Validasi Metode Analisis Vitamin b12

32
TUGAS KHUSUS VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B 12 (CYANOCOBALAMIN) DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV Disusun Oleh : Deni Suhendra Ranti Yulia Faizal Eka Puji Rachmadi Febriani Munawaroh Dewi Permatasari Era Sri Agustin Fajrin Rahmawati Suraya Nadia Kamalia Rusdiyanti

Transcript of Validasi Metode Analisis Vitamin b12

Page 1: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

TUGAS KHUSUS

VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B12

(CYANOCOBALAMIN) DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV

Disusun Oleh :

Deni Suhendra

Ranti Yulia Faizal

Eka Puji Rachmadi

Febriani Munawaroh

Dewi Permatasari

Era Sri Agustin

Fajrin Rahmawati Suraya

Nadia Kamalia

Rusdiyanti

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

LEMBAGA FARMASI TNI ANGKATAN LAUT

JAKARTA

2013

Page 2: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut ISO SNI/IEC 17025: 2008 validasi adalah konfirmasi

melalui pengujian dan penyediaan bukti objektif bahwa persyaratan tertentu

untuk suatu maksud terpenuhi. Jadi, validasi metode pengujian adalah suatu

tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan

laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi

persyaratan untuk penggunaannya. Parameter untuk kerja pengujian antara

lain adalah presisi, (keseksamaan), akurasi (kecermatan), spesifisitas, batas

deteksi, batas kuantisasi, linearitas, rentang dan ketangguhan. Pemilihan

parameter yang akan diuji tergantung dari jenis dan metode pengujian yang

akan divalidasi. Parameter yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah

penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan waktu inkubasi

maksimum, uji akurasi, presisi (repeatibility), linearitas, Limit of Detection

(LOD), dan Limit of Quantification (LOQ).

Validasi metode sangat penting dilakukan oleh laboratorium, karena

dengan melakukan validasi dapat diketahui tingkat kepercayaan yang

dihasilkan dari suatu metode pengujian. Selain itu, validasi metode merupakan

salah satu bentuk jaminan mutu hasil kepada pelanggan, di mana metode yang

digunakan telah terbukti baik sehingga hasil yang dikeluarkan oleh suatu

lembaga pengujian adalah valid.

Vitamin B12 (cyanocobalamin) merupakan kumpulan senyawa-

senyawa yang terhubung secara kimia, yang semuanya memiliki aktivitas

sebagai vitamin. Secara struktur, vitamin B12 adalah vitamin yang paling

kompleks dan mengandung elemen kobal yang jarang tersedia secara

biokimia. Biosintesis dari struktur dasar vitamin ini hanya dapat dilakukan

oleh bakteri, namun konversi antara bentuk-bentuknya yang berbeda dapat

terjadi dalam tubuh. Suatu bentuk sintesis yang umum dari vitamin

ini, cyanocobalamin, tidak terjadi di alam, namun digunakan dalam banyak

1

Page 3: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

sediaan farmasi dan suplemen, dan juga sebagai bahan tambahan makanan

karena kestabilannya dan harganya yang lebih murah.

Mengingat pengujian validasi metode analisis vitamin B12 dengan

spektrofotometri UV belum diujikan sebelumnya. Hal ini penting untuk

memberikan bukti bahwa pengujian menggunakan spektrofotometri UV

tersebut memiliki unjuk kerja yang baik.

B. Tujuan

Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa metode analisis

penetapan kadar vitamin B12 menggunakan spektrofotometri UV dapat

dilakukan.

2

Page 4: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)

Cyanocobalamin merupakan serbuk hablur atau amorf berwarna

merah sampai merah tua. Bentuk anhidratnya mempunyai sifat yang sangat

higroskopis. Jika terpapar pada udara dapat menyerap air lebih kurang 12%.

Cyanocobalamin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus

cahaya. Cyanocobalamin mempunyai rumus molekul C36H88CoN14O14 dengan

struktur seperti berikut :

Gambar 1. Struktur Molekul Cyanocobalamin (Connors et al., 1992)

Pada suhu kamar, cyanocobalamin paling stabil pada pH 4,5-5,0

(Connors et al., 1992). Cyanocobalamin agak sukar larut dalam air, larut

dalam etanol dan tidak larut dalam aseton, kloroform dan eter (DepKes RI,

1995).

Spektrum serapan ultra violet larutan yang diperoleh pada penetapan

kadar menunjukkan maksimum pada panjang gelombang lebih kurang 278 nm

± 1 nm, 361 nm ± 1 nm dan 550 nm ± 2 nm. Perbandingan serapan pada

panjang gelombang 361 nm dan 278 nm adalan antara 1,70 dan 1,90 dan

3

Page 5: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

perbandingan serapan pada panjang gelombang 361 nm dan 550 nm adalah

antara 3,15 dan 3,40 (DepKes RI, 1995).

B. Spektrofotometer Ultraviolet

Spektrofotometer UV adalah anggota teknik analisis spektroskopik

yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet (190-380 nm)

dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulya & Suharman, 1995).

Beberapa istilah penting pada spektra elektronik, yaitu :

- Kromofor gugus tak jenuh kovalen yang menyebabkan serapan elektronik

(seperti C=C, C=O dan NO2)

- Auksokrom gugus jenuh yang bila terkait pada suatu kromofor akan

mempengaruhi panjang gelombang dan intensitas serapan maksimumnya

(seperti NH2, OH, san Cl)

- Pergeseran batokromik (pergeseran merah). Pergeseran serapan ke arah

panjang gelombang lebih panjang akibat pengaruh substitusi atau pelarut.

- Pergeseran hipsokromik (pergeseran biru). Pergeseran serapan ke arah

panjang gelombang lebih pendek akibat pengaruh substitusi atau pelarut.

- Efek hiperkromik. Suatu kenaikan intensitas serapan.

- Efek hipokromik. Suatu penurunan intensitas serapan (Sunardi, 2005)

Alat spektrofotometer pada dasarnya terdiri dari sumber cahaya,

monokromator, kuvet, detektor, penguat arus, dan pencatat. Berikut bagan

sederhana dari spektofotometer ultraviolet-cahaya tampak, sebagai berikut :

Gambar 2. Bagan Spektofotometer Ultraviolet-Cahaya Tampak

(Day & Underwood, 1998)

C. Validasi Metode Analisis

4

Sumber cahaya Monokromator Kuvet

DetektorRekorder

Page 6: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

Validasi metode analitis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya

(Tetrasari, 2003). Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan

dalam validasi metode di bawah ini :

1. Akurasi (kecermatan)

Kecermatan adalah kedekatan hasil uji antara hasil yang diperoleh dengan

nilai sebenarnya (true value) atau dengan nilai referensinya (Chown

Chung Chan et all, 2004). Kecermatan menggambarkan kesalahan

sistematik dari suatu hasil pengukuran. Kesalahan sistematik berasal dari

pengaruh-pengaruh yang dapat diketahui dengan pasti dan bersifat

konstan. Sumber kesalahan bisa dari kelembaban, bahan referensi,

ketidakpastian yang diberikan oleh sertifikat, metode analisis dan lain-lain

(Sumardi, 2005). Kesalahan sistematik memberikan penyimpangan positif

dan penyimpangan negatif dalam percobaan.

Kecermatan dinyatakan sebagai persen kembali analit yang ditambahkan

dan nilai kecermatan dapat dinyatakan dengan persen perolehan kembali

(% recovery). Ketika penentuan batasan uji perolehan kembali belum

ditentukan oleh laboratorium yang melakukan pengujian maka sebagai

batasan awal dapat ditentukan berdasarkan tablet di bawah ini :

Tabel 1. Nilai % recovery (Wood, 1998)

Analit pada matrik sampel (%) Recovery yang diterima (%)100 98-102>10 98-102>1 97-103

>0,1 95-1050,01 90-1070,001 90-107

0,0001 (1 ppm) 80-1100,00001 (100 ppb) 80-1100,000001 (10 ppb) 60-1150,0000001 (1 ppb) 40-120

2. Presisi (keseksamaan)

5

Page 7: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

Keseksamaan adalah kedekatan hasil uji dengan cara memperoleh

pengukuran dari berbagai contoh yang homogen dalam kondisi yang

normal (Chown Chung Chan et all, 2004). Keseksamaan adalah ukuran

yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur

melalui penyebaran hasil individual rata-rata jika prosedur ditetapkan

secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

Pada umumnya nilai keseksamaan dihitung menggunakan standar deviasi

(simpangan baku) untuk menghasilkan Relative Standard Deviasion

(RSD) atau Coeficient Variation (CV). Keseksamaan yang baik

dinyatakan dengan semakin kecil persen RSD maka nilai presisi semakin

tinggi. Kriteria seksama juga diberikan jika metode memberikan

simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang dan RSD ≤

15%. Makin kecil nilai standar deviasi yang diperoleh, maka makin kecil

pula nilai koefisien variasinya. Nilai standar deviasi dan persen koefisien

variasi dapat dihitung dengan mengikuti persamaan ekuivalen :

Keterangan :

xi= pengukuran tunggal

x = rata-rata

n = jumlah pengukuran

menurut (Sunardi, 2005) keseksamaan dinyatakan dengan presentase

Relative Standard Deviasion (%RSD) dengan batas-batas yang masih

dapat diterima berdasarkan ketelitiannya. Tingkat ketelitiannya terdiri

dari :

RSD ≤1% = sangat teliti

1%<RSD≤2% = teliti

2%<RSD<5% = ketelitian sedang

RSD > 5% = ketelitian rendah

3. Linearitas

6

Page 8: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

Linearitas adalah kemampuan (dalam rentang) metode analisis

memberikan respon secara langsung atau bantuan transformasi matematik

yang baik, untuk mendapatkan hasil dari variabel data (absorbansi dan

rentang kurva) di mana secara langsung proposional dengan konsentrasi

(sesuai analit) dalam contoh kisaran yang ada, serta untuk mengetahui

kemampuan standar dalam mendeteksi analit dalam contoh (Chown Chung

Chan et all, 2004). Artinya linearitas suatu metode digunakan untuk

mengetahui kemampuan standar, sehingga dapat membuktikan adanya

hubugan linier antara konsentrasi analit degan respon detektor.

4. Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon yang signifikan dibandingkan

dengan blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas deteksi

dinyatakan dalam kondisi analit (persen bagian per miliar) dalam sampel.

Batas kuantisasi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang

masih memenuhi kriteria cermat dan seksama dan dapat dikualifikasi

dengan akurasi dan presisi yang baik. Batas kuantisasi adalah nilai

parameter penentuan kuantitatif senyawa yang terdapat dalam konsentrasi

rendah dalam matriks.

LOD (Limit Of Detection) =

LOQ (Limit Of Quantition) =

BAB III

METODE KERJA

7

Page 9: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas seperti labu ukur 25, 50,

100 mL, gelas beker 50 mL, pipet volume/pipet gondok, batang pengaduk,

neraca analitik, Spektrofotometer UV A-160.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Vitamin B12 (Cyanocobalamin) dan

aqua destilata.

B. Cara Kerja

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum vitamin B12 dilakukan dengan

menimbang vitamin B12 sebanyak 50 mg, kemudian dilarutkan dengan

aquadest hingga 100 mL. Larutan diencerkan hingga diperoleh

konsentrasi 30 ppm. Diamati panjang gelombang maksimum pada daerah

serapan maksimum antara panjang gelombang 200 – 400 nm.

2. Penentuan Waktu Inkubasi Maksimum

Dibuat larutan vitamin B12 dengan konsentrasi 30 ppm. Diukur serapannya

menggunakan spektrofotometer pada rentang waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30,

35, 40, 45 dan 50 menit hingga diperoleh absorban yang stabil pada waktu

tertentu.

3. Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan melalui uji perolehan kembali. Dibuat larutan

vitamin B12 dengan konsentrasi 10, 30 dan 50 ppm sebanyak 3 kali. Diukur

serapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 361

nm.

4. Uji Presisi

Uji presisi vitamin B12 dilakukan dengan membuat larutan vitamin B12

dengan konsentrasi 30 ppm sebanyak 6 kali. kemudian diukur serapannya

8

Page 10: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum.

Dihitung % simpangan baku relatifnya.

5. Uji Linearitas

Larutan induk vitamin B12 disiapkan dengan menimbang vitamin B12

sebanyak 50 mg dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL

sehingga konsentrasinya menjadi 500 ppm. Kurva kalibrasi vitamin B12

diperoleh dengan mengencerkan larutan standar induk yang dibuat dengan

berbagai macam konsentrasi yaitu 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan

50 ppm (v/v). Blanko digunakan aquadest. Diukur serapannya

menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum.

Pengenceran :

10 ppm : larutan stok sebanyak 1 mL diencerkan dalam aquadest ad 50

mL.

20 ppm : larutan stok sebanyak 1 mL diencerkan dalam aquadest ad 25

mL.

30 ppm : larutan stok sebanyak 3 mL diencerkan dalam aquadest ad 50

mL.

40 ppm : larutan stok sebanyak 2 mL diencerkan dalam aquadest ad 25

mL.

50 ppm : larutan stok sebanyak 5 mL diencerkan dalam aquadest ad 50

mL.

6. Uji LOD dan LOQ

Dibuat larutan standar vitamin B12 yang mengacu kurva kalibrasi, hingga

diperoleh data slope dan SB. Kemuadian dihitung dengan menggunakan

rumus LOD dan LOQ.

9

Page 11: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pengamatan

1. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Panjang Gelombang (nm) Absorbansi (A)359 0,517360 0,513361 0,527362 0,524363 0,517364 0,514

Panjang gelombang maksimum yang diperoleh, yaitu 361 nm dengan

serapan 0,527 A pada konsentrasi 30 ppm.

10

Page 12: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

2. Hasil Penentuan Waktu Inkubasi Maksimum

Waktu (menit) Absorbansi (A)0 0,5255 0,46610 0,46615 0,46520 0,46525 0,46830 0,46535 0,46640 0,46545 0,46950 0,468

Waktu inkubasi diukur pada panjang gelombang 361 nm. Waktu di mana

larutan sudah memberikan serapan yang stabil pada saat pegukuran, yaitu

pada menit ke 15 sampai menit ke 40.

3. Hasil Uji Akurasi

11

Page 13: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

Berdasarkan hasil uji akurasi bahan baku vitamin B12 diperoleh %

recovery sebesar 98,69-102,26 %.

Konsentrasi (ppm) Absorbasi (A)

100,1660,1610,162

300,4910,4780,486

500,8120,7880,793

Perhitungan :

y = 0,0159x + 0,0034

10 ppm : 1). y = a + bx

0,166 = 0,0034 + 0,0159x

x = 10,2264 ppm

% Recovery =

= 102,264 %

2). y = a + bx

0,161 = 0,0034 + 0,0159x

x = 9,9119 ppm

% Recovery =

= 99,1195 %

12

Page 14: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

3). y = a +bx

0,162 = 0,0034 + 0,0159x

x = 9,9748 ppm

% Recovery =

= 99,7484 %

30 ppm : 1). y = a + bx

0,491 = 0,0034 + 0,0159x

x = 30,6667 ppm

% Recovery =

= 102,2222 %

2). y = a + bx

0,4478 = 0,0034 + 0,0159x

x = 29,8490 ppm

% Recovery =

= 99,4969 %

3). y = a + bx

0,486 = 0,0034 + 0,0159x

x = 30,3522 ppm

% Recovery =

= 101,174 %

13

Page 15: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

50 ppm : 1). y = a + bx

0,812 = 0,0034 + 0,0159x

x = 56,8553 ppm

% Recovery =

= 101,7106 %

2). y = a + bx

0,788 = 0,0034 + 0,0159x

x = 49,3459 ppm

% Recovery =

= 98,69182 %

3). y = a + bx

0,793 = 0,0034 + 0,0159x

x = 49,6603 ppm

% Recovery =

= 99,32075 %

4. Hasil Uji Presisi

Berdasarkan hasil uji presisi vitamin B12 diperoleh simpangan baku

relatif (SBR) sebesar 1,3184%.

No. Konsentrasi (ppm) Absorban (xi)

(xi-x) (xi-x)2

1. 30 0,491 9,5 x 10-3 9,025 x 10-5

14

Page 16: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

2. 30 0,478 -3,5 x 10-3 1,225 x 10-5

3. 30 0,486 4,5 x 10-3 2,025 x 10-5

4. 30 0,473 -8,5 x 10-3 7,225 x 10-5

5. 30 0,482 5 x 10-4 2,5 x 10-7

6. 30 0,479 -2,5 x 10-3 6,25 x 10-6

x = 0,4815 ∑ (xi-x)2 = 20,15 x 10-5

= 6,3482 x 10-3

= 1,3184 %

5. Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linieritas vitamin B12 diperoleh nilai R2 sebesar 0,999.

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)0 0

10

0,1660,1610,162

X = 0,163

20

0,3280,3240,325

X = 0,3257

30

0,4910,4780,486

X = 0,48540 0,646

0,6390,638

15

Page 17: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

X = 0,641

50

0,8120,7880,793

X = 0,7977

6. Hasil Uji LOD dan LOQ

Diketahui :

SB : 6,3482 x 10-3

b : 0,0159

LOD (Limit Of Detection) =

=

= 1,1978 ppm

LOQ (Limit Of Quantition) =

=

16

Page 18: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

= 3,9925 ppm

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan metode analisis

dalam penetapan kadar cyanocobalamin (Vitamin B12) dapat dipergunakan

untuk menganalisis zat aktif tersebut. Metode analisis dilakukan untuk

menguji suatu produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan dalam rangka pengendalian mutu produksi dengan melakukan

suatu validasi. Validasi metode analisis penetapan kadar ini bertujuan untuk

memberikan keyakinan bahwa metode analisis penetapan kadar yang

diusulkan dapat dipergunakan untuk menganalisis zat aktif tersebut. Penelitian

ini menggunakan bahan baku cyanocobalamin (Vitamin B12) dengan

parameter yang digunakan dalam validasi metode analisis penetapan kadar,

yaitu penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan waktu inkubasi

maksimum, uji akurasi, presisi, linearitas, LOD dan LOQ.

Prinsip kerja yang dilakukan antara lain pembuatan larutan stok standar dan

baku kerja, penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan waktu

inkubasi maksimum, penentuan kurva baku dan persamaan garis kurva baku,

serta uji presisi. Pertama-tama dibuat larutan baku induk dengan konsentrasi

yang telah ditetapkan, yaitu 500 ppm. Larutan ini dibuat dengan cara

melarutkan sebanyak 50 mg cyanocobalamin ke dalam 100 mL aquadest.

Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan membuat larutan baku

kerja cyanocobalamin dengan konsentrasi 30 ppm dari larutan baku induk.

Larutan ini kemudian dibaca serapannya pada panjang gelombang 200-400

nm pada spektrofotometer UV. Berdasarkan hasil pengamatan, panjang

gelombang maksimum terdapat pada 361 nm dengan nilai absorbansi 0,527.

17

Page 19: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

Hal ini sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi IV dikatakan bahwa panjang

gelombang maksimum untuk cyanocobalamin adalah 361 nm, maka yang

digunakan untuk membaca serapan pada penentuan waktu inkubasi

maksimum, penentuan kurva baku dan persamaan garis kurva baku, serta uji

presisi cyanocobalamin adalah panjang gelombang 361 nm sesuai penelitian.

Pengujian selanjutnya adalah penentuan waktu inkubasi maksimum

cyanocobalamin. Waktu inkubasi maksimum adalah waktu di mana larutan

dapat memberikan serapan yang stabil pada saat pengukuran dengan

menggunakan spektrofotometer UV. Larutan yang digunakan adalah larutan

baku kerja dengan konsentrasi 30 ppm yang diukur serapannya pada menit ke-

5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50 setelah didiamkan selang waktu 5 menit.

Panjang gelombang yang digunakan adalah 361 nm. Berdasarkan hasil

pengamatan, maka waktu inkubasi maksimum untuk cyanocobalamin adalah

pada menit ke-15 hingga ke-40. Hal ini menandakan bahwa cyanocobalamin

stabil saat dilakukan pengukuran pada menit ke-15 hingga ke-40.

Uji akurasi (ketepatan) dilakukan untuk mengetahui ketelitian metode analisis

atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima. Akurasi diukur

sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran yang

dinyatakan dengan persen perolehan kembali (% recovery). Syarat untuk %

recovery pada uji akurasi sebesar 90%-107%. Berdasarkan hasil uji akurasi

diperoleh % recovery sebesar 98,69%-102,26%. Dengan demikian, validasi

akurasi dengan menggunakan spektrofotometer UV untuk cyanocobalamin

memenuhi syarat (baik) (Wood, 1998).

Pengujian selanjutnya adalah pengujian presisi atau ketelitian. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui metode analisis yang digunakan dapat mengukur

secara teliti zat yang diuji pada pengukuran secara berulang-ulang

(repeatibility). Uji presisi cyanocobalamin dilakukan dengan membuat larutan

baku kerja dengan konsentrasi 30 ppm sebanyak 6 kali kemudian diukur

serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 361

nm. Uji presisi dinyatakan dengan simpangan baku (SB) sebesar 6,3482 x 10-3,

simpangan baku relatif (RSD) sebesar 0,013184 dan koefisien variasi (CV)

sebesar 1,3184%. Persyaratan CV yang baik adalah < 2%. Jadi, validasi

18

Page 20: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

dengan uji presisi dengan menggunakan spektrofotometer UV untuk bahan

baku cyanocobalamin telah memenuhi persyaratan (Gandjar & Rohman,

2007).

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui metode analisis yang digunakan

dapat memberikan hubungan antara serapan dan konsentrasi zat uji yang

sebanding. Uji linearitas ini menggunakan larutan baku induk cyanocobalamin

500 ppm yang kemudian dibuat larutan baku kerja dengan 5 pengenceran,

yaitu 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm. Pengenceran ini dilakukan 3 kali

pengulangan dengan tujuan untuk keakuratan data. Larutan baku kerja ini

diukur serapannya pada spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 361

nm.Berdasarkan hasil analisis uji linearitas diperoleh nilai koefisien korelasi

(Regresi (R2)) sebesar 0,9999. Hal ini dapat diasumsikan bahwa peningkatan

konsentrasi berbanding lurus dengan besar serapan dan telah memenuhi

persyaratan koefisien korelasi menurut literatur yang berkisar 0,998-1,002

(Ambarwati et al., 2008).

Uji selanjutnya adalah uji batas deteksi (Limit of Detection, LOD). LOD

dilakukan untuk mengetahui konsentrasi analit terendah dalam sampel yang

masih dapat dideteksi. LOD merupakan batas uji yang secara spesifik

menyatakan apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu. LOD hanya

mengukur secara kualitatif saja, tetapi tidak dapat digunakan sebagai batas

pengukuran (kuantitas). Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai LOD

sebesar 1,1978 ppm. Uji yang terakhir adalah uji batas kuantifikasi (limit of

quantification, LOQ). LOQ dilakukan untuk mengetahui konsentrasi analit

terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang

dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Berdasarkan

hasil pengujian diperoleh nilai LOQ sebesar 3,9925 ppm

(Gandjar & Rohman, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan validasi metode analisis

penetapan kadar, yaitu faktor alat yang digunakan yang tidak bersih, kesalahan

dalam penimbangan, pemipetan dan pengocokan pada waktu penyiapan

sampel. Berdasarkan hasil uji yang diperoleh maka validasi metode analisis

penetapan kadar cyanocobalamin (Vitamin B12) secara spektrofotometer UV

19

Page 21: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

telah memenuhi persyaratan dan dapat digunakan sebagai metode analisis

penetapan kadar sebagaimana yang tercantum dalam Farmakope Indonesia

Edisi IV.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode analisis penetapan kadar bahan baku vitamin B12

(cyanocobalamin) dapat dilakukan dengan spektrofotometer UV pada

panjang gelombang 361 nm dengan masa inkubasi antara menit ke-15

hingga ke-40 dan telah tervalidasi.

B. Saran

Dilakukan pengujian serupa dengan menggunakan bahan baku primer

cyanocobalamin, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.

20

Page 22: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, M. F. Palupi, & U. Patriana, 2008, Validasi Metode Uji Kadar

Albendazol dengan Menggunakan Spektrofotometer UV/Vis, Balai Besar

Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Bogor.

Chan, C. C, 2004, Potency Methode Validation di dalam Analytical Methode

Validation and Instrument Performance Verification. Chan CC, Lam H, Lee YC

dan Zhang XM (Eds), New Jersey : John Wiley & Sons Publication Inc.

Connors, K. A., L. A. Gordon & J.S. Valentino, 1992, Chemical Stability of

Pharmaceuticals. John Willey and Sons Inc., New York.

Day, R. A. Jr. & A. L. Underwood, 1998, Analisis Kimia Kuantitatif ed ke-6, alih

bahasa oleh Dr. Ir. Iis Sopyan. M. Eng, Penerbit Erlangga, Surabaya.

Depkes RI, 1995,  Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Ermer, J, 2005, Performance Parameters, Calculations and Tests di dalam :

Methode Validation in Pharmaceutical Analysis (J. Ermer dan J.H.McB.Miller,

eds.). Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.

Gandjar, I. G., & A. Rohman, 2012, Kimia Farmasi Analisis Cetakan IX, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Hadi, A., 2007, Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025 Persyaratan Umum

Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi, PT Gramedia

Pustaka Utama, Hal 259 -274.

21

Page 23: Validasi Metode Analisis Vitamin b12

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, Hal

117 – 135.

Mulya & M. Suharman, 1994, Analisis Instrumental. Perpustakaan Departemen

Kimia FMIPA UI, Depok.

Sastrohamidjojo, H., 1991, Kromatografi Edisi ke-1, Penerbit Liberty,

Yogyakarta.

Sumardi, 2005, Tinjauan Umum Validasi Metode Analisis, Pusat Penelitian Kimia

LIPI Bandung, Bandung.

Sunardi, 2005, Penuntun Praktikum Kimia Analisan Instrumentasi, Universitas

Indonesia, FMIPA UI, Depok.

Tetrasari, H., 2003, Validasi Metode Analisis, Pusat Pengkajian Obat dan

Makanan BPPOM, Jakarta.

The European Agency for the Evaluation of Medical Products. 1995. ICH. Topic

Q2B. Validation of Analytical Procedures : Methodology.

http://www.Pharmacontract.ch/support/pdf-support/Q2a.pdf

Underwood, A. L, 1981, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keempat, Erlangga,

Surabaya.

Wood, R. A. N., & H. Wallin, 1998, Quality in the Food Analysis Laboratory the

Royal Society of Chemistry Cambridge, London.

22