Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

16

Click here to load reader

Transcript of Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

Page 1: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

Dampak Peraturan

Yohannes Ekaputra Sananto

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Universitas Indonesia

Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

Perbankan di Indonesia

TUGAS AKHIR

PRAKTIKUM RISET KEUANGAN

Yohannes Ekaputra Sananto (1306408220)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

DEPOK

DESEMBER 2016

Terhadap Efisiensi Biaya

(1306408220)

Page 2: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis finansial yang dalam beberapa tahun terakhir melanda dunia,

memperlihatkan bahwa industri perbankan adalah bagian vital dari perekonomian.

Hal ini membuat negara-negara di dunia membuat peraturan yang ketat untuk

menjaga kelangsungan perbankan dalam mendukung perekonomian. Regulator

mewajibkan bank untuk memegang modal dalam jumlah tertentu untuk

mengantisipasi jika terjadi kerugian dan mengontrol tingkah laku manajer.

Peraturan modal minimum sudah dipakai di hampir semua negara di

dunia, meski memiliki kekurangan. Ratio permodalan yang tinggi dapat

mempersulit manajer dalam menentukan kebijakan penciptaan likuiditas (Berger

dan Bouwman, 2009), pinjaman dan pertumbuhan output (Angelini et al., 2011;

BCBS, 2009). Di sisi lain, capital requirements memiliki dampak yang terbukti

memiliki kontribusi kepada stabilitas keuangan melalui dampaknya pada

kegagalan bank, kemungkinan masalah pinjaman, dan kecenderungan dalam

pengambilan risiko (Berger dan De Young, 1997; Podpiera dan Weill, 2008;

Podpiera dan Podpiera, 2008; Fiordelisi et al., 2011).

Hubungan antara capital requirements dengan cost efficiency dari suatu

bank erat kaitannya dengan agency theory. Agency costs muncul karena adanya

konflik kepentingan antara shareholders dan debtholders. Shareholders memiliki

kesempatan untuk mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya dengan

mengorbankan debtholders, dengan cara investasi pada proyek yang lebih berisiko

daripada yang diinginkan debtholders, seperti yang telah dikemukakan Jensen dan

Meckling (1976), atau melakukan underinvestment, oleh Myers (1977). Agency

costs berhubungan dengan pentingnya debtholder. Dengan kata lain, rasio

permodalan yang lebih tinggi akan mengurangi keberadaan debtholders dan

agency costs sehingga berhubungan positif dengan efisiensi.

Di sisi lain, agency costs dapat muncul dari konflik kepentingan antara

shareholders dan manajer. Biaya diperlukan untuk pengawasan terhadap manajer

untuk meminimalisir terbuangnya sumber daya yang dapat menurunkan performa

Page 3: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

bank. Pembiayaan utang dan pengurangan rasio modal meningkatkan tekanan

pada manajer untuk meningkatkan performa karena hal ini mengurangi “free

cashflow” yang dikendalikan oleh manajer (Jensen, 1986). Maka, rasio modal

yang lebih tinggi memiliki dampak negatif pada efisiensi.

Industri perbankan di Indonesia telah mengalami berbagai perbaikan sejak

krisis finansial, terutama dalam hal regulasi . Hal ini membawa berbagai dampak

yang baik kepada stabilitas tetapi membuat perbankan kurang leluasa dibanding

sebelumnya. Rekapitalisasi yang dilakukan pemerintah telah meningkatkan

pinjaman oleh bank, meski juga meningkatkan risiko pada jangka panjang

(Poczter, 2016). Selain itu, ditemukan ada beberapa faktor yang menaikkan

interest margin perbankan di Indonesia, seperti operating costs, market power,

risk aversion dan liquidity risk. Sementara itu credit risk dan cost to income ratio

berpengaruh nsegatif terhadap interest margin (Trinugroho et al, 2014)

1.2 Alasan Pemilihan Topik

Negara-negara di Asia, terutama yang terkena dampak dari krisis finansial

1997/1998 maupun 2008, melakukan perbaikan dalam hal regulasi dan

pengawasan perbankan untuk menghindari terjadinya kembali efek domino

kebangkrutan suatu bank terhadap perekonomian seperti yang telah terjadi

sebelumnya. Indonesia menjadi contoh yang tepat untuk mengamati dampak

regulasi perbankan. Karena perbankan harus beradaptasi dengan cepat dengan

peraturan yang baru, maka dari itu, rasio permodalan dapat diasumsikan

exogenous.

1.3 Implikasi Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk menjadi bahan

pembelajaran bagi dunia perbankan. Regulator dapat memeriksa dampak dari

peraturan mengenai rasio permodalan dan menentukan kebijakan selanjutnya.

Manajer di industri perbankan juga dapat memanfaatkan hasil studi ini untuk

mengetahui dampak peraturan tersebut terhadap performa bank secara umum dan

menetukan langkah selanjutnya.

Page 4: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

2. TINJAUAN LITERATUR

Fungsi utama bank sebagai lembaga keuangan adalah menghimpun dana

masyarakat ke dalam bentuk simpanan lalu menyalurkannya kembali ke

masyarakat dalam bentuk kredit dan dalam bentuk lainnya. Tujuan perbankan

adalah laba dan mendorong perekonomian yang dapat mensejahterakan rakyat

banyak. (Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998). Dapat disimpulkan peran bank

adalah sebagai financial intermediary.

Dengan besarnya tugas perbankan, tentu ada beberapa risiko yang

membayangi, salah satunya adalah risiko mismatch. Mismatch adalah adanya

ketidaksesuaian antara arus kas yang diterima oleh bank dibandingkan arus kas

yang harus dikeluarkan oleh bank untuk menjalankan kegiatan usahanya (PBI

Nomor 9/17/PBI/2007). Sistem keuangan yang sehat sangatlah penting karena

peran bank sangat vital di dalam perekonomian (Tirole, 1997). Pemerintah

memang secara jelas menyatakan bank adalah agen pembangunan yang harus

meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi serta kesejahteraan rakyat

(Bank Indonesia, 2014).

Untuk mencapai performa yang baik, efisiensi menjadi hal yang sangat

penting untuk kelangsungan bank. Pada tahun 1957, Farrel mengajukan konsep

pengukuran efisiensi yang menggeser pemikiran-pemikiran sebelumnya tentang

melakukan pengukuran tingkat efisiensi perusahaan di dalam suatu industri.

Efisien secara teknis adalah suatu kondisi dalam sebuah proses produksi apabila

perusahaan dapat memperoleh keluaran (output) yang maksimal dengan sejumlah

masukan tertentu (input). Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan kapasitas

suatu perusahaan untuk memanfaatkan input yang dimilikinya secara optimal

(Farrel, 1957).

Berger dan Mester (1997) mengembangkan konsep efisiensi dalam

industri perbankan melalui pendekatan efisiensi ekonomis (economic of

efficiency) dengan membaginya kedalam tiga konsep, yaitu efisiensi biaya,

efisiensi profit standar, dan efisiensi profit alternatif. Efisiensi biaya adalah

perbandingan biaya suatu bank dengan bank tertentu yang mengeluarkan biaya

Page 5: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

terendah dengan output yang sama. Sementara konsep efisiensi profit

membandingkan profit suatu bank dengan bank lain yang memiliki profit

maksimum dengan biaya yang sama. Pada efisiensi profit standar, pasar output

dan input yang ada diasumsikan memiliki persaingan sempurna.

Pengukuran yang penting pada input dan output bank sangatlah penting

untuk mendapatkan tingkat efisiensi bank yang akurat. Berger dan Humprey

mengemukakan di tahun 1997, pendekatan produksi, intermediasi, dan aset adalah

penggolongan yang baik untuk mengestimasi input dan output yang akan

digunakan untuk mengukur efisiensi bank.

Benston pada tahun 1965 memperkenalkan pendekatan produksi, yang

menekankan fungsi lembaga keuangan yang memberikan pelayanan jasa kepada

para nasabahnya. Lembaga keuangan mengendalikan proses simpanan oleh

nasabah dan mengalirkannya melalui pinjaman.

Sedangkan pada pendekatan intermediasi, bank dilihat sebagai lembaha

penghubung (intermediasi) antara pihak yang memiliki surplus dana dengan pihak

yang membutuhkan dana. Input yang digunakan di dalam pendekatan ini adalah

biaya tenaga kerja, biaya modal fisik, dan biaya bunga atas dana pinjaman.

Sedangkan output yang ada diukur dalam bentuk jumlah kredit yang disalurkan

dan aset produktif lainnya.

Dan yang terakhit, adalah pendekatan aset, pendekatan ini melihat fungsi

utama bank sebagai pencipta kredit pinjaman, dimana bank memproduksi kredit

pinjaman dengan menggunakan aset yang dimilikinya. Sehingga pada pendekatan

ini input yang digunakan berupa aset dimiliki oleh bank dan outputnya berupa

jumlah kredit pinjaman yang disalurkan.

Page 6: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

3. DATA

3.1 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan

bank-bank di Indonesia, bersumber dari Direktori Bank Indonesia. Ketika ada

nilau atau variabel yang tidak tersedia, penulis mencarinya di laporan tahunan

pada situs resmi bank tersebut. Data ini mencakup 102 bank komersial yang

beroperasi di Indonesia, dengan jumlah observasi mencapai 1836. Periode dari

rasio permodalan dan efisiensi biaya adalah 2009-2014, pada saat perbankan

mengalami perubahan besar pada struktur permodalan mereka yang harus

mengacu kepada peraturan pemerintah.

3.2 Penjelasan Variabel

Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel, yaitu variabel dependen,

variabel independen berupa variabel output dan variabel harga input, dan variabel

determinan inefisiensi.

3.2.1 Variabel Dependen

Penelitian ini ingin mengukur efisiensi dari bank-bank yang ada di

Indonesia. Dengan tersedianya faktor determinan inefisiensi pada bank, maka bisa

dimodelkan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu bank dengan menggunakan

error term nya seperti berikut :

u_it = δ0 + δı Capital ratio_it−1 + δ2BankSwasta+ δ3BankAsing +

δ4UkuranBank_it+ Krisis_it (3.1)

3.2.2 Variabel Independen

Sesuai dengan model yang digunakan terdapat lima variabel independen

untuk mengukur efisiensi suatu bank yaitu:

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR merupakan rasio antara nilai buku modal bank dengan total asetnya.

Ini didapatkan dari: Direktori Bank Indonesia

Page 7: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

2. Kepemilikan bank swasta

Nilai 1 apabila bank masuk ke dalam kategori Bank Umum Swasta

Nasional (BUSN) Devisa dan Non Devisa, nilai 0 jika tidak.

3. Kepemilikan bank asing

Nilai 1 apabila bank masuk ke dalam kategori Bank Campuran dan Bank

Asing, nilai 0 jika tidak.

4. Ukuran Bank

Ukuran bank merupakan perhitungan dari logaritma natural dari total aset

bank tersebut.

5. Periode Krisis

Yang dimaksud sebagai periode krisis di dalam penelitian ini adalah tahun

2005 untuk mini krisis yang terjadi di Indonesia serta tahun 2008 dan 2009 untuk

krisis keuangan global. Ketiga tahun tersebut akan bernilai 1 dan akan bernilai 0

jika selain tahun tersebut.

Page 8: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

3.3 Deskriptif Statisik

Desktriptif Statistik Data Tahun 2009

2009 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya

Mean 0,271 15,455 0,166

Standard Error 0,018 0,171 0,003

Median 0,209 15,250 0,168

Mode 0,274 #N/A #N/A Standard Deviation 0,182 1,724 0,029

Sample Variance 0,033 2,974 0,001

Kurtosis 5,145 -0,311 0,615

Skewness 2,155 0,350 0,073

Range 0,986 7,564 0,155

Minimum 0,093 12,229 0,102

Maximum 1,079 19,793 0,257

Sum 27,665 1576,385 16,960

Count 102,000 102,000 102,000

Desktriptif Statistik Data Tahun 2010

2010 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya

Mean 0,292 15,635 0,167

Standard Error 0,025 0,172 0,003

Median 0,216 15,435 0,169

Mode #N/A #N/A #N/A Standard Deviation 0,253 1,736 0,029

Sample Variance 0,064 3,015 0,001

Kurtosis 14,807 -0,335 0,620

Skewness 3,490 0,341 0,078

Range 1,553 7,646 0,157

Minimum 0,080 12,278 0,102

Maximum 1,633 19,924 0,259

Sum 29,754 1594,731 17,037

Count 102,000 102,000 102,000

Page 9: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

Desktriptif Statistik Data Tahun 2011

2011 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya

Mean 0,253 15,856 0,168

Standard Error 0,019 0,172 0,003

Median 0,190 15,680 0,169

Mode #N/A #N/A #N/A Standard Deviation 0,189 1,736 0,029

Sample Variance 0,036 3,013 0,001

Kurtosis 6,832 -0,267 0,625

Skewness 2,551 0,275 0,084

Range 0,987 8,107 0,159

Minimum 0,083 12,022 0,102

Maximum 1,071 20,129 0,261

Sum 25,825 1617,340 17,115

Count 102,000 102,000 102,000

Desktriptif Statistik Data Tahun 2012

2012 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya

Mean 0,236 16,031 0,169

Standard Error 0,016 0,171 0,003

Median 0,176 15,850 0,170

Mode #N/A #N/A #N/A Standard Deviation 0,165 1,725 0,030

Sample Variance 0,027 2,975 0,001

Kurtosis 5,902 -0,239 0,630

Skewness 2,351 0,271 0,089

Range 0,903 8,289 0,161

Minimum 0,096 11,981 0,102

Maximum 0,999 20,270 0,263

Sum 24,054 1635,157 17,194

Count 102,000 102,000 102,000

Page 10: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

Desktriptif Statistik Data Tahun 2013

2013 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya

Mean 0,226 16,203 0,169

Standard Error 0,016 0,170 0,003

Median 0,174 16,004 0,171

Mode #N/A #N/A #N/A Standard Deviation 0,159 1,716 0,030

Sample Variance 0,025 2,946 0,001

Kurtosis 25,287 -0,244 0,635

Skewness 4,242 0,264 0,095

Range 1,252 8,326 0,164

Minimum 0,104 12,087 0,102

Maximum 1,356 20,413 0,265

Sum 23,066 1652,694 17,274

Count 102,000 102,000 102,000

Desktriptif Statistik Data Tahun 2014

2014 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya

Mean 0,241 16,382 0,170

Standard Error 0,023 0,166 0,003

Median 0,179 16,215 0,172

Mode #N/A #N/A #N/A Standard Deviation 0,230 1,673 0,030

Sample Variance 0,053 2,799 0,001

Kurtosis 29,295 -0,148 0,641

Skewness 5,098 0,252 0,101

Range 1,691 8,216 0,166

Minimum 0,123 12,350 0,102

Maximum 1,814 20,567 0,267

Sum 24,613 1670,946 17,355

Count 102,000 102,000 102,000

Page 11: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

4. METODOLOGI

4.1 Asumsi BLUE

Estimator yang baik dan memenuhi persyaratan statistik adalah yang

memenuhi syarat unbiasedness, efficiency, dan consistency. Estimator dianggap

unbiased jika expected value tersebut adalah nilai sebenarnya dari parameter, nilai

nya mendekati nilai sesungguhnya seiring meningkatnya jumlah ukuran observasi.

Ordinary least squares (OLS) sering digunakan untuk estimasi karena dapat

memberikan BLUE. Aplikasi Stata digunakan untuk menemukan permasalahan-

permasalahan seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi pada

data, dan menyelesaikannya.

4.2 Uji Fixed Effect

Data yang digunakan adalah panel data, maka harus diperiksa terlebih

dahulu model yang layak digunakan adalah fixed effects atau random effects.

Fixed effects model adalah model statistik yang mewakili kuantitas yang

diobservasi sebagai variabel eksplanatori yang diperlakukan sebagai kuantitas

yang tidak random. Sementara pada random effects dan mixed models

memperlakukan semua atau sebagian variabel eksplanatori muncul secara random.

Durbin-Wu-Hausman test digunakan untuk menentukan model yang dipakai,

yaitu fixed effects atau random effects. Random effects diwakili dengan null

hypothesis karena efisiensi yang lebih tinggi, sementara fixed effects adalah

sebaliknya.

Tahap terakhir adalah melakukan robust data, yaitu proses penyelesaian

masalah asumsi klasik pada data. Setelah semua proses tersebut dilakukan, dapat

dipastikan hasil regresi BLUE, dan siap untuk diinterpretasikan. Uji global (F stat)

dilakukan untuk melihat secara umum kelayakan model untuk digunakan. Uji t (t

stat) dilakukan untuk melihat kemampuan setiap variabel independen untuk

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. R-squared digunakan sebagai

indikator seberapa kemampuan variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen. Koefisien pada setiap variabel menggambarkan

Page 12: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

jika terjadi perubahan satu unit pada variabel independen, maka variabel dependen

akan berubah sebesar tingkat tertentu.

Page 13: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

5. PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengujian

Hasil uji global (F stat) menyatakan bahwa model ini layak untuk

digunakan, yaitu prob F stat 0 yang lebih kecil dari alfa. Sementara itu R

menunjukkan bahwa secara bersama

menggambarkan variabel dependen, di

Variabel dummy swasta serta dummy asing dan campuran harus diabaikan karena

masalah multikolinearitas. Koefisien regresi menunjukkan bahwa peraturan rasio

permodalan pada bank dapat berpengaruh positif terhadap efisien

pada tingkat pengaruh yang tidak begitu besar, yaitu sebesar 0,000726.

5.2 Evaluasi Model

Model yang digunakan pada penelitian ini sudah layak untuk digunakan

berdasarkan uji global dan indikator R

multikolinearitas pada observasi dummy yang dilakukan.

PEMBAHASAN

Hasil Pengujian

asil uji global (F stat) menyatakan bahwa model ini layak untuk

digunakan, yaitu prob F stat 0 yang lebih kecil dari alfa. Sementara itu R

menunjukkan bahwa secara bersama-sama, variabel-variabel independen dapat

menggambarkan variabel dependen, ditunjukkan R-sq within sebesar 57,65%.

Variabel dummy swasta serta dummy asing dan campuran harus diabaikan karena

masalah multikolinearitas. Koefisien regresi menunjukkan bahwa peraturan rasio

permodalan pada bank dapat berpengaruh positif terhadap efisien

pada tingkat pengaruh yang tidak begitu besar, yaitu sebesar 0,000726.

Evaluasi Model

Model yang digunakan pada penelitian ini sudah layak untuk digunakan

berdasarkan uji global dan indikator R-squared. Tetapi, terjadi masalah

linearitas pada observasi dummy yang dilakukan.

asil uji global (F stat) menyatakan bahwa model ini layak untuk

digunakan, yaitu prob F stat 0 yang lebih kecil dari alfa. Sementara itu R-squared

variabel independen dapat

sq within sebesar 57,65%.

Variabel dummy swasta serta dummy asing dan campuran harus diabaikan karena

masalah multikolinearitas. Koefisien regresi menunjukkan bahwa peraturan rasio

permodalan pada bank dapat berpengaruh positif terhadap efisiensi biaya, meski

pada tingkat pengaruh yang tidak begitu besar, yaitu sebesar 0,000726.

Model yang digunakan pada penelitian ini sudah layak untuk digunakan

squared. Tetapi, terjadi masalah

Page 14: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

6. KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Telah ditemukan hubungan positif antara capital requirements terhadap

efisiensi biaya, dalam tingkat yang tidak besar. Hal ini sejalan dengan teori

sebelumnya bahwa rasio permodalan yang lebih tinggi akan mengurangi

keberadaan debtholders dan agency costs sehingga berhubungan positif dengan

efisiensi. capital requirements memiliki dampak yang terbukti memiliki

kontribusi kepada stabilitas keuangan. Pengurangan rasio modal meningkatkan

tekanan pada manajer untuk meningkatkan performa karena hal ini mengurangi

“free cashflow” yang dikendalikan oleh manajer.

Koefisien yang rendah dapat disebabkan rentang waktu antara

implementasi regulasi rasio permodalan bank terhadap periode observasi. Hal ini

menyebabkan pada periode observasi, bank-bank telah melakukan penyesuaian

terhadap peraturan baru, dan dampak-dampak terhadap efisiensi biaya tak dapat

terlacak.

6.2 Implikasi

Hasil studi ini dapat memberi acuan bagi regulator untuk mengetahui dan

mengukur dampak peraturan rasio permodalan terhadap performa perbankan. Hal

ini juga dapat memberi gambaran bahwa pada tahun 2009-2014, dampak

peraturan tersebut tidak lagi terasa secara besar. Penelitian selanjutnya dapat

mempelajari masalah multikolinearitas yang terjadi pada penelitian ini. Dummy

variabel swasta serta asing dan campuran dapat sangat membantu mengamati

perbedaan dampak terhadap bank sesuai dengan kepemilikannya.

Page 15: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

7. LAMPIRAN

7.1 Durbin-Wu-Hausman test

7.2 Uji Autokorelasi

7.3 Uji Multikolinearitas

LAMPIRAN

Hausman test

7.2 Uji Autokorelasi

7.3 Uji Multikolinearitas

Page 16: Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya

8. DAFTAR PUSTAKA

Berger, A. dan Humphrey, D., 1997. Efficiency of Financial Institutions:

International Survey and Directions for Future Research. EJOR 98(2):

175-212.

Berger, A. dan Mester, L. 1997. Inside the black box: What explains

differences in the efficiencies of financial institutions?. Journal of

Banking and Finance. 21(7): 895-947.

Benston, G. 1965. Branch Banking and Economies of Scale. Journal of Finance.

20(2): 312-331.

Holmstrom, B. dan Tirole, J. 1997. Financial Intermediation, Loanable Funds, and

The Real Sector. The Quarterly Journal of Economics. 112(3): 663-691.

Pessarossi, P., Weill, L., 2014. Do capital requirements affect cost efficiency?

Evidence from China. Journal of Financial Stability. 19,119-127.

Poczter, S. 2016. The long-term effects of bank recapitalization: Evidence from

Indonesia. J. Finan. Intermediation. 25, 131-153.

Trinugroho, I. Agusman, A., Tarazi, A. 2014. Why have bank interet margins

been so high in Indonesia since 1997/1998 financial crisis?. Research in

International Business and Finance. 32,139-158.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan