DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL...

54
DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL TERHADAP PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RS BETHESDA DAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Kiki Amelia NIM : 158114009 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL...

Page 1: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL

TERHADAP PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RS BETHESDA

DAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Kiki Amelia

NIM : 158114009

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

i

DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL

TERHADAP PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RS BETHESDA

DAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Kiki Amelia

NIM : 158114009

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

ii

Persetujuan Pembimbing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sekalipun aku dapat berkata-kata

dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,

tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,

aku sama dengan gong yang berkumandang

dan canang yang gemerincing.

Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat

dan aku mengetahui segala rahasia

dan memiliki seluruh pengetahuan;

dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna

untuk memindahkan gunung,

tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,

aku sama sekali tidak berguna.”

1 Korintus 13 : 1-2

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai dan menuntun setiap

langkah hidupku;

Keluargaku yang selalu mendukung dalam segala hal;

Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuanganku;

Serta almamater tercinta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala

berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat

menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Dampak Pemberian Vitamin B1,

B6, B12 Parenteral terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia Pasien Gagal Ginjal

Kronik RS Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada peneliti.

2. Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes., Sp.S., selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan,

wawasan, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. dan Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK.,

selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang membangun.

4. Kepala Rumah Sakit Bethesda yang memberikan ijin kepada peneliti untuk

mengadakan penelitian dan pengambilan data.

5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian.

6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama

proses perkuliahan.

7. Teman-teman seperjuangan skripsi (Thiara, Egi, Yosua, Juli) yang telah

berjuang bersama, saling membantu, dan memberikan semangat.

8. Sahabat Farmasi 2015 yang telah bersama-sama berproses dan berbagi suka

dan duka di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

9. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

INTISARI ............................................................................................................. xiii

ABSTRACT ......................................................................................................... xiv

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

METODE PENELITIAN ......................................................................................... 4

Desain Penelitian .............................................................................................. 4

Subjek Penelitian .............................................................................................. 4

Pengumpulan Data ............................................................................................ 5

Analisis Statistik ............................................................................................... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 6

Data Dasar dan Karakteristik Subjek ................................................................ 6

Deskripsi Data Kadar Homosistein................................................................. 12

Pengaruh Pemberian Vitamin B terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia ... 12

KESIMPULAN ...................................................................................................... 15

SARAN .................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16

LAMPIRAN ........................................................................................................... 19

BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................... 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik subjek ............................................................................... 6

Tabel II. Konsumsi Obat Anti-hipertensi ............................................................. 8

Tabel III. Konsumsi Obat Anti-diabetes .............................................................. 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik penurunan proporsi hiperhomosisteinemia ............................ 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................ 19

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data.................................... 20

Lampiran 3. Sertifikat Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit ..................... 21

Lampiran 4. Perhitungan Kalkulator Estimasi Besar Sampel .............................. 22

Lampiran 5. Data Dasar dan Kadar Homosistein Pasien ..................................... 23

Lampiran 6. Input data SPSS dalam Kode Angka 0 dan 1 .................................. 36

Lampiran 7. Definisi Operasional ........................................................................ 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

xiii

INTISARI

Penyakit ginjal kronis adalah kondisi ireversibel penurunan fungsi ginjal

dengan laju filtrasi kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2

minimal 3 bulan.

Homosistein merupakan produk antara yang berasal dari metionin dan akhirnya

diubah menjadi sistein. Rute utama pembersihan homosistein plasma adalah

melalui ginjal, sehingga kadar homosistein pada pasien dengan penyakit ginjal

kronis biasanya meningkat. Hiperhomosisteinemia menyebabkan peningkatan

resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. Vitamin B berperan besar terhadap

proses metabolisme homosistein, sehingga kekurangan vitamin ini berkaitan

dengan terjadinya hiperhomosisteinemia.

Tujuan penelitian ini adalah mengukur dampak pemberian vitamin B1,

B6, B12 parenteral terhadap proporsi hiperhomosisteinemia pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Panti Rapih

Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan desain one group pretest-posttest

menggunakan data sekunder rekam medis hasil lab. Data didapatkan dari 117

pasien dengan metode consecutive sampling. Analisis data secara statistik

dilakukan menggunakan program SPSS berlisensi dengan uji McNemar’s chi

square.

Dari hasil penelitian terdapat penurunan proporsi hiperhomosisteinemia

yang bermakna setelah dilakukan pemberian vitamin B selama 2 minggu

(70,94%; p=0,000) dan selama 4 minggu (66,38%; p=0,000). Kesimpulannya

pemberian vitamin B1, B6, dan B12 dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4

minggu dapat menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

Kata kunci: gagal ginjal kronis; hiperhomosisteinemia; vitamin B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

xiv

ABSTRACT

Chronic kidney disease is a condition of irreversible decrease in kidney

function with less than 60 ml / minute / 1.73 m2 filtration rate for at least 3 months.

Homocysteine is an intermediate product derived from methionine and eventually

converted to cysteine. The main cleaning route of plasma homocysteine is through

the kidney, so the total homocysteine levels in patients with chronic kidney disease

usually increase. Hyperhomocysteinemia can increase the risk of cardiovascular

disease. Vitamin B plays a big role in the process of homocysteine metabolism, so

deficiency of this vitamin is related to the occurrence of hyperhomocysteinemia.

The aim of this study was to measure the effect of parenteral

administration of vitamin B1, B6, B12 on the proportion of hyperhomocysteinemia

in patients with chronic kidney disease on hemodialysis at Bethesda and Panti

Rapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group

pretest-posttest design using secondary data obtained from medical records of lab

results. Data were obtained from 117 patients with consecutive sampling method.

Data analysis was statistically carried out using licensed SPSS with McNemar's chi

square test.

There was a significant decrease in the proportion of

hyperhomocysteinemia after administration of vitamin B for 2 weeks (70,94%;

p=0,000) and 4 weeks (66,38%; p=0,000). In conclusion, the administration of

vitamin B1, B6, and B12 within 2 weeks and 4 weeks can significantly reduce the

proportion of hyperhomocysteinemia in patients with chronic renal failure

undergoing hemodialysis.

Keywords: chronic renal failure; hyperhomocysteinemia; vitamin B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

1

PENDAHULUAN

Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai penurunan fungsi

ginjal, dapat dilihat dari GFR (Glomerulus Filtration Rate) yang berada di bawah

nilai normal, yaitu kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 dalam jangka waktu paling

tidak 3 bulan. Orang-orang penderita CKD memiliki kualitas hidup terkait

kesehatan yang lebih rendah dari pada populasi umum, yang berujung pada

meningkatnya insiden mortalitas pada penderita CKD (Webster et al, 2017).

Rata-rata prevalensi penyakit ginjal kronis secara global mencapai 13,4%

(Hill et al, 2016). Penelitian di Indonesia oleh Kemenkes RI (2013) menunjukkan

bahwa dari keseluruhan provinsi, rata-rata prevalensi penyakit ginjal kronis pada

individu yang berumur lebih dari 15 tahun adalah sebesar 0,2%. Besar prevalensi

khususnya untuk provinsi DI Yogyakarta sendiri adalah 0,3%.

Penderita penyakit ginjal kronis menunjukkan banyak kelainan dalam

metabolisme protein dan asam amino, yang mana hal tersebut dapat

mempengaruhi kadar homosistein di dalam plasma. Homosistein merupakan hasil

demetilasi dari asam amino metionin. Proses metabolisme homosistein banyak

dilakukan pada ginjal, sehingga apabila terjadi gangguan pada fungsi ginjal,

metabolisme homosistein akan berkurang dan konsentrasinya dalam darah

menjadi meningkat (Makowski, 2015).

Chao et al (2014) melakukan penelitian yang melibatkan sebanyak 1.581

pasien yang direkrut dari pusat pemeriksaan kesehatan di sebuah rumah sakit di

Taiwan antara tahun 2006 dan 2008, kemudian dibuat 2 kelompok berdasarkan

tingkat serum homosistein di atas dan di bawah 12,24 μmol/l. Perkiraan laju

filtrasi glomerulus (GFR) dihitung dan GFR yang berada di bawah 60

ml/menit/1,73 m2

termasuk CKD. Hasilnya, odd ratio (95% interval kepercayaan)

penderita CKD adalah 5,76 dibandingkan dengan subjek dengan kadar

homosistein serum yang normal, sehingga disimpulkan bahwa peningkatan kadar

serum homosistein berkaitan dengan kejadian CKD dan berhubungan negatif

dengan GFR.

Metabolisme homosistein terjadi melalui dua jalur remetilasi dan satu

jalur trans-sulfurasi. Jalur remetilasi bertanggung jawab terhadap konversi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

2

homosistein menjadi metionin, sedangkan jalur trans-sulfurasi bertanggung jawab

terhadap konversi homosistein menjadi sistein. Jalur-jalur ini membutuhkan

vitamin B6, B12, dan folat yang akan bertindak sebagai koenzim (Venancio et al,

2010). Vitamin B12 berperan sebagai kofaktor pada proses remetilasi dan vitamin

B6 sebagai kofaktor pada proses trans-sulfurasi dalam metabolisme homosistein,

sehingga kekurangan vitamin B6 dan B12 berkaitan dengan terjadinya

peningkatan konsentrasi Hcy dalam darah (Basheer et al, 2016).

Homosistein pada kadar tinggi mempertinggi resiko penyakit vaskuler,

termasuk disfungsi endotelium, proliferasi sel otot polos, dan remodelling

kardiovaskuler. Auto-oksidasi Hcy ke homocystine menghasilkan produksi

hidrogen peroksida (H2O2) serta radikal bebas berbasis oksigen (superoksida (O2-)

dan radikal hidroksil (OH-)), sehingga menginduksi cedera dan disfungsi sel

endotel melalui stres oksidatif, yang dianggap sebagai langkah pertama terjadinya

atherogenesis (Debreceni & Debreceni, 2014).

Penelitian Sahu et al (2015) melibatkan sebanyak 200 pasien dengan 100

orang adalah pasien penyakit kardiovaskular yang terbukti secara angiografi dan

100 orang tidak menderita penyakit kardiovaskular. Tingkat homosistein pasien

diukur dan didapatkan hasil kadar homosistein meningkat secara signifikan pada

kelompok yang sakit dibandingkan dengan kontrol. Sensitivitas, spesifisitas, dan

akurasi homosistein sebagai ukuran prediksi resiko penyakit kardiovaskuler

sangat tinggi, dengan nilai prediksi positif 89% dan odd ratio 39,48 bila

dibandingkan dengan faktor risiko lain.

Homosistein diukur dengan menggunakan pemeriksaan ARCHITECT

Homocysteine. ARCHITECT Homocysteine merupakan pemeriksaan

immunoassay untuk menentukan total homosistein pada serum atau plasma

manusia secara kuantitatif dengan teknologi CMIA (Chemiluminescent

Microparticle Immunoassay). Homosistein dalam bentuk terikat atau dimer

direduksi oleh dithiothreitol (DTT) menjadi homosistein bebas, yang kemudian

diubah menjadi S-adenosyl homocysteine (SAH) dengan bantuan enzim

rekombinan S-adenosil homocysteine hydrolase (rSAHHase). SAH berkompetisi

dengan konjugat S-adenosyl cysteine berlabel acridinium untuk berikatan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

3

mikropartikel antibodi monoklonal Anti-S-adenosyl-L-homocysteine. Setelah

melalui proses pencucian dan pemisahan magnetik, ditambahkan larutan

pre-trigger dan trigger untuk menghasilkan chemilumiscence yang diukur dalam

Relative Light Units (RLUs), kemudian RLUs dideteksi dengan ARCHITECT

iSystem optics. Terdapat hubungan indirek antara kadar homosistein dalam sampel

dengan RLUs yang terdeteksi (Abbott, 2017).

Hiperhomosisteinemia didefinisikan sebagai tingginya kadar homosistein

dalam darah secara abnormal (di atas 15 μmol/L). Konsentrasi total homosistein

dalam plasma manusia sehat dalam kondisi puasa berkisar antara 5 hingga 15

μmol/L. Konsentrasi antara 16-30 μmol/L diklasifikasikan sebagai

hiperhomosisteinemia moderat, konsentrasi 31-100 μmol/L termasuk

hiperhomosisteinemia intermediet, dan nilai di atas 100 μmol/L diklasifikasikan

sebagai hiperhomosisteinemia berat (Ganguly & Alam, 2015).

Penelitian Saposnik et al (2009) dilakukan pada 5522 partisipan yang

dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok plasebo. Kelompok perlakuan

mendapatkan terapi asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12. Pada kelompok

perlakuan ditemukan penurunan rata-rata konsentrasi homosistein sebanyak 2,2

μmol/L, sedangkan pada kelompok plasebo meningkat 0,8 μmol/L. Angka

insidensi stroke pada kelompok perlakuan juga ditemukan lebih rendah dari pada

kelompok plasebo, sehingga disimpulkan bahwa penurunan homosistein dengan

asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 dapat menurunkan resiko terjadinya

stroke secara keseluruhan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dampak pemberian

vitamin B1, B6, B12 secara parenteral terhadap proporsi kejadian

hiperhomosisteinemia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan tambahan bagi

para klinisi untuk melakukan pemberian terapi vitamin B1, B6, dan B12 kepada

pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis sehingga dapat menurunkan

hiperhomosisteinemia yang diderita pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

4

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian pra-eksperimental dengan desain one

group pretest-posttest (Surahman dkk, 2016). Pada desain penelitian ini tidak

digunakan kelompok kontrol. Satu kelompok pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani hemodialisis diberi perlakuan, yaitu pemberian 2 ml vitamin B1, B6,

dan B12 parenteral sebanyak dua kali seminggu setelah hemodialisis. Pengukuran

kadar homosistein dilakukan pada visit I sebelum pemberian vitamin B (pretest),

kemudian pada visit 2 pada minggu kedua setelah pemberian vitamin B, dan visit

3 pada minggu keempat setelah pemberian vitamin B (posttest). Penelitian ini

menggunakan taraf kepercayaan 95% dan power studi 80%.

Subjek Penelitian

Penentuan besar ukuran minimal sampel diperlukan untuk mendapatkan

sampel yang representatif. Cara perhitungan besar sampel untuk perbandingan

proporsi satu kelompok ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut:

n =

)1()1(

)1(

22/1

2

ppNZ

d

pNpDEFF

Keterangan:

n = besar sampel;

DEFF = desain efek;

N = besar populasi;

p = hasil frekuensi yang diperkirakan dari populasi;

d = batas kepercayaan (dalam persen);

Z1-α = nilai dalam tabel Z untuk nilai α tertentu (ditentukan oleh peneliti

yaitu α = 0,05 = 5%);

(Sullivan, 2019).

Ukuran sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini dihitung

dengan bantuan kalkulator ukuran sampel dari halaman web

https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm menggunakan data proporsi

penurunan hiperhomosisteinemia setelah pemberian vitamin B merujuk dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

5

penelitian yang telah ada sebelumnya. Pada penelitian Chiu et al (2009) dalam

Amini et al (2015), didapatkan proporsi penurunan hiperhomosisteinemia setelah

perlakuan adalah 29,3% dari sejumlah 75 pasien, kemudian dimasukkan sebagai

input data pada kalkulator penghitung ukuran sampel. Dari hasil perhitungan

kalkulator, persyaratan sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah sebanyak 61 subjek untuk taraf kepercayaan 95%.

Teknik pengumpulan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

nonprobability sampling dengan tipe consecutive sampling, yaitu dengan cara

mengambil semua subjek tersedia yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

yang sudah ditetapkan (Sharma, 2014). Subjek penelitian ini adalah pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Rumah

Sakit Panti Rapih, Yogyakarta dengan memperhatikan beberapa kriteria inklusi

dan eksklusi. Kriteria inklusi antara lain meliputi jenis kelamin laki-laki atau

perempuan, usia >18 tahun (dewasa), memiliki gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisis rutin, yaitu dua kali per minggu, dan tidak menggunakan suplemen

vitamin B rutin sebelumnya. Sedangkan kriteria eksklusi adalah subjek yang tidak

bersedia bergabung dalam penelitian, subjek yang memiliki hipersensitivitas

terhadap vitamin B, berpartisipasi dalam uji klinis yang lain, dan kehamilan atau

rencana untuk hamil selama penelitian berlangsung.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan data sekunder profil pasien

(seperti nomor rekam medis, nama, usia, dan jenis kelamin), diagnosis penyakit

lain (hipertensi dan diabetes melitus), konsumsi obat lain (anti-hipertensi,

anti-diabetes, dan asam folat), serta kadar homosistein pada visit 1, 2, dan 3 yang

diambil melalui rekam medis hasil laboratorium pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani hemodialisis dan telah mendapatkan terapi vitamin B1, B6, dan B12

secara parenteral selama 4 minggu di Rumah Sakit Bethesda dan Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta.

Analisis Statistik

Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat karakteristik subjek dan

deskripsi data kadar homosistein pada visit 1, 2, dan 3, kemudian dilanjutkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

6

analisis statistik secara komputerisasi menggunakan bantuan software SPSS untuk

melihat pengaruh penggunaan vitamin B terhadap kejadian hiperhomosisteinemia

subjek dalam bentuk proporsi dengan analisis McNemar’s. Hasil analisis data

yang diperoleh kemudian dibahas dalam bentuk uraian dan tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Dasar dan Karakteristik Subjek

Penelitian ini melibatkan sebanyak 117 pasien yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi. Hasil pemeriksaan yang didapatkan pada waktu sebelum

dilakukan pemberian vitamin B (visit 1) dan pada minggu kedua setelah

pemberian vitamin B (visit 2) diambil dari keseluruhan 117 subjek tersebut. Pada

minggu keempat setelah pemberian vitamin B (visit 3), terdapat 1 orang yang

tidak berhasil mengikuti penelitian hingga selesai, sehingga jumlah subjek yang

dapat diteliti pada visit 3 berkurang menjadi 116 orang.

Tabel I. Karakteristik subjek

Karakteristik Kategori

Jumlah

Subjek

(n=117)

Persentase

Jenis Kelamin Laki-laki 76 64,96%

Perempuan 41 35,04%

Usia

<45 33 28,205%

45-59 50 42,74%

60-74 33 28,205%

≥75 1 0,85%

Komorbiditas

Hipertensi Ya 98 83,76%

Tidak 19 16,24%

Diabetes

melitus

Ya 40 34,19%

Tidak 77 65,81%

Karakteristik subjek dilihat dari total 117 pasien yang mengikuti

penelitian. Terdapat 76 subjek berjenis kelamin laki-laki dengan persentase

sebesar 64,96%. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan subjek yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

7

berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 41 subjek dengan persentase 35,04%.

Berarti mayoritas penderita gagal ginjal kronis dalam penelitian ini didominasi

oleh jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan data dari Kemenkes RI (2017)

yang menyatakan bahwa prevalensi penyakit gagal ginjal kronis secara

keseluruhan di Indonesia pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari pada perempuan

(0,2%). Jenis kelamin laki-laki beresiko mengalami gagal ginjal kronik dua kali

lipat lebih besar dibandingkan perempuan, kemungkinan disebabkan karena

perempuan lebih menjaga pola hidup sehat dari pada laki-laki (Pranandari dan

Supadmi, 2015).

Apabila dilihat dari pembagian rentang usia, subjek penelitian dapat

dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya adalah usia 45-59 tahun (usia

paruh baya), 60-74 tahun (lanjut usia), 75-89 tahun (usia tua), dan lebih dari 90

tahun (sangat tua) (Kam dan Power, 2015). Terdapat 33 subjek (28,205%) yang

termasuk dalam golongan usia <45 tahun, 50 subjek (42,74%) termasuk dalam

golongan usia 45-59 tahun, 33 subjek (28,205%) termasuk golongan usia 60-74

tahun, dan 1 subjek (0,85%) termasuk dalam usia ≥75. Golongan usia yang paling

banyak mengalami gagal ginjal kronis adalah golongan usia paruh baya, yaitu

45-59 tahun. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aisara dkk. (2018) yang menyatakan bahwa kebanyakan pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani hemodialisis adalah kelompok usia 40-60 tahun, yaitu

sebanyak 62,5%. Hal ini dapat terjadi karena setelah memasuki usia 40 tahun,

mulai terjadi penurunan kemampuan filtrasi ginjal kurang lebih sebanyak 1%

setiap tahunnya (CDC, 2019).

Selain penuaan alami dari ginjal itu sendiri, terdapat juga beberapa

kondisi lain yang dapat merusak ginjal pada orang yang lebih tua, contohnya

seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung (CDC, 2019).

Hipertensi dan diabetes merupakan dua faktor resiko utama yang menyebabkan

terjadinya penyakit ginjal kronis. Diabetes menyumbang sekitar 40% dari kasus

penyakit ginjal stadium akhir, sedangkan 30%-nya disebabkan oleh hipertensi

(Alexander et al, 2015). Dari 117 subjek yang diteliti terdapat 98 orang (83,76%)

yang mengalami hipertensi dan 40 orang (34,19%) yang mengalami diabetes.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

8

Penyakit hipertensi berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronis, di mana

tekanan darah yang tinggi secara berkelanjutan lama-kelamaan akan dapat

menyempitkan dan merusak arteri di sekitar ginjal. Arteri yang rusak tidak dapat

mengalirkan darah secara maksimal ke jaringan ginjal, sehingga dapat

menyebabkan atau memperburuk progresivitas gagal ginjal (AHA, 2019).

Sebaliknya, penurunan laju filtrasi glomerulus akan mengaktifkan sistem saraf

simpatis dan/atau RAAS sehingga menghasilkan hipertensi yang tidak terkontrol

(Cheng et al, 2016) Selain itu di sisi lain, diabetes dapat memicu terjadinya

komplikasi secara mikrovaskuler yang dapat menyebabkan nefropati dan dapat

berlanjut menjadi gagal ginjal (WHO, 2019).

Tabel II. Konsumsi Obat Anti-hipertensi

Obat Anti-hipertensi Jumlah Subjek Persentase

Jenis Obat Golongan Jenis

Obat Golongan

Jenis

Obat Golongan

Amlodipine Calcium

channel

blocker

(CCB)

60

68

51,28%

58,12% Diltiazem 7 5,98%

Nifedipine 3 2,56%

Irbesartan Angiotensin

receptor

blocker

(ARB)

45

51

38,46%

43,59% Candesartan 5 4,27%

Valsartan 1 0,85%

Furosemide

Diuretik

47

49

40,17%

41,88% Spironolactone 2 1,71%

Hidrochlorothiazid 1 0,85%

Clonidine Agonis α2

adrenergik 16 16 13,68% 13,68%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

9

Untuk gambaran pemakaian obat-obatan lain yang digunakan oleh subjek

pada penelitian ini, terdapat beberapa golongan dan jenis obat anti-hipertensi

seperti calcium channel blocker (CCB), angiotensin receptor blocker (ARB),

diuretik, dan agonis α2 adrenergik. Calcium channel blocker (CCB) terdiri dari

Amlodipine yang dikonsumsi oleh 60 subjek (51,28%), Diltiazem sebanyak 7

subjek (5,98%), dan Nifedipine sebanyak 3 subjek (2,56%). Total subjek yang

mendapatkan obat anti-hipertensi golongan CCB adalah sebanyak 68 orang

(58,12%), dengan adanya 2 orang yang mengkonsumsi lebih dari satu jenis obat

dalam golongan CCB (1 orang mengkonsumsi Amlodipine dan Nifedipine serta 1

orang lagi mengkonsumsi Amlodipine dan Diltiazem). Kemudian terdapat

golongan angiotensin receptor blocker (ARB) yang terdiri dari Irbesartan yang

dikonsumsi oleh 45 subjek (38,46%), Candesartan sebanyak 5 subjek (4,27%),

dan Valsartan sebanyak 1 subjek (0,85%). Total subjek yang mendapatkan obat

anti-hipertensi golongan ARB adalah sebanyak 51 orang (43,59%). Selanjutnya

adalah golongan diuretik yang terdiri dari Furosemide yang dikonsumsi oleh 47

subjek (40,17%), Spironolactone sebanyak 2 subjek (1,71%), dan

Hidrochlorothiazide sebanyak 1 subjek (0,85%). Total subjek yang mendapatkan

obat anti-hipertensi golongan diuretik adalah 49 orang (41,88%), di mana terdapat

1 orang yang mengkonsumsi lebih dari satu jenis obat dalam golongan diuretik

(Furosemide dan Spironolactone). Sementara Clonidine merupakan obat

anti-hipertensi golongan agonis α2 adrenergik yang dikonsumsi oleh sebanyak 16

orang subjek (13,68%).

Strategi pengendalian tekanan darah telah menjadi metode yang

disarankan untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi kerusakan ginjal.

Dalam 10 tahun terakhir, pedoman di beberapa negara seperti Amerika, Eropa,

dan Jepang telah mengedepankan dan merevisi beberapa rekomendasi kontrol

tekanan darah untuk proteksi ginjal. Pedoman-pedoman ini merekomendasikan

penggunaan terapi kombinasi termasuk ACEI/ARB dengan CCB dan ACEI/ARB

dengan diuretik (Cheng et al, 2016).

Dari studi yang dilakukan oleh Liu et al, 2017, pemberian ACEI atau

ARB dapat mengurangi hilangnya fungsi ginjal, terutama untuk pasien dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

10

dialisis peritoneal. Perbandingan secara tidak langsung menunjukkan bahwa

pengobatan dengan ARB diperkirakan dapat mengurangi angka kejadian

kardiovaskular (seperti gagal jantung) pada pasien hemodialisis, sedangkan tidak

dengan ACEI.

Anti-hipertensi golongan agonis simpatis sistem saraf pusat (seperti

metildopa, guanabenz, guanfacine, dan clonidine) lebih jarang digunakan untuk

mengontrol tekanan darah karena tingginya tingkat efek samping yang merugikan

pasien. Efek samping ini termasuk mulut kering, disfungsi ereksi, kelelahan, dan

hipertensi rebound. Clonidine merupakan agonis simpatis utama yang masih

digunakan dalam populasi hemodialisis, terutama pada pasien dengan hipertensi

yang sulit terkontrol dan pasien dengan hipertensi yang signifikan selama

hemodialisis. Beberapa nefrologis menyatakan bahwa patch clonidine dapat

ditoleransi dengan baik dan efektif, sehingga frekuensi penggunaan dosis

clonidine secara oral dapat diturunkan (Inrig, 2010).

Tabel III. Konsumsi Obat Anti-diabetes

Obat Anti-diabetes Jumlah Pasien

Persentase

Jenis Obat Golongan Jenis

Obat Golongan

Jenis

Obat Golongan

Insulin - 10 10 8,54% 8,54%

Acarbose α-glukosidase

inhibitor 5 5 4,27% 4,27%

Gliquidone

Sulfonilurea

7

10

5,98%

8,54%

Glimepiride 3 2,56%

Untuk obat anti-diabetes terdapat 3 golongan yang digunakan, yaitu

insulin, α-glukosidase inhibitor, dan sulfonilurea. Terdapat 10 orang (8,54%) yang

menggunakan insulin, 5 orang (4,27%) yang menggunakan α-glukosidase

inhibitor (acarbose), dan 10 orang (8,54%) yang menggunakan sulfonilurea

(gliquidone 7 orang (5,98%) dan glimepiride 3 orang (2,56%)).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

11

Diabetes merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang menjadi

penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas bagi pasien yang menjalani

hemodialisis. Meskipun telah banyak kemajuan di bidang pengobatan dan terapi

pengganti ginjal, laju mortalitas para pasien hemodialisis masih tergolong tinggi,

yaitu sebanyak 10% dari tahun pertama dilakukannya dialisis. Pasien dengan

diabetes memiliki kesempatan bertahan hidup kurang lebih hanya separuh dari

pasien-pasien lain yang tidak mengidap diabetes (JBDS-IP, 2016).

Beberapa bidang terkait perawatan diabetes pada pasien hemodialisis

masih kurang dipahami, termasuk target kontrol gula darah dan algoritma terapi

untuk mencapai target tersebut. Manajemen farmakologi diabetes bagi pasien

dengan gagal ginjal stadium akhir terbatasi oleh sedikitnya jumlah terapi yang

dapat dipilih. Seringkali, insulin digunakan sebagai satu-satunya opsi terapi yang

tersedia, dan walaupun selama penggunaan insulin dapat dilakukan manajemen

gula darah secara hati-hati, pasien tetap beresiko mengalami hipoglikemia dan

variabilitas glikemik individu (JBDS-IP, 2016).

Selain anti-hipertensi dan anti-diabetes, terapi lain yang banyak

digunakan oleh subjek dalam penelitian ini adalah asam folat. Dari 117 orang

terdapat 102 orang (87,18%) yang menggunakan asam folat. Asam folat

merupakan bentuk sintetis dari vitamin B9 yang berperan penting dalam proses

konversi dari homosistein menjadi metionin. Pasien gagal ginjal kronis

membutuhkan terapi asam folat karena kekurangan asam folat akan menyebabkan

penurunan konversi homosistein, sehingga kadar homosistein di dalam darah

meningkat dan meningkatkan juga resiko penyakit kardiovaskuler pada pasien

tersebut (Cianciolo et al, 2017).

Terapi hanya dengan asam folat saja tetap masih tidak cukup untuk

menurunkan hiperhomosisteinemia yang diderita oleh pasien gagal ginjal kronik

pada penelitian ini, karena dapat dilihat dari baseline kadar homosistein pada visit

1 yang tetap tinggi sebelum pemberian intervensi, sehingga tetap perlu diberikan

terapi tambahan untuk menurunkan hiperhomosisteinemia yang dialami pasien,

yaitu terapi vitamin B1, B6, dan B12 parenteral.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

12

Deskripsi Data Kadar Homosistein

Kadar rata-rata hemoglobin yang didapatkan pada visit 1 adalah 23,34 ±

8,56 μmol/L, dengan rentang kadar sebesar 40,58 μmol/L (6,43 μmol/L - 47,01

μmol/L). Pada visit 2 didapatkan rata-rata kadar homosistein menurun sebanyak

48,84% menjadi 11,94 μmol/L (± 3,77 μmol/L), dengan rentang kadarnya sebesar

17,89 μmol/L (3,94 μmol/L - 21,83 μmol/L). Untuk visit 3 rata-rata kadar

homosisteinnya sedikit meningkat dibanding visit 2 (2,01%) namun masih jauh

lebih rendah dari pada visit 1 (47,81%), yaitu sebesar 12,18 μmol/L ± 4,41

μmol/L. Rentang kadarnya adalah sebesar 22,39 μmol/L (2,83 μmol/L - 25,22

μmol/L.

Pengaruh Pemberian Vitamin B terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia

Analisis McNemar’s dilakukan dengan SPSS untuk melihat apakah

pemberian vitamin B dapat menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia setelah

pemberian 2 minggu (perbandingan visit 1 dan visit 2) serta setelah pemberian 4

minggu (perbandingan visit 1 dan visit 3). Data dibuat dalam bentuk dikotomus

yaitu dilambangkan dengan 2 kode yang berbeda, misalnya kode angka 0 dan 1

(Adedokun and Burgess, 2012). Pada penelitian ini, pasien yang mengalami

hiperhomosisteinemia (kadar homosistein >15 μmol/L) dilambangkan dengan

kode angka 1, sedangkan pasien yang tidak hiperhomosisteinemia dilambangkan

dengan kode angka 0.

Gambar 1. Grafik penurunan proporsi hiperhomosisteinemia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

13

Hasil keluaran analisis McNemar’s yaitu crosstab visit 1 dan 2, crosstab

visit 1 dan 3, serta nilai signifikansi. Dari hasil crosstab visit 1 ke visit 2,

mayoritas subjek (83 dari 117 orang atau 70,94%) mengalami perubahan dari

hiperhomosisteinemia menjadi tidak hiperhomosisteinemia. Sisanya, 13 orang

tidak mengalami hiperhomosisteinemia dan 21 orang tetap mengalami

hiperhomosisteinemia pada visit 2. Dari visit 1 ke visit 3, jumlah orang yang

mengalami perubahan dari hiperhomosisteinemia menjadi tidak

hiperhomosisteinemia yaitu 77 orang dari 116 orang (66,38%). 13 orang masih

tidak mengalami hiperhomosisteinemia. Hingga visit 3 terdapat 26 orang yang

tetap mengalami hiperhomosisteinemia.

Data menunjukkan bahwa jumlah pasien yang tetap mengalami

hiperhomosisteinemia dari visit 2 ke visit 3 bertambah (sebanyak 5 orang). Hal ini

dapat terjadi karena menurut penelitian Amin et al, 2016, profil homosistein

pasien dapat meningkat secara signifikan pada tahap terakhir penyakit ginjal

kronis meskipun sebelumnya telah menurun. Walapun begitu tetap terdapat

perubahan yang bermakna untuk pemberian vitamin B dilihat dari nilai

signifikansi hasil analisis McNemar’s yaitu 0,000 baik setelah pemberian selama 2

minggu (visit 1 dan visit 2) maupun 4 minggu (visit 1 dan 3). Hasil yang

bermakna dapat dilihat dari nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 (Adedokun

and Burgess, 2012).

Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin

B1, B6, dan B12 dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4 minggu dapat

menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Tayebi et al, 2016 yang menginvestigasi efek pemberian suplemen vitamin B12

terhadap kadar homosistein serum pada pasien yang menjalani hemodialisis.

Setelah 8 minggu, median kadar homosistein pada pasien yang diberikan

intervensi berupa vitamin B12 intravena sebanyak dua kali seminggu berkurang

secara signifikan apabila dibandingkan dengan kontrol yang tidak mendapat

intervensi apapun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

14

Pasien yang menderita penyakit ginjal kronis memiliki prevalensi tinggi

untuk mengalami defisiensi vitamin B12. Defisiensi vitamin B12 diasosiasikan

dengan terjadinya beberapa penyakit, contohnya anemia serta kelainan-kelainan

neurologis seperti timbulnya gejala kesemutan, mati rasa, kehilangan

keseimbangan, dan tubuh terasa lemah (Patil et al, 2016). Selain itu, defisiensi

vitamin B12 juga dapat menyebabkan terjadinya hiperhomosisteinemia karena

terganggunya transferensi radikal metil 5-MTHF dalam jalur remetilasi

homosistein melalui metionin sintase (Venancio et al, 2010).

Hiperhomosisteinemia juga dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin

yang lain seperti vitamin B6. Kurangnya vitamin B6 akan menghambat konversi

homosistein menjadi sistein oleh enzim CBS (cystathionine beta synthase) dan

γ-cystathionase yang diaktivasi oleh vitamin B6 di dalam jalur trans-sulfurasi.

Kondisi ini akan mendukung terjadinya akumulasi homosistein intraseluler, yang

kemudian akan berpindah menuju kompartemen ekstraseluler, dan pada akhirnya

menyebabkan peningkatan konsentrasi homosistein yang tersirkulasi dalam

peredaran darah. Proses ini akan dapat mencegah toksisitas intraseluler, akan

tetapi di sisi lain dapat membahayakan sistem vaskuler karena adanya kelebihan

homosistein tersebut (Venancio et al, 2010). Oleh karena itu, dapat diberikan

terapi tambahan vitamin B untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi karena

kekurangan vitamin ini.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat dipantaunya lama

waktu pasien menjalani hemodialisa sebelum penelitian berlangsung. Selain itu

penelitian ini hanya berfokus pada komorbiditas hipertensi dan diabetes serta obat

anti-hipertensi, anti-diabetes, dan asam folat, sehingga tidak semua jenis

obat-obatan lain yang dikonsumsi dan komorbiditas yang dialami pasien dibahas

di dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

15

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian vitamin B1, B6, dan

B12 parenteral dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4 minggu dapat

menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

SARAN

Vitamin B1, B6, dan B12 parenteral dapat dipertimbangkan

penggunaannya oleh para klinisi sebagai terapi tambahan untuk mengurangi

terjadinya komplikasi penyerta yang kerap kali terjadi pada pasien dengan gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisa, yaitu hiperhomosisteinemia. Saran

untuk penelitian berikutnya dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih

panjang, sekaligus menganalisis komorbiditas selain hipertensi dan diabetes

melitus serta obat-obatan lain yang dikonsumsi selain anti-hipertensi,

anti-diabetes, dan asam folat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

16

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, 2017, ARCHITECT Homocysteine [Package Insert], Abbott Laboratories,

Illinois, p. 1.

Adedokun, O. A., and Burgess, W. D., 2012. Analysis of Paired Dichotomous

Data: A Gentle Introduction to the McNemar Test in SPSS, Journal of

MultiDisciplinary Evaluation, 8 (17): 125-131.

AHA, 2019. How High Blood Pressure Can Lead to Kidney Damage or Failure,

https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/health-threats

-from-high-blood-pressure/how-high-blood-pressure-can-lead-to-kidney-

damage-or-failure, diakses pada 17 April 2019.

Aisara, S., Azmi, S., dan Yanni, M., 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil

Padang, Jurnal Kesehatan Andalas, 7 (1): 42.

Alexander, N., Matsushita, K., Sang, Y., Ballew, S., Mahmoodi, B. K., Astor, B.

C., & Coresh, J., 2015. Kidney measures with diabetes and hypertension

on cardiovascular disease: the Atherosclerosis Risk in Communities

Study. American journal of nephrology, 41(4-5), 409–417.

Amin, H.K., El-Sayed, M.I.K. and Leheta, O.F., 2016, Homocysteine as a

predictive biomarker in early diagnosis of renal failure susceptibility and

prognostic diagnosis for end stages renal disease. Renal failure, 38(8),

pp. 1267-1275.

Amini, M., Khosravi, M., Baradaran, H. R., & Atlasi, R. 2015. Vitamin B12

supplementation in end stage renal diseases: a systematic

review. Medical journal of the Islamic Republic of Iran, 29, 167.

Basheer, M.P., Soopy, K., Pradeep Kumar, K.M., Sreekumaran, E. and

Ramakrishna, T., 2016. Vitamin B complex and homocysteine status and

Cognitive impairment in the elderly among Indian population. Journal of

Neuroscience and Behavioral Health, 8(4), pp.20-26.

CDC, 2019, Chronic Kidney Disease (CKD) Surveillance System,

https://nccd.cdc.gov/CKD/FactorsOfInterest.aspx?type=Age, diakses

pada 27 April 2019.

Chao, M.C., Hu, S.L., Hsu, H.S., Davidson, L.E., Lin, C.H., Li, C.I., Liu, C.S., Li,

T.C., Lin, C.C. and Lin, W.Y., 2014, Serum homosistein level is

positively associated with chronic kidney disease in a Taiwan Chinese

population, Journal of nephrology, 27(3): 299-305.

Cheng, Y., Huang, R., Kim, S., Zhao, Y., Li, Y., & Fu, P., 2016, Renoprotective

effects of renin-angiotensin system inhibitor combined with calcium

channel blocker or diuretic in hypertensive patients: A

PRISMA-compliant meta-analysis. Medicine, 95(28), e4167.

Cianciolo, G., De Pascalis, A., Di Lullo, L., Ronco, C., Zannini, C. and La

Manna, G., 2017. Folic acid and homocysteine in chronic kidney disease

and cardiovascular disease progression: which comes first. Cardiorenal

medicine, 7(4), pp.255-266.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

17

Debreceni, B., & Debreceni, L., 2014, The Role of Homocysteine-Lowering

B-Vitamins in the Primary Prevention of Cardiovascular Disease,

Cardiovascular Therapeutics, 32 (3): 130-138.

Ganguly, P., & Alam, S. F., 2015, Role of homocysteine in the development of

cardiovascular disease. Nutrition Journal, 14, 6.

http://doi.org/10.1186/1475-2891-14-6

Hill, N. R., Fatoba, S. T., Oke, J. L., Hirst, J. A., O’Callaghan, C. A., Lasserson,

D. S., dan Hobbs, F. D. R., 2016, Global Prevalence of Chronic Kidney

Disease - A Systematic Review and Meta-Analysis, PLoS ONE, 11 (7):

1.

Inrig J., 2010, Antihypertensive agents in hemodialysis patients: a current

perspective. Seminars in dialysis, 23(3), 290–297.

JBDS-IP, 2016, Management of adults with diabetes on the haemodialysis unit,

UK: Joint British Diabetes Societies for inpatient care, p. 17, 39.

Kam, P. and Power, I., 2015. Principles of Physiology for the Anaesthetist, New

York: CRC Press, p. 433.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, hal. 95.

Kemenkes RI, 2017. InfoDATIN: Situasi Penyakit Ginjal Kronis, Jakarta: Pusat

Data dan Informasi Kemenkes RI, hal. 3.

Liu, Y., Ma, X., Zheng, J., Jia, J., & Yan, T., 2017, Effects of

angiotensin-converting enzyme inhibitors and angiotensin receptor

blockers on cardiovascular events and residual renal function in dialysis

patients: a meta-analysis of randomised controlled trials. BMC

nephrology, 18(1), 206.

Makowski, G. S., 2015, Advances in Clinical Chemistry, Vol. 72, Burlington:

Academic Press, pp. 78-80.

Patil, R.G., Bhosle, D.G. and Malik, R.A., 2016, Vitamin B12 deficiency in

chronic kidney disease. IOSR J Dent Med Sci, 15(9): 22-25.

Pranandari, S. dan Supadmi, W., 2015, Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik di Unit

Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo, Majalah Farmaseutik, 11 (2):

316-320.

Sahu, A., Gupta, T., Kavishwar, A. and Singh, R.K., 2015, Cardiovascular

diseases risk prediction by homocysteine in comparison to other markers:

a study from Madhya Pradesh, Journal of the Association of Physicians

of India, 63: 37-40.

Saposnik, G., Ray, J.G., Sheridan, P., McQueen, M., Lonn, E. and HOPE 2

Investigators, 2009. Homocysteine-lowering therapy and stroke risk,

severity, and disability: additional findings from the HOPE 2 trial.

Stroke, 40(4), pp.1365-1372.

Sharma, S., 2014, Nursing Research and Statistics, Reed Elsevier India Private

Limited, India, p. 224.

Sullivan, K.M., 2019, Sample Size for a Proportion or Descriptive Study,

https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm, diakses pada 17

Januari 2019.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

18

Surahman, Rachmat, M., dan Supardi, S., 2016, Modul Bahan Ajar Cetak

Farmasi: Metodologi Penelitian, Kemenkes RI, Jakarta, hal. 79.

Tayebi, A., Biniaz, V., Savari, S., Ebadi, A., Shermeh, M.S., Einollahi, B. and

Rahimi, A., 2016. Effect of Vitamin B 12 supplementation on serum

homocysteine in patients undergoing hemodialysis: A randomized

controlled trial. Saudi Journal of Kidney Diseases and

Transplantation, 27(2), p.256.

Venancio, L.D.S., Burini, R.C. and Yoshida, W.B., 2010. Dietary treatment of

hyperhomocysteinemia in peripheral arterial disease. Jornal Vascular

Brasileiro, 9(1): 28-41.

Webster, A. C., Nagler, E. V., Morton, R. L., dan Masson, P., 2017. Chronic

Kidney Disease. The Lancet, 389 (10075): 1238.

WHO, 2019. Diabetes Programme,

https://www.who.int/diabetes/action_online/basics/en/index3.html,

diakses pada 18 April 2019.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

20

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

21

Lampiran 3. Sertifikat Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

22

Lampiran 4. Perhitungan Kalkulator Estimasi Besar Sampel

https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

23

Lampiran 5. Data Dasar dan Kadar Homosistein Pasien

No. No. RM Inisial Usia

(tahun)

Jenis

Kelamin

Penyakit Lain Riwayat Pengobatan

Kadar Homosistein

(μmol/L)

Visit

1

Visit

2

Visit

3 HTN DM

1. 0114923 S 59 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari p.o.)

Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.) 45,95 14,13 10,95

2. 01993714 GM 59 L + +

Anemolat 1 mg (2x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Acarbose 50 mg (2x sehari)

Candesartan 8 mg (1x sehari)

25,78 12,91 9,18

3. 02014614 P 47 L + -

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 150 mg (1x sehari)

22,84 7,06 10,03

4. 01095869 AP 60 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari) 22,36 10,29 10,63

5. 01043905 BTP 56 L + -

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 150 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

30,73 9,91 10,89

6. 01161683 S 49 P + +

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 5 mg (1x sehari)

Levemir (Insulin) 14 IU (1x sehari)

12,97 6,68 6,06

7. 02055659 S 45 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari) 27,56 13,53 7,39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

24

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

8. 01167759 DW 47 L + +

Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 5 mg (1x sehari)

Acarbose 50 mg (1x sehari)

Irbesartan 150 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

30,29 10,59 10,59

9. 00654676 AC 49 L + +

Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Clonidine 150 mg (2x sehari)

24,31 12,7 14,83

10. 01046262 DL 54 P + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 20,79 9,03 10,01

11. 02022646 S 48 P - -

Acidum Folicum 5 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 150 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

33,23 13,68 15,76

12. 01971847 W 57 L + +

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

46,59 19,51 20,62

13. 01173230 N 48 L + +

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Glimepiride 1 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (2x sehari p.o.)

40,9 19 22,69

14. 02001588 T 69 L + -

Anemolat 1 mg (3x sehari p.o.)

Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

34,32 11,14 10,75

15. 0202915 RA 26 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 20,52 8,17 7,37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

25

Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral

Furosemid 40 mg (1x sehari) oral

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

16. 00662790 FR 30 L + - Anemolat 1 mg (1x sehari) oral

Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 22,97 8,89 10,1

17. 01146006 ES 38 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 25,28 8,58 9,86

18. 01050144 VPTJ 49 L + + Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 24,18 15,47 14,58

19. 02014275 R 39 L + -

Folic Acid 5 mg (3x sehari) oral

Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral

Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

40,76 14,75 17,42

20. 01942565 S 41 L + -

Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral

Amlodipine 10 mg (1x sehari oral)

Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

21,27 6,67 4,84

21. 02061667 K 50 P + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) oral

Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 19,23 8,87 6,41

22. 02063274 J 59 P - -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) oral

Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral

Furosemid 40 mg (1x sehari) oral

Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

24,49 6,08 6

23. 01938508 KAR 65 L + +

Anemolat 1 mg (3x sehari) oral

Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

Acarbose 50 mg (1x sehari) oral

32,57 14,46 17,8

24. 01090866 BI 59 L + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

17,66 5,72 8,51

25. 0103891 SI 66 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari)

Candesartan 8 mg (1x sehari) 14,01 8 6,92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

26

26. 0201123 PS 59 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari) 39,88 16,53 21,31

27. 00156228 EEP 55 P + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari) 30,92 9,96 8,52

28. 01134839 G 47 L + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Candesartan 16 mg (1x sehari)

23,76 8,79 7,7

29. 01984186 R 54 L + +

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Lantus solostar (Insulin) 12 IU (1x

sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari)

18,2 8,13 9,57

30. 01132605 M 54 P + - Anemolat 1 mg (3x sehari)

Furosemid 40 mg (2x sehari) 15,71 8,05 7,1

31. 00455253 SW 64 P - - Folavit 400 mcg (3x sehari) 16,56 9,83 7,8

32. 010926338 IS 49 L + +

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

44,87 15,57 14,91

33. 00150000 BHS 65 L + - - 17,21 14,8 9,83

34. 019943523 S 49 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari) 23,87 9,95 11,26

35. 00998942 YDR 56 L + -

Anemolat 1 mg (2x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Furosemid 40mg (1x sehari)

16,57 9,91 9,48

36. 01117311 W 59 L + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Gliquidon 15mg (1x sehari)

19,68 12,42 11,34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

27

Candesartan 16mg (1x sehari)

37. 01042474 KR 53 P - +

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Glurenorm (Gliquidone) 30mg (1x

sehari)

16,43 8,11 9,43

38. 02056549 MNS 42 L + - Anemolat 1 mg (2x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari) 21,29 9,07 8,69

39. 00602535 AM 47 P + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) 28,85 10,71 13,6

40. 02042528 R 52 P + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Glimepiride 2 mg (1x sehari)

Adalat Oros (nifedipine) 30 mg (1x

sehari)

Clonidine 150mg (2x sehari)

Furosemid 40 mg (2x sehari p.o.)

16,39 8,75 8,56

41. 01711396 WS 62 L + - Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Lasix (furosemide) 40 mg (3x sehari) 17,25 20,72 12,25

42. 01155915 S 55 L + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

32,39 10,6 10,78

43. 02047347 MML 28 P + - Anemolat 1 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 18,49 10,42 11,75

44. 00979889 HS 62 L + +

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

Acarbose 50 mg (1x sehari)

34,28 15,51 17,28

45. 02061809 DAHP 49 L + + Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari) 25,41 14,18 9,07

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

28

Levemir (Insulin) 20 IU (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

46. 00675134 TM 53 P + - Acidum Folicum 1 mg (1x sehari) 22,27 9,84 9,72

47. 01991130 SM 43 P + -

Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

26,11 8,8 7,73

48. 00573128 YK 27 L + -

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

21,05 12,75 12,11

49. 01105917 HS 40 L + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Clonidine 150 mg (2x sehari)

22,27 9,94 9,61

50. 02013538 S 65 P + +

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

26,5 11,82 10,71

51. 02014042 S 65 L + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Nifedipine 10 mg (saat dibutuhkan)

Spironolactone 25 mg (1x sehari)

21,77 10,74 10,85

52. 00695343 S 63 L + -

Acidum Folicum 400 mcg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Lasix (furosemide) 40 mg (1x sehari)

20,31 16,29 15,26

53. 01963216 S 64 L + +

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

Glimepiride 2 mg (1x sehari)

23,58 13,99 15,69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

29

54. 02023270 EB 30 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.) 29,75 15,89 18,03

55. 01119082 SY 51 P + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

21,96 8,74 8,47

56. 02025522 R 56 L + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 150 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

23,14 17,62 13,39

57. 02008826 EC 38 P + -

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

6,43 4,33 2,83

58. 01082005 ABS 40 L + -

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

Spironolaktone 25 mg (1x sehari)

Candesartan 8mg (1x sehari)

18,72 13,02 13,94

59. 00475093 EM 61 L + -

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

15,95 9,05 7,94

60. 00155785 BS 60 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari) 18,56 13,36 15,62

61. 01901503 WN 39 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari) 12,77 9,37 9,87

62. 01906346 ML 61 P - - Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.) 24,2 7,64 10,12

63. 02003808 AP 44 L + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 25,44 11,19 11,42

64. 01016672 AS 57 P + +

Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

Glurenorm (Gliquidone) 30 mg

24,1 10,32 13,68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

30

65. 02009535 S 65 P + + Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 19,17 12,76 14,87

66. 01129152 DJ 52 L + +

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

35,72 17,3 12,78

67. 450445

KY 38 L + -

Folic Acid 1 mg (2x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (tiap pagi)

Clonidin 0,15 mg (2x sehari)

Diltiazem 200 mg (1x sehari)

14,5 9,67 8,5

68. 1011241 RJ 54 L + +

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (tiap malam)

Gliquidon 30 mg (1/2 tab tiap pagi)

Furosemid 40 mg (tiap pagi)

Diltiazem 200 mg (tiap pagi)

19,63 12,82 15,46

69. 947713 M 65 L + -

Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

17,66 9,64 9,79

70. 450206 BS 64 L + - - 26,1 18,56 25,22

71. 928745 H 61 L + -

Folic Acid 1000 mikrogram (2xsehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (tiap pagi)

18,52 10,83 11,7

72. 897982 M 58 P + -

Folic Acid 1000 mikrogram (3x

sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (tiap pagi)

16,49 9,8 11,66

73. 180982 WR 64 L + - Clonidine 0,15 mg (2x sehari) 20,43 12,76 14,57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

31

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Diltiazem Hcl 100 mg (1x sehari)

74. 240897 TG 66 P + +

(not

ongoing)

Folic acid 1 mg (3x sehari)

Diltiazem 200 mg (1x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

18,28 8,7 8,97

75. 528129 TA 51 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Clonidine 0,15 mg (1x sehari) 18,61 15,19 15,45

76. 359674 HD 38 P - -

Folic Acid 1000 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Coaprovel (Irbesartan dan

Hidrochlorthiazide) 300 mg/12,5 (1x

sehari)

26,1 14,05 15,29

77. 571874 SYB 82 L - -

Folic Acid 1 mg (2x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (tiap pagi hari)

24,15 14,54 13,5

78. 887575 RTH 43 P + -

Folic Acid 1 mg (2x sehari)

Clonidine 0,15 mg (2x sehari)

Furosemid 40 mg (tiap pagi)

20,74 17,33 24,72

79. 923490 HP 56 L + - - 16,21 9,22 10,03

80. 876676 SP 39 L +

(not

ongoing) - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 27,87 13,62 18,17

81. 632196 NK 59 P + +

Folic Acid 1000 mg (2x sehari p.o.)

Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.)

Insulin 14 IU (tiap pagi)

23,13 11,97 12,12

82. 864971 MU 61 P - - - 28,75 21,83 19,05

83. 996572 AE 27 P + - Folic Acid 1 mg (2x sehari)

Diltiazem 100 mg (2x sehari) 10,08 3,94 5,05

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

32

84. 810126 RW 27 L + +

Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Insulin novomix 30 IU (2x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

18,16 9,83 11,53

85. 301169 ES 64 L + +

Anemolat 1 mg (3x sehari)

Clonidin 0,15 mg mg 3x sehari

Acarbose 50 mg 3x sehari

Gliquidone 30 mg 3x sehari

Irbesartan 150 mg (1x sehari)

Nifedipine 30 mg tiap pagi

22,46 10,21 10

86. 074193 RV 59 L + -

Folic Acid 1000 mikrogram (1xsehari)

Irbesartan 150 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (tiap pagi)

17,12 10,76 10,41

87. 306130 IN 46 P + -

Folic Acid 1 mg (2x sehari)

Aprovel (Irbesartan) 150 mg (1x

sehari)

Lasix (Furosemide) 40 mg (tiap pagi)

14,53 10,88 9,66

88. 127269 P 59 P + +

Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Insulin 16 UI (tiap malam)

Clonidin 0,15 mg (3x sehari)

22,27 14,79 15,11

89. 948718 S 61 L - - Folic Acid 1000 mg (1x sehari) 26,5 14,2 16,61

90 078990 RM 60 P + +

(not

ongoing)

Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari) 26,91 17,99 21,22

91. 255741 HU 51 L + -

Folic Acid 1 mg (2x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Furosemide 40 mg (1x sehari)

17,93 11,19 11,04

92. 304533 RT 68 P - + Folic Acid 1 mg (1x sehari) 19,96 11,37 10,9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

33

(not

ongoing)

93. 248797 PH 63 P - + Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Insulin 10 IU (3x sehari subkutan) 30,87 18,1 19,1

94. 979048 I 51 L + -

Folic Acid 1000 mikrogram (3x

sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (tiap pagi p.o.)

18,77 12,2 13,1

95. 112680 WH 32 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 25,23 13,96 -

96. 856483 L 36 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 20,27 11,04 11,49

97. 858928 W 37 L + -

Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

Clonidin 0,15 mg (1x sehari)

25,86 9,61 10,17

98. 298418 PS 67 L + + - 47,01 21,28 22,5

99. 8422994 SHI 66 P +

(not ongoing)

- Folic Acid 1 mg (2x sehari) 16,98 12,97 12,86

100. 80440 ID 30 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 16,29 11,42 12,82

101. 1053053 YY 70 L + - Folic Acid 1 mg (2x sehari)

Furosemid 40 mg (2x sehari) 38,98 13,85 13,57

102. 393400

S 61 L - +

Folic Acid 1 mg (1x sehari)

Amlodipine 5 mg (tiap pagi)

Insulin 12 IU (3x sehari)

Furosemide 40 mg (2x sehari)

13,19 14,25 13,19

103. 559146 HR 74 L + +

Folic Acid 1 mg (1x sehari)

Amlodipine 5 mg (1x sehari)

Gliquidon 30 mg 1/2 tab (1x sehari)

8,88 5,16 5,02

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

34

104. 931419 LAM 43 L + +

Folic Acid 1 mg (2x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 150 mg (1x sehari)

Insulin 6 IU (2x sehari subkutan)

20,81 8,5 9,38

105. 684613 S 57 P + +

Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Clonidine 0,15 mg (3x sehari)

Gliquidon 10 mg (3x sehari p.o.)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

15,21 10,48 10,99

106. 080835 YU 67 L - +

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Insulin 12 IU (1x sehari)

Furosemid 40 mg (tiap pagi)

17,31 9,36 8,9

107. 991699 ABD 19 P + -

Folic Acid 1 mg (3x sehari)

Irbesartan 300 mg (1x sehari)

Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

Clonidine 0,15 mg (1x sehari)

Amlodipine 10 mg (1x sehari)

15,83 6,88 6,9

108. 973789

R 58 L + -

Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral

Irbesartan 300 mg (300 mg setiap pagi

oral)

Furosemide 40 mg (1x sehari) oral

Amlodipine 10 mg (setiap sore) oral

13,14 8,34 11,43

109. 693198

AT 32 L + -

Amlodipine 5 mg (1x sehari) oral

Clonidine 0,15 mg (2x sehari) oral

Irbesartan 150 mg (1x sehari) oral

8 14,21 13,95

110. 1037533 M 51 P + - Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral

Irbesartan 150 mg (setiap pagi) oral 13,12 10,15 7,73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

35

111. 8782325 TS 53 P + -

Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral

Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

Diltiazem HCl 200 mg (1x sehari oral)

13,69 8,68 9,46

112. 210565 BS 38 L + - Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral

Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 23,64 11,37 12,09

113. 894470 SAD 43 P - - Clonidin 0,15 mg (1x sehari) oral 38,12 19,95 17,96

114. 866110 MKO

V 35 L + -

Folic Acid 1 mg (1x sehai) oral

Amlodipine 5 mg (1x sehari) oral

Diltiazem 100 mg (1x sehari) oral

Clonidin 0,15 mg (3x sehari) oral

17,32 14,45 14,38

115. 964796 W 57 L + - Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral

Clonidin 0,15 mg (1x sehari) oral 42,04 14,77 14,42

116. 1036671 DS 27 L - - Valsartan 160 mg (1x sehari) oral

Furosemid 40 mg (tiap pagi) oral 46,24 21,46 24,21

117. 134720 NS 36 L - - - 31,88 16,06 17,02

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

36

Lampiran 6. Input data SPSS dalam Kode Angka 0 dan 1

Visit 1 Visit 2 Visit 3

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

0 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 1

1 1 1

1 1 1

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 1 0

1 0 1

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 1

Visit 1 Visit 2 Visit 3

1 0 0

0 0 0

1 1 1

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 1 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 1 0

1 0 0

1 0 0

1 1 1

1 0 0

1 0 0

Visit 1 Visit 2 Visit 3

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 1 1

1 0 1

1 1 1

1 0 0

1 1 0

0 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 1

0 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 1 0

0 0 0

1 0 1

1 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

37

Visit 1 Visit 2 Visit 3

1 1 1

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 1 1

1 0 1

1 0 0

1 1 1

1 0 0

1 0 1

1 0 0

1 1 1

0 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

0 0 0

1 0 1

1 0 1

1 1 1

1 0 0

1 0 0

1 1 1

1 0 0

Visit 1 Visit 2 Visit 3

1 0 -

1 0 0

1 0 0

1 1 1

1 0 0

1 0 0

1 0 0

0 0 0

0 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

1 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

1 0 0

1 1 1

1 0 0

1 0 0

1 1 1

1 1 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

38

Lampiran 7. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Skala

Proporsi

hiperhomosisteinemia

Data hiperhomosisteinemia (> 15

μmol/L) dalam bentuk proporsi

diperiksa dengan metode

ARCHITECT Homocysteine,

didapat dari rekam medis

Kontinyu

Vitamin B1, B6, dan

B12 parenteral

Vitamin B1, B6, dan B12 dua kali

seminggu setelah hemodialisis

Nominal

Gagal ginjal kronis Berdasarkan diagnosis dokter,

sudah mengalami hemodialisis

Nominal

Usia Usia yang tercatat di rekam medis Kontinyu

Jenis kelamin Jenis kelamin pasien dilihat dari

catatan rekam medis.

Nominal

Hipertensi

(komorbiditas)

Pasien menderita hipertensi

(tekanan darah > 140/90 atau

mengonsumsi obat anti-HT dilihat

dari catatan rekam medis)

Nominal

Diabetes melitus

(komorbiditas)

Pasien menderita diabetes melitus

(GDP > 110, GD2PP >125, atau

mengonsumsi obat anti-DM

dilihat dari catatan rekam medis)

Nominal

Obat-obatan lain

(anti-hipertensi,

anti-diabetes, asam

folat)

Obat anti-hipertensi, anti-diabetes,

dan asam folat yang dikonsumsi

pasien dari catatan rekam medis

Nominal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL …repository.usd.ac.id/34827/2/158114009_Full.pdfRapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group pretest-posttest

39

BIOGRAFI PENULIS

Penulis naskah skripsi yang berjudul “Dampak Pemberian

Vitamin B1, B6, B12 Parenteral terhadap Proporsi

Hiperhomosisteinemia Pasien Gagal Ginjal Kronik RS

Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta” bernama lengkap

Kiki Amelia, lahir di Surakarta, 11 Oktober 1997,

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan

Edy Setiyanto dan Lida Kaswary. Penulis menempuh

pendidikan formal di SD Kristen Widya Wacana II

Jamsaren (2003-2009), SMP Pangudi Luhur Bintang Laut

Surakarta (2009-2012), dan SMK Analis Kesehatan Nasional Surakarta (2012-2015).

Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma pada tahun 2015. Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti

kegiatan Kampanye Informasi Obat (KIO) sebagai volunteer dan menjadi Asisten

Dosen Kimia Organik pada tahun 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI