dampak industrialisasi
-
Upload
gunawan-efri-s -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
description
Transcript of dampak industrialisasi
ACHILIES http://elearning.gunadarma.ac.id http://v-class.gunadarma.ac.id http://saap.gunadarma.ac.id http://wartawarga.gunadarma.ac.id http://library.gunadarma.ac.id http://gunadarma.ac.id http://studentsite.gunadarma.ac.id http://baak.gunadarma.ac.id
Kamis, 23 Januari 2014
Dampak industri terhadap lingkungan (Teknik Lingkungan & Amdal)
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupuan
manusia. Hal ini dikarenakan dimana seseorang hidup maka akan tercipta suatu lingkungan
yang berbeda dan sebaliknya. Akhir-akhir ini sering kali ditemukannya suatu pengrusakan
lingkungan oleh manusia dengan alasan pemanfaatan untuk menghasilkan materi yang lebih,
secara tidak langsung tindakan ini akan mengakibatkan terkikisnya lingkungan dan
mengancam pada kelangsungan hidup manusia.
Disamping itu keteloderan manusia dalam pendirian bangunan dengan tanpa
memperhatikan dampak dari usaha atau industri yang akan berlangsung dibangunan tersebut
juga akan merusak lingkungan fisik dan biologis secara perlahan dan tidak langsung. Oleh
sebab itu perlu dilakukan suatu usaha untuk melestarikan kualitas lingkungan yang dapat
dilakukan dengan berbagai cara, sejak mulai penyusunan rencana pembangunan daerah
sampai setelah proyek-proyek pembangunan dijalankan, misalnya penyusunan rencana
penggunaan tata ruang, rencana pembangunan ekonomi suatu daerah, penetapan proyek-
proyek yang akan dibangun, sampai pada waktu proyek-proyek telah berjalan. Dengan
adanya perencanaan hal-hal yang mungkin bisa mengantisipasi timbulnya dampak buruk
pada lingkungan sekitar maka kerusakan lingkungan akan dapat dikurangi atau bahkan
dicegah sama sekali. Dari alasan inilah maka perlu dibuat sebuah rencana pengelolaan
lingkungan demi terciptanya keseimbangan antara kepentingan manusia dan kelestarian
lingkungan disekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah:
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah perkembangan industri di Indonesia?
2) Apa saja dampak buruk industri terhadap lingkungan?
3) Apa saja contoh kasus dan solusinya?
1.3 Tujuan:
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1) Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa mengenai perkembangan industri.
2) Sebagai kajian untuk mengetahui dampak buruk industri terhadap lingkungan.
3) Sebagai kajian untuk mengetahui beberapa kasus yang terjadi yang dikarenakan pencemaran
lingkungan dari industri.
1.4 Manfaat:
Manfaat dari penyusunan makalah ini antara lain, yaitu:
1) Memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang perkembangan industri.
2) Memberikan penjelasan tentang dampak industri terhadap lingkungan.
3) Memberikan penjelasan tentang solusi terhadap contoh kasus yang terjadi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Industri di Indonesia
Selama 20 tahun terakhir Pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada
industrialisasi. Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di Indonesia dari tahun
ke tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan jumlah ini menimbulkan dampak ikutan
dari industrialisasi ini yaitu terjadinya peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses
produksi industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh komunitas-komunitas yang
tinggal di sekitar kawasan industri.
2.2 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL,
merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin
meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan sikap yang
menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini timbullah citra bahwa
gerakan lingkungan adalah anti pembangunan dan anti teknologi tinggi serta menempatkan
aktivis lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana pembangunan. Karena itu banyak
pula yang mencurigai AMDAL sebagai suatu alat untuk menentang dan menghambat
pembangunan.
Dengan dibentuknya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,
yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) pada tahun 1969. NEPA mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 1970. Dalam NEPA pasal 102 (2) (C) menyatakan,
“Semua usulan legilasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang akan
diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai
laporan Environmental Impact Assessment (Analsis Dampak Lingkungan) tentang usulan
tersebut”.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami
beberapa hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka sejak tanggal 23
Oktober 1993 pemerintah mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP
No. 51 Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
AMDAL. Dengan diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51
Tahun 1993 perlu disesuaikan. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999, pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999. Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini
diharapkan pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih optimal.
Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau merusak lingkungan
hidup adalah pembangunan yang memperhatikan dampak yang dapat diakibatkan oleh
beroperasinya pembangunan tersebut. Untuk menjamin bahwa suatu pembangunan dapat
beroperasi atau layak dari segi lingkungan, perlu dilakukan analisis atau studi kelayakan
pembangunan tentang dampak dan akibat yang akan muncul bila suatu rencana
kegiatan/usaha akan dilakukan.
AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam
peraturan pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan
disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan. Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain:
1. jumlah manusia yang terkena dampak
2. luas wilayah persebaran dampak
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. sifat kumulatif dampak
6. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, pasal 1 ayat 1, AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan.
Sebagai dasar pelaksanaan Audit Lingkungan di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen
LH No.42/MENLH/11/1994 tentang Prinsip-Prinsip dan Pedoman Umum Audit Lingkungan.
Dalam Lampiran Kepmen LH No.41/94 tersebut didefinisikan bahwa:
Audit lingkungan adalah suatu alat pengelolaan yang meliputi evaluasi secara
sistematik terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi,
sistem pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan memfasilitasi kontrol pengelolaan
terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian kelayakan
usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.
Audit Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan perangkat pengelolaan yang
dilakukan secara internal oleh suatu usaha atau kegiatan sebagai tanggungjawab pengelolaan
dan pemantauan lingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan pemeriksaan resmi yang
diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan, melainkan suatu usaha proaktif yang
diIaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul
sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Dampak Buruk Industri terhadap Lingkungan
Kita telah menciptakan kerusakan bagi ekosistem kita sendiri. Bumi kita memiliki
banyak sekali keanekaragaman jenis dan sumber daya alam. Manusia, atau yang disebut kita
sendiri, terdiri dari triliunan sel. Sel-sel tersebut menjalani sebuah proses yang berhubungan
dengan kehidupan. Itu mengindikasikan bahwa manusia adalah bagian dari alam yang
memiliki posisi sangat penting. Intelektual manusia, yang menyebabkan bumi ini diambang
kehancuran.
Peningkatan taraf hidup bangsa Indonesia harus terus diusahakan melalui
pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu unsur
penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri. Namun dalam
kegiatan industri akan diikuti dengan dampak negatif industri terhadap lingkungan hidup
manusia.
Selain memberikan dampak-dampak positif, pengembangan Kawasan Industri juga
memiliki dampak-dampak yang negatif. Dampak yang negatif/kerugian ini kebanyakan
berkaitan dengan aspek lingkungan. Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi
lingkungan, meningkatkan penyakit pada manusia, dan kerusakan pada komponen
lingkungan lainnya. Limbah cair industri paling sering menimbulkan masalah lingkungan
seperti kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi
dalam daging ikan dan molusca, terutama bila limbah cair tersebut mengandung racun
seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb, atau Zn. Akumulasi racun dalam tubuh pada
konsentrasi yang tidak dapat ditoleransi bisa melumpuhkan organ bahkan mematikan fungsi
kerja otak.
Gambar 3.1 Lingkungan Industri
3.2 Gejala Umum Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Industri
3.2.1 Jangka Pendek
1. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna jernih,
berubah menjadi keruh berbuih dan berbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi
oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air minum.
2. Ditinjau dari segi kesehatan. kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari
yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetic pada anak
cucu dan generasi berikut.
3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim
penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan
akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi
di beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan debu.
3.2.2 Jangka Panjang
Penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun kemudian setelah
cukup lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan menurut daur ulang
ekologik, seperti yang terjadi pada kasus penyakit minaimata sekitar 1956 di Jepang. terdapat
lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari
Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari sebuah pabrik plastik. Bila
merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan
kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink
Disease/acrodynia, alergi kulit dan kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome.
Gambar 3.3 Limbah yang Dihasilkan Industri
3.3 Contoh Kasus Pencemaran Lingkungan oleh Industri
1. Di Inggris, sebelum revolusi industri terjadi, seluruh dataran inggris dipenuhi oleh pohon-
pohon besar yang memiliki banyak kehidupan untuk ekosistem. Tempat yang disebut jantung
dari kehidupan kini hanya meninggalkan nama. Dengan hadirnya teknologi-teknologi
canggih seperti mesin uap dan sebagainya, kita telah menggunakan sumber daya alam kita
secara berlebihan untuk sesuatu yang kecil.
2. Di Republik Rakyat China, sebagai negara industri baru, China harus meningkatkan kualitas
dan kuantitas industri mereka sehingga menyebabkan seluruh pabrik di kawasan industri
China memproduksi limbah pabrik yang dibuang ke udara, lautan, dan bahkan tempat-tempat
penduduk.
3. Pada tahun 1992 di Semarang, dimana salah satu Pabrik yang bernama Semarang Diamond
Chemical (SDC) yang terletak di Kawasan Industri Semarang mengeluarkan limbah yang
merusak tambak penduduk di Desa Tapak.
4. Di daerah Demak, dimana enam industri yang berlokasi di Kawasan Industri Genuk
membuang limbahnya ke Kali Babon sehingga menimbulkan pencemaran tambak sampai ke
Desa Sriwulan dan Bedono.
5. Pencemaran udara yang disebabkan pabrik baja di sekitar Jrakah yang telah banyak
dikeluhkan penduduk.
6. Penduduk Tambakaji juga mengeluhkan keringnya sendang Abu Bakar yang diduga karena
banyaknya pengambilan air tanah oleh industri-industri yang berada di atasnya.
7. Di Kalimantan Tengah, tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih tercemar air raksa
(merkurium) akibat penambangan emas di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito,
Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
8. Perusahaan tambang yang menerapkan pembuangan limbah tailingnya ke laut (Sub Marine
Tailing Disposal). Pertama, adalah Newmont Minahasa Raya (NMR) sejak 1996 di
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, dan kemudian menyusul PT Newmont Nusa Tenggara
di Sumbawa-Nusa Tenggara Barat sejak 1999. Setiap harinya 2.000 metrik ton tailing
berbentuk pasta dibuang ke Perairan Buyat di Minahasa dan 120.000 metrik ton di Teluk
Senunu, Sumbawa. Pada akhirnya dari proses ini terjadi berbagai dampak yang berujung
kepada turunnya kualitas lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia.
9. Di Papua, PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan dampak hancurnya
gunung Grasberg, tercemarnya sungai Aigwa, meluapnya air danau Wanagon, tailing
mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan 84.158 hektar laut Arafura.
10. Berdasarkan hasil studi empiris yang pernah dilakukan oleh Magrath dan Arens pada tahun
1987 (Prasetiantono, di dalam Sudjana dan Burhan (ed.), 1996: 95), diperkirakan bahwa
akibat erosi tanah yang terjadi di Jawa nilai kerugian yang ditimbulkannya telah mencapai
0,5% dari GDP, dan lebih besar lagi jika diperhitungkan kerusakan lingkungan di Kalimantan
akibat kebakaran hutan, polusi di Jawa, dan terkurasnya kandungan sumber daya tanah di
Jawa.
Gambar 3.3 Polusi yang Dihasilkan Industri
3.4 Penyebab Kasus
1. Lemahnya pemahaman aparat penegak hukum seperti kepolisian dan pengadilan mengenai
peraturan perundangan lingkungan hidup.
2. Lemahnya penegakkan hukum di Indonesia mengenai pencemaran lingkungan.
3. Tidak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk melarang pembuangan limbah tailing ke laut
Indonesia. Patut diketahui bahwa metode pembuangan limbah tailing dengan model ini sudah
dilarang dinegara-negara lain di dunia. Bahkan Kanada, negara yang pertama kali
menggunakan metode ini, kapok dan tidak lagi menggunakan metode STD mengingat masa
recoverynya sangat lama yakni 150 tahun. Entah mengapa Indonesia memberikan izin bagi
praktek pembuangan limbah tailing dengan metode STD ini.
4. Negara menutup akses rakyat atas informasi yang terkait dengan industri dan termasuk
limbah industri.
5. Tidak dilibatkannya masyarakat secara maksimal dalam pengelolaan lingkungan sehingga
seolah-olah urusan lingkungan hanya menjadi urusan pemerintah dan perusahaan tidak
menjadi urusan publik sebagai pihak yang banyak menggunakan jasa lingkungan.
3.5 Upaya yang Perlu Kita Lakukan untuk Selamatkan Lingkungan Hidup
Wajib bagi kita semua untuk mengetahui pengetahuan tentang hubungan antara jenis
lingkungan. Hal ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan
secara terpadu dan tuntas. Para aparat penegak hukum juga perlu diberi pengetahuan sebesar-
besarnya tentang permasalahan pencemaran lingkungan ini.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengawasi kegiatan industri dan pembuangan
limbahnya. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan
dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan
proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna
menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran
hingga batas yang diperbolehkan.
Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi
mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap
lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.
Selain pemerintah dan pelaku industri, masyarakat juga harus jeli menanggapi
masalah lingkungan yang disebabkan oleh sisa kegiatan industri. Masyarakat tidak bisa
menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada pemerintah dan pelaku industri. Hal ini mutlak
perlu, terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal disekitar areal industri. Dampak dari
buangan kegiatan industri sangatlah kompleks. Pada dasarnya limbah industri akan
mencemari lingkungan udara, air, dan tanah. Udara yang kotor dan tercemar akan merusak
penciuman dan paru-paru.
Pencemaran air akan merusak biota air dan pastinya akan mengganggu keberadaan
dan ketersediaan sumber air bersih. Pencemaran tanah, selain mengganggu kesuburan tanah
itu sendiri dan apapun yang hidup dan tumbuh di atasnya pada akhirnya juga akan
mengganggu dan mencemari air tanah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengkajian mengenai dampak industri terhadap lingkungan,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan oleh industri masih pada tahap
pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh industri belum mengarah pada kesadaran untuk
kelestarian lingkungan.
2. Pelaku usaha industri masih menganggap bahwa kewajiban untuk mengimplementasikan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan masih merupakan beban yang memberatkan dari
segi biaya, dan industri belum merasakan keuntungan secara langsung dari kegiatan
pengelolaan dan pemantauan yang telah dilakukan.
3. Keterlibatan dan kepedulian masyarakat di sekitar industri masih relatif rendah, masyarakat
masih beranggapan bahwa industri yang memberikan banyak bantuan dan menyerap banyak
tenaga kerja lokal merupakan industri yang telah peduli terhadap lingkungan.
4. Mekanisme koordinasi antar instansi masih belum jelas sehingga masing-masing instansi
belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
4.2 Saran
Adapun saran dari penyusun untuk menanggulangi dampak buruk industri terhadap
lingkungan, antara lain :
1. Koordinasi dan keterpaduan dalam menetapkan kebijakan antar instansi yang membidangi
masalah industri dan lingkungan perlu ditingkatkan sehingga dapat digunakan sebagai
pedoman oleh pelaku industri untuk mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan.
2. Mengikutsertakan aparat pada dinas/instansi dalam pendidikan dan pelatihan mengenai
pengelolaan lingkungan hidup sehingga semua aparat yang bertugas mempunyai persepsi yang
sama mengenai pengelolaan lingkungan.
3. Perlu adanya kajian mengenai daya tampung lingkungan yang dapat menjadi dasar kebijakan
dalam penyusunan peraturan daerah.
4. Untuk meningkatkan kesadaran pelaku industri di bidang lingkungan maka pemberian
penghargaan bagi industri yang telah melaksanakan dan mematuhi aturan dan pemberian
sanksi bagi industri yang melanggar aturan di bidang lingkungan perlu diintensifkan.
5. Sosialisasi oleh Dinas Lingkungan Hidup tentang kewajiban pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang dilakukan industri dan keterbukaan informasi oleh industri yang
bersangkutan dengan memberikan dokumen pengelolaan lingkungan kepada kelurahan
setempat sehingga dapat meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat di sekitar
lokasi industri untuk mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan.
6. Masa depan kehidupan bumi ini ditentukan oleh keniataan kita untuk beraksi. Mungkin
banyak orang yang telah melakukan hal untuk menyelamatkan bumi ini, tetapi kesuksesan
terjadi bila ada perubahan dalam ekonomi, sosial, politik, dan khususnya paradigma manusia.