Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

109

Click here to load reader

description

dampak psikologis remaja korban bullying

Transcript of Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

Page 1: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

i

DAMPAK PSIKOLOGIS REMAJA KORBAN BULLYING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang untuk memenuhi sebagian dari syarat-

syarat guna memperoleh derajat sarjana psikologi

Oleh :

VINA CHRISTINA

07.40.0085

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2011

Page 2: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima Untuk

Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada tanggal

17 Juni 2011

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata

Dekan,

Dr. Kristiana Haryanti, Msi

Dewan penguji : Tanda Tangan

1. Dr. Kristiana Haryanti, Msi

2. Drs. Y. Sudiantara, M.S

3. Dra. Sri Sumijati, Msi

Page 3: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas

berkat, pertolongan dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “DAMPAK PSIKOLOGIS REMAJA KORBAN

BULLYING”. Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, penyusunan laporan ini tidak dapat berjalan dengan lancar.

Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam

menyelesaikan laporan ini, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Kristiana Haryanti, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Ibu Dra. Sri Sumijati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang

dengan penuh kesabaran serta pengertiannya dalam memberikan

bimbingan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

3. Dewan penguji, Dr. Kristiana Haryanti, Msi, Drs. Y. Sudiantara, M.S,

Dra. Sri Sumijati, M.Si. terima kasih atas waktu dan saran-saran yang

diberikan guna menyempurnakan skripsi ini.

4. Ibu Esthi Rahayu, S.Psi., M.Si., selaku Dosen wali, terima kasih atas

bimbingannya selama peneliti menempuh pendidikan di bangku kuliah.

5. Seluruh staff pengajar Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang. Terima kasih atas semua ilmu yang telah

diberikan selama penulis menempuh studi.

Page 4: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

iv

6. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang yang telah memberikan bantuan dan informasi

selama peneliti menempuh kuliah di Psikologi.

7. Keluargaku, terutama kedua orang tua dan kakakku yang selalu

memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi

ini.

8. Teman-teman seperjuangan penulis, kelas B angkatan 2007, terima

kasih untuk kebersamaannya selama ini. Especially for Sarah, yang

dengan sabar membantu penulis dan menjadi tempat curhat penulis saat

penulis mengalami kesulitan dalam proses pembuatan skripsi ini.

9. There, Justin, Ocky, dan Melly yang bersedia mendengarkan keluh

kesah penulis, memberikan semangat agar penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini, serta membuat hari-hari penulis menjadi lebih indah dengan

canda dan tawa kalian.

10. Teman-teman sepelayananku, Fani; Max dan Ci Melissa, terima kasih

untuk dukungan dan kebersamaannya selama penulis menyelesaikan

skripsi ini. Tetap semangat untuk pelayanannya, Give the Best for Jesus.

11. Teman-teman Joshua Generation GIA Pringgading, terima kasih untuk

dukungan kalian selama ini. Kalian sungguh luar bisa. Keep on fire all.

12. G.J, J.S dan R.P.T yang telah bersedia menjadi subyek penelitian

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya guna membantu

terselesainya skripsi yang berjudul “DAMPAK PSIKOLOGIS REMAJA

KORBAN BULLYING” ini. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak

Page 5: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

v

kekurangan pada skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menambah

pengetahuan dan bekal bagi penulis di kemudian hari demi terwujudnya

hasil laporan yang baik.

Semarang, Juni 2011

Penulis

Page 6: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

vi

MOTTO

Semangat yang besar, mendatangkan pikiran yang besar

Pikiran yang besar menimbulkan kekuatan yang besar

Kekuatan yang besar memungkinkan langkah yang besar

Karena itu, bersemangatlah !

-Erich Watson-

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya

pada Tuhan ! (Yeremia 17:7)

Page 7: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

vii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….......... ii

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH………………………..…........ iii

HALAMAN MOTTO…………………………………………….……..... vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………....... vii

DAFTAR TABEL……………………………………....……………....... x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………........ 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….......... 1

B. Tujuan Penelitian……………………………………………......... 6

C. Manfaat Penelitian……………………………………………....... 7

1. Manfaat Teoritis……………………………………………....... 7

2. Manfaat Praktis……………………………………………........ 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………...……………...... 8

A. Perilaku Bullying………………………………………................. 8

B. Bentuk-bentuk Bullying….…………………………….……....... 13

C. Dampak Psikologis………...…………………………….…........ 16

D. Remaja Korban Bullying……………………………………….... 18

1. Pengertian Remaja..................…………………………............ 18

2. Pengertian Korban Bullying..............................................…...... 19

Page 8: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

viii

E. Dampak Psikologis Korban Bullying…………….………….….. 28

BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………........ 31

A. Metode Penelitian yang Digunakan…………………….……...... 31

B. Tema yang Diungkap………………………………………......... 32

C. Subyek Penelitian……………………………………….……...... 33

D. Metode Pengumpulan Data…………………………….……....... 34

1. Observasi………………………………………………..…...... 35

2. Wawancara………………………………………………......... 36

E. Metode Analisis Data…………………………………….…........ 37

F. Uji Keabsahan dan Keandalan Data…………………….……..... 39

BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN............................................... 42

A. Kancah Penelitian......................................................................... 42

B. Persiapan Penelitian..................................................................... 42

C. Pelaksanaan Penelitian................................................................. 43

D. Hasil Pengumpulan Data.............................................................. 44

1. Kasus subyek I........................................................................ 44

2. Kasus subyek II....................................................................... 57

3. Kasus subyek III...................................................................... 71

BAB V. PEMBAHASAN........................................................................... 83

A. Interrelasi Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying............. 83

B. Intensitas Tema Antar Subyek...................................................... 85

Page 9: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

ix

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 90

A. Kesimpulan.................................................................................. 90

B. Saran............................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 93

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. 96

Page 10: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Intensitas Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek I……….. 55

Tabel 2 : Korelasi antar Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek I…... 56

Tabel 3 : Intensitas Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek II………. 69

Tabel 4 : Korelasi antar Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek II…. 70

Tabel 5 : Intensitas Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek III……... 81

Tabel 6 : Korelasi antar Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek III… 82

Tabel 7 : Intensitas Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek I, II, III.. 86

Page 11: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Pedoman Wawancara……………………………………... 93

Lampiran B : Pedoman Observasi……………………………………….. 95

Lampiran C : Hasil Penelitian……………………………………………. 96

C.1 Subyek I

C.1.1 Hasil Wawancara Subyek I…………………..…… 96

C.1.2 Hasil Wawancara Orang Terdekat Subyek I…….. 156

C.2 Subyek II

C.2.1 Hasil Wawancara Subyek II……………...……… 118

C.2.2 Hasil Wawancara Orang Terdekat Subyek II…..... 161

C.3 Subyek III

C.3.1 Hasil Wawancara Subyek III…………………….. 136

C.3.2 Hasil Wawancara Orang Terdekat Subyek III…… 168

Lampiran D : Surat Ijin Penelitian

Lampiran E : Surat Bukti Penelitian

Page 12: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berita tentang kasus tindak kekerasan yang terjadi di sekolah

sering kita baca atau dengar di media massa. Tindak kekerasan yang

diberitakan berbagai macam antara lain yang dilakukan oleh oknum

guru terhadap muridnya, kakak kelas terhadap adik kelasnya maupun

antar teman sebaya. Tindak kekerasan ini diyakini sudah lama terjadi

namun kurang mendapat perhatian, oleh karenanya tidak diekspos oleh

media massa. Oleh beberapa orang, tindak kekerasan tersebut dianggap

sebagai hal yang wajar terjadi hingga suatu situasi dimana korban

mengalami luka parah bahkan sampai meninggal baru diberitakan

sebagai berita yang menggemparkan.

Banyak pihak seperti orang tua, sekolah, masyarakat belum

familiar dengan istilah bullying, sehingga orang tua serta pihak sekolah

sering kali mengabaikan, membiarkan dan menganggap sepele masalah

bullying. Orang tua serta para guru kerap kali menganggap bullying

sebagai bagian dari permainan anak-anak jaman modern atau

menganggap bullying sebagai hal biasa dalam kehidupan remaja

(Susanti, 2007, h. 2).

Riauskina, dkk (2005) mendefinisikan school bullying sebagai

perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau

sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap siswa/siswi yang

lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Page 13: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

2

Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku dimana terjadi pemaksaan

atau usaha menyakiti secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang

atau sekelompok orang yang lebih lemah oleh seseorang atau

sekelompok orang yang lebih kuat (Olweus, 2004, h. 23-24).

Bullying terjadi ketika seorang secara terang-terangan disakiti oleh

tindakan orang lain dan orang tersebut tidak memiliki kekuatan untuk

mencegah terjadinya kekejaman tersebut. Tanda-tanda anak yang

menjadi korban bullying antara lain kesulitan dalam bergaul, merasa

takut datang ke sekolah sehingga sering bolos, ketinggalan pelajaran,

mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran,

kesehatan mental dan fisik akan terpengaruh baik jangka pendek

maupun jangka panjang (Mellor, 2007, h.1).

Aktivis Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa, 2008, h. 2), Diena,

mengemukakan bullying adalah penggunaan kekuasaan untuk menyakiti

seseorang atau sekelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma

dan tidak berdaya.

Banyaknya korban bullying pada anak-anak sekolah di Indonesia

belum bisa didapatkan angka pasti (Elliot, 2005, h.5). Jika melihat kasus

di Norwegia hasil survey secara nasional pada tahun 1982 menunjukkan

angka yang mengejutkan, yakni terdapat 84.000 pelajar atau sekitar 15%

dari seluruh pelajar terlibat dalam kasus bullying baik sebagai pelaku

ataupun sebagai korban. Elliot dalam bukunya yang berjudul Bullying

terbitan tahun 2005 bahkan mengatakan bahwa enam dari setiap sepuluh

anak usia sekolah pernah dibully atau menjadi korban bullying.

Page 14: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

3

Sebuah studi yang dilakukan oleh ahli pendidikan Huneck

(Indarini, 2007, h.1) di sebuah sekolah di Indonesia, menemukan 45%

siswa mengaku menerima perlakuan bullying ketika berada dalam kelas,

sedangkan 43% mendapat perlakuan bullying saat istirahat. Dia juga

mencatat 65% siswa yang mengalami bullying tidak melaporkan

kasusnya pada orang dewasa.

Beberapa fakta yang sudah terjadi di Indonesia dapat mengungkap

fenomena bullying di negara Indonesia. FK, seorang gadis remaja

berusia 13 tahun siswi SMP 10 Bahtar Gebang, Bekasi, ditemukan

tergantung di kamar mandi rumahnya. FK mengakhiri hidupnya dengan

menggunakan seutas tali, namun tidak ada yang tahu persis kenapa ia

mengambil keputusan nekad seperti itu. Satu-satunya petunjuk datang

dari sang ayah yang mengatakan putrinya merasa malu karena sering

diejek teman-temannya sebagai anak tukang bubur. FK merasa ejekan

temannya yang membawa-bawa nama J bapaknya sebagai tukang bubur

telah menginjak-nginjak egonya. Kekerasan di sekolah yang dihadapi

FK memang bukan kekerasan fisik tetapi banyak pihak tidak menyadari

bahwa kekerasan mental juga sering menelan korban. FK merupakan

salah satu anak remaja yang tidak sanggup menerima kekerasan mental

di sekolah (Tim Sejiwa, 2008, h. vii).

Kasus lainnya (Tim Sejiwa, 2008, h. vii), LU, 15 tahun siswi kelas

dua di SLTPN 12 Jakarta menggantung dirinya di kamar tidur rumahnya

di Jalan Nipah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Diketahui sebelum

bunuh diri Linda depresi karena sering diejek temannya karena tidak

naik kelas.

Page 15: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

4

Berdasarkan survey preliminary ketika peneliti mencari informasi

ke sekolah-sekolah tentang siapa yang menjadi korban bullying yaitu

dengan cara bertanya kepada guru Bimbingan Konseling (BK) yang ada

di salah satu sekolah swasta di Semarang, menunjukkan bahwa ada

salah satu anak yang menjadi korban bullying, sebut saja si X. X

menjadi korban bullying saat X duduk di kelas 3 SMP. Dipandang sinis

dan tuduhan sering diterimanya. Tidak hanya satu atau dua hari X

menerima tuduhan dan dipandang sinis oleh teman-temannya, tapi X

hampir tiap hari mengalami hal tersebut. X pernah dituduh “cari muka”

di depan guru tari oleh si Y dan teman-temannya sampai X menangis.

Tidak hanya itu saja, akibat tuduhan Y terhadap X, X jadi dijauhi

teman-temanya sehingga X tidak mau ke sekolah keesokan harinya.

Selain itu, Y dan teman-temannya juga sering memandang sinis X saat

mereka bertemu (berpapasan). Y melakukan hal tersebut terhadap X

karena Y merasa mempunyai kelebihan (talenta) dibandingkan X. Selain

itu, Y merupakan anak seorang pendeta di gereja X. Tindakan bullying

yang dilakukan Y terhadap X tidak membuat X menjadi depresi, tapi hal

tersebut justru membuat X bangkit dan menjadikannya sebagai sebuah

persaingan yang sehat. Hal tersebut terbukti dari prestasi akademik X

yang tidak kalah bagusnya dengan prestasi akademik Y.

Ada kurang lebih 30 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri di

kalangan anak-anak dan remaja berusia 6 hingga 15 tahun di Indonesia

yang dilaporkan media massa antara tahun 2002-2005 (penelitian

Yayasan Sejiwa pada tahun 2006). Laporan media massa tersebut

umumnya disertai analisis redaksi atau komentar pakar mengenai

Page 16: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

5

fenomena tragis tersebut. Rata-rata analisis dan komentar yang ada

menyorot masalah ekonomi, ketidakharmonisan keluarga, serta

kerapuhan psikologis sang pelaku bunuh diri sebagai penyebab

terjadinya tragedi tersebut.

Pada umumnya pengamat menyorot masalah sosial dan psikologis

dalam diri korban dan kurang menyoroti tekanan dari luar yang

sedemikian rupa menjadikan seluruh masalah yang ada seakan

terakumulasi sehingga menimbulkan dorongan bagi korban untuk

mengakhiri hidupnya.

Ejekan, cemoohan dan olok-olok mungkin terkesan sepele dan

tidak signifikan. Kenyataannya hal ini bisa menjadi senjata tidak kenal

ampun yang secara perlahan tetapi pasti menghancurkan seorang anak.

Lebih banyak lagi anak-anak dan remaja korban bullying yang terus

hidup dan tidak cenderung mengakhiri hidupnya namun tumbuh dewasa

menjadi orang-orang yang berkepribadian rapuh, mudah sedih, pemarah

dan tidak percaya diri. Orang-orang seperti ini sulit sekali meraih sukses

dan hidup tidak bahagia (Tim Sejiwa, 2008, h. 3).

Pelaku bullying biasanya dengan mudah mengendus calon

korbannya. Pada pertemuan pertama pelaku bullying akan melancarkan

aksinya terhadap sang korban. Sang korban umumnya tidak berbuat apa-

apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya karena

ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan. Ini justru

membuat pelaku bullying di “atas angin” dan memberinya peneguhan

bahwa ia telah menemukan korban yang tepat. Ia pun akan meneruskan

Page 17: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

6

aksi-aksinya terhadap sang korban setiap mereka bertemu. Dengan

demikian situasi bullying pun tercipta.

Korban bullying bukanlah sekedar pelaku pasif dari situasi

bullying. Ia turut berperan serta memelihara dan melestarikan situasi

bullying dengan bersikap diam. Rata-rata korban bullying tidak pernah

melaporkan kepada orang tua dan guru bahwa mereka telah dianiaya

atau ditindas anak lain di sekolahnya (Tim Sejiwa, 2008, h. 17).

Perilaku bullying bisa berdampak buruk bagi korban, misalnya

menurunkan semangatnya untuk belajar di sekolah, mogok sekolah,

stress, rendah diri, trauma, ketakutan di sekolah, bunuh diri bahkan bisa

membuat anak justru mencontoh perilaku bullying tersebut. Melihat

banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh adanya perilaku

bullying, maka diperlukan usaha-usaha kerjasama yang melibatkan

peran orang tua maupun guru agar perilaku ini dapat dicegah atau

dibatasi sedini mungkin (Inung, 2007, h. 2).

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka peneliti

terdorong untuk meneliti tentang bullying mengenai apa saja dampak

psikologis yang diterima seseorang yang menjadi korban bullying.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak psikologis pada

seseorang yang menjadi korban bullying.

Page 18: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

7

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

berarti bagi ilmu Psikologi terutama Psikologi Sosial dan Psikologi

Pendidikan berkaitan dengan dampak psikologis korban bullying.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi

mengenai dampak psikologis baik yang langsung maupun tidak

langsung terhadap seseorang yang mendapat perlakuan bullying

sehingga diharapkan dapat memberikan masukan agar dapat mencari

usaha untuk mengurangi dampak psikologis yang muncul dalam diri

seseorang yang menjadi korban bullying atau melakukan antisipasi

untuk mencegah dampak tersebut.

Page 19: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Bullying

Bullying adalah sebuah situasi terjadinya penyalahgunaan kekuatan

atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak

yang kuat menekan, memojokkan, melecehkan, menyakiti seseorang

yang lemah dengan sengaja dan berulang-ulang. Pihak yang kuat bisa

berarti kuat dalam hal fisik tapi juga kuat secara mental. Dalam hal ini

sang korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan

dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental.

Hal penting disini bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi

dampak yang ditimbulkan akibat tindakan tersebut terhadap korbannya.

Misalnya, seorang siswa mendorong bahu temannya dengan kasar. Bila

yang didorong merasa terintimidasi apalagi bila tindakan tersebut

dilakukan berulang-ulang, maka perilaku bullying telah terjadi. Bila

siswa yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi maka

tindakan tersebut belum dapat dikatakan bullying. Istilah bullying datang

dari bahasa Inggris, diilhami kata bull yang berarti “banteng” yang

menyeruduk kesana-kesini (Sejiwa, 2007, h. 2).

Stephenson dan Smith (dikutip oleh Abdiah, 2010) menjelaskan

bahwa bullying digambarkan sebagai bentuk dari interaksi sosial dimana

individu yang dominan memperlihatkan perilaku agresif dengan

menekan individu yang kurang dominan.

Page 20: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

9

Rigby (Astuti, 2008, h. 3) mendefinisikan bullying sebagai sebuah

hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi

menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung

oleh seorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,

biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang.

Bullying menurut Pearce (Astuti, 2008, h. 3) didefinisikan sebagai

suatu perilaku yang tidak dapat diterima; kegagalan untuk mengatasi

tindakan bullying akan menyebabkan tindakan agresi yang lebih jauh.

Elliot (2005, h. 1) mendefinisikan bullying sebagai tindakan yang

dilakukan seseorang secara sengaja membuat orang lain takut atau

terancam. Bullying menyebabkan korban merasa takut, terancam atau

setidak-tidaknya tidak bahagia.

Dorothea Ross (Stan Davis, 2003, h. 9) mendefinisikan bullying

sebagai bentuk interaksi sosial – tidak harus berjangka panjang –

dimana seorang individu yang lebih dominan ( bully) memperlihatkan

perilaku agresif yang dimaksudkan untuk dan kenyataannya telah

menimbulkan tekanan terhadap individu yang kurang dominan (korban).

Perilaku agresif bisa berupa fisik langsung dan atau serangan verbal atau

bentuk tidak langsung. Di dalam interaksi tersebut mungkin melibatkan

lebih dari satu bully dan lebih dari satu korban.

Bullying adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan

jarang dilakukan hanya sekali. Bullying dapat dibedakan dalam beberapa

karakter seperti fisik, kata-kata, psikis dan sosial. Bullying itu terbentuk

dari dua pihak yang berselisih tetapi terdapat ketidakseimbangan dalam

kekuatan, secara fisik ataupun mental. Akhirnya hasil dari bullying itu

Page 21: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

10

sendiri adalah memperkuat dan memperpuas keadaan pembully, serta

menyiksa dan menekan pihak lainnya. Murid yang menjadi target

perlakuan kekerasan dari murid lainnya secara berulang-ulang akan

menjadi korban dari bully. Tindakan kekerasan dapat secara fisik seperti

memukul, menendang, gerakan yang tidak ramah. Dapat juga melalui

kata-kata seperti mengancam, mempermalukan, meremehkan,

menggoda, memanggil dengan julukan. Sedangkan secara psikis seperti

memandangi, mengacuhkan, serta secara sosial seperti memanipulasi

pertemanan dan mengasingkan (Ma, 2002, h. 19).

Bullying merupakan perilaku agresi yang disengaja dan

berlangsung secara terus-menerus yang ditujukan pada individu yang

sudah menjadi incaran atau korban (Papalia, Olds and Feldman, 2007).

Bullying terjadi karena tanpa disadari sekolah menanamkan budaya

kekerasan.

Bullying adalah bentuk perilaku yang berselingkung dengan

keseharian seperti mengolok-olok, memaki, mengancam, memaksa

dengan serangan, mengucilkan, menggunjing di depan umum, menghina

sampai pada batas tertentu memunculkan perilaku kekerasan seperti

menarik, mendorong atau bentuk perilaku agresif lain yang menciptakan

korban merasa terancam, trauma dan tertindas (Lines, 2008).

Menurut Handayani, bullying adalah suatu bentuk perilaku

menyakiti yang dilakukan orang yang lebih kuat secara fisik maupun

sosial kepada orang yang lemah. Perilaku bullying dapat terjadi dalam

rupa intimidasi fisik seperti berkelahi, memukul, menjambak,

menampar, dan menonjok. Dalam bentuk emosional seperti menyakiti

Page 22: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

11

secara verbal, mengejek, mengancam. Bullying juga tampil dalam

bentuk keduanya, fisik dan emosi.

Di negara-negara Skandinavia masalah bullying diistilahkan

dengan kata “mobbing” (Norwegia dan Denmark) atau “mobning”

(Swedia dan Finlandia). Kata tersebut berasal dari kata dasar bahasa

Inggris “mob” yang menyiratkan arti biasanya ada sebuah kelompok

orang yang bersifat anonim yang terlibat didalam pelecehan. Namun

istilah tersebut juga sering digunakan manakala seseorang melecehkan

atau menekan orang lain (Olweus, 2004, h. 8).

Menurut uraian dari berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

bullying adalah situasi dimana pihak yang kuat menekan, memojokkan,

melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan sengaja dan

berulang-ulang. Pihak yang kuat disini bisa berarti kuat dalam hal fisik

dan juga bisa kuat secara mental.

Bullying berbeda dengan kekerasan dan agresivitas. Kekerasan

merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan,

pemerkosaan, pemukulan) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk

menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah kekerasan

juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang

merusak. Kekerasan (violence) berarti penggunaan kekuatan fisik secara

paksa terhadap orang atau benda (Soekanto, 1993, h.476). Agresivitas

merupakan istilah umum yang dikaitkan dengan perasaan marah atau

permusuhan; agresi berfungsi sebagai suatu motif untuk melakukan

respons berupa perlakuan kasar, penghinaan dan frustrasi (Kartono,

1987, h. 13).

Page 23: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

12

Kekerasan terjadi ketika seseorang menggunakan kekuatan,

kekuasaan dan posisinya untuk menyakiti orang lain dengan sengaja,

bukan karena kebetulan. Kekerasan juga meliputi ancaman dan tindakan

yang bisa mengakibatkan luka dan kerugian. Luka yang diakibatkan bisa

berupa luka fisik, perasaan, pikiran yang merugikan kesehatan dan

mental. Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang

melukai dan merugikan fisik, mental dan seksual termasuk hinaan,

meliputi : Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk

eksploitasi seksual, serta trafficking/jual-beli anak. Sedangkan Child

Abuse adalah semua bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan

oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau

mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat

dipercaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru. Penganiayaan

fisik adalah tindakan-tindakan kasar yang mencelakakan anak dan

segala bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya, sedangkan

penganiayaan psikis adalah semua tindakan merendahkan atau

meremehkan anak. Penganiayaan pada anak-anak banyak dilakukan oleh

orang tua atau pengasuh yang seharusnya menjadi seorang pembimbing

bagi anaknya untuk tumbuh dan berkembang (Andez, 2006).

Ada perbedaan antara bullying dengan kekerasan dan agresivitas.

Bullying adalah suatu keadaan dimana pihak yang kuat menyakiti pihak

yang lemah. Biasanya pelaku bullying merasa ”lebih” dibandingkan

dengan korban, sedangkan kekerasan bersifat ”spontan” atau dalam

rangka membela diri serta pelaku tidak merasa ”lebih” dari korban.

Agresivitas adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti atau

Page 24: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

13

perilaku yang terjadi atas dasar ”kesengajaan” dan agresivitas bersifat

intensional (ada relasi antara kedua pihak).

B. Bentuk-bentuk Bullying

1. Bullying Verbal (Elliot, 2005,h. 2-5), Sejiwa (2008, h. 2-5) dan

Sullivan (2000).

Merupakan jenis bullying yang dapat terdeteksi atau tertangkap

oleh indra pendengaran. Biasanya bullying ini dilakukan dengan

menggunakan kata-kata yang menyakitkan, seperti misalnya

memanggil orang dengan sebutan bodoh, gendut atau bau. Bentuk lain

dari bullying ini adalah memaki, menghina, menjuluki, meledek,

menebar gossip, memfitnah, meneriaki.

2. Bullying Fisik (Elliot, 2005,h. 2-5), Sejiwa (2008, h. 2-5) dan Sullivan

(2000).

Merupakan jenis bullying yang kasat mata. Siapapun dapat

melihat karena terjadi kontak fisik atau sentuhan fisik antara pelaku

dan korbannya.

Contoh : mendorong, memukul, menendang, mencubit, menampar,

menginjak kaki, menjegal, memalak, menjewer, menjambak.

3. Bullying Diam

Jenis bullying yang dikemukakan oleh Elliot (2005,h. 2-5).

Bullying yang dilakukan dengan diam dan secara sengaja mengabaikan

orang lain atau memberi tanda-tanda dengan bahasa tubuh tertentu

untuk menyakinkan orang tersebut bahwa ia tidak layak untuk masuk

dalam kelompok tertentu. Pelaku bisa melakukannya dengan cara

Page 25: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

14

melengos, mengabaikan ketika orang lain berbicara. Singkatnya,

bullying diam dilakukan untuk membuat orang lain merasa tidak

nyaman namun tanpa mengatakan sesuatu atau tanpa melakukan

kontak fisik.

4. Bullying Emosional

Dikemukakan oleh Elliot (2005,h. 2-5). Bullying emosional

adalah tindakan negatif yang dilakukan terhadap orang lain yang

memiliki ciri-ciri yang berbeda dari kelompok besar lainnya, misalnya

dari ras yang berbeda, bentuk rambut, dan warna kulit. Bullying

emosional dapat dilakukan dengan cara mengumpat atau bertindak

secara sengaja dengan menggunakan gerakan-gerakan tertentu yang

bertujuan untuk menghina.

5. Bullying Cyber

Jenis bullying yang dikemukakan oleh Elliot (2005,h. 2-5).

Bullying ini dilakukan melalui telepon seluler, pesan pendek (SMS), e-

mail dan website untuk menyerang orang lain. Dalam beberapa kasus,

pelaku pembullyian membuat website dan mengundang orang lain

untuk membuat komentar-komentar jorok terhadap orang atau

kelompok tertentu. Cyber bullying semacam ini sebenarnya

merupakan bullying emosional yang sama sekali tidak bisa diterima.

Jadi disimpulkan bahwa bullying bisa berupa apa saja yang dilakukan

untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman dan orang yang

menjadi korban tidak berdaya menghadapinya.

Page 26: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

15

6. Bullying Mental atau Psikologis

Jenis bullying yang dikemukakan oleh Sejiwa (2008, h. 2-5).

Merupakan jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak

terungkap oleh mata atau telinga jika kita tidak awas mendeteksinya.

Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan diluar radar pemantauan

kita.

Contoh : memandang sinis, memandang penuh ancaman,

mempermalukan di depan umum, mendiamkan, mengucilkan,

merendahkan, menolak, menuduh, menggosipkan, membentak,

memlototi, mencibir.

Jenis bullying lain yang diungkap oleh Sullivan (2000, h. 14), yaitu :

a. Bullying non fisik, berupa :

1) Non-verbal, dibagi menjadi dua yaitu : langsung dan tidak

langsung

Secara langsung, contoh : menunjukkan wajah yang tidak

bersahabat, meludah, menekan.

Secara tidak langsung, contoh : memanipulasi teman

sepergaulan, mengisolasi atau mengucilkan dari lingkungan.

Dari beberapa uraian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa secara

umum bentuk-bentuk bullying dapat dibagi menjadi bullying fisik, non

fisik atau verbal, bullying mental atau psikologis. Ada beberapa jenis

bullying yang memiliki kesamaan, contoh : bullying mental atau

psikologis dengan bullying verbal yang menggunakan panca indera

untuk membully korban. Selain itu, bullying non verbal juga hampir

sama dengan bullying mental dan bullying verbal.

Page 27: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

16

C. Dampak Psikologis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, h. 234, 901)

dampak berarti pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik yang

negatif maupun positif. Sedangkan psikologis berarti sesuatu yang

berkenaan dengan psikologi atau bersifat kejiwaan. Jadi dampak

psikologis dapat diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan

akibat negatif maupun positif dalam kejiwaan seseorang.

Dalam tinjauan psikologi sosial, dampak psikologis dapat dikaitkan

dengan tindakan dan efek. Jones dan Davis (Sarwono, 1995, h. 75)

menyatakan bahwa tindakan (act) berarti keseluruhan respon (reaksi)

yang mencerminkan pilihan perilaku dan yang mempunyai akibat (efek)

terhadap lingkungannya. Sementara efek diartikan sebagai perubahan

nyata yang dihasilkan oleh tindakan. Dalam keterkaitan antara stimulus

dan respon yang mendorong seseorang bertingkah laku, maka dampak

psikologis dapat dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus dan

respon yang bekerja dalam diri seseorang (Watson dalam Sarwono,

1995, h. 5).

Dampak psikologis adalah konsekuensi psikologis sebagai hasil

dari adanya stimulus dan respon yang bekerja dalam diri seseorang oleh

faktor internal maupun eksternal. Malpani dan Heider (Sears, 1992, h.

105) mendefinisikan bentuk-bentuk dampak psikologis secara umum

sebagai berikut :

a. Kecemasan

Merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan

keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus

Page 28: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

17

untuk ketakutan tersebut (Chaplin, 1997, h. 32). Kecemasan

merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dipisahkan dari manusia,

artinya tidak ada manusia yang tidak mengalami kecemasan.

Buclew (dalam Handayani, 2001, h. 32) mengungkapkan

adanya gejala kecemasan yang dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu :

1. Tingkatan Fisiologis

Kecemasan pada tingkat ini sudah mempengaruhi atau berwujud

pada gejala-gejala fisik terutama pada fungsi saraf, diantaranya

tidak dapat tidur, perut mual dan keringat dingin berlebihan.

2. Tingkatan Psikologis

Pada tingkat ini kecemasan berupa gejala kejiwaan, seperti

khawatir, bingung, sulit konsentrasi, dan tegang.

b. Rasa malu

Merupakan suatu emosi dengan ciri khas adanya perasaan

bersalah, hal yang memalukan dan penghindaran (Chaplin, 1997, h.

460). Goffman (Harre & Lambs, 1996, h. 84) mengemukakan bahwa

apa yang dihasilkan rasa malu ialah pengakuan bahwa diri yang

disokong seseorang dalam sebuah interaksi sosial telah terganggu

oleh sesuatu yang dilakukannya atau suatu kenyataan pribadi yang

terlepas. Ditambahkan pula ungkapan kekuatan rasa malu berasal

dari interaksi-interaksi sosial.

c. Ketidakberdayaan

Petri (dalam Handayani, 2001, h. 25) mengungkapkan bahwa

penyebab suatu rasa ketidakberdayaan dalam pengalaman terdiri dari

keikutsertaan dalam pemecahan masalah, respon yang lamban

Page 29: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

18

terhadap stress, penyebab perasaan depresi dan rendahnya upaya

untuk keberhasilan-keberhasilan menyelesaikan tugas-tugasnya.

Menurut Lau (dalam Smeth, 1994, h. 76) menyatakan bahwa

ketidakberdayaan merupakan suatu kondisi yang didapat dari adanya

gangguan motivasi, proses kognisi maupun emosi.

d. Amarah

Berkowitz (2003, h. 27) menyatakan bahwa pada diri seseorang

yang mengalami reaksi fisiologis dapat muncul suatu ekspresi

emosional tidak disengaja yang disebabkan oleh kejadian yang tidak

menyenangkan (masalah) atau mungkin juga dipengaruhi oleh

pikiran oleh pikiran dan ingatan yang muncul pada sewaktu-waktu.

e. Kesedihan

Menurut Poerwadarminta (1998, h. 230) kesedihan adalah

perasaan sedih, duka cita, kesusahan hati. Kesedihan merupakan

perasaan hati yang lebih emosional, menjurus ke kesedihan yang

ditandai dengan kepasifan relatif, keadaan otot yang merosot dengan

keluhan tidak jarang mencucurkan air mata.

D. Remaja Korban Bullying

1. Pengertian Remaja

Remaja (Hurlock, 1992) berasal dari kata Latin adolensence yang

berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence

mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan

mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak

mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak

Page 30: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

19

tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Hal senada diungkapkan

oleh Santrock (2003, h. 26) bahwa remaja (adolescence) diartikan

sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa

dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-

emosional.

Masa remaja, menurut Mappiare (1982) berlangsung antara umur

12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan

22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah

remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah

remaja akhir.

2. Pengertian Korban Bullying

Korban bullying atau victim adalah seseorang yang berulangkali

mendapatkan perlakuan agresi dari kelompok sebaya baik dalam

bentuk serangan fisik, atau serangan verbal, atau bahkan kekerasan

psikologis. Biasanya mereka yang menjadi korban bullying pada

kelompok laki-laki adalah mereka yang lemah secara fisik

dibandingkan dengan kelompok sebayanya. Siswa sebagai korban

bullying sering menunjukkan beberapa gejala misalnya cemas, merasa

selalu tidak aman, sangat berhati-hati, dan mereka menunjukkan harga

diri yang rendah (low self-estem). Mereka memiliki interaksi sosial

yang rendah dengan teman-temannya, kadangkala mereka termasuk

anak yang diisolasi oleh teman sebayanya.

Byrne (dalam Sullivan, 2000, h. 26) menemukan bahwa korban

bullying merasa malu, merasa bersalah dan merasa gagal karena

Page 31: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

20

mereka tidak dapat menanggulangi bullying. Anak korban bullying

selalu merasa tidak bahagia, cemas, ketakutan dan selalu mengalami

ketegangan lebih dari batas normal. Sedangkan Smith (dalam Sullivan,

2000, h. 26) mendeskripsikan korban bullying sebagai anak yang tidak

popular dan terisolasi karena kurang dapat berinteraksi dengan anak

lain, kemampuan sosial korban dalam perkembangannya dengan

teman sebayanya cenderung kurang. Isolasi yang terjadi mengartikan

bahwa mereka adalah target.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001, h. 595) mendefinisikan

istilah korban sebagai orang, binatang yang menjadi menderita (mati)

akibat suatu kejadian, perbuatan jahat. Jadi korban dapat diartikan

sebagai orang yang menjadi menderita akibat suatu kejadian,

perbuatan jahat.

1. Karakteristik Korban Bullying

Karakteristik korban dibedakan menjadi lima, antara lain (Ma,

2002,h. 21) :

a. Karakter akademis

Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari

orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.

b. Karakter Sosial

Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang

erat dengan orang tua mereka. Sebaliknya pembully memiliki

keluarga yang memiliki masalah dengan keuangan dan

kehidupan sosial mereka, struktur keluaga yang tidak bagus,

Page 32: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

21

dan memiliki lingkungan yang tidak peduli, hal ini

menyebabkan pembully jauh dari orang tua mereka.

c. Karakter mental

Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka

sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga.

Kepercayaan diri mereka rendah, dan tingkat kecemasan sosial

mereka tinggi. Tanda-tanda seperti kecemasan, depresi, dan

tekanan jiwa sering terdapat dalam korban.

d. Karakter fisik

Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, dan pembully

mengambil kesempatan tersebut. Pembully juga menarget orang

yang punya kelemahan fisik tertentu. Pembully sering menarget

korban yang cacat, kelebihan berat badan, secara umum tidak

menarik secara fisik. Korban laki-laki lebih sering mendapat

siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik. Dibandingkan

korban laki-laki, korban perempuan lebih sering mendapat

siksaan secara tidak langsung, misalnya melalui kata-kata atau

bullying verbal.

e. Karakter antar perorangan

Secara antar perorangan, walaupun korban sangat

menginginkan penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali

untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial.

Anak korban bullying kurang diperhatikan oleh pembina,

karena korban tidak bersikap aktif dalam sebuah aktivitas.

Page 33: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

22

Anak-anak yang rentan menjadi korban bullying yaitu anak-anak

yang mempunyai karakter :

a. Fisik : cenderung lemah, kecil, gendut, mempunyai ciri-ciri

khusus yang biasanya dijadikan pelaku bullying sebagai bahan

untuk membully.

b. Akademis : korban mempunyai nilai akademis yang menonjol,

biasanya merupakan juara kelas. Sebaliknya, ada juga yang

mempunyai nilai prestasi buruk. Tidak ada batasan akademis

yang pasti. Korban yang mempunyai nilai akademis yang baik

biasanya dibully karena pelaku tidak suka karena korban

disayang oleh gurunya, iri hati. Sedangkan korban yang

mempunyai prestasi yang buruk seringkali diejek karena

ketidakmampuannya itu. Seperti pada kasus yang terjadi pada LU

yang menggantung dirinya karena sering diejek tidak naik kelas.

c. Individu : merasa rendah diri, kurang percaya diri, merasa dirinya

tidak berharga, mudah cemas, hiperaktif, mudah marah.

d. Sosial : anak yang menjadi korban bullying cenderung tidak

mempunyai minat terhadap kegiatan sosial yang diadakan di

lingkungannya. Walaupun terkadang mereka ingin teman-teman

yang terlibat tidak berkenaan dengan kehadirannya. Dari segi

ekonomi, anak dari ekonomi menengah ke bawah maupun

menengah ke atas pun dapat menjadi korban bullying.

e. Etnis : berasal dari kalangan etnis Cina

Ketika seorang anak menjadi korban bullying, anak

tersebut akan menunjukkan gejala-gejala. Gejala yang nampak

Page 34: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

23

ketika seorang anak menjadi korban seperti enggan untuk ke

sekolah, tidak bersemangat, mengalami penurunan nilai, minta

pindah sekolah, menangis, uring-uringan, sering menyatakan diri

kesepian, cemas, gelisah. Saat gejala tersebut nampak,

seharusnya pihak orang tua ataupun sekolah mulai menyadari dan

segera menanggulanginya. Namun, banyak pihak seperti orang

tua, guru, masyarakat tidak memahami bullying dengan baik

sehingga bullying dapat berkembang dengan mudah di kalangan

remaja sendiri.

Sebagaimana para penindas, anak-anak yang ditindas juga muncul

dalam berbagai bentuk dan ukuran. Beberapa bertubuh besar, yang lain

kecil; beberapa anak pintar, lainnya tidak begitu pintar, beberapa

atraktif, lainnya tidak terlalu atraktif; beberapa popular dan yang lain

tidak disukai hampir oleh semua orang. Satu kesamaan yang dimiliki

oleh anak-anak yang ditindas adalah bahwa korban menjadi sasaran dari

seorang penindas. Korban dipilih menjadi objek hinaan dan kemudian

menjadi penerimaan agresi verbal, fisik atau relasional hanya karena

berbeda dalam hal-hal tertentu (Coloroso, 2004, h. 92):

a. Anak termuda atau anak baru di sekolah dan biasanya yang lebih

kecil, terkadang ketakutan, mungkin tidak terlindung

b. Individu yang pernah mengalami trauma

c. Individu yang penurut, kurang percaya diri dan mudah dipimpin serta

individu yang melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau meredam

kemarahan orang lain

d. Individu yang perilakunya dianggap mengganggu bagi orang lain

Page 35: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

24

e. Individu yang tidak mau berkelahi, lebih suka menyelesaikan konflik

tanpa kekerasan

f. Individu yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam,

tidak mau menarik perhatian orang lain, gugup

g. Individu yang cerdas, berbakat, atau memiliki kelebihan

h. Individu yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung

i. Individu yang mempunyai ciri khusus

Misalnya : mempunyai banyak jerawat, rambut keriting, memakai

kacamata, memakai kawat gigi

j. Individu dengan ketidakcakapan mental atau fisik

Ciri – ciri tentang korban (Sheras, 2002, h. 54), yakni mereka yang

secara terus menerus atau dalam kurun waktu tertentu mendapat perlakuan

agresif dari orang lain yang cenderung untuk pemalu, penakut atau sering

cemas, memiliki self esteem rendah, terisolasi secara sosial, secara fisik

lemah, bersifat emosional (jika laki – laki).

Selain ciri-ciri dan karakteristik seseorang menjadi korban bullying,

ada juga klasifikasi korban bullying. Menurut Damai (2008, h.4),

Stephenson and Smith (1989) dan Olweus (1991) dalam Sullivan (2000, h.

25-26) korban bully dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:

a. Korban Pasif

Ciri-ciri: Pendiam, amat peka dan mudah menangis, biasanya tidak

percaya diri, merasa tidak aman, tidak berdaya dan terlihat hati-hati,

sensitif, gelisah, untuk korban laki-laki biasanya tidak suka bertengkar,

korban yang pasif mempunyai sedikit saja teman, kurang mampu

bergaul, sulit mengungkapkan apa yang dirasakan (perasaan), bisa jadi

Page 36: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

25

mudah gagap, mempunyai kekurangan secara fisik sehingga dijadikan

bulan-bulanan. Korban pasif tidak melakukan apapun untuk

menghindari serangan dan tidak sedikitpun melakukan pembelaan untuk

diri mereka.

b. Korban Provokatif

Ciri-ciri : Mudah sekali marah; dianggap hiperaktif; dianggap canggung;

dianggap tidak dewasa; dianggap sulit diterima dalam pergaulan; siswa

atau siswi yang disukai guru, pandai, populer, rupawan, anak orang

berada. Korban Provokatif ini mempunyai permasalahan dengan

konsentrasi, menyebabkan ketegangan dan ketidaknyamanan. Di lain

pihak, korban provokatif walaupun cemas, tapi korban tersebut lebih

bersifat difensif.

Menurut Perry (dalam Ma, 2002,h. 20) korban bully dibedakan

berdasarkan kebiasaan mereka. Perry membedakan korban menjadi dua,

kelompok dengan tingkat agresif rendah dan tingkat agresif tinggi.

Dalam penelitiannya lebih lanjut Perry membedakan korban menjadi

tiga kelompok, korban akibat menjadi korban, korban karena

keagresifannya, dan korban karena kedua masalah sebelumnya.

Stephenson and Smith (1989) dan Olweus (1978, 1991)

mengidentifikasikan tiga tipe korban, yaitu (dalam Sullivan, 2000, h.25-

26) memiliki kekhasan tersendiri dalam mengidentifikasikan korban

bullying, yaitu : Pembully / Korban dideskripsikan sebagai memrovokasi

tindakan agresif kepada orang lain dan melancarkan aksi agresif

sekaligus. Perry et al. menemukan bahwa anak-anak yang dibully

Page 37: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

26

seringkali menjadi agresif, dibully menjadi anak yang lebih kuat, dan

kemudian membully anak yang lebih lemah.

2. Tanda-tanda Individu yang Menjadi Korban Bullying

Anak-anak korban bullying mungkin tidak akan memberi tahu

orang dewasa secara langsung bahwa mereka ditindas oleh pelaku

bullying, namun biasanya korban memberi tanda pada orang dewasa.

Gejala-gejala yang tampak ketika seorang anak menjadi korban bullying

adalah (Coloroso, 2003, 107-112):

a. Adanya penurunan minat yang tiba-tiba di sekolah atau tidak

mau pergi ke sekolah.

b. Prestasi korban di kelas menurun.

c. Korban merasa sedih, pendiam

d. Menderita cedera fisik yang tidak konsisten penjelasan

akibatnya.

e. Mengalami sakit perut, pusing, kepanikan, keadaan sulit tidur

atau sangat sering tidur, kelelahan.

Reaksi yang paling umum terjadi pada para korban bully adalah

pelarian. Para korban mulai menghindar dari beberapa tempat tertentu

dari sekolah, seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena takut

dibully. Beberapa korban lainnya menghindar untuk datang ke sekolah

untuk beberapa waktu untuk menghindar dari pembully atau bahkan

keluar dari sekolah sama sekali karen8a tindakan korban yang sering

menghindar, korban mengalami penurunan bahkan kegagalan dalam

bidang akademis. Kemungkinan reaksi yang terburuk adalah mereka

menyalahkan diri mereka sendiri atas apa yang terjadi, yang diperkuat

Page 38: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

27

oleh persepsi mereka sendiri tentang bodohnya atau tidak berharganya

diri korban. Di rumah, korban akan cenderung melampiaskan kekesalan

akibat perlakuan bullying tersebut pada orang tua mereka yang tidak

sadar akan kekerasan yang sudah dialami oleh korban saat di sekolah.

Reaksi buruk ini seringkali berakibat pada penurunan kualitas hubungan

dalam keluarga (Ma, 2002, h. 25).

Tanda-tanda peringatan di bawah ini bisa mengindikasikan bahwa

anak-anak sedang ditindas atau dianiyaya, adalah (Sheras, hal.61):

a. Enggan ke sekolah

b. Mengalami penurunan nilai

c. Bertingkah tegang saat ada anak lain yang mendekat

d. Adanya tanda-tanda fisik seperti memar, sayatan yang mungkin

disebabkan orang lain atau dirinya sendiri

Orang tua serta guru hendaknya dapat segera memahami gejala-

gejala yang tampak jika anak menjadi korban bullying, antara lain

(Sejiwa, 2008, h.12):

a. Minta pindah sekolah

b. Konsentrasi anak berkurang

c. Prestasi belajar menurun

d. Tidak mau bermain atau bersosialisasi

e. Anak jadi penakut

f. Gelisah

g. Memar atau lebam-lebam

h. Menjadi pendiam, sensitif, rendah diri, suka menyendiri, dan

tidak percaya diri

Page 39: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

28

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan

Yayasan Semai Jiwa Amini pada tiga SMA di Semarang dan Jakarta,

menunjukkan 18,3 % guru menganggap penggencetan, olok-olok antar

teman merupakan hal yang biasa dalam kehidupan remaja, 27,5% guru

beranggapan sesekali mengalami penindasan senior terhadap yunior

tidak akan berdampak buruk pada kondisi psikologis siswa dan

sebanyak 10% guru berpendapat hukuman fisik merupakan cara

menegur paling efektif. Padahal dampak yang akan diakibatkan bagi

anak korban bullying maupun pelaku bullying sangat merugikan.

Konsekuensi adalah sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan

bagaimana dan apa yang bisa terjadi di balik perilaku bullying ini. Pada

artikel Banks pada tahun 1997 dipaparkan sebuah penelitian di

Scandinavian bahwa ada koleksi yang kuat antara bullying yang

dilakukan oleh siswa selama beberapa tahun sekolah dimana mereka

kemudian menjadi pelaku kriminal saat dewasa. Ini adalah sebuah

penelitan yang memberikan gambaran bagaimana bullying bisa

membentuk sebuah kepribadian yang menempatkan seorang anak pada

perjalanan dan pengalaman hidup yang kelam.

E. Dampak Psikologis Korban Bullying

Dampak psikologis adalah suatu bentuk perilaku positif maupun

negatif yang timbul sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang

bekerja pada diri seseorang yang membentuk perilaku yang dipengaruhi

faktor eksternal maupun faktor internal. Dampak psikologis memiliki

berbagai macam bentuk, yakni shock dan ketidakberdayaan, depresi dan

Page 40: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

29

kesedihan, harga diri rendah, kecemasan, stress, penyesalan atau rasa

berdosa, dan peningkatan perilaku beragama.

Dampak psikologis ini sifatnya ada dua, yakni positif dan negatif.

Hal ini muncul sebagai akibat reaksi individu terhadap masalah yang

dihadapinya. Selain itu, terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi

munculnya dampak psikologis adalah faktor internal yang berupa

konsep diri, emosi, dan motivasi. Faktor ini berkaitan dengan kondisi

dari dalam individu itu sendiri. Faktor lain adalah faktor eksternal yang

berasal dari dukungan sosial yang diterima dari individu sekitar dari

aktivitas-aktivitas sosial serta lingkungan yang terwujud dalam

lingkungan fisik, pendidikan, serta kebudayaan.

Salah satu dampak dari bullying adalah menurunkan kecerdasan

dan kemampuan analisis siswa yang menjadi korban, bahkan sampai

berusaha bunuh diri. Bullying juga berhubungan dengan meningkatnya

tingkat depresi, agresi, penurunan nilai-nilai akademik dan tindakan

bunuh diri.

Terganggunya kesehatan fisik juga disebutkan Riauskina, dkk

(2005) sebagai salah satu dampak dari bullying. Contoh yang biasa

terjadi adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-

pecah dan sakit dada. Bagi para korban bullying yang mengalami

perilaku agresif langsung mungkin akan mengalami luka-luka pada fisik

mereka.

Dampak lain yang kurang terlihat namun berefek jangka panjang

adalah menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being)

dan penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang dilakukan

Page 41: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

30

Riauskina, dkk., ketika mengalami bullying, korban merasakan banyak

emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak

nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka

panjang, emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan

rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.

Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga

muncul pada diri korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau

keluar dari sekolah itu dan kalaupun mereka masih ada di sekolah itu,

mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja

tidak masuk sekolah.

Hal paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan

untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa

cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan

gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma atau post-traumatic stress

disorder (Riauskina, dkk, 2005).

Dalam kasus yang diungkap oleh peneliti, dampak yang

ditimbulkan dari tindakan bullying yang dilakukan Y terhadap X adalah

dampak yang positif. X justru tidak cenderung pasif dengan tindakan

bullying yang diterimanya, namun X membuat tindakan bullying

tersebut sebagai alat penyemangat untuk dirinya sendiri.

Page 42: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang Digunakan

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan diteliti, penelitian

ini dilakukan dengan metode kualitatif. Peneliti menggunakan metode

kualitatif karena berusaha untuk mengetahui secara lebih mendalam

tentang dampak psikologi korban bullying, dimana dalam

pendekatannya mempertimbangkan suatu peristiwa yang mempunyai

makna dan arti tertentu yang tidak bisa diungkapkan secara kuantitatif

atau dengan angka–angka. Penelitian ini akan menghasilkan dan

mengolah data-data yang sifatnya deskriptif yang diperoleh dari hasil

observasi dan wawancara.

Sarantakos (Poerwandari, 1998, h.29) mengatakan bahwa

penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya

deskriptif seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar foto,

rekaman video yang kemudian diterjemahkan ke dalam pandangan-

pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis.

Pandangan dasar tersebut adalah :

a. Realitas sosial adalah sesuatu yang subyektif dan diinterpretasikan

bukan sebagai sesuatu yang berbeda di luar individu.

b. Manusia tidak secara sederhana mengikuti hukum-hukum alam di

luar diri, melainkan menciptakan rangkaian makna dalam menjalani

kehidupannya.

Page 43: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

32

c. Ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif,

idiografis dan tidak bebas nilai.

d. Penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.

Paradigma penelitian kualitatif yang dipakai dalam penelitian ini

adalah paradigma fenomenologis. Moleong (2002 , h.9) menyatakan

bahwa peneliti yang menggunakan metode penelitian kualitatif dalam

pandangan fenomenologis lebih menekankan aspek subyektif dan

perilaku orang dengan masuk ke dalam dunia konseptual subyek yang

diteliti. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh

peneliti, yaitu mengungkap lebih dalam, menganalisis, serta

menggambarkan lebih lanjut dampak psikologis korban bullying.

B. Tema yang Diungkap

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap bagaimana

seseorang dapat menjadi korban bullying. Tema yang akan diungkap

berkaitan dengan internal subyek yaitu karakteristik yang tampak pada

subyek, konsep diri subyek, kepribadian subyek itu sendiri, serta

keterampilan-keterampilan sosial yang dimiliki oleh subyek. Sedangkan

tema yang berkaitan eksternal subyek antara lain hubungan orang tua

dengan subyek, orang tua mengerti atau tidak tentang kehidupan subyek,

serta lingkungan seperti apa yang menjadikan subyek sebagai sasaran

perilaku bullying. Perilaku bullying yang dikenakan kepada subyek,

apakah bullying verbal, psikologis, ataupun fisik dan keterkaitan antara

bullying-bullying tersebut. Melalui tema-tema tersebut diharapkan

Page 44: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

33

peneliti dapat mengungkap dampak psikologis korban bullying dalam

dunia pendidikan.

C. Subyek Penelitian

Populasi merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi

obyek penelitian baik berupa sekelompok manusia, gejala, nilai tes,

benda, ataupun peristiwa dimana seluruh elemen dari populasi tersebut

merupakan satuan analisis (Wasito, 1995, h.49).

Populasi merupakan suatu daerah generalisasi yang dikenai

kesatuan yang didalamnya terdapat sejumlah individu yang setidaknya

memiliki ciri atau sifat yang sama. Populasi merupakan keseluruhan

obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan

maupun gejala (Hadi, 1987, h.70).

Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari, 1998, h.53) karakteristik

pengambilan subyek dalam penelitian kualitatif sebagai berikut :

a. Diarahkan pada kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhususan

masalah penelitian bukan pada kasus yang besar.

b. Tidak ditentukan sejak awal namun dapat berubah sesuai dengan

pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.

c. Diarahkan pada kecocokan konteks, bukan pada keterwakilan.

Moleong (1999, h.165) menegaskan bahwa tujuan teknik

sampling dalam penelitian kualitatif adalah untuk merinci kekhususan

yang ada ke dalam konteks yang unik dan menggali informasi yang ada.

Ciri-ciri populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

Page 45: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

34

a. Remaja yang mendapat perlakuan bullying fisik ( misalnya :

dipukul, dipalak, ditendang, dicubit), bullying psikis ( misalnya :

dikucilkan, dipermalukan didepan umum, dipandang sinis), atau

bullying verbal (Misalnya: dimaki, diejek, diberi julukan).

b. Berusia 13-17 tahun, yakni remaja yang duduk di bangku SMP dan

SMA.

Mengacu pada karakteristik seperti yang telah disebutkan di atas,

prosedur pengambilan subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah pengambilan subyek secara purposive sample atau bertujuan

yaitu dengan cara bertanya kepada teman yang duduk di bangku

sekolah (baik yang SMP maupun SMA) mengenai ada atau tidaknya

teman yang mendapat perlakuan bullying. Oleh karena itu, sebelum

penarikan subyek sudah ditentukan dengan kriteria tertentu yang

merupakan karakteristik subyek dan teknik pengambilan disesuaikan

dengan tujuan penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam metode

penelitian kualitatif bersifat terbuka, luwes serta dapat disesuaikan

dengan masalah, sifat obyek yang diteliti dan tujuan penelitian. Peneliti

bertindak sebagai instrumen penelitian yang utama dalam pengumpulan

data (Poerwandari, 1998, h. 40).

Menurut Alsa (2003, h. 47) dalam penelitian kualitatif, peneliti

tidak mengumpulkan data dengan seperangkat instrumen untuk

mengukur variable tetapi peneliti mencari dan belajar dari subyek dalam

Page 46: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

35

penelitiannya serta menyusun format untuk mencatat data ketika

penelitian berjalan. Selain itu, peneliti juga mencari dan mengumpulkan

data teks serta mencatat hasil observasi terhadap aktivitas subyek ke

dalam database kualitatif. Peneliti kualitatif menghimpun sebanyak

mungkin informasi dan mengumpulkan laporan-laporan detail untuk

menyusun laporan final penelitian.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan terhadap

subyek menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Observasi

Observasi menurut Banister ( dalam Pooerwandari, 1998, h. 62)

adalah metode yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara

akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan

hubungan yang terjalin antar aspek dan fenomena tersebut.

Patton ( dalam Poerwandari, 1998, h.64) mengemukakan bahwa

data hasil pengamatan atau observasi menjadi penting karena peneliti

mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks yang

diteliti, refleksi dan introspeksi terhadap penelitian yang dilakukan.

Dalam partisipasi aktif dan observasi, peneliti terlibat dalam aktivitas

subyek. Lewat konteks ini terbangun hubungan yang akrab antara

subyek dan peneliti. Hal ini sangat membantu peneliti untuk

mendapatkan data yang relatif dalam dan lengkap.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan

secara terbuka, yaitu observasi yang menempatkan fungsi pengamat

secara terbuka diketahui oleh subyek dan subyek secara sukarela

memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati

Page 47: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

36

peristiwa yang terjadi. Hal-hal yang perlu diobservasi dalam

penelitian ini adalah :

a. Kesan umum : kondisi fisik obyek, kondisi mental subyek,

kondisi lingkungan tempat tinggal, kondisi sekolah.

b. Kegiatan sehari-hari subyek

c. Interaksi subyek dengan lingkungan sosial (orang tua, saudara,

guru, teman sepergaulan)

d. Ekspresi yang tampak saat subyek diminta untuk menceritakan

perlakuan bullying yang diterimanya (malu,sedih, marah, senang)

2. Wawancara

Guba dan Lincoln ( dalam Moleong, 2002, h . 135 )

mendeskripsikan wawancara sebagai metode pengumpulan data

dalam bentuk komunikasi verbal yang dapat mengkonstruksikan

mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, sesuatu yang terjadi

di masa lalu, memproyeksikan sesuatu yang terjadi di masa depan.

Wawancara yang mendalam dimaksudkan untuk menggali masalah-

masalah pokok yang akan diungkapkan atau diteliti dalam penelitian

ini. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terstruktur dibuat dalam

bentuk sederhana, mudah, jelas serta tidak menyinggung perasaan

subyek.

Adapun pedoman yang digunakan penulis dalam pelaksanaan

wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Subyek Penelitian

1) Identitas dan latar belakang subyek

2) Hubungan subyek dengan anggota keluarga

Page 48: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

37

3) Hubungan subyek dengan teman sebaya

4) Hubungan subyek dengan guru sekolah

5) Aktivitas subyek saat waktu luang

b. Bullying

1) Perlakuan bullying apa yang diterima subyek

2) Perasaan subyek saat dibully

3) Apa yang dilakukan subyek setelah mendapat perlakuan

bullying

4) Apa reaksi orang tua dan guru subyek setelah mengetahui

subyek dibully

5) Apakah tindakan bullying yang diterima subyek

mempengaruhi prestasi akademis subyek

E . Metode Analisis Data

Anderson (dalam Mulyana, 2002, h. 156-157) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif menggunakan analisis induktif dimana

permasalahan yang ada berdasarkan pengalaman nyata (ucapan atau

perilaku subyek penelitian atau situasi lapangan penelitian) untuk

kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori atau definisi yang

bersifat umum. Induksi merupakan proses dimana peneliti

mengumpulkan data dan kemudian mengembangkan suatu teori dari

data tersebut (biasa disebut grounded theory).

Patton (dalam Moleong, 2002, h.103) menguraikan analisis data

sebagai proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu

pola, kategori dan suatu uraian besar. Analisis terhadap data pengamatan

Page 49: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

38

sangat dipengaruhi oleh kejelasan mengenai apa yang ingin diungkap

peneliti melalui pengamatan yang dilakukan.

Selanjutnya, Patton (dalam Poerwandari, 1998, h. 105)

mengungkapkan hal-hal penting dalam untuk analisis kualitatif, yaitu:

a. Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati.

b. Melaporkan peristiwa-peristiwa kunci berdasarkan urutan

kepentingan tersebut.

c. Mendeskripsikan sikap tempat, setting, dan atau tempat sebelum

mempresentasikan gambaran dan pola umumnya.

d. Memberikan fokus pada analisis dan presentasi pada individi-

individu atau kelompok-kelompok jika memang individu atau

kelompok itu menjadi unit analisis primer.

e. Mengorganisasikan data dan menjelaskan proses-proses yang terjadi.

f. Memfokuskan pengamatan pada isu-isu yang diperkirakan akan

sejalan dengan upaya menjawab pertanyaan primer penelitian.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah metode analisis yang akan

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber

b. Mengkategorisasikan data yang diperlukan

c. Menyusun dampak psikologis

d. Menghubungkan dengan landasan teori

e. Menarik kesimpulan

Selanjutnya peneliti melakukan reduksi data yang merupakan

bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek dan mengatur data.

Reduksi data menjadi proses seleksi, pemfokusan dan penyerdehanaan

Page 50: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

39

data kasar yang didapat dari penelitian. Reduksi data dapat juga

berisikan singkatan, koding, pemusatan tema ataupun membuat batasan-

batasan persoalan. Setelah reduksi data, peneliti melakukan penyajian

data. Penyajian data berupa rangkaian informasi sehingga dapat ditarik

kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil kejelasan yang

diperoleh dari penelusuran, menghubungkan atau membandingkan

gejala yang diperoleh. Setiap kesimpulan akan dipertanyakan kembali

sehingga memperoleh pemahaman yang lebih tepat.

Skema 1 : Proses analisis Kualitatif

(Sumber : Poerwandari, 1998, h.89)

Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah penyajian data

berupa matriks. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang

digunakan adalah menganalisis kasus perkasus secara mendalam,

menghubungkan dengan landasan teori yang digunakan, kemudian

menyusun interprestasi atau kesimpulan dalam bentuk dampak

psikologis subyek.

F. Uji Keabsahan dan Keandalan Data

Untuk menetapkan keabsahan dan keandalan data pada penelitian

maka dibutuhkan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu yang terdiri dari derajat

Data Kata

kunci

Kategori Hubungan antar

kategori (pola) Tema

Page 51: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

40

kepercayaan, keteralihan, ketergantungan dan kepastian (Moleong,

2002, h. 173).

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi :

1. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi

Metode ini digunakan dengan cara mengekspose hasil

sementara maupun hasil akhir penelitian yang diperoleh dalam

bentuk diskusi analitik dengan beberapa teman atau informan,

subyek penelitian, serta dosen pembimbing yang membimbing

peneliti. Diskusi dilakukan untuk mendapat kebenaran dari hasil

penelitian. Dengan demikian validitas dari penelitian ini dapat

diandalkan (Moleong, 2002, h. 179).

2. Perpanjangan keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu

sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam

pengumpulan data yang tidak memerlukan waktu singkat terutama

pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan

memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang

dikumpulkan guna memastikan konteks itu dipahami sehingga dapat

menguji kebenaran informasi yang di dapat.

3. Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut

(Moleong, 2002, h.178).

Page 52: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

41

Adapun dalam penelitian ini digunakan :

a. Triangulasi sumber

Untuk mengecek balik derajat kepercayaan info melalui

wawancara dari orang lain, sumber yang digunakan yaitu

informasi dari orang-orang terdekat subyek seperti orang tua atau

saudara subyek, serta sahabat subyek.

b. Triangulasi teori

Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2002, h. 178)

mengatakan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaannya dengan satu teori, maka harus membandingkan

dengan berbagai pandangan dari teori-teori yang ada. Maka apa

yang ditanyakan penulis kepada subyek berdasarkan kepada teori

yang ada.

Page 53: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

42

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Kancah Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA (Sekolah Menengah Atas) dan SMP

(Sekolah Menengah Pertama) kota Semarang. Kota Semarang sendiri

merupakan ibukota dari provinsi Jawa Tengah yang merupakan salah

satu kota besar di Indonesia. Kota Semarang memiliki 16 kecamatan dan

177 kelurahan.

Peneliti mengambil subyek dari siswa SMP dan SMA yang

mendapat perlakuan bullying, hal ini dikarenakan peneliti ingin melihat

jenis-jenis bullying yang terjadi di kalangan anak SMP dan SMA di

salah satu sekolah swasta tersebut. Subyek I duduk di kelas 9 suatu

sekolah swasta yang memiliki jumlah murid tiap kelasnya 35 orang.

Subyek II & III duduk di kelas 11 suatu sekolah swasta juga. Jumlah

murid di kelas subyek II adalah 20 orang, sedangkan pada subyek III

jumlah murid tiap kelasnya adalah 22 orang.

B. Persiapan Penelitian

1. Penyusunan Pedoman observasi dan wawancara

Pedoman observasi yang disiapkan meliputi kondisi dan kesan

umum dalam diri subyek (ciri fisik), kondisi lingkungan rumah tempat

tinggal dan lingkungan tetangga, hubungan dengan keluarga, aktivitas

sehari-hari, interaksi sosial, dan perilaku yang nampak serta ekspresi

emosi yang nampak saat melakukan wawancara.

Page 54: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

43

Pedoman wawancara yang dipersiapkan meliputi latar belakang

subyek, hubungan sosial, perilaku bullying yang dihadapi subyek, dan

permasalahan yang dihadapi setelah terjadi perilaku bullying tersebut .

Latar belakang mencakup identitas subyek, identitas orang tua ,

hubungan subyek dengan orang tua, keluarga, dan pola asuh orang tua,

serta lingkungan tempat tinggal subyek. Poin wawancara untuk

hubungan sosial yaitu meliputi kegiatan di lingkungan tempat tinggal

serta lingkungan sekolah. Adapun poin wawancara mengenai perilaku

bullying yang dihadapi subyek yaitu mencakup pengalaman bullying

yang dialami subyek, jenis perilaku bullying yang dikenai pada

subyek. Sedangkan pada poin permasalahan yang dihadapi setelah

terjadi perilaku bullying yaitu meliputi perasaan setelah dikenai

perilaku bullying, reaksi orang keluarga dan orang-orang terdekat.

2. Perijinan Penelitian

Perijinan penelitian dilakukan melalui keluarnya surat ijin

penelitian Nomor 562/B.7.3/FP/III/2011 Tanggal 8 Maret 2011 dari

Fakultas Psikologi. Surat ini diberikan sebagai bukti bahwa peneliti

telah mendapat ijin dari Fakultas untuk melaksanakan penelitian ini.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada pertengahan bulan November

2010 hingga akhir bulan Maret 2011. Jumlah subyek penelitian adalah 3

orang. Data diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan

wawancara. Observasi dan wawancara dilakukan beberapa kali, sesuai

dengan kebutuhan sampai data yang dibutuhkan terpenuhi. Selama

Page 55: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

44

melakukan wawancara peneliti menggunakan alat bantu handphone

yang digunakan untuk merekam tiap jawaban subyek, kertas dan pensil

yang digunakan untuk mencatat hasil observasi. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada subyek untuk

merekam hasil wawancara dengan subyek.

D. Hasil Pengumpulan Data

1. Kasus subyek I

I. Identitas subyek

a. Nama : GJ

b. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 28 April 1996

c. Usia : 14 tahun

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Urutan kelahiran : Anak kedua dari tiga bersaudara

f. Hobi : Main handphone, jalan-jalan

g. Kelas : 9

h. Pendidikan Orang tua

Ayah : S1

Ibu : S1

i. Pekerjaan Orang tua

Ayah : Wiraswasta

Ibu : Karyawati

II. Hasil Observasi dan Wawancara

Peneliti mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan pada

subyek, karena sebelumnya peneliti belum mengenal subyek. Tetapi

Page 56: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

45

saat tahu akan diwawancara subyek terlihat gugup. Saat pelaksanaan

wawancara itu sendiri subyek merasa takut kalau tidak dapat

menjawab pertanyaan yang akan diberikan. Tetapi saat peneliti

menjelaskan bahwa wawancara yang akan dilakukan sangat mudah

seperti menceritakan kejadian yang dialami, subyek mulai tenang

dan siap memulai wawancara.

Wawancara dilaksanakan pada tanggal 27 November 2010 pada

pukul 12.00, tanggal 3 Desember 2010 pukul 20.00, tanggal 11

Desember 2010 pukul 18.00. Wawancara dilaksanakan di rumah

subyek. Saat wawancara berlangsung , keadaan rumah sangat sepi

karena kedua orang tua subyek bekerja dan hanya ada seorang

pembantu di rumah subyek.

Gambaran fisik yang nampak dari subyek yaitu, subyek berkulit

putih, berambut panjang, gemuk, berkacamata tebal dan pendek.

Hobi subyek yaitu main handphone, sampai-sampai pernah ketahuan

guru “SMS-an” saat pelajaran.

Subyek tinggal di daerah kampung yang tergolong padat

penduduk, banyak memiliki tetangga di sekitarnya akan tetapi

subyek lebih senang bermain di rumah daripada berinteraksi dengan

tetangga-tetangga subyek. Subyek merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara. Subyek mempunyai kakak perempuan dan adik laki-laki.

Ayah subyek mempunyai usaha sendiri yaitu showroom mobil

di daerah majapahit, sedangkan Ibu subyek bekerja sebagai

karyawan salah satu Bank di Semarang. Kegiatan sehari-hari subyek

adalah sekolah, mengikuti les hampir setiap harinya. Dari kecil

Page 57: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

46

sampai remaja subyek lebih cenderung dekat dengan kakak

perempuannya karena kakak subyek selalu ada buat subyek. Subyek

selalu cerita dengan kakaknya bila subyek menghadapi masalah.

Tidak hanya itu, subyek juga dekat dengan pembantunya karena

pembantunya sering menemani subyek saat subyek berada dirumah

sendirian dan saat subyek membuat tugas sampai larut malam.

Subyek cenderung lebih dekat dengan sang ayah dibandingkan sang

ibu.

Interaksi subyek dengan kedua orang tuanya kurang begitu

baik. Kedua orang tua subyek jarang berkomunikasi dengan subyek

karena tuntutan pekerjaan yang harus dijalaninya setiap hari. Ayah

dan Ibu subyek biasanya pulang kerja sekitar Pk 19.00 dan langsung

tidur.

Kakak dan pembantu subyek merupakan orang terdekat yang

kiranya menemani subyek sehari-harinya. Ketika ditanya oleh

peneliti, kakak dan pembantu subyek mengaku tidak pernah

mendengar apa yang disebut dengan bullying. Kakak dan pembantu

subyek mengatakan bahwa kekerasan yang terjadi pada siswa-siswi

di sekolah merupakan hal yang wajar karena masih anak-anak.

Kakak subyek juga berpendapat perlakuan yang dialami subyek tidak

perlu campur tangan guru atau pihak sekolah karena hal tersebut

merupakan hal biasa dalam permainan remaja.

Kakak subyek mengatakan bahwa sebenarnya subyek

merupakan siswi berprestasi ketika di sekolah. Dari TK sampai lulus

SD sampai menginjak SMP subyek selalu mendapat rangking. Tapi

Page 58: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

47

beberapa tahun terakhir prestasi subyek selalu menurun,

peringkatnya turun tahap demi tahap. Menurut kakaknya subyek

merupakan orang yang pendiam ketika berada di sekolah, tetapi

ketika di rumah subyek merupakan anak yang cerewet. Kakak dan

pembantu subyek bercerita aktivitas sehari-hari subyek ketika di

rumah ialah nonton televisi, main, kadang bernyanyi-nyanyi, teriak-

teriak sendiri dan main musik.

Subyek kadang bercerita tentang masalah dengan teman-

temannya, tetapi kadang tidak. Subyek bercerita ketika di sekolah,

subyek sering dikucilkan oleh teman-temannya bahkan diejek juga.

Ketika mendengar cerita dari subyek, jika subyek yang salah

kakaknya memarahinya, tetapi jika subyek tidak salah kakak subyek

menyuruh subyek untuk membalas perilaku temannya.

Akibat yang tampak dari perilaku bullying yang diterima

subyek menurut kakak subyek adalah ketika pulang sekolah subyek

sering marah-marah, tidak konsentrasi belajar, pikiran subyek

terfokus pada pertengkarannya dengan temannya saat di sekolah. Hal

tersebut berakibat pada prestasi subyek di sekolah, prestasi yang

didapat subyek menurun. Kakak subyek juga bercerita bahwa subyek

pernah mengatakan bahwa ia merasa kesepian serta stres ketika

berada di sekolah. Sampai-sampai subyek merasa malas berangkat

ke sekolah karena takut diejek oleh temannya, bahkan subyek selalu

meminta untuk pindah ke sekolah lain.

Page 59: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

48

1) Latar Belakang Subyek

Saat ini subyek berusia 14 tahun, duduk di kelas IX di suatu

sekolah swasta yang cukup ternama di Semarang. Subyek

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Subyek mempunyai

seorang kakak perempuan yang rentang usianya tidak terlalu jauh

dengan subyek sehingga subyek dekat dengan kakak

perempuannya. Subyek mempunyai sifat cenderung egois, tidak

mandiri, penakut, dan kurang optimis dalam menghadapi sesuatu

hal.

Pekerjaan orang tua subyek yang sangat banyak

menyebabkan subyek kurang dekat dengan kedua orang tuanya,

apalagi dengan ibunya karena tugas kantor ibunya yang terlalu

banyak. Subyek jarang bertemu dengan ibunya, intensitas waktu

bertemu dalam sehari mungkin hanya 1-2 jam saja. Saat liburan

sekolahpun subyek jarang pergi dengan kedua orangtuanya,

mereka dapat pergi jika showroom mobil ayah subyek tutup.

Subyek merasa lebih dekat dengan sang ayah dibandingkan

dengan ibunya meskipun subyek mengaku tidak terlalu dekat

dengan orang tuanya. Jika mempunyai masalah subyek tidak

menceritakan masalahnya ke orang tuanya. Subyek cenderung

lebih senang bercerita kepada kakak perempuannya dan

pembantu subyek karena subyek menganggap bahwa mereka bisa

memberikan saran yang tepat untuk subyek jika menghadapi

masalah. Menurut subyek, orang tuanya sekarang ini belum

sesuai dengan apa yang diimpikannya. Subyek mengingkan orang

Page 60: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

49

tua yang tidak suka marah-marah, perhatian, dan suka mengajak

jalan bila liburan sekolah.

Subyek menikmati tempat tinggalnya sampai saat ini, meski

pun subyek hanya mengenal tetangga di kanan kiri maupun

depan rumahnya dan tidak mengenal banyak tetangga sekitarnya.

Subyek juga mengatakan bahwa ia tidak pernah bermain dengan

teman sebaya di lingkungan rumahnya. Jika ada acara di

lingkungan tempat tinggalnya subyek tidak mau berpartisipasi

dengan alasan malas.

Di lingkungan sekolahnya, subyek tidak dekat dengan

teman-temannya karena subyek dianggap sebagai orang yang

aneh di sekolahnya. Subyek merasa ”sok kenal dan sok dekat”

dengan teman yang sebelumnya belum dikenal subyek. Teman

yang didekati subyek banyak yang menghindar karena malas

berurusan dengan subyek. Di sekolah, subyek merasa seorang diri

karena tidak ada satu teman pun yang mau bergaul dengan

subyek. Tidak hanya itu saja, subyek juga tidak dekat dengan

guru di sekolahnya. Hal ini terbukti saat guru subyek meminta

untuk membentuk kelompok dan subyek tidak mendapatkan

kelompok, guru subyek diam saja. Subyek jarang mengikuti

kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah karena subyek tidak

tertarik untuk mengikutinya. Jika kegiatan itu bersifat wajib, baru

subyek mau mengikutinya, itupun terkadang dengan perasaan

terpaksa dan malas.

Page 61: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

50

2) Bullying yang dialami oleh subyek

Subyek mengalami perilaku bullying baik itu secara verbal

dan psikologis. Bullying verbal yang dialami subyek adalah

subyek jika di sekolah sering diejek gendut, bodoh, judes, tukang

”nyolot”, dan apa yang dilakukannya selalu disalahkan teman-

temannya. Perlakuan tersebut didapat subyek baik dari temannya

laki-laki maupun temannya perempuan, pelakunya pun berbeda-

beda karena hampir temannya satu kelas yang melakukan hal

tersebut kepada subyek. Subyek mengaku mendapatkan

perlakuan tersebut dari kelas 1 SMP. Subyek juga tidak mengerti

mengapa teman-temannya memperlakukan dia seperti itu.

Secara psikologis, subyek sering dikucilkan oleh teman-

temannya. Hal tersebut paling nampak ketika guru menyuruh

membentuk suatu kelompok untuk tugas, subyek mengaku tidak

mendapatkan kelompok karena teman-temannya tidak ada yang

mau sekelompok dengan subyek. Saat mendapat perlakuan

tersebut subyek hanya diam saja, subyek ingin marah tetapi

subyek tidak berani mengungkapkannya.

Subyek kurang dapat bersikap asertif dalam menjalani

kehidupannya di sekolah, sehingga subyek mendapat semua

perlakuan bullying tersebut dan hanya bisa diam saja.

3) Permasalahan yang dihadapi saat menjadi korban

Perlakuan bullying yang diterima subyek membuat subyek

merasa sedih dan marah. Ketika mendapat perlakuan tersebut

tidak ada teman subyek yang membantu subyek, bahkan teman

Page 62: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

51

yang dianggap subyek sebagai sahabatnya juga tidak

membantunya malah ikut-ikutan mengejek subyek. Subyek

merasa kesepian karena tidak ada teman yang benar-benar

mendukungnya.

Subyek sebenarnya merasa sangat bermasalah dengan

perlakuan tersebut, karena hampir setiap hari subyek mendapat

perlakuan tersebut. Tiap hari subyek harus merasakan dijauhi

teman-temannya dan diejek. Hampir setiap hari subyek pulang

dari sekolah dengan perasaan jengkel dan berangkat sekolah

dengan perasaan malas. Sesampainya di rumah, subyek

meluapkannya ke kakak perempuannya atau ke pembantunya.

Terkadang subyek menangis, berteriak, bahkan membanting

barang miliknya yang ada di dalam kamar untuk menyalurkan

kekesalannya ketika berada di sekolah.

Saat merasa tidak kuat subyek selalu memohon kepada

orang tuanya agar dipindahkan ke sekolah yang lain karena sudah

tidak kuat, tetapi orang tuanya tidak menanggapinya.

4) Reaksi yang muncul

Subyek menceritakan perlakuan yang subyek dapat ke orang

tuanya, tetapi orang tuanya hanya menyarankan agar temannya

didiamkan saja. Orang tua subyek pernah mencoba membantu

subyek dengan cara menemui wali kelas subyek dan

menceritakan perlakuan yang dialami oleh subyek. Wali kelas

subyekpun tidak memberikan solusi yang terbaik, hanya

mendengarkan dan tidak menindaklanjuti perlakuan bullying

Page 63: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

52

tersebut. Subyek juga pernah bercerita ke guru lesnya, seringkali

guru lesnya memberikan saran-saran agar subyek berani melawan

perlakuan tersebut, tetapi subyek yang tidak berani melakukan

saran yang diberikan oleh guru les subyek.

5) Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying

Efek yang terlihat jelas adalah pada prestasi subyek. Subyek

merupakan anak yang cukup pintar dan selalu mendapatkan

ranking, tetapi setelah perlakuan tersebut dialaminya terus

menerus peringkatnya turun secara bertahap. Subyek merasa

putus asa akibat perlakuan bullying yang dialaminya, tetapi hanya

pasrah yang subyek dapat lakukan. Perasaan kesepian sering

menghantui hari-harinya dan hanya dapat diam serta pasrah.

Kepercayaan diri yang ada pada subyek juga makin lama makin

hilang.

III. Analisis Kasus

Subyek merupakan seorang siswi yang duduk di bangku kelas

IX salah satu sekolah swasta. Subyek adalah anak kedua dari tiga

bersaudara. Subyek mempunyai seorang kakak dan seorang adik.

Saat ini subyek tinggal bersama kedua orang tuanya dan

pembantunya. Ayah subyek yang bekerja di showroom mobil

miliknya sendiri membuatnya jarang berkomunikasi dengan subyek.

Ibu subyek yang bekerja sebagai karyawati di salah satu bank di

Semarang juga demikian. Intensitas waktu bertemu antara subyek

dengan kedua orang tuanya hanya 1-2 jam sehari.

Page 64: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

53

Di sekolah, subyek menjalani hari-harinya dengan tidak

semangat. Hampir setiap hari subyek mendapat perlakuan bullying

dari teman-temannya. Bullying yang dialami subyek adalah

bullying verbal dan bullying psikologis. Subyek sering diejek oleh

teman sekolahnya dengan sebutan jelek, gendut, pendek, tukang

”nyolot”. Perlakuan ini didapat subyek sejak subyek duduk di

bangku kelas VII (1 SMP) sampai kelas IX (3 SMP). Hampir tiap

hari subyek mendapat perlakuan tersebut dari teman laki-laki dan

perempuan. Subyek hanya diam saja saat menerima perlakuan

tersebut dan subyek tidak berani mengungkapkan kemarahannya atas

perlakuan yang diterimanya. Tidak hanya itu saja, subyek juga

mendapatkan perlakuan bullying secara psikologis. Teman-teman

subyek sering tidak mau satu kelompok dengan subyek saat guru

menyuruh untuk membentuk kelompok. Subyek tidak mengetahui

alasan teman-temannya tidak mau sekelompok dengan subyek.

Terkadang saat subyek tidak mendapatkan kelompok, guru subyek

mencarikan subyek kelompok namun terkadang guru subyek juga

tidak mau tahu apakah subyek sudah dapat kelompok atau belum.

Subyek tidak pernah dapat melawan perlakuan bullying yang

diterimanya di sekolah. Ketika marah atau sedih akibat perlakuan

bullying itu subyek hanya dapat diam saja. Kepasifan subyek saling

berhubungan dengan ketidakberdayaaannya menghadapi perilaku

bullying yang dialami. Subyek pernah menceritakan permasalahan

yang dihadapinya di sekolah kepada orang tua, kakak dan guru les

nya, tapi mereka hanya memberikan saran kepada subyek agar

Page 65: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

54

mendiamkan saja dan tidak perlu ditanggapi. Subyek juga pernah

menceritakan permasalahannya kepada wali kelasnya, namun wali

kelas subyek hanya diam saja dan tidak melakukan apa-apa.

Dampak yang diterima korban akibat perlakuan bullying dari

teman-temannya adalah pertama, subyek malas berangkat

sekolah. Subyek malas berangkat ke sekolah karena subyek takut

akan mendapat perlakuan bullying (diejek) lagi dari teman-temannya

karena hampir tiap hari subyek mendapat perlakuan bullying dari

temannya. Dampak yang kedua, menurunnya nilai subyek di

sekolah. Subyek adalah anak yang cukup pintar di sekolah. Hal ini

terbukti dari pengakuan kakaknya yang menyebutkan bahwa subyek

selalu mendapat ranking saat duduk di bangku SD hingga menginjak

SMP, namun karena subyek sering mendapat perlakuan bullying dari

teman-temannya; prestasi subyek lama kelamaan menurun. Subyek

menjadi malas belajar karena subyek stres dan hanya diam saja saat

mendapat perlakuan bullying dari temannya. Dampak yang ketiga,

subyek minta untuk dipindahkan ke sekolah lain. Perlakuan

bullying yang diterima subyek di sekolah membuat subyek tidak

betah di sekolahnya. Subyek meminta kepada orang tuanya agar

dipindahkan ke sekolah lain namun orang tuanya tidak mengabulkan

permintaan subyek. Dampak yang keempat, subyek merasa

kesepian. Subyek selalu sendirian saat di sekolah. Saat istirahat pun,

subyek sendirian (pergi ke kantin sendirian, di kelas juga sendirian)

tidak ada seorang teman subyek yang mau dengan subyek.

Page 66: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

55

Tabel 1

Intensitas Tema Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

Subyek I

Tema Intensitas Keterangan

Subyek malas

berangkat sekolah

+++ Dampak yang paling dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya

Nilai subyek di

sekolah menurun

++ Dampak yang cukup dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya namun dengan intensitas yang

cukup

Subyek ingin pindah

sekolah

+ Dampak yang tidak terlalu berpengaruh

bagi subyek dibandingkan dengan

dampak-dampak yang lainnya

Subyek merasa

kesepian di sekolah

+++ Dampak yang paling dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya

Keterangan (+) :

+++ : intensitas kuat

++ : intensitas sedang

+ : intensitas lemah

Page 67: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

56

Tabel 2

Korelasi Antar Tema 1

Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

Subyek I

Subyek malas

berangkat

sekolah

Nilai subyek

di sekolah

menurun

Subyek

ingin pindah

sekolah

Subyek

merasa

kesepian

Subyek malas

berangkat

sekolah

X

Nilai subyek di

sekolah

menurun

X

Subyek ingin

pindah sekolah

X

Subyek

merasa

kesepian di

sekolah

X

Keterangan :

: mempengaruhi

: saling mempengaruhi

Page 68: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

57

2. Kasus subyek II

I. Identitas subyek

a. Nama : JS

b. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 12 Desember 1994

c. Usia : 15 tahun

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Urutan kelahiran : Anak tunggal

f. Hobi : Membaca

g. Kelas : XI

h. Pendidikan Orang tua

Ayah : S1

Ibu : S1

i. Pekerjaan Orang tua

Ayah : Guru SMK Farmasi

Ibu : Ibu Rumah Tangga

II. Hasil Observasi dan Wawancara

Peneliti mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan

pada subyek, karena sebelumnya peneliti belum mengenal subyek.

Tetapi saat tahu akan diwawancara subyek terlihat gugup dan malu-

malu. Saat pelaksanaan wawancara itu sendiri subyek merasa takut

kalau rahasia subyek diketahui banyak orang. Tetapi saat peneliti

menjelaskan bahwa wawancara yang akan dilakukan sangat mudah

seperti menceritakan kejadian yang dialami, subyek mulai tenang

dan siap memulai wawancara.

Page 69: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

58

Wawancara dilaksanakan pada tanggal 6 November 2010 pada

pukul 17.30, tanggal 13 November 2010 pukul 17.30, tanggal 19

November 2010 pukul 17.30, tanggal 5 Februari 2011 pukul 17.00,

tanggal 12 Februari 2011 pukul 17.00. Wawancara dilaksanakan di

gereja subyek. Saat wawancara berlangsung, keadaan gereja subyek

cukup ramai tapi masih memungkinkan untuk melakukan

wawancara.

Gambaran fisik yang nampak dari subyek yaitu, subyek berkulit

sawo matang, berambut panjang, berkaca mata dan muka penuh

dengan jerawat. Hobi subyek yaitu membaca.

Subyek tinggal di daerah kampung yang tergolong padat

penduduk, banyak memiliki tetangga di sekitarnya akan tetapi

subyek lebih senang bermain di rumah daripada berinteraksi dengan

tetangga-tetangga subyek. Subyek merupakan anak tunggal dan tidak

mempunyai saudara laki-laki atau perempuan.

Ayah subyek bekerja sebagai guru di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) di kota Semarang, sedangkan ibu subyek bekerja

sebagai Ibu rumah tangga. Ibu subyek sesekali juga menerima

pesanan “Handmade (box yang terbuat dari bahan kardus)” yang

biasa digunakan untuk pembungkus souvenir. Sehari-hari setelah

pulang sekolah, biasanya subyek langsung makan, main laptop,

nonton televisi, kalau keesokan harinya ada ulangan ya subyek

belajar serta kalau subyek mengantuk, subyek tidur. Subyek

mengaku bahwa dia tidak les pelajaran karena subyek merasa

mampu menyelesaikan tugas-tugas di tiap mata pelajaran sendiri.

Page 70: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

59

Subyek hanya les hari sabtu dan itu pun subyek les musik. Tiap sabtu

subyek les piano sekitar Pk 14.00 kemudian Pk 16.00 subyek latihan

seruling di gereja subyek dan Pk 18.00 subyek latihan paduan suara

di gereja.

Ibu subyek mengaku bahwa subyek dekat dengan ayahnya bila

subyek “ada maunya”, misalnya bila subyek ingin membeli pernak-

pernik, subyek minta kepada ayahnya untuk membelikan. Namun

disisi lain, subyek mengaku bahwa interaksi subyek dengan orang

tuanya kurang begitu baik, karena Ibu subyek yang sering bersama

subyek dirumah jarang memperhatikan kebutuhan subyek,

sedangkan ayah subyek sibuk dengan tugasnya sebagai guru dan

sebagai guru les. Tidak hanya itu saja, ibu subyek sering menyuruh

subyek untuk belajar terus-menerus sekalipun subyek tidak ada

ulangan dan subyek tidak mengetahui mengapa ibu subyek berlaku

demikian. Saat hari sabtu pun ayah subyek juga mengajar dan

menjadi guru les. Subyek juga sering memarahi ayahnya di depan

umum bila ayahnya terlambat menjemput subyek.

Selain mewawancarai subyek dan ibu subyek, peneliti juga

mewawancarai orang terdekat subyek sebut saja ”T”. T merupakan

orang terdekat yang kiranya menemani subyek sehari-harinya.

Ketika ditanya oleh peneliti, T mengaku tidak pernah mendengar apa

yang disebut dengan bullying. T mengatakan bahwa kekerasan yang

terjadi pada siswa-siswi di sekolah merupakan hal yang wajar. T

juga berpendapat perlakuan yang dialami subyek tidak perlu campur

Page 71: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

60

tangan guru atau pihak sekolah karena hal tersebut merupakan hal

biasa dalam permainan remaja.

T mengatakan bahwa sebenarnya subyek merupakan siswi yang

cukup berprestasi ketika di sekolah. Dari SD sampai menginjak SMP

subyek selalu mendapat rangking. Tapi beberapa tahun terakhir

prestasi subyek selalu menurun. Menurut T, subyek merupakan

orang yang pendiam ketika berada di sekolah. T bercerita tentang

aktivitas sehari-hari subyek ketika di rumah ialah nonton televisi,

main laptop, tidur dan belajar kalau keesokan harinya ada ulangan.

Saat subyek berkumpul dengan teman-temannya, T mengatakan

bahwa dalam berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang yang

lebih tua subyek cenderung masih kurang namun dengan orang yang

lebih muda dari subyek, subyek dapat berkomunikasi dengan baik.

Subyek jarang sekali bercerita kepada T tentang permasalahan

yang dialaminya di sekolah. Pernah sesekali subyek bercerita bahwa

di sekolah, subyek sering dikucilkan oleh teman-temannya bahkan

diejek juga. Ketika mendengar cerita dari subyek, T hanya menyuruh

subyek untuk diam saja namun bila perlakuan temannya sudah

keterlaluan, subyek disuruh untuk membalasnya.

Akibat yang tampak dari perilaku bullying yang diterima

subyek menurut T adalah subyek merasa ketakutan untuk mendekati

salah satu teman di sekolahnya (sosialisasi berkurang), merasa

terasing karena tidak ada satu orang pun yang mau berteman dengan

subyek, dan subyek sering malas-malasan untuk mengikuti kegiatan

sekolah. Hal tersebut berakibat pada prestasi subyek di sekolah,

Page 72: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

61

prestasi yang didapat subyek menurun. T juga bercerita bahwa

subyek pernah mengatakan bahwa ia merasa kesepian ketika berada

di sekolah, sampai-sampai subyek merasa malas berangkat ke

sekolah karena takut diejek oleh temannya.

1) Latar Belakang Subyek

Saat ini subyek berusia 15 tahun dan duduk di kelas XI di

suatu sekolah swasta yang cukup ternama di Semarang. Subyek

merupakan anak tunggal. Subyek sering kali merasa kesepian

karena subyek tidak mempunyai saudara kandung dan kedua

orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Subyek

mempunyai sifat cenderung pemalu, suka marah-marah, pemalas,

sukar bergaul (terutama kepada orang yang sebaya dan lebih tua),

tidak sabaran, ingin semaunya sendiri, dan kadang suka bohong.

Saat subyek berada di rumah, kedua orang tuanya jarang

memperhatikan kebutuhan subyek. Hal ini terbukti ayahnya sibuk

dengan laptopnya untuk browsing internet, sedangkan ibu subyek

sibuk menonton televisi, terkadang sibuk membuat pesanan

”Handmade” dan tidur. Saat liburan sekolahpun subyek jarang

pergi dengan kedua orangtuanya karena keterbatasan biaya.

Kalau mereka pergi pun, mereka hanya pergi ke rumah saudara

atau ke mall. Subyek merasa tidak begitu dekat dengan kedua

orang tuannya karena hubungan mereka kurang harmonis, hal ini

terbukti jika subyek mempunyai masalah subyek tidak pernah

menceritakan masalahnya ke orang tuanya. Subyek cenderung

Page 73: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

62

lebih senang memendam masalahnya sendiri daripada diceritakan

orang lain. Menurut subyek, orang tuanya sekarang ini belum

sesuai dengan apa yang diimpikannya. Subyek menginginkan

orang tua yang tidak suka ”ngomel” dan lebih pengertian sama

anak-anaknya.

Subyek tidak begitu suka lingkungan tempat tinggalnya

sampai saat ini karena subyek hanya mengenal tetangga di kanan

kiri maupun depan rumahnya, tidak mengenal banyak tetangga

sekitarnya. Subyek juga mengatakan bahwa ia pernah bermain

dengan teman sebaya di lingkungan rumahnya pada waktu

subyek duduk di bangku SD dan sekarang subyek tidak pernah

bermain dengan tetangganya. Jika ada acara di lingkungan tempat

tinggalnya subyek tidak mau berpartisipasi dengan alasan malas.

Di lingkungan sekolahnya, subyek tidak dekat dengan

teman-temannya karena subyek dianggap sebagai orang yang

aneh di sekolahnya. Subyek pernah mempunyai sahabat di

sekolahnya tapi sekarang sahabat subyek sudah menjauhi subyek

karena subyek dianggap sebagai orang yang tidak

menyenangkan. Subyek sering sekali ”nyolot” dan suka marah

bila dinasehati oleh temannya. Tidak hanya itu saja, terkadang

subyek sering berlaku jorok kepada teman-temannya; misalnya

setelah ”ngupil” subyek mengusapkan kepada temannya. Subyek

juga dikenal sebagai orang yang berani membantah guru, tukang

”ngeyel”, tidak nyambung bila diajak bicara, suka cari perhatian,

dan tertutup. Hal itulah yang membuat subyek tidak mempunyai

Page 74: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

63

teman di sekolah. Di sekolah, subyek merasa teman-teman

sekelasnya tidak mendukungnya bahkan menjauhinya. Tidak

hanya itu saja, subyek tidak dekat dengan guru di sekolahnya

karena subyek berani ”nyolot” di depan guru sehingga guru-guru

di sekolahnya sudah hafal dengan sikap subyek. Subyek tidak

begitu tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan di

sekolahnya karena subyek merasa malas untuk mengikutinya

namun jika kegiatan itu bersifat wajib, baru subyek mau

mengikutinya, itupun terkadang dengan perasaan terpaksa dan

malas. Subyek lebih tertarik mengikuti pelatihan matematika

daripada kegiatan sekolah lainnya karena pelatihan matematika

dirasa dapat meningkatkan kemampuan subyek dalam mata

pelajaran matematika.

2) Bullying yang dialami oleh subyek

Subyek mengalami perilaku bullying baik itu secara verbal

dan psikologis. Bullying verbal yang dialami subyek adalah

subyek jika di sekolah sering diejek tukang ”nyolot”, banyak

jerawat dan ”kusta”. Selain itu, subyek juga sering diteriaki

”cantik” pada saat subyek lewat diantara teman-temannya yang

sedang berkumpul. Padahal itu semua hanya semata-mata untuk

menyindir subyek. Perlakuan tersebut didapat subyek baik dari

temannya laki-laki maupun temannya perempuan, pelakunya pun

berbeda-beda karena hampir temannya satu kelas yang

melakukan hal tersebut kepada subyek. Subyek mengaku

mendapatkan perlakuan tersebut dari SD. Subyek juga tidak

Page 75: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

64

mengerti mengapa teman-temannya memperlakukan dia seperti

itu.

Secara psikologis, subyek sering dikucilkan oleh teman-

temannya. Hal tersebut paling nampak ketika guru menyuruh

membentuk suatu kelompok untuk tugas, subyek mengaku tidak

mendapatkan kelompok karena teman-temannya tidak ada yang

mau sekelompok dengan subyek. Subyek pernah mendapatkan

kelompok namun hal itu semata-mata salah satu teman subyek

merasa kasihan dengan subyek karena subyek tidak mendapatkan

kelompok. Tidak hanya itu saja, tidak ada satu orang teman pun

yang mengajak subyek untuk jalan ke kantin bersama. Saat

mendapat perlakuan tersebut subyek hanya diam saja, subyek

ingin marah tetapi subyek tidak berani mengungkapkannya.

Subyek pernah melaporkan tindakan teman-temannya kepada

guru BK tapi subyek justru diminta untuk menyelesaikannya

sendiri. Subyek hanya bisa diam saja saat mendapat perlakuan

tersebut.

3) Permasalahan yang dihadapi saat menjadi korban

Perlakuan bullying yang diterima subyek membuat subyek

merasa jengkel, merasa kesepian karena tidak mempunyai teman

dan subyek ingin mendekati orang lain untuk dijadikan temannya

tapi tidak bisa. Orang yang didekati subyek justru menjauh dari

subyek dan tidak mau berteman dengan subyek.

Subyek mengaku sangat bermasalah dengan perlakuan

tersebut. Hampir setiap hari subyek harus merasakan

Page 76: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

65

kesendiriannya di sekolah karena tidak ada yang mau berteman

dengan subyek (ke kantin dan di kelas sendirian). Subyek merasa

malas pergi ke sekolah karena takut akan menerima perlakuan

yang sama dari teman-temannya. Sesampainya di rumah, subyek

meluapkannya dengan bermain laptop dan tidur.

4) Reaksi yang muncul

Subyek menceritakan perlakuan yang subyek dapat ke orang

tuanya, tetapi orang tuanya hanya menyarankan agar temannya

didiamkan saja dan menyuruh untuk membalasnya bila perbuatan

temannya sudah kelewatan. Orang tua subyek pernah mencoba

membantu subyek dengan cara menemui guru BK subyek dan

menceritakan perlakuan yang dialami oleh subyek. Guru BK

subyekpun tidak memberikan solusi yang terbaik, hanya

mendengarkan dan tidak menindaklanjuti perlakuan bullying

tersebut bahkan subyek diminta untuk menyelesaikannya sendiri.

5) Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying

Efek yang terlihat jelas adalah pada prestasi subyek. Subyek

merupakan anak yang cukup pintar dan selalu mendapatkan

ranking di kelasnya, tetapi setelah perlakuan tersebut dialaminya

terus menerus peringkatnya turun secara bertahap. Subyek

merasa putus asa akibat perlakuan bullying yang dialaminya,

tetapi hanya bisa diam saja. Perasaan kesepian sering dirasakan

subyek hampir setiap hari. Kepercayaan diri yang ada pada

subyek juga makin lama makin berkurang. Tidak hanya itu saja,

subyek mengaku tidak mau berteman lagi dengan teman-

Page 77: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

66

temannya yang ada di sekolahnya bahkan subyek memilih untuk

memusuhi mereka.

III. Analisis Kasus

Subyek merupakan seorang siswi di salah satu sekolah

swasta. Subyek sekarang ini duduk di bangku kelas XI dan

merupakan anak tunggal. Saat ini subyek tinggal bersama kedua

orang tuannya. Ayahnya bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah

Menengah Kejuruan di Semarang, sedangkan ibu subyek seorang

ibu rumah tangga dan terkadang membuat ”Handmade” bila ada

pesanan.

Di sekolah, subyek sering mendapatkan perlakuan bullying.

Bullying yang diterima subyek adalah bullying verbal dan

bullying psikologis. Subyek sering sekali ”nyolot” dan suka marah

bila dinasehati oleh temannya. Tidak hanya itu saja, terkadang

subyek sering berlaku jorok kepada teman-temannya; misalnya

setelah ”ngupil” subyek mengusapkan kepada temannya. Hal itulah

yang membuat subyek tidak mempunyai teman di sekolah. Subyek

juga sering diteriaki ”cantik” pada saat subyek lewat diantara

teman-temannya yang sedang berkumpul. Padahal itu semua hanya

semata-mata untuk menyindir subyek. Subyek juga pernah diejek

”Kusta” oleh teman-temannya ketika subyek duduk di bangku

Sekolah Dasar. Selain bullying verbal, subyek juga mendapatkan

perlakuan bullying psikologis. Subyek sering tidak mendapatkan

kelompok saat guru subyek menyuruh untuk membentuk

Page 78: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

67

kelompok. Pernah sesekali subyek mendapatkan kelompok namun

hal itu semata-semata karena salah satu teman subyek merasa

kasihan dengan subyek yang tidak mendapatkan kelompok. Selain

itu, setiap kali jam istirahat tidak ada satu orang teman subyek

yang mengajak subyek untuk pergi ke kantin bersama. Subyek

sering pergi ke kantin sendirian.

Ketika subyek mendapat perlakuan bullying verbal dan

psikologis, subyek hanya diam saja dan tidak berani membalas. Hal

tersebut yang menjadikan subyek dengan mudahnya setiap hari

mendapat perlakuan bullying verbal oleh teman-teman sekelasnya.

Penampilan tidak menarik, kurang percaya diri serta pasif

memungkinkan seseorang mendapatkan perlakuan yang negatif

oleh orang di sekitarnya. Subyek yang berpenampilan tidak

menarik (memiliki banyak jerawat di wajah), pasif (kurang

bersosialisasi) dan tidak percaya diri menyebabkan subyek sering

mendapatkan perlakuan bullying dari teman-temannya; seperti

diejek, dikucilkan bahkan dimanfaatkan oleh teman-temannya.

Dampak yang diterima subyek akibat perlakuan bullying dari

teman-temannya adalah pertama, subyek merasa malas pergi ke

sekolah. Subyek merasa enggan ke sekolah karena subyek hampir

setiap hari menerima ejekan dari teman-temannya. Dampak yang

kedua, menurunnya prestasi subyek. Menurut pengakuan orang

terdekat subyek, subyek merupakan anak yang cukup pintar di

sekolah. Subyek selalu mendapatkan ranking saat duduk di bangku

SD sampai menginjak SMP, namun akibat perlakuan bullying yang

Page 79: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

68

diterima subyek prestasi subyek semakin menurun. Subyek

menjadi stres dan malas belajar serta hanya bisa diam saja saat

menerima perlakuan bullying. Dampak yang ketiga, subyek

merasa kesepian. Subyek selalu pergi ke kantin sendirian saat jam

istirahat karena tidak ada satu orang teman pun yang mengajak

subyek. Tidak ada teman yang diajak ”ngobrol” oleh subyek.

Dampak yang keempat, kepercayaan diri subyek berkurang.

Subyek menjadi takut mendekati orang lain atau temannya karena

subyek takut kalau teman-temannya justru menjauh dari subyek.

Page 80: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

69

Tabel 3

Intensitas Tema Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

Subyek II

Tema Intensitas Keterangan

Subyek malas

pergi ke sekolah

+++ Dampak yang paling dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya

Menurunnya

nilai subyek di

sekolah

++

Dampak yang cukup dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya namun dengan intensitas

sedang

Subyek merasa

kesepian di

sekolah

+++ Dampak lain yang paling dirasakan

subyek akibat perlakuan bullying yang

diterimanya

Kepercayaan diri

subyek

berkurang

++ Dampak yang cukup dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya namun dengan intensitas

sedang

Keterangan (+) :

+++ : intensitas kuat

++ : intensitas sedang

+ : intensitas lemah

Page 81: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

70

Tabel 4

Korelasi Antar Tema 2

Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

Subyek II

Subyek

malas pergi

ke sekolah

Menurunnya

nilai subyek

di sekolah

Subyek merasa

kesepian di

sekolah

Kepercayaan

diri subyek

berkurang

Subyek

malas pergi

ke sekolah

X

Menurunnya

nilai subyek

di sekolah

X

Subyek

merasa

kesepian di

sekolah

X

Kepercayaan

diri subyek

berkurang

X

Keterangan :

: mempengaruhi

: saling mempengaruhi

Page 82: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

71

3. Kasus subyek III

I. Identitas subyek

a. Nama : R.P.T

b. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 23 Januari 1995

c. Usia : 16 tahun

d. Jenis Kelamin : Laki-laki

e. Urutan kelahiran : Anak pertama dari lima bersaudara

f. Hobi : Futsal

g. Kelas : X

h. Pendidikan Orang tua

Ayah : -

Ibu : -

i. Pekerjaan Orang tua

Ayah : Wiraswasta

Ibu : Wiraswasta

II. Hasil Observasi dan Wawancara

Peneliti tidak mengalami kesulitan saat melakukan pendekatan

pada subyek, karena sebelumnya peneliti sudah mengenal subyek.

Tetapi saat tahu akan diwawancara subyek terlihat gugup. Saat

pelaksanaan wawancara itu sendiri subyek merasa takut kalau

rahasia subyek diketahui banyak orang. Tetapi saat peneliti

menjelaskan bahwa wawancara yang akan dilakukan sangat mudah

seperti menceritakan kejadian yang dialami, subyek mulai tenang

dan siap memulai wawancara.

Page 83: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

72

Wawancara dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2011 pukul

20.00, tanggal 27 Februari 2011 pukul 18.30,tanggal 6 Maret pada

pukul 18.30, tanggal 13 Maret 2011 pukul 18.30. Wawancara

dilaksanakan di gereja subyek. Saat wawancara berlangsung,

keadaan gereja subyek cukup ramai tapi masih memungkinkan untuk

melakukan wawancara.

Subyek memiliki gambaran fisik kulit sawo matang, agak

pendek, kurus dan wajah penuh dengan bintik-bintik merah

(jerawat). Selain itu, subyek memiliki hobi futsal dan main game

online.

Subyek tinggal di daerah yang tergolong padat penduduk, banyak

memiliki tetangga di sekitarnya. Semasa kecil hingga sekarang

subyek sering bermain dengan tetangganya sekalipun tetangganya

jauh lebih tua daripada subyek. Subyek merupakan anak pertama

dari lima bersaudara. Subyek memiliki tiga adik laki-laki dan satu

adik perempuan. Rentang usia subyek dengan adik-adiknya

tergolong cukup jauh.

Ayah subyek bekerja sebagai pengelola toko bangunan,

sedangkan Ibu subyek bekerja sebagai pengelola lapangan futsal.

Sehari-hari subyek bekerja di lapangan futsal yang dikelola oleh ibu

subyek sendiri. Subyek mengaku sejak subyek keluar dari sekolah,

subyek bekerja di lapangan futsal milik ibu subyek.

Interaksi subyek dengan orang tuanya cukup baik. Hal ini

terbukti dari seringnya subyek menceritakan masalah yang

dihadapinya kepada ayahnya karena subyek merasa bahwa ayahnya

Page 84: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

73

dapat membimbing subyek untuk mencari solusi yang tepat bagi

masalah subyek. Tidak hanya itu saja, subyek juga sering bercanda

dengan ibunya saat waktu luang.

Selain mewawancarai subyek, penulis juga mewawancarai

orang-orang yang dekat dengan subyek sebut saja ”D dan L”. D dan

L merupakan orang terdekat subyek. Ketika ditanya oleh peneliti, D

dan L mengaku belum pernah mendengar apa yang disebut dengan

bullying. D dan L mengatakan bahwa kekerasan yang terjadi pada

siswa-siswi di sekolah merupakan hal yang wajar. D dan L juga

berpendapat bahwa perlakuan yang dialami subyek perlu campur

tangan guru atau pihak sekolah karena hal tersebut merupakan hal

yang tidak dapat dianggap remeh sekalipun mungkin hal tersebut

merupakan hal yang biasa dalam permainan remaja.

D mengatakan bahwa sebenarnya subyek merupakan anak

yang cukup berprestasi di sekolah. Pada waktu SD, subyek selalu

mendapat ranking, tapi pada saat subyek duduk di bangku SMP

prestasi subyek menurun. Hal ini mungkin disebabkan perlakuan

bullying yang diterima subyek di sekolah. Menurut D, subyek

merupakan orang yang pendiam baik di sekolah maupun di

lingkungan sekitar. D bercerita tentang aktivitas sehari-hari subyek

ketika di rumah ialah nonton televisi, main game online, kerja di

lapangan futsal dan tidur.

Subyek jarang sekali bercerita kepada D tentang

permasalahan yang dialaminya di sekolah namun subyek pernah

menceritakan permasalahannya kepada L. Pernah sesekali subyek

Page 85: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

74

bercerita bahwa di sekolah, subyek sering dikucilkan oleh teman-

temannya bahkan diejek juga. Ketika mendengar cerita dari subyek,

L hanya menyuruh subyek untuk diam saja dan berdoa serta pasrah

kepada Tuhan.

Akibat yang tampak dari perilaku bullying yang diterima

subyek menurut D dan L adalah subyek lebih suka menyendiri

(sosialisasi berkurang), mencari kesibukan sendiri, keluar dari

sekolah dan subyek tidak mau bersekolah lagi. D bercerita bahwa

subyek pernah mengatakan bahwa ia merasa kesepian ketika berada

di sekolah, sampai-sampai subyek merasa malas berangkat ke

sekolah karena takut diejek oleh temannya.

1) Latar Belakang Subyek

Saat ini subyek berusia 16 tahun dan sudah tidak bersekolah

lagi. Subyek mengaku keluar sekolah saat subyek duduk di kelas

IX. Saat subyek duduk di kelas VIII, subyek diminta untuk

pindah sekolah oleh kakeknya karena kakek subyek merasa

bahwa sekolah yang ditempati subyek tidak sesuai dengan latar

belakang subyek. Subyek pun pindah sekolah karena subyek

ingin memenuhi permintaan kakeknya. Subyek merupakan anak

pertama dari lima bersaudara. Subyek mempunyai sifat

cenderung pemalu, pendiam, pendendam dan cenderung ingin

melakukan segala sesuatu sendirian.

Subyek sehari-harinya jarang berada di rumah karena dari

pagi sampai malam subyek bekerja di lapangan futsal milik ibu

Page 86: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

75

subyek. Sehari-hari subyek bekerja dari pk 07.00-23.00 WIB.

Terkadang bila tempat futsal milik ibunya ramai, subyek bekerja

sampai pk. 01.00 tengah malam. Saat subyek bekerja, subyek

mengaku bahwa subyek tidak dapat bepergian dengan teman-

teman subyek karena tempat kerjaan subyek tidak dapat

ditinggal; apalagi kalau waktu ramai.

Subyek cukup menyukai lingkungan tempat tinggalnya

sampai saat ini karena subyek cukup mengenal tetangga di sekitar

rumahnya. Subyek juga mengatakan bahwa ia pernah bermain

dengan teman sebaya di lingkungan rumahnya pada waktu

subyek duduk di bangku SD sampai sekarang. Jika ada acara di

lingkungan tempat tinggalnya subyek tidak mau berpartisipasi

dengan alasan malas.

Di lingkungan sekolahnya, subyek tidak dekat dengan

teman-temannya karena subyek dianggap sebagai orang yang

aneh di sekolahnya. Subyek sering menyendiri saat jam istirahat

padahal teman subyek yang lain pernah mengajak subyek untuk

jalan bersama. Subyek cenderung lebih sering menyendiri saat di

sekolah. Dalam penyelesaian tugas-tugasnya, subyek bercerita

bahwa teman-temannya sering memperalat dia, sebagai

contohnya ketika membuat tugas subyek yang diminta

mengerjakan dan teman-temannya malah enak-enakan ngobrol,

ketika ada latihan soal teman-temannya sering meminta contekan

tetapi ketika subyek bertanya temannya tidak ada yang mau

memberitahu.

Page 87: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

76

2) Bullying yang dialami oleh subyek

Subyek mengalami perilaku bullying baik itu secara fisik

dan psikologis. Bullying fisik yang dialami subyek adalah

subyek jika di sekolah sering dipalaki oleh teman-temannya.

Subyek menerima perlakuan tersebut tidak hanya 1 atau 2 hari

saja, tapi hampir setiap hari subyek menerima perlakuan tersebut.

Biasanya subyek menerima perlakuan tersebut pada saat istirahat

sekolah. Biasannya teman subyek meminta uang Rp 5.000,-

kepada subyek. Apabila subyek tidak memberinya, teman subyek

mengancam akan memukuli subyek setelah pulang sekolah.

Subyek menerima perlakuan bullying tersebut dari teman laki-

laki subyek yang ada di sekolah.

Secara psikologis, subyek sering dikucilkan oleh teman-

temannya. Hal tersebut paling nampak ketika teman subyek

mengetahui bahwa subyek beragama muslim (islam) dan teman-

teman subyek yang lainnya beragama katolik, mereka semua

langsung mengucilkan subyek dan tidak mau berteman dengan

subyek. Teman-teman subyek beranggapan bahwa agama muslim

dan katolik berbeda jauh jadi mereka tidak mau berteman dengan

seseorang yang berbeda agama dengan mereka.

Subyek pernah ingin membalas perlakuan teman-temannya

terhadap dirinya namun subyek tidak berani. Subyek memilih

untuk diam saja dengan cara keluar dari sekolah. Subyek keluar

sekolah karena kakek subyek juga tidak setuju bila subyek

diperlakukan sedemikian.

Page 88: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

77

3) Permasalahan yang dihadapi saat menjadi korban

Perlakuan bullying yang diterima subyek membuat subyek

merasa marah, merasa kesepian karena tidak mempunyai teman

dan ingin mendekati orang lain untuk dijadikan temannya. Ketika

mendapat perlakuan tersebut tidak ada teman subyek yang

membantu subyek, bahkan teman yang dianggap subyek sebagai

sahabatnya juga tidak membantunya. Subyek merasa kesepian

karena tidak ada teman yang benar-benar mendukungnya.

Subyek sebenarnya merasa sangat bermasalah dengan

perlakuan tersebut, karena hampir setiap hari subyek mendapat

perlakuan tersebut. Tiap hari subyek harus merasakan dijauhi

teman-temannya dan diejek. Hampir setiap hari subyek pulang

dari sekolah dengan perasaan jengkel dan berangkat sekolah

dengan perasaan malas. Sesampainya di rumah, subyek

meluapkannya dengan bermain game online, futsal atau tidur.

4) Reaksi yang muncul

Subyek menceritakan perlakuan yang subyek dapat ke orang

tuanya, tetapi orang tuanya hanya menyarankan agar temannya

didiamkan saja dan menyuruh untuk membalasnya apabila

perlakuan teman subyek sudah keterlaluan. Pihak keluarga

pernah membantu subyek untuk mengatasi masalah yang

dihadapi subyek di sekolah dengan cara memindahkan subyek ke

sekolah yang lebih baik. Subyek juga pernah menceritakan

masalahnya kepada guru namun bukan penyelesaian yang didapat

Page 89: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

78

subyek tapi justru subyek yang disalahkan atas perlakuan

tersebut.

5) Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying

Efek yang terlihat jelas adalah pada prestasi subyek. Subyek

merupakan anak yang cukup pintar dan masuk dalam sepuluh

besar di kelasnya, tetapi setelah perlakuan tersebut dialaminya

terus-menerus subyek menjadi malas belajar dan malas ke

sekolah sehingga nilai subyek di sekolah turun drastis. Perasaan

kesepian sering menghantui hari-harinya dan hanya dapat diam

serta pasrah. Namun disisi lain, subyek tetap percaya diri dalam

menjalani hidup karena subyek mempunyai 1 tujuan yaitu

membahagiakan kedua orang tuanya yang sudah bersusah payah

mendidik dan membesarkan subyek. Subyek mengaku tidak mau

berteman lagi dengan teman-temannya yang ada di sekolahnya

bahkan subyek memilih untuk memusuhi mereka.

III. Analisis Kasus

Subyek merupakan seorang siswa di salah satu sekolah swasta.

Subyek sekarang ini sudah tidak bersekolah lagi (keluar dari

sekolah) karena perlakuan teman-teman di sekolah yang membuat

subyek merasa tidak nyaman. Hubungan subyek dengan kedua orang

tuanya cukup baik. Kesibukan kedua orang tuanya tidak membuat

subyek jauh dari orang tuanya. Subyek mengaku sering ”share”

dengan kedua orang tuanya, namun hubungan subyek dengan orang-

orang di sekitar subyek cenderung kurang.

Page 90: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

79

Subyek menjalani hari-harinya di sekolah dengan tidak

bersemangat karena hampir setiap hari subyek mendapat perlakuan

bullying dari teman-temannya. Bullying yang diterima subyek di

sekolah adalah bullying psikologis dan bullying fisik. Di sekolah

subyek sering sekali dikucilkan oleh teman-temannya. Hal ini

diperjelas dengan pengakuan subyek yang mengatakan bahwa

subyek selalu sendiri saat jam istirahat sekolah. Tidak ada seorang

teman pun yang mengajak subyek untuk ”ngobrol”. Subyek juga

pernah diejek oleh teman-temannya, namun ketika diejek oleh

teman-temannya subyek hanya diam saja dan tidak berani membalas.

Hal tersebut yang menjadikan subyek dengan mudahnya setiap hari

mendapat perlakuan bullying psikologis oleh teman-teman di

sekolahnya. Tidak hanya bullying psikologis yang dialami oleh

subyek setiap harinya, subyek juga mendapat perlakuan bullying

secara fisik. Di sekolah, subyek sering dimintai uang Rp 5.000,-

oleh teman-teman sekolahnya pada saat jam istirahat. Apabila

subyek tidak mau memberikan uang tersebut, teman-teman subyek

mengancam akan memukuli subyek saat pulang sekolah. Perlakuan

tersebut juga hampir setiap hari diterima oleh subyek. Subyek hanya

diam saja saat mendapat perlakuan bullying, ingin melawan tapi

tidak bisa. Subyek pernah menceritakan perlakuan yang dialaminya

kepada orang tuanya, tapi orang tua subyek menganggap hal tersebut

memang termasuk dalam perkembangan remaja dan hal tersebut

dianggap biasa. Guru di sekolah subyek pun walau mengetahui

perlakuan yang diterima subyek juga hanya mendiamkan saja dan

Page 91: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

80

ada juga guru di sekolah subyek yang justru menyalahkan subyek

atas perlakuan yang diterima subyek.

Setelah setiap hari mendapat perlakuan bullying, ada beberapa

dampak yang muncul akibat perlakuan bullying tersebut yaitu

pertama, subyek malas untuk berangkat ke sekolah. Subyek

seringkali merasa malas pergi ke sekolah karena subyek takut

menerima perlakuan bullying dari teman-temannya. Dampak yang

kedua, menurunnya prestasi subyek di sekolah. Subyek mengaku

bahwa saat duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah

Menengah Pertama subyek mendapatkan ranking, namun belakangan

ini nilai-nilai subyek menurun drastis. Hal ini diakibatkan perlakuan

bullying yang diterima subyek membuat subyek stres dan enggan

belajar. Dampak yang ketiga, subyek pindah ke sekolah lain.

Subyek meminta dipindahkan dari sekolahnya yang lama karena

tidak tahan dengan perlakuan teman-temannya yang membedakan

agama yang dianut. Tidak hanya itu saja, subyek juga dikucilkan

akibat perbedaan agama yang ada. Dampak yang keempat,

penyesuaian sosial subyek menjadi buruk. Subyek menjadi

enggan bergaul dengan teman-temannya di sekolah dan cenderung

lebih senang menyendiri. Subyek juga menjadi orang yang pendiam

setelah mendapat perlakuan bullying dari teman-temannya.

Page 92: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

81

Tabel 5

Intensitas Tema Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

Subyek III

Tema Intensitas Keterangan

Subyek malas

untuk pergi ke

sekolah

+++ Dampak yang paling dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya

Menurunnya

prestasi subyek

++ Dampak yang cukup dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya namun dengan intensitas

sedang

Subyek pindah

sekolah

+++ Dampak lain yang paling dirasakan

subyek akibat perlakuan bullying yang

diterimanya

Penyesuaian

sosial subyek

menjadi buruk

++ Dampak yang cukup dirasakan subyek

akibat perlakuan bullying yang

diterimanya namun dengan intensitas

sedang

Keterangan (+) :

+++ : intensitas kuat

++ : intensitas sedang

+ : intensitas lemah

Page 93: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

82

Tabel 6

Korelasi Antar Tema 3

Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

Subyek III

Subyek malas

untuk pergi

ke sekolah

Menurunnya

prestasi

subyek

Subyek

pindah

sekolah

Penyesuaian

sosial subyek

menjadi buruk

Subyek

malas untuk

pergi ke

sekolah

X

Menurunnya

prestasi

subyek

X

Subyek

pindah

sekolah

X

Penyesuaian

sosial subyek

menjadi

buruk

X

Keterangan :

: mempengaruhi

: saling mempengaruhi

Page 94: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

83

BAB V

Pembahasan

A. Interrelasi dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

Istilah bullying datang dari bahasa Inggris, diilhami kata bull yang

berarti “banteng” yang menyeruduk kesana-kesini (Sejiwa, 2007, h. 2).

Rigby (Astuti, 2008, h. 3) mendefinisikan bullying sebagai sebuah

hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi

menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung

oleh seorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,

biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang.

Bullying tidak hanya terjadi di sekitar masyarakat, tapi bullying

juga terjadi di lingkungan sekolah. Perlakuan bullying dapat

memberikan dampak bagi sang korban. Dalam penelitian ini disebutkan

bahwa dampak yang dialami korban akibat perlakuan bullying adalah

perasaan kesepian, malas berangkat ke sekolah, nilai di sekolah

menurun, ingin pindah sekolah, kepercayaan diri berkurang, dan

penyesuaian sosial menjadi buruk. Kesepian (KBBI, 2002) berarti satu

perasaan tidak termasuk dalam kelompok manapun juga; rasa tidak

cocok; biasanya dengan keyakinan bahwa dirinya tak berdaya untuk

mengadakan perubahan yang berarti. Perasaan kesepian ini dialami oleh

ketiga subyek dengan intensitas yang kuat. Hal ini sesuai dengan teori

kognitif (Derlega & Margalis dalam Yuniarti, 2002), perasaan kesepian

tidak hanya akibat dari hubungan sosial yang dialami, melainkan akibat

dari pola atau standar hubungan sosial yang diinginkan. Kesepian akan

Page 95: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

84

timbul bila individu tidak berhasil menemukan teman yang dianggap

sesuai untuk membantu mencapai tujuan yang diinginkan dan kesepian

akan mudah terjadi bila dalam hubungan sosial individu kurang

memiliki keleluasaan untuk membedakan komunikasi terbuka. Dalam

hal ini, ketiga subyek tidak berhasil menemukan teman yang dapat

membantu subyek akibat perlakuan bullying yang diterima subyek.

Subyek juga merasa terasingkan saat di sekolah karena teman-teman

subyek mengucilkan subyek.

Dampak lain yang dialami subyek adalah penyesuaian sosial

(sosialisasi) menjadi buruk. Hal ini hanya dialami oleh subyek III

namun dengan intensitas sedang, sedangkan subyek I dan subyek II

tidak mengalami dampak ini. Menurut Buhler (www.shvoong.com)

sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan

menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya

agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya. Dalam hal

ini, subyek III cenderung menyendiri saat berada di sekolah, sedangkan

subyek I dan subyek II tetap berusaha mendekati teman-temannya dan

belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sekalipun nantinya

mereka mengalami penolakan. Dampak selanjutnya yaitu subyek malas

berangkat ke sekolah dan nilai di sekolah menurun. Malas berangkat

sekolah dialami oleh ketiga subyek dengan intensitas yang kuat,

sedangkan nilai di sekolah menurun juga dialami oleh ketiga subyek

namun dengan intensitas sedang. Ketiga subyek mengalami hal ini

setelah mendapat perlakuan bullying dari teman-temannya. Hal ini

sesuai dengan teori belajar Skinner yaitu hubungan antara stimulus dan

Page 96: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

85

respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang

kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Stimulus yang

diterima yaitu perlakuan bullying yang hampir setiap hari diterima

subyek membuat subyek memberikan respon yang negatif yaitu malas

berangkat sekolah karena subyek takut akan mendapat perlakuan

bullying lagi. Tidak hanya itu saja, subyek yang malas berangkat

sekolah juga menyebabkan nilai subyek di sekolah menurun.

Dampak yang lain dari perilaku bullying adalah subyek ingin

pindah sekolah. Hal ini hanya dialami oleh subyek I dan subyek III,

sedangkan subyek II tidak mengalami. Subyek III pindah sekolah karena

tidak tahan dengan perlakuan bullying yang diterimanya, sedangkan

subyek I tidak terlalu memikirkan untuk pindah sekolah akan tetapi

subyek I sempat mempunyai pemikiran untuk pindah sekolah. Dampak

selanjutnya adalah kepercayaan diri berkurang. Dampak ini hanya

dialami oleh subyek II karena subyek takut untuk mendekati teman-

temannya. Subyek takut teman-temannya justru menghindar dari subyek

saat subyek berusaha untuk mendekati mereka.

B. Intensitas Tema antar Subyek

Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan wawancara

yang telah dilakukan pada ke 3 subyek, ternyata ditemukan beberapa

tema yang sama dan memiliki intensitas yang kuat. Namun ada beberapa

tema yang berbeda, hal itu disebabkan adanya masalah pribadi dalam

diri seseorang yang berbeda satu sama lain.

Page 97: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

86

Tabel 7

Intensitas Tema Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying Subyek I, II,

III

Tema Subyek I Subyek II Subyek III Keterangan

Subyek

malas

berangkat ke

sekolah

+++ +++ +++ Merupakan dampak

yang diterima

subyek I, II, III

dengan intensitas

yang kuat

Nilai subyek

di sekolah

menurun

++ ++ ++ Dampak yang

diterima relatif

cukup kuat dari

perlakuan bullying

yang diterima

subyek I, II, III

Subyek

ingin pindah

sekolah

+ - +++ Dampak yang

diterima subyek I

tidak terlalu kuat

dibandingkan

dengan subyek III,

namun pada subyek

II tidak mengalami

dampak ini

Subyek

merasa

+++ +++ +++ Dampak yang

cukup kuat

Page 98: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

87

kesepian di

sekolah

dirasakan oleh

subyek I dan

subyek II, namun

pada subyek III

tidak mengalami

dampak ini karena

subyek III merasa

nyaman dengan

kesendiriannya

Kepercayaan

diri

berkurang

- ++ - Subyek I dan

subyek III tidak

merasakan

kepercayaan diri

berkurang, namun

pada subyek II

kepercayaan diri

berkurang namun

dengan intensitas

yang tidak begitu

kuat

Penyesuaian

sosial

menjadi

buruk

- - ++ Penyesuaian sosial

pada subyek I dan

subyek II tidak

bermasalah, namun

pada subyek III

Page 99: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

88

penyesuaian

sosialnya menjadi

buruk setelah

mendapat

perlakuan bullying

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan mengenai hubungan antar

tema-tema dampak psikologis remaja korban bullying. Dari beberapa

dampak yang ada, ada beberapa dampak yang terjadi pada ketiga subyek

yaitu malas berangkat sekolah dan kesepian. Dampak ini merupakan

dampak yang paling kuat atau paling dirasakan oleh ketiga subyek

karena memiliki intensitas kuat. Subyek menjadi malas berangkat

sekolah karena subyek takut akan menerima perlakuan bullying yang

sama dari teman-temannya. Selain itu, dampak lain yang dialami oleh

ketiga subyek adalah nilai subyek di sekolah menurun dengan

intensitas sedang. Pindah sekolah adalah dampak lain yang muncul

akibat perlakuan bullying yang diterima subyek namun hal ini dialami

oleh subyek III dengan intensitas kuat dan subyek I dengan intensitas

yang lemah. Subyek II tidak mengalami dampak tersebut karena subyek

II cukup merasa nyaman dengan suasana di sekolahnya. Kepercayaan

diri berkurang juga dialami oleh subyek II sedangkan subyek I dan

subyek III tidak mengalaminya. Subyek II menjadi kurang percaya diri

di sekolahnya karena subyek tidak berani untuk mendekati teman-

temannya karena subyek takut teman-temannya justru menghindar dari

subyek, sedangkan subyek I dan subyek III tetap percaya diri saat

Page 100: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

89

berada di sekolah dan tetap berusaha untuk mendekati temannya.

Dampak lain yang muncul adalah penyesuaian sosial menjadi buruk.

Hal ini dialami oleh subyek III. Subyek III sering terlihat sendiri pada

saat jam istirahat. Selain itu, subyek juga merupakan orang yang

introvert dan subyek hanya cerita dengan orang yang dekat dengan

subyek. Penyesuaian sosial menjadi buruk juga bisa disebabkan subyek

tidak mengetahui bagaimana cara bergaul pada umumnya dan

beranggapan bahwa sosialisasi merupakan hal yang tidak

menyenangkan untuk dirinya.

Adapun dalam penelitian ini tidak lepas dari kendala yang dihadapi

oleh peneliti. Kendala yang dihadapi berhubungan dengan kurangnya

sikap keterbukaan dari beberapa subyek dalam mengungkapkan

perasaan dan permasalahan yang dihadapi. Hal ini dikarenakan peneliti

dan subyek belum saling mengenal dan subyek cenderung memiliki

kepribadian yang introvert (tertutup).

Page 101: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

90

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa remaja yang

menjadi korban bullying akan mengalami beberapa dampak psikologis.

Dampak psikologis tersebut adalah malas berangkat sekolah, nilai di

sekolah menurun, perasaan kesepian, pindah sekolah, kepercayaan diri

berkurang dan penyesuaian sosial menjadi buruk.

Malas berangkat sekolah pada dasarnya dipengaruhi oleh adanya

rasa takut akan mendapatkan perlakuan bullying yang sama dari teman-

temannya. Selain itu, malas berangkat sekolah juga dapat membuat nilai

subyek di sekolah menurun. Subyek akan ketinggalan pelajaran bila

subyek malas berangkat ke sekolah dan secara otomatis nilai di sekolah

subyek juga menurun. Malas berangkat ke sekolah juga dapat

mempengaruhi semangat belajar subyek. Subyek akan cenderung

mencari kesibukan lain saat subyek tidak masuk sekolah.

Kesepian juga menjadi dampak lain yang muncul akibat perilaku

bullying. Kesepian ini dialami oleh ketiga subyek dengan intensitas

yang kuat. Hal ini dikarenakan ketiga subyek tidak mempunyai teman

yang menemani subyek saat di sekolah. Mereka cenderung terlihat

sendirian saat jam istirahat berlangsung maupun saat mereka berada di

kelas. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus maka akan menimbulkan

ketakutan akan penolakan sehingga membuat seseorang terus menerus

tampil sesuai dengan tuntutan lingkungan. Pada akhirnya hal ini akan

Page 102: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

91

menimbulkan kehampaan dan keterasingan dengan diri yang

sesungguhnya. Tidak hanya itu saja, kesepian juga dapat membuat

subyek ingin pindah sekolah yang semata-mata hanya untuk

menghindari perlakuan bullying yang diterimanya selama ini.

B. Saran

Setelah melihat hasil penelitian dampak psikologis remaja korban

bullying, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Korban bullying, hendaknya mencari kesibukan sendiri saat di

sekolah agar tidak merasa kesepian, tetap percaya diri dalam segala

hal, lebih terbuka mengenai permasalahan yang dihadapi serta

bersikap lebih aktif di sekolah sehingga tidak dianggap remeh dan

dimanfaatkan oleh teman yang lain.

2. Orang tua, hendaknya dapat lebih memerhatikan kebutuhan anaknya,

menjadi tempat berbagi untuk anak sehingga anak dapat

menceritakan permasalahan yang dihadapi serta menciptakan

suasana rumah yang menyenangkan bagi anak.

3. Pihak sekolah dan guru, hendaknya tetap mengawasi kegiatan yang

dilakukan murid-muridnya, tidak menganggap remeh setiap

permasalahan yang dihadapi murid serta menindaklanjuti perilaku

bullying yang terjadi di sekolah dan berusaha mencari penyelesaian

untuk murid yang menjadi korban bullying agar tidak ada lagi murid

yang menjadi korban.

4. Peneliti lain, hendaknya meneliti lebih dalam mengenai bullying,

misalnya lebih mendalami tentang dampak psikologis lain yang

Page 103: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

92

ditimbulkan dari perilaku bullying dan menambahkan variable-

variabel tertentu seperti strategi coping yang dilakukan korban

sehingga tidak ada lagi anak yang menjadi korban bullying.

Page 104: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

93

DAFTAR PUSTAKA

Abdiah, A. 2008. Psikodinamika Pelaku Bullying pada Salah Satu SMA

di Malang. www.belajar psikologi.wordpress.com.23/05/2010

Alsa, A. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya

dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Aprilia, B. 2004. Dampak Psikologis Perilaku Aborsi Pada Remaja. Skripsi

(Tidak Diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Unika

Soegijapranata

Astuti, P. 2008. Meredam Bullying : 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan

Pada Anak. Jakarta: Grasindo

Badudu, J & Zains, M. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan

Chaplin, J. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa: Kartono.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Elliot, M. 2005. Wise Guides Bullying. New York: Hodder Children’s

Books

Indarini, N. 2007. Banyak guru anggap bullying bukan masalah serius.

www.detik.com

Kartono, Dr. Kartini & Dali Gulo. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: CV.

Pionir Jaya

Mellor, A. 2007. Sebuah pendekatan sistematik terhadap pengembangan

kebijakan anti-bullying yang efektif di lingkungan sekolah.

www.ditplb.or.id

Page 105: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

94

Moleong, J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rodasuarya

Olweus, Dan. 2004. Bullying at School. London: Blackwell Publishing

Poerwadarminta, W. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka

Poerwandari, E.K. 1997. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian

Psikologi. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi (Fakultas Psikologi Universitas Indonesia)

Prasetyo, F. 2000. Unsur-unsur Hakiki Dalam Pembinaan. Yogyakarta:

Kanisius

Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan Soesetio, S. R. 2005. ”Gencet-gencetan” di

mata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti,

skenario, dan dampak ”gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial,

12 (01), 1 – 13

Sejiwa. 2007. Bullying: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru. Mengatasi

Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo

------. 2008. Handout Workshop Nasional Anti Bullying Ke-3. Jakarta: JW

Marriot 17 Mei 2008

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo

Soekanto, Prof. Dr. Soerjono.1993. Kamus Sosiologi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Sullivan, Keith. 2000. The Anti Bullying Handbook. London: Oxford

University

Page 106: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

95

Susanti, I. 2007. Bullying Bikin Anak Depresi dan Bunuh Diri.

www.okezone.com

Tim Penyusun KBBI. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

Page 107: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

96

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

A. Pedoman Wawancara

1. Identitas Subyek

a. Nama :

b. Tempat, Tanggal lahir :

c. Usia :

d. Jenis Kelamin :

e. Urutan kelahiran dalam keluarga :

f. Hobi :

g. Kelas :

h. Pendidikan Orang tua

Ayah :

Ibu :

i. Pekerjaan Orang tua

Ayah :

Ibu :

2. Latar Belakang

a. Hubungan dengan orangtua dan keluarga, pola asuh orangtua

b. Lingkungan tempat tinggal subyek

c. Lingkungan Sekolah

3. Konsep diri Subyek Bullying

a. Kelebihan dan kekurangan subyek

b. Sikap dalam menghadapi berbagai masalah

Page 108: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

97

4. Pengalaman Melihat atau Mendengar Perilaku Bullying

a. Bentuk-bentuk perilaku bullying yang pernah didengar atau

dilihat subyek

b. Penyebab seseorang menjadi korban dan pelaku bullying

c. Reaksi yang muncul bila melihat perilaku bullying

d. Tempat terjadinya perilaku bullying

5. Pengalaman Menjadi Korban Bullying

a. Bentuk-bentuk yang pernah diterima (fisik, psikologis, verbal,

cyber)

b. Penyebab menjadi korban bullying

c. Waktu mendapat perlakuan bullying

6. Permasalahan yang dihadapi saat menjadi korban bullying

a. Perasaan saat menjadi korban bullying

7. Reaksi yang muncul setelah mendapat perlakuan bullying

a. Tanggapan Orang tua dan keluarga

b. Tanggapan pihak sekolah dan guru

8. Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying

a. Efek di sekolah, keluarga dan sekitar

b. Efek psikologis yang ditimbulkan

9. Tanggapan orang terdekat terhadap perlakuan bullying yang diterima

subyek

a. Kegiatan subyek saat dirumah

b. Kepribadian subyek

c. Cara penyelesaian masalah subyek

Page 109: Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying

98

B. Pedoman Observasi

1. Respon ketika menjawab pertanyaan (ekspresi wajah, bahasa tubuh,

dan gerak tubuh tertentu)

2. Keluarga

a. Lingkungan fisik tempat tinggal subyek

b. Hubungan subyek dengan orang tua dan anggota keluarga lain

c. Kegiatan dan perilaku subyek di dalam rumah

3. Lingkungan sosial

a. Hubungan subyek dengan teman sebaya dan orang-orang di

sekitar rumah

b. Hubungan subyek dengan teman-teman di sekolah