanan lingkungan di kota Bandung. Kantung ini mencemarkan lingkungan," kata Ayini. Ayini melanjutkan, kantung plastik akan merusak kegemburan tanah serta struktur tanah yang secara alami berproses semakin lama semakin gembur. Dengan demikian, dapat menimbulkan derajat kemiringan struktur bumi. "Ini harus menjadi perhatian khusus. Pemerintah juga harus apresiatif dalam menangani permasalahan pencemaran lingkungan," ujar Hanto, pengagas kegiatan kampanye antiplastik ini. (enp)

Ribuan Ikan di Sungai Way Seputih Lampung MatiRabu, 23 Januari 2008 10:52 wib

BANDAR LAMPUNG - Ribuan ikan di aliran Sungai Way Seputih yang melalui tiga kabupaten di Lampung mati. Hal ini diakibatkan oleh pencemaran limbah dari PT Teguh Bakti Wibawa Persada. Pencemaran terjadi karena jebolnya tanggul penahan kolam pengolahan limbah perusahaan tepung tapioka itu akibat hujan deras. Data dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung, di Sungai Way Seputih terdapat 37 perusahaan yang membuang limbahnya ke sungai ini. Semuanya membuang limbah yang tidak bersahabat dengan lingkungan, karena tidak diolah terlebih dahulu. Limbah dari 37 perusahaan itu berupa limbah tapioka, limbah unsur kayu, limbah unsur kimia, etanol, dan industri gula. "Kesemuanya mengakibatkan pencemaran di Sungai Way Seputih paling tinggi di antara dua sungai besar di Lampung lainnya," ungap Ketua Walhi Lampung Mukri Priyatna di kampus Unila, Bandar Lampung, Rabu (23/1/2008). Mukri menambahkan, dari tiga daerah aliran sungai di Lampung, Way Sekampung, Way Tulang Bawang, dan Way Seputih, seluruhnya tercemar dengan tingkat yang mengkhawatirkan. "Namun, Way Seputih paling parah, karena limbah 37 perusahaan terakumulasi di sini," tandas dia. Tuntutan hukum yang dilayangkan Pemprov Lampung kepada PT Teguh Bakti Wibawa Persada terkesan tidak tegas. Bappedalda Lampung hanya membebankan biaya ganti rugi bagi penduduk, dan tidak menjerat dengan pasal pencemaran lingkungan. Hingga hari ini, baru satu perusahaan pencemar di Sungai Way Seputih yang dilaporkan ke polisi, yaitu PT Sinar Bambu Kencana. (Aji Aditya Junior/Trijaya/jri)

Dipenuhi Sampah, Kondisi Teluk Jakarta KritisMinggu, 22 November 2009 03:00 wib Teluk Jakarta (Foto Dok: www.ranesi.nl)

JAKARTA - Pemerintah provinsi DKI Jakarta menyatakan kondisi pencemaran lingkungan di wilayah perairan Teluk Jakarta kritis. Ribuan kubik sampah dari limbah industri dan rumah tangga setiap harinya bermuara di Teluk tersebut. "Pencemaran di Teluk Jakarta telah memasuki masa kritis," ungkap Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Sabtu, (21/11/2009). Diperkirakan saat ini per harinya 14 ribu kubik limbah sampah rumah tangga dan industri mencemari Teluk Jakarta yang mencapai luas 2,8 kilometer persegi. Kalau tidak segera ditangani, limbah tersebut mengancam kelestarian hutan bakau dan terumbu karang di sana. Pria yang akrab disebut Foke ini, mengajak masyarakat menyelamatkan Teluk Jakarta. Dia memperkirakan produksi ikan dan budi daya laut lainnya menurun drastis hingga 38 persen dari biasanya. "Karena memang Teluk Jakarta ini, bukan cuma milik pemerintah DKI saja, atau Ancol, tetapi juga milik seluruh stakeholder, termasuk warga Jakarta," ungkap dia. Adapun Direktur Lingkungan Hidup Perkotaan Institut Hijau Indonesia Selamet Daroyni, menjelaskan sumber pencemaran wilayah perairan Jakarta disumbang oleh tumpahan minyak perusahaan pertambangan. "Termasuk juga limbah kapal besar dan kecil yang intensitas hilir mudiknya sangat tinggi," ungkapnya. Lembaga ini mencatat sebanyak 6.500 ton sampah dihasilkan masyarakat dan pelaku industri di Jakarta per harinya. Sebesar 10% dari jumlah tersebut tidak tidak terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan masuk ke 13 aliran sungai yang ada. "Sampah tersebut selanjutnya terakumulasi di Teluk Jakarta," ungkapnya. Sehingga mencemari lingkungan di wilayah perairan Jakarta hingga ke wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu.

Pencemaran Situ di Depok Ganggu Kualitas Air TanahMarieska Harya Virdhani - OkezoneSelasa, 27 April 2010 23:09 wib 0 2Email0

Setu Rawa Besar

DEPOK Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok kembali mengumumkan hasil uji laboratorium terhadap dua situ terkait pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya. Kedua situ tersebut yakni Situ Gadog di Kecamatan Cimanggis dan Situ Pladen di Kecamatan Beji. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok Rahmat Subagyo mengatakan, pencemaran tersebut indikator pencemaran tersebut diukur berdasarkan angka Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi. Secara standar, nilai BOD adalah 6 mg/liter sedangkan COD standar adalah 50 mg/liter. BOD merupakan kebutuhan oksigen terhalagi bahan-bahan organik. BOD menjadi tinggi karena banyaknya limbah berupa feses atau kotoran manusia masuk ke situ. Sedangkan COD adalah kondisi oksigen yang terhambat karena zat kimia. COD menjadi tinggi karena limbah kimia, seperti larutan sabun dan detergen mengalir ke situ, katanya kepada wartawan, Selasa (27/4/2010). Rahmat mengungkapkan, tingkat pencemaran BOD Situ Gadog misalnya, adalah

sebesar 450,42 mg. Sedangkan jumlah COD mencapai 149,22 mg. Sama halnya dengan Situ Pladen, di mana angka BOD dan COD sebesar 87,58 mg dan 110,16 mg. Kedua situ tersebut juga tercemar sejumlah bahan kimia di antaranya, mangan, barium, seng, amonia, klorida, dan besi. Kedua situ ini menyebabkan air tanah yang ada tidak bisa dimanfaatkan. Jangankan untuk dikonsumsi langsung oleh warga, air di kedua situ ini juga tak boleh dipakai untuk mandi maupun mencuci pakaian, karena bisa gatalgatal juga, katanya. Sebelumnya, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok pernah menyebutkan situsitu lainnya yang juga tercemar oleh bahan kimia maupun bakteri EColi, yakni Situ Rawa Besar, dan Situ Cilangkap yang diduga tercemar oleh pabrik plastik. Depok memiliki 26 situ di 11 kecamatan, namun ratarata kini dalam kondisi yang masih memprihatinkan.

Anak-anak Jakarta Rentan Menderita IQ JongkokSabtu, 26 Januari 2008 09:37 wib 0 0Email0

JAKARTA - Kondisi kualitas udara yang buruk mengakibatkan anak-anak di Jakarta rentang terkena asma dan memiliki Iq rendah (jongkok). Koordinator LSM Kampanye Udara Bersih (Clean Air Campaign) Indonesian Lead Information Center Ahmad Safrudin menyatakan hampir 100% kawasan Jakarta memiliki tingkat pencemaran partikel debu sangat tinggi dengan indeks antara 200300. Jika kualitas gizi nutrisinya tidak terpenuhi, maka anak-anak di Jakarta tidak hanya terancam gangguan pernafasan namun juga kualitas Iq nya rendah. "Sebaiknya hindari mengajak anak-anak jalan-jalan ke Jakarta pusat, terutama di kawasan segitiga emas. Sebab kualitas udaranya sangat parah, kurangilah mobilitas anak-anak ke kawasan-kawasan tersebut. Paling tidak gunakanlah masker untuk mengurangi risiko menghirup udara kotor," ujarnya. Memang kadar pencemaran udara di Jakarta tergolong tinggi, misalnya paparan karbon monoksida (CO) dalam tataran tinggi dan akan mendominasi kawasan dengan jalan-jalan protokol terutama pusat-pusat bisnis dan kawasan segitiga emas Jakarta. Kemudian paparan hydrokarbon (HC) dalam bentuk polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) dan benzene, yaitu zat pemicu kanker, dalam tataran tinggi dan sangat tinggi. Bahkan untuk priyeksi 2008 mendatang, konsentrasi hydroksipirena (biomarker PAH) pd warga Jakarta rata-rata 8,62 mg/g kreatinin atau hampir 30 kali lipat dari nilai referensi yang diperbolehkan (0,3 mg/g kreatinin), dan instrument pencemaran lainnya. Ini masih ditambah partikel debu yang melayang dan mencamari hampir 100% wilayah Jakarta. Apalagi dalam debu itu ikut juga mercury atau logam berat lainnya, maka akan semakin memperparah kesehatan warga Jakarta. Dia merekomendasikan kepada seluruh warga Jakarta untuk tetap menggunakan masker dan mengonsumsi nutrisi yang cukup, terutama bagi anak-anak. Sebab jika

tidak berbagai macam penyakit akan mengancam. "Secara jangka pendek, pencemaran udara akan memberikan dampak penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), kemudian asma, namun secara jangka panjang kanker paru-paru," ungkapnya. Senada diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian Pencemaran Udara Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Rina Suryani. Menurutnya dampak kesehatan dari pencemaran udara sangatlah fatal. Yakni gejala pusing-pusing mual, ISPA, asma, tekanan darah tinggi, hingga penyakit dalam seperti gangguan fungsi ginjal, kerusakan sistem syaraf, penurunan kemampuan intelektual pada anak-anak, kebrutalan remaja, keguguran, impotensi, jantung koroner, hingga kematian dini. "Penanggulangan pencemaran udara ini penerapan pengujian dan perawatan kendaraan bermotor, pemanfaatan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, kawasan dilarang merokok, dan lain-lain," paparnya.

Kualitas Lingkungan Hidup di Kalsel MemprihatinkanHariyanto Kurniawan - OkezoneRabu, 30 Maret 2011 18:16 wib 0 0Email0

JAKARTA - Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) pada 2010 yang diukur oleh Kementerian Lingkungan Hidup, ternyata cukup memprihatinkan. Dari hasil pengukuran IKLH, Kalsel berada di posisi 26 dari 33 provinsi lainnya. Berdasarkan tiga kriteria, yakni kualitas air, kualitas udara, dan luas tutupan hutan, Kalsel hanya mencapai nilai indeks 48.25. Angka itu masih jauh-jauh di bawah ratarata IKLH tingkat nasional, yakni sebesar 59.79. "Pada 2010, kami mengukur indeks kualitas lingkungan hidup seluruh provinsi dan untuk Kalimantan Selatan masih jauh di bawah rata-rata nasional. Ini memprihatinkan," kata Staf Khusus Kementerian Lingkungan Hidup Gusti Nurpansyah dalam rilis kepada okezone, Rabu (30/3/2011). Untuk luas tutupan hutan, nilai indeks IKLH Kalsel hanya 39.24. Begitu pula untuk kualitas air, sambung Gusti, Kalimantan Selatan hanya berada di posisi ketiga dengan nilai indeks 8.40. Jebloknya nilai indeks kualitas air di Kalsel disebabkan oleh air sungai yang sudah tercemar. Pencemaran air sungai tersebut diakibatkan karena aktivitas industri maupun sampah-sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai. Selain itu juga aktivitas pertambangan yang menyebabkan pencemaran air raksa. "Aktivitas pertambangan masyarakat maupun industri yang secara langsung membuang air raksa ke sungai harus dicegah. Selain itu tutupan hutan yang masih ada harus dipertahankan sehingga dapat menyimpan air yang akan menetralisirkan air sungai yang sudah tercemar," tutur Gusti. Berdasarkan UU Penataan Ruang Nomor 26 tahun 2007 dalam Pasal 17 ayat (5)

dinyatakan, dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 persen dari luas daerah aliran sungai. Dalam Pasal 29 ayat (2) dikatakan, proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. (hri)

Lima Sungai Depok Tercermar LimbahMarieska Harya Virdhani - OkezoneRabu, 27 April 2011 17:59 wib 2 5Email0 Pasar Kemiri Muka, Beji, Depok (Foto:iskandarhadji.blogspot.com)

DEPOK Lima dari belasan sungai di Depok dinyatakan positif tercemar limbah. Hal itu disebabkan pencemaran limbah yang disumbang oleh pasar tradisional dan rumah tangga. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok, Rahmat Subagio, menuturkan sedikitnya terdapat lima sungai dari 13 sungai di Depok tercemar limbah. Dia mencontohkan, sungai yang dekat dengan Pasar Kemiri Muka dan Pasar Cisalak memiliki tingkat pencemaran limbah yang tinggi. Dari 13 sungai di Depok, 5 di antaranya tercemar limbah. Yang parah, sungai dekat Pasar Kemiri Muka dan Pasar Cisalak. Kita juga sudah menyampaikan hasil kajiannya ke instansi terkait, ujarnya kepada wartawan di Depok, Rabu (27/4/2011). Menurutnya, pencemaran sungai sudah melebihi ambang batas sungai tercemar. Penyebabnya, masyarakat di sepanjang aliran sungai seringkali membuang limbah keluarga di sungai. Akibatnya, air sungai tidak dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci pakaian atau mandi. Kami juga sudah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di sungai yang padat penduduknya seperti daerah Cimanggis, jelasnya. Rahmat menjelaskan, penggunaan air sungai yang tercemar bisa mengakibatkan penyakit gatal-gatal atau sakit perut. Dia menambahkan, sungai yang berada di dekat pasar Kemiri Muka dan Pasar Cisalak banyak tercemar sampah. Banyak sampah organik atau lainnya memenuhi sungai tersebut. Air sungai sudah mengandung bakteri, PH diambang batas, deterjen dan mangan, tandasnya. (ram)

Meski Tercemar, Sungai Cisadane Akan Jadi Sumber Air MinumCarolina - OkezoneRabu, 13 Februari 2008 15:08 wib

TANGERANG - Pemerintah provinsi Banten sedang menggodok klasifikasi untuk peningkatan kelas Sungai Cisadane. Peningkatan kelas sungai yang melintasi Kota dan Kabupaten Tangerang ini, untuk meringankan cost produksi air minum. Peningkatan kelas dilakukan karena, kondisi Sungai Cisadane yang melintasi dua daerah itu masuk dalam kategori kelas III. Dengan tingkat cemar sedang, maka sungai tersebut hanya bisa digunakan untuk budidaya ikan. "Air itu bisa saja digunakan untuk air minum, tapi memerlukan biaya yang besar," Kata Kepala Seksi Pencegahan dampak lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Sugiharto, di Tangerang, Rabu (13/2/2008). Pencemaran yang terjadi di Sungai Cisadane itu sebanyak 60 persennya berasal dari limbah domestik, seperti deterjen dan pemutih. Sedangkan sisanya, berasal dari limbah industri yang tidak memiliki instalansi pengolahan limbah (Ipal). Dikatakannya kembali, dengan adanya peningkatan kelas maka akan mempermudah untuk melakukan pengolahan air minum. "Ya, kami akan terus berusaha untuk meningkatkan mutu air," ujarnya. Untuk meningkatkan kelas tersebut, Pemkot Tangerang akan mencari sumber pencemaran yang berada di empat titik yaitu di Jembatan Gading Serpong, Jembatan Cikokol, Jembatan Robinson, dan Pemantauan Sewan Tangga Asam. "Semua akan kami pantau agar kelas Sungai Cisadane bisa ditingkatkan," ucapnya. (ism)

Sungai & Situ di Depok Tercemar Bakteri E-ColiMarieska Harya Virdhani - OkezoneSelasa, 5 Januari 2010 12:45 wib Situ Rawa Besar di Depok

DEPOK - Hampir seluruh sungai dan situ di Depok mengandung bakteri e-coli dan tercemar limbah rumah tangga. Hal itu akibat padatnya pemukiman yang menghasilkan limbah rumah tangga. Hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kota Depok menyebutkan hampir 80 persen sungai dan situ di Depok masih memenuhi standar baku mutu. Artinya, masih ada 20 persen sungai dan situ yang tercemar limbah yang dapat ikut mencemari air tanah, serta berbahaya bagi kesehatan. Badan Lingkungan Hidup Kota Depok mencontohkan, Situ Rawa Besar adalah situ dengan kadar pencemaran Bakteriology Oxigen Demand (BOD) tertinggi yaitu 87 mg/liter melebihi ambang batas yang hanya 6 mg/liter. Sedangkan secara kimiawi, atau Chemical Oxigen Demand (COD) juga mencapai 116 mg/liter melebihi standard 50 mg/liter. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Depok Rahmat Subagyo mengatakan, masyarakat harus mampu mengurangi kadar tersebut dengan memanfaatkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal. Pencemaran secara kimia, kata Rahmat, disebabkan oleh air cucian dan sabun dari rumah tangga. "Warga harus dapat mengolah sendiri, karena kalau mencemari sungai, dapat mencemari air tanah juga," katanya kepada wartawan, Selasa (05/01/10). Sedikitnya terdapat 16 titik situ dan 19 titik sungai yang sudah diuji oleh Badan Lingkungan Hidup sejak November 2009. Di antaranya, Situ Rawa Besar, Situ Bahar, Situ Cilodong, Sungai Ciliwung, dan Kali Cikumpa. (ram)

Air Pelabuhan Tercemar RadioaktifMinggu, 3 Mei 2009 00:49 wib 0 0Email0

SURABAYA - Kadar bakteri e-coli yang terkandung dalam sumber air bersih di kawasan pelabuhan Tanjung Perak sudah mencapai tahap yang membahayakan, termasuk adanya pencemaran zat radioaktif dari limbah kapal di perairan pelabuhan. Hasil penelitian balai teknik kesehatan lingkungan (BTKL) Surabaya menyebut tingkat pencemaran tanah dan air di bawah tanah di kawasan ini sangat parah. Buruknya sanitasi dan buruknya sistem pengelolaan limbah industri di areal yang berada di bawah pengelolaan PT Pelindo III ini ditengarai menjadi penyebabnya. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas 1 Surabaya, DrH Azimal MKes mengingatkan, sumber air bersih yang berasal dari bawah tanah tak layak untuki dikonsumsi. Dia mengacu hasil uji laboratorium BTKL atas beberapa sampel air tanah yang menyatakan kandungan e-coli dalam air bawah tanah di kawasan pelabuhan sangat tinggi. "Tidak usah jauh-jauh. Air sumur yang ada di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) ini saja sudah tercemar. Kami tidak berani menggunakannya untuk konsumsi air minum, masak, atau lainnya kecuali hanya untuk cuci kendaraan," kata Azimal dengan mimik serius saat berbincang di kantornya, Sabtu 2 Mei. Salah satu tenaga ahli dalam proyek penanggulangan flu burung departemen kesehatan RI ini tidak merinci hingga berapa prosen kadar e-coli yang terkandung dalam air tanah di pelabuhan. Dia hanya mengisyaratkan hasil analisa laboratorium BTKL yang diserahkan ke KKP cukup parah. "Ada satu bakteri e-coli saja dalam air itu sudah bahaya. Dan itu sudah tidak layak untuk dikonsumsi," katanya. Azimal juga tidak mengurai sumber pencemaran air tanah di Pelabuhan Tanjung Perak datang dari mana saja. Dia hanya menyebut area yang menjadi titik merah

konsentrasi kebocoran limbah, seperti kawasan pelabuhan Nilam, Jamrud, serta Pelabuhan Kalimas. Yang mengerikan, sumber pencemaran itu tidak hanya berasal dari limbah BBM industri maupun kapal, tapi ditengarai juga berasal dari kebocoran limbah kimia pabrik-pabrik di kawasan pelabuhan, zat logam berat, serta limbah kimia lain yang mengandung zat radio aktif. "Masalah ini sudah kita informasikan ke Pelindo untuk ditindaklanjuti," kata Azimal. Manajer teknik Pelindo III Tanjung Perak Prasetyoko tidak menyangkal buruknya kondisi sanitasi air bersih di kawasan pelabuhan Tanjung Perak. Dengan bahasa lugas, dia juga mengakui adanya pencemaran air maupun tanah, sebagaimana telah direkomendasikan oleh BTKL dan juga KKP Kelas 1 Surabaya. "Nanti akan kami sediakan alat pengolah limbah khusus untuk mengatasi hal ini. Konsepnya sudah ada, alat pengolah limbahnya juga sudah ada. Tinggal menunggu payung hukum serta aturan pelaksananya saja," kata Prasetyoko. Berbeda dengan Azimal, Prasetyoko lebih menyoroti pencemaran air laut di kolam pelabuhan. Dia menuding biang kerok yang menyebabkan air laut di pelabuhan Tanjung perak selama ini adalah akibat ulah sejumlah kapal yang nakal. "Mereka memang tidak secara terang-terangan membuang limbah saat labuhsandar di pelabuhan. Tapi dari sejumlah fakta yang kami temui banyak kapal yang membuang limbah BBM di tengah laut. Limbah itu lalu terbawa ombak hingga ke pelabuhan," sambungnya. Prasetyoko berkilah, pencemaran yang terjadi masih dalam taraf wajar. Demikian juga dengan kondisi di darat maupun air bawah tanah kawasan pelabuhan. "Perlu perhatian, tapi belum sampai melewati ambang batas," pungkasnya. (Destyan Soejarwoko/Koran SI/nov)

Hutan Mangrove Cilacap Makin KritisMinggu, 13 Juli 2008 21:15 wib 0 3Email0

CILACAP - Kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah semakin parah. Hutan mangrove di Pantai Selatan Jawa seluas 8.300 hektar (ha) itu, 40 persen kondisinya sangat kritis. Rata-rata dalam setahun, kehilangan 2 hektare. Penyebab utama kerusakan didominasi maraknya pembalakan liar. Kepala Badan Pengelolaan Kawasan Segara Anakan (BPKSA) Cilacap Supriyanto mengatakan hutan mangrove saat ini luasnya sekitar 8.300 ha. Lahan yang dikelola BPKSA mencapai 6.823 hektare dan sisanya dikelola oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Cilacap. "Sebanyak 40 persen dalam kondisi kritis, dan membutuhkan penanganan ekstra agar hutan mangrove pulih kembali. Untuk proses rehabilitasi menurutnya diperlukan gerakan secara massal dari seluruh elemen masyarakat. Terutama dengan cara perubahan perilaku untuk mencegah pencemaran dan pembalakkan," ujarnya, Minggu (13/7/2008). Dia menambahkan, studi lapangan yang dilakukan 2007, nilai ekonomis hutan mangrove untuk perikanan menghasilkan Rp17 juta/hektar/tahun. "Ini jika dihitung nilai ekonomis perikanannya, tapi kalau dihitung persoalan keselamatan lingkungan sudah tidak bisa dihitung lagi, karena ini menyangkut persoalan kerugian secara menyeluruh," imbuhnya. Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Cilacap M Muslich menyatakan, hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan utama di pesisir. Dia menyatakan kerusakanan hutan mangrove dapat mengancam kelestarian suber daya hayati perairan. "Kalau tidak segera diselamatkan, warga pesisir yang selama ini mengandalkan

hasil laut mau bagaimana. Ini butuh kesadaran dan upaya dari semua pihak,"ujarnya. (Ridwan Anshori/Sindo/fit)

Tumpahan Minyak Cemari Kepulauan SeribuMinggu, 19 Oktober 2008 18:10 wib 0 0Email0 Ilst:alaska-in-picture.com

JAKARTA - Tumpahan minyak yang belum diketahui asalnya mencemari empat pulau di Kepulauan Seribu. Akibatnya ekosistem kelautan di sekitar perairan tersebutpun terancam rusak. Menurut Bupati Kepulauan Seribu Abdul Rahman Andit, gumpalan minyak berwarna hitam pekat telah mengotori empat pulau pemukiman di wilayahnya yaitu Pulau Tidung, Pulau Payung, Pulau Lancang dan Pulau Pari. Pencemarannya sendiri telah terjadi sejak Kamis 16 Oktober 2008 lalu dan kini beberapa pulau lain juga terancam tercemar. "Pulau Pari yang terparah. Minyak telah berada di 2 Km di bibir pantai dan kotorannya telah menggumpal," katanya. Andit sendiri mengaku belum mengetahui asal tumpahan minyak tersebut. Namun dia menduga tumpahan tersebut berasal dari pengeboran minyak lepas pantai atau kapal tanker yang karam di sebelah timur. Dugaan tersebut berdasarkan angin yang sekarang berhembus berasal dari Timur. Untuk sementara pihaknya telah mengirimkan contoh tumpahan minyak tersebut ke Kementerian Lingkungan Hidup. Community Development PT China National Oil Offshore Company (PT.CNOOC) yang memiliki tanker-tanker yang kerap melintas di Pulau Seribu, menyangkal bahwa pencemaran berasal dari kapal-kapal tanker milik mereka. Pasalnya,sejauh ini Belum ada laporan kerusakan dari tanker-tanker yang ada."Kami juga tidak mengetahui dari mana tumpahan minyak tersebut berasal," ujarnya. (Neneng Zubaidah/Sindo/fit)

Penyakit Misterius Rusak Ekosistem Terumbu Karang di KarimunjawaSelasa, 12 April 2011 10:54 wib 3 15Email2 Terumnu karang (Ist)

SEMARANG Berdasarkan sebuah penelitian dari pakar perikanan dan kelautan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, sebuah spesies penyakit baru merusak ekosistem terumbu karang (coral reefs) yang ada di perairan Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Spesies penyakit tersebut, belum diketahui secara pasti. Namun, dampak kerusakan yang ditimbulkannya begitu besar pada kelangsungan salah satu biota laut tersebut. Terumbu karang yang terkena penyakit tersebut, akan berubah warna menjadi merah muda (pink). Sindrom penyakit ini memang baru dan berbeda dengan white plaque tipe I, tipe II, tipe III serta black bone desease, ujar Prof Agus Sabdono, Senin 11 April. Dia menyebutkan, terumbu karang yang terserang penyakit tersebut, pertama kali ditemukan sejak 2006 silam saat dilakukan penelitian pada perairan tersebut. Hingga kini, dampak yang ditimbulkan terus meluas. Tepatnya di Pulau Sambangan pada kepulauan Karimunjawa. Hampir mirip seperti Pink Bloteh di India. Namun, yang di India polanya hanya garis-garis. Sedangkan yang di Karimunjawa menyeluruh, kata Guru Besar yang akan dikukuhkan dalam waktu dekat ini. Serangan yang ditimbulkan pada terumbu karang, terjadi mulai pada level molekuler, sel hingga ke jaringannya. Dan akibat serangan penyakit tersebut, dalam waktu dua hingga tiga bulan, terumbu karang yang terserang akan mati. Prosesnya memang cepat. Terumbu karangnya akan cepat mati, tukasnya. Agus menjelaskan, banyak faktor yang mengakibatkan terumbu karang di perairan laut Jawa tersebut. Di antaranya faktor alam seperti banyaknya pencemaran lingkungan seperti limbah pabrik dan sebagainya. Faktor tersebut, memperburuk

ketahanan terumbu karang sehingga mudah dan lemah sekali terkena serangan penyakit. Di satu sisi, fungsi ekosistem terumbu karang banyak mencukupi kebutuhan manusia, seperti obat-obatan, bahan budidaya, rekreasi dan bahan makanan (udang-udangan, kerang-kerangan, oktopus, dan rumput laut). Di samping itu juga berfungsi sebagai daerah pemijahan (spawning), pengasuhan (nursery), tempat mencari makan (feeding ground), dan pembesaran (rearing) dari beberapa jenis ikan, serta sebagai penghalang pantai yang dapat mencegah terjadinya erosi pantai. Namun timbulnya penyakit-penyakit baru yang aneh dan misterius yang secara ganas itu, memporak-porandakan sistem ekologi karang di berbagai belahan pulaupulau di Indonesia. Akibatnya fungsi rekreasi terusik karena pudarnya keindahan nilai estetika dan secara tidak langsung terjadi kerugian ekonomis karena adanya penurunan hasil tangkapan ikan hias/lobster di lingkungan terumbu, ungkapnya. Sebagian besar para ilmuwan percaya, degradasi karang terjadi sebagai respons atas tekanan alami (natural) dan anthropogenik (disebabkan manusia). Tekanan lingkungan tersebut berpengaruh terhadap sensitivitas karang dan meningkatnya virulensi pathogen. Perubahan kondisi lingkungan justru lebih memungkinkan pathogen berkembang biak lebih cepat dan meningkatkan kemampuan pathogen di dalam menginfeksi karang yang sensitif, sehingga semakin mempercepat kepunahan karang dari yang diduga sebelumnya. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk melestarikan sumberdaya hayati karang dengan menerapkan beberapa strategi, misalnya, strategi penanganan secara terpadu antara pemahaman ekosistem karang dan penurunan dampak buruk ulah manusia (13 integrated strategies), strategi konservasi karang berbasis masyarakat (Coremap), strategi marikultur, artificial reefs dan sebagaimya. Meskipun beberapa strategi tersebut menunjukkan keberhasilan sistem konservasi, namun rehabilitasi dan perlindungan terumbu karang tetap membutuhkan penanganan secara ekstensif yang sangat perlu didukung oleh bioteknologi. Berdasarkan hal tersebut maka bioteknologi lingkungan laut (environmental marine biotechnology) merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan untuk dapat menjawab permasalahan

Letusan Belerang Diduga Picu Pencemaran Danau BaturRabu, 22 Juni 2011 - 15:07 wib Rohmat - Okezone

Danau Batur (foto: wisata-bali.com)

DENPASAR- Letusan belerang yang berasal dari Gunung Api Batur diduga telah mencemari Danau Batur di Kabupaten Bangli, Bali. Akibatnya puluhan ton ikan mati secara mendadak pada Minggu 19 Juni lalu. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli, Anak Agung Ngurah Samba, mengatakan pascamatinya jutaan ikan, petugas Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bali telah melakukan pengambilan sampel ikan yang mati dan air dari Danau Batur. Pengambilan dua sampel itu dimaksudkan untuk pengujian laboratorium guna mencari penyebab kematian puluhan ton ikan yang diantaranya jenis Karper dan Nila. Berdasar pengamatan langsung di lapangan, meski hasil uji lab belum diketahui, bisa disimpulkan kematian massal ikan secara mendadak disebabkan ledakan belerang yang terhubungan dengan gunung api Batur, ujar Samba dihubungi wartawan, Rabu (22/6/2011) Sebelumnya dari penuturan warga mendengar ada gempa kecil yang diketahui ledakan belerang yang bersumber dari dasar danau. Danau itu merupakan bentukan dari letusan kaldera gunung purba pada 25 ribu tahun silam. Hingga kini, kasus kematian massal jutaan ikan di danau yang berlokasi di Kecamatan Kintamani, itu terus dipantau tim yang terdiri dari Dinas Peternakan dan Perikanan Bangli, BLH Bali, Balai Karantina Ikan Bali. Diperoleh informasi di lapangan, warga di sekitar danau mulai tercium bau belerang menyengat. Warga setempat juga melihat ada perubahan warna air danau menjadi putih. Danau Batur yang berkedalaman rata-rata 16,05 meter itu berada di kaki gunung yang masih berstatus aktif. Danau itu merupakan bentukan letusan kaldera gunung purba pada 25 ribu tahun silam. Pemerintah setempat juga telah melarang warga di sekitar Danau Batur tidak

mengkonsumsi ikan-ikan mati maupun mendekati atau mandi di pinggir danau untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti mencium bau belerang yang bisa membahayakan keselamatan manusia. Seperti diberitakan, diduga tercemar zat berbahaya puluhan ton ikan berbagai jenis di Danau Batur berlokasi di Kabupaten Bangli, Bali mati mendadak sejak Minggu (19/6) malam. Peristiwa kematian massal ikan di danau yang memiliki kawasan tangkapan 105,35 kilometer persegi, dan luas permukaan 16,05 kilometer persegi, itu bukan kali pertama. Fenomena alam itu pernah terjadi tiga tahun lalu, dimana ikan-ikan di danau yang memiliki panjang 7,7 kilometer dan lebar 2,7 kilometer, juga mati mendadak. Hanya saja jumlah ikan yang mati kali ini tercatat yang paling besar dalam sejarah sebagaimana penuturan warga. (uky)