Kajian Industrialisasi PLTP Binary Cycle skala kecilr.docx

26
KAJIAN INDUSTRIALISASI PLTP BINARY CYCLE SKALA KECIL (BERDASAKAN RUPTL 2014-2022) Disusun Oleh : Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun Anggaran 2014

Transcript of Kajian Industrialisasi PLTP Binary Cycle skala kecilr.docx

KAJIAN INDUSTRIALISASI PLTP BINARY CYCLE

SKALA KECIL

(BERDASAKAN RUPTL 2014-2022)

Disusun Oleh :

Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Tahun Anggaran 2014

Daftar Isi

1. Latar Belakang................................................................................................................3

2. Tujuan...............................................................................................................................4

3. Sasaran.............................................................................................................................4

4. Ruang Lingkup...............................................................................................................5

5. Keluaran...........................................................................................................................5

6. Langkah Kegiatan..........................................................................................................5

7. Waktu Pelaksanaan.......................................................................................................5

8. Metode Studi...................................................................................................................5

9. Digram alir Studi Penelitian........................................................................................6

10. Hasil studi.....................................................................................................................7

10.1. Pembangunan Sistem PLTP Jawa Bali.............................................................8

10.2. Pembangunan PLTP Sumatra..........................................................................12

10.3. Pembangunan PLTP Indonesia Timur.............................................................15

10.4. Pembangunan PLTP Indonesia.......................................................................19

11. Kesimpulan................................................................................................................21

12. Daftar Pustaka...........................................................................................................21

1. Latar Belakang

Panasbumi sebagai salah satu sumberdaya energi terbarukan mempunyai

potensi yang berlimpah di Indonesia (lebih dari 28.000 MW). Meskipun saat ini

belum dimanfaatkan secara optimal, namun perhatian pemerintah pada sumber

energi panas bumi sudah mulai kelihatan serius. Hal ini dibuktikan PT PLN

(Persero), selanjutnya disebut PLN, sebagai sebuah perusahaan listrik

merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek kelistrikan dengan lead time

panjang, sehingga PLN secara alamiah perlu mempunyai sebuah rencana

pengembangan sistem kelistrikan yang berjangka panjang. Dengan demikian

rencana pengembangan sistem kelistrikan yang diperlukan PLN harus berjangka

cukup panjang, yaitu 10 tahun, agar dapat mengakomodasi lead time yang panjang

dari proyek-proyek kelistrikan khususnya yang berkaitan dengan pembangkit panas

bumi.

Perlunya PLN mempunyai rencana pengembangan sistem kelistrikan jangka

panjang juga didorong oleh keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi yang

efisien, Untuk mencapai hal tersebut PLN menyusun sebuah dokumen perencanaan

sepuluh tahunan ke depan yang disebut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik,

atau RUPTL. Selanjutnya sejalan dengan UU No.30/2009 dimana Pemerintah

Provinsi (dan juga Pemerintah kabupaten/ kota) wajib membuat Rencana Umum

Ketenagalistrikan Daerah atau RUKD, maka dalam RUPTL 2013 – 2022 ini juga

terdapat perencanaan sistem kelistrikan per Provinsi. Salah satu yang menjadi

sorotan adalah sistem pembangkit panas bumi yang pembangunanya masih sangat

terbatas.

Salah satu kendala yang banyak dihadapi dalam pengembangan energi

panasbumi saat ini adalah letaknya yang terisolir jauh dari beban, sehingga

menyebabkan tingkat keekonomianya kurang menarik. Namun disisi lain PLTP

terutama skala kecil bisa menjadi solusi bagi investor menengah kebawah yang

dapat dengan segera memperoleh keuntungan dalam tempo waktu yang lebih cepat

dibandingkan dengan pembangkit batubara yang membutuhkan investasi sangat

besar dan resiko yang lebih tinggi dan modal kembali yang relatif lebih lama

Keuntungan pengembangan energi panas bumi, selain dari sisi lingkungan

dan pertumbuhan ekonomi langsung sebagaimana tersebut diatas, pengembangan

diharapkan bisa mendorong industri dalam negeri untuk ikut berkembang melalui

penyediaan komponen-komponen yang diperlukan. TKDN (Tingkat Komponen

Dalam Negeri) menjadi isu penting dalam pengembangan industri nasional ke

depan. Makin tinggi TKDN dalam pengembangan panas bumi diharapkan dapat

mempunyai multiplier efek yang lebih besar bagi pertumbuhan perekonomian

nasional.

Pemanfaatan energi panas bumi (PLTP) skala kecil akan dapat membantu

meningkatkan tambahan pasokan daya untuk menangani kebutuhan/demand dari

konsumen listrik dan juga membantu mengurangi penggunaan PLTD yang ada.

Telah diketahui bahwa PLTD yang ada selama beberapa tahun kedepan akan

mengalami penurunan efisiensi /derating dan subsidi bahan bakar yang terus

membengkak akan membuat pengurangan pemakaian PLTD sebagai alternatif

pembangkit saat beban puncak. Disamping itu subsidi listrik saat ini sangat

membebani Pemerintah (Rp. 100 trilyun, tahun 2013). maka BPPT, sebagai bagian

dari pemerintah, telah mengembangkan PLTP dengan menerapkan teknologi binary

cycle yang sangat sesuai untuk pembangkit skala kecil.

PLN Sebagai perpanjangan tangan pemerintah dan sebagai BUMN

berencana untuk melakukan peningkatan pasokan listrik dengan sistem UTAMA

Tbesar sampai kecil pada rentang waktu 2014-2022. Telah dilakukan kajian

terhadap RUPTL PT.PLN, terutama tentang rencana penerapan PLTP skala kecil

untuk pemenuhan listrik dan untuk subtitusi PLTD diberbagai daerah operasional

(DAOP) di Indonesia.

2. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi berkaitan dengan PLTP skala

kecil yang akan dibangun di Indonesia berdasarkan studi literatur RUPTL yang

diterbitkan oleh PLN untuk rentang waktu 2014-2022.

3. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah didapatkannya informasi tentang potensi pembangunan

PLTP skala kecil, khususnya aspek kapasitas pembangkit listrik skala kecil, yang

dapat dikembangkan di Indonesia, kebutuhan daya yang tahun serta perbandingan

PLTP yang dimiliki PLN maupun IPP (Independent Power Producer) .terhadap

keseluruhan Jenis Pembangkit.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pekerjaan ini mencakup hal-hal berikut :

Identifikasi besaran kapasitas PLTP skala kecil yang akan dibangun

Identifikasi besaran.beban, kebutuhan dan kapasitas listrik yang terpsang

disetiap DAOP PLN

Kajian terhadap pertumbuhan PLTP di Indonesia dalam rentang waktu 2014-

2022

5. Keluaran

Hasil utama yang diharapkan dari kajian ini adalah data prospek penerapan PLTP

skala kecil di Indonesia berdasarkan studi literatur dari RUPTL yang ditebitkan PLN

6. Langkah Kegiatan

Untuk mendapakan keluaran yang diinginkan, beberapa langkah yang dilakukan

meliputi tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut :

Melakukan studi pustaka RUPTL PLN, terutama yang berkaitan dengan PLTP.

Melakukan studi pustaka tentang rencana pembangunan pembangkit listrik,

terutama PLTP skala kecil oleh PT PLN (Persero)

Melakukan studi pustaka terutama tentang beban kebutuhan listrik dari setiap

DAOP PLN serta perbandingan percepatan pembangunannya dibanding dengan

swasta

7. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah selama satu bulan terhitung dari awal

bulan Oktober sampai akhir bulan.

8. Metode Studi

Metode studi yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode sampling

informasi yang bersumber dari RUPTL, dengan menggunakan dasar asumsi potensi

pengembangan pembangkit panas bumi yang sudah disesuaikan dengan kerangka

kerja dari PLN.

9. Diagram alir Studi Penelitian

Pengkajian ini direncanakan mengikuti alur yang sudah dibuat untuk

memudahkan dalam proses pekerjaan dan memberi informasi yang baik sesuai

dengan kaidah keilmiahan yang ada. Proses pengumpulan data dan informasi

serta pemrosesan dilakukan pada minggu pertama bulan penugasan sedang

penulisan laporan pengkajian dilakukan pada minggu ke dua dan ketiga di bulan

penugasan.

10. Hasil studi

Berdasarkan studi literature yang dilakukan telah diperoleh informasi tentang

beban kebutuhan listrik dari setiap DAOP PLN yang terbagi menjadi 3 region yaitu

Jawa-Bali, Sumatra dan Indonesia timur. Setiap DAOP memiliki beban terpasang,

kebutuhan, produksi dan pertumbuhan yang berbeda.

Komposisi produksi listrik per jenis energi primer untuk gabungan Indonesia

diproyeksikan pada tahun 2022 akan menjadi 65,6% batubara, 16,6% gas alam

(termasuk LNG), 11% panas bumi, 5,1% tenaga air, 1,7% minyak dan bahan bakar

lainnya seperti diperlihatkan pada.

Tabel 10.1. Komposisi Pembangkit berdasarkan jenis bahan bakar

Fuel Type 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022HSD 22356 22668 17288 12476 9702 5918 6072 5874 6266 6855MFD 4640 4662 5524 5179 3980 635 656 653 660 721Gas 42468 44317 45895 48860 49929 45149 41762 40504 39990 42553LNG 10769 10105 13695 16472 18564 23771 26839 27038 28554 29753Batubara 113033 134066 153229 17311 189722 211721 226459 250577 276059 288807Hydro 10205 10475 11127 11743 14635 15227 16209 18196 20062 21990Surya/Hybrid 2 4 4 5 6 6 6 6 7 7Biomass 37 37 37 105 148 117 109 109 109 109Impor 767 767 767 657 767 767 767 767Geothermal 9399 10375 10618 11179 14693 18575 29849 31695 36050 48089

Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Gabungan Indonesia (GWh)

Gambar 10.1. Diagram Perkembangan pembangkit dari tahun ke tahun berdasarkan jenis

bahan bakar.

10.1. Pembangunan Sistem PLTP Jawa Bali

Untuk daerah jawa-bali beban kebutuhan listrik sangat besar dan hampir

sebagian besar produksi listrik jawa-bali didominasi oleh pembangkit batu-bara yang

tersebar sebagian besar di daerah utara pulau jawa. Berdasarkan perpres no 71

tahun 2006 diharapkan pembangkit yang beroperasi sebesar 10.000 MW dan yang

sudah beroperasi sebesar hingga triwulan ketiga tahun 2013 adalah sebesar 630

MW, yaitu PLTU Pacitan Unit 1-2 (2x315 MW), sedangkan yang akan beroperasi

sampai akhir Desember 2013 sebesar 1.050 MW, yaitu PLTU Pelabuhan Ratu Unit

1-2 (2x350 MW) dan PLTU Tanjung Awar-Awar Unit-1 (1x350 MW). Ada juga

pembangkit yang mundur pembangunannya dikarenakan perubahan jenis

pembangkit, kapasitas dan perijinan sehingga menghambat pasokan kapasitas daya

pada neraca sistem ini

Akibat keterlambatan pembangkit yang semula direncanakan beroperasi pada

tahun 2015-2017, RM netto tahun 2015-2017 turun menjadi sangat rendah. PLTGU

Muara Karang (450 MW), PLTGU Grati (450 MW), PLTMG Pesanggaran (200 MW)

dan PLTGU Jawa 1 (800 MW) serta PLTU IPP seperti; PLTU Celukan Bawang,

PLTU Banten, PLTU Cilacap Ekspansi harus bisa beroperasi dalam tahun 2014 –

2017 untuk menjaga RM tidak makin menurun.

Pembangkit Panas Bumi yang mengalami perubahan sebagai berikut: PLTP

Kamojang Unit 6 (60 MW), karena dari hasil studi reservoir PGE tidak dimungkinkan

untuk mengembangkan PLTP Kamojang 6, namun hanya bisa untuk

mengembangkan PLTP Kamojang 5 (30 MW).

Dari beberapa kajian yang dilakukan diperoleh informasi tentang Produksi

listrik di daerah jawa bali dan beban puncak dari sistem tersebut seperti pada

diagram dibawah:

Jawa Bagian barat

Jawa tengah Jawa Timur dan Bali

02000400060008000

1000012000140001600018000

Neraca sistem Jawa-Bali

Kapasitas TerpasngPeak Load

Region

Daya

(MW

)

Gambar 10.1.1. Produksi dan beban daya pada sistem Jawa Bali per th. 2014.

Sedangkan untuk potensi peningkatan pembangkit panas bumi diIndonesia

terlihat mengalami perkembangan pesat tiap tahunya, hal ini tidak terlepas dari

upaya pemerintah lewat PLN untuk mengembangkan dan memenuhi kapasitas dan

kebutuhan listrik diIndonesia. Rencana penyediaan energi dan kebutuhan bahan

bakar untuk periode tahun 2013 - 2022 berdasarkan jenis bahan bakarnya diberikan

pada tabel dan diagram dibawah

Tabel 10.1.1. Komposisi Pembangkit berdasarkan jenis bahan bakar

Fuel Type 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022HSD 5108 4356 4436 5099 3398 3062 2539 2528 2528 2528MFD 649 642 1874 2396 2122 524 576 571 620 681Gas 33558 34335 35092 36569 37088 32186 30500 29374 28785 31242LNG 10769 10105 11765 10800 11495 18454 18089 18089 19311 20233Batubara 99817 114443 124999 37503 149614 164554 179899 190201 207090 219682Hydro 5273 5273 5273 5273 7275 7165 7637 8067 8404 8346Surya/HybridGeothermal 8129 8991 9224 9470 11080 11083 20212 21059 22677 29043

Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar (Jawa-Bali)

HSD MFD Gas LNG

Batubara

Hydro

Surya

/Hyb

rid

Geotherm

al0

50000100000150000200000250000

Produksi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Daerah Jawa Bali

2013 2014 2015 2016 20172018 2019 2020 2021 2022

HSD3%

MFD0%

Gas21%

LNG7%

Batubara61%

Hydro3%

Geothermal5%

Porsi Pembangkit berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Gambar 10.1.2. Diagram Perkembangan pembangkit dari tahun ke tahun berdasarkan jenis

bahan bakar.(Jawa-Bali).

Berdasarkan Tabel dan diagram diatas perkembangan jenis bahan bakar dari

pembangkitan panas bumi berkisar antara 5% dengan pertumbuhan 0.6-0.9% per

tahunnya. Hal ini cukup signifikan mengingat daya dukung dan infrastruktur

pembangunan PLTP terutama yang skala kecil juga mengalami perkembangan baik

dalam hal teknologi maupun sumber daya manusia yang terlibat didalamnya.

Dari RUPTL yang dikeluarkan Oleh PLN diperoleh informasi bahwa pembangkit

panas bumi menempati tempat ketiga setelah batu bara dan gas alam serta

pembangunan pembangkit lebih didominasi oleh pihak IPP dengan kapasitas daya

bangun sekitar 1935 MW.

20132014

20152016

20172018

20192020

20220

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

Kebutuhan Pasokan Listrik Jawa-Bali

Power DemandProduksi

Tahun

GWh

Gambar 10.1.3. Diagram Kebutuhan pasokan listrik Jawa Bali

Kebutuhan Listrik Daerah Jawa-Bali tergolong besar dan terus meningkat

setiap tahunnya terlihat dari kondisi pertumbuhan pengguna listrik baru yang

mencapai 15-20% setiap tahunnya

20132014

20152016

20172018

20192020

2022

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

0 55 30 30

225

0

1275

110

1075

Kapasitas Kenaikan Sistem Pembangkit PLTP per Tahun

Kapasitas Kenaikan Sistem PembangkitPLNIPPPembangkit dengan penambahan kapasitas

Gambar 10.1.4. Diagram Pembangunan PLTP dari tahun ke tahun (PLN, IPP & Upgrade)

Pergerakan perkembangan teknologi pembangkit panas bumi /geothermal

yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan listrik Jawa-Bali diperkirakan akan

banyak dilaksanakan pada tahun 2019 hingga tahun 2022.

Sedangkan untuk perbandingan pembangunan PLTP Skala kecil (<10MW) didaerah

Jawa-Bali dengan PLTP skala menengah hingga besar dari tahun 2013 hingga

tahun 2022 hanya 1:20 sehingga terlihat bahwa PLTP Skala kecil tidak berdampak

signifikan terhadap pasokan daya untuk DAOP Jawa-Bali. PLTP Skala Kecil yang

akan dibangun didaerah Jawa-bali adalah PLTP Cibuni dengan kapasitas 10 MW di

yang direncanakan beroperasi tahun 2019.

Berikut ini adalah PLTP yang akan dibangun untuk DAOP Jawa-Bali

Daerah Pemilik Proyek Pembangkit MW CODJawa Barat Swasta PLTP Patuha 165 2014&2017Jawa Barat Swasta PLTP Kamojang 5 30 2015Jawa Barat Swasta PLTP Karaha Bodas 30 2016Jawa Tengah Swasta PLTP Dieng 115 2017Jawa Barat Swasta PLTP Cibuni 10 2019Jawa Barat Swasta PLTP Cisolok-Cisukoromo 50 2019Jawa Barat Swasta PLTP Karaha Bodas 110 2019

Jawa Barat Swasta PLTP Tamponas 45 2019

Jawa Barat SwastaPLTP Tangkuban Perahu 1 110 2019

Jawa Barat SwastaPLTP Tangkuban Perahu 2 60 2019

Jawa Barat Swasta PLTP Wayang windu 220 2019Jawa Tengah Swasta PLTP Baturaden 220 2019Jawa Tengah Swasta PLTP Guci 55 2019Jawa Tengah Swasta PLTP Ungaran 55 2019Jawa Timur Swasta PLTP Ijen 110 2019Jawa Timur Swasta PLTP Wilis/Ngobel 165 2019-2020Jawa Timur Swasta PLTP Iyang Argopuro 55 2020Banten Swasta PLTP Endut 55 2021Jawa Barat Swasta PLTP Gn. Ciremai 110 2021Jawa Tengah Swasta PLTP Umbul Telomoyo 55 2021Banten Swasta PLTP Seulawah Agam 110 2021-2022

10.2. Pembangunan PLTP Sumatra

Untuk pembangunan listrik sistem jaringan Sumatra Pemerintah melalui PLN

bersama dengan IPP (Swasta) mencoba membangun sistem pembangkit dengan

komposisi bahan bakar sebagai berikut Komposisi produksi listrik per jenis energi

primer di Sumatera diproyeksikan pada tahun 2022 akan menjadi 49% batubara,

17% gas alam, 11% tenaga air, 1% minyak dan 22% panas bumi.

Daerah Sumatra merupakan daerah kedua yang kebutuhan pasokan listriknya

tertinggi kedua setelah daerah Jawa-Bali, porsi pembangkit listrik dengan jenis

bahan bakar panas bumi/Geothermal dapat terlihat pada tabel dibawah.

Tabel 10.2.1. Komposisi pembangkit berdasarkan jenis bahan bakar

Fuel Type 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022HSD 11310 9724 5566 3178 2889 744 727 726 713 701MFD 1263 1005 952 447 262 38 40 42Gas 6755 7388 7708 8797 8948 8756 7482 7428 7533 7599LNG 1640 3475 3781 4620 5247 5321 5231 5354Batubara 8242 12238 17714 20770 22788 24901 28190 32758 36139 37274Hydro 3411 3.539 3932 4355 4907 5516 5890 6122 6960 8160Surya/HybridBiomass 37 37 37 105 148 117 109 109 109 109ImporGeothermal 701 815 825 1140 2860 6470 8515 9286 11778 16884

Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar (Jawa-Bali)

HSD36%

MFD4%Gas

21%

Batubara26%

Hydro11%

Biomass0% Geothermal

2%

Porsi Pembangkit berdasarkan jenis bahan bakar

Gambar 10.2.1.Diagram Perkembangan pembangkit dari tahun ke tahun berdasarkan jenis

bahan bakar.(Sumatra).

Berdasarkan studi yang dilakukan pada RUPTL PLN diperoleh informasi

bahwa sistem pembangkitan panas bumi menempati urutan ke 2 terbesar setelah

pembangkit dengan bahan bakar batu bara terutama pada tahun 2020 keatas.

informasi yang diperoleh bahwa produksi listrik berdasarkan jenis bahan bakar

panas bumi sebesar 2% dan pertumbuhannya terus naik 0.7-1% dari tahun ke tahun

lebih tinggi dari pada Jawa-Bali.

Kapasitas pembangkit listrik untuk DAOP PLN Sumatra terlihat pada gambar 10.2.3.

20142015

20162017

20182019

20202021

2022-1000

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Kapasitas Pembangkit Per Tahun

Kapasitas TerpasangLinear (Kapasitas Terpasang)PLNSewaIPPRetired & Mothballed

Gambar 10.2.3. Kapasitas Pembangkit daerah Sumatra yang akan terus mengalami

penurunan tiap tahun

Proyek pembangunan pembangkit panas bumi untuk daerah region Sumatra

sangat cukup signifikan jika dibandingkan dengan sistem jawa bali, hal ini terlihat

dari banyaknya grafik pertumbuhan yang terus meningkat rata-rata 20 – 50 % per

tahun.

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 20220

200

400

600

800

1000

1200

Kapasitas Kenaikan Sistem Pembangkit PLTP per Tahun

Total Kapasitas Trepasang PLNIPP On Series & Committed Upgrade Kapasitas

Gambar 10.2.3. Kenaikan kapasitas pembangkit panas bumi per tahun daerah Sumatra

Tambahan kapasitas pembangkit tahun 2013 – 2022 adalah 16,6 GW atau

penambahankapasitas ratarata 1,7 GW per tahun, termasuk PLTM skala kecil

tersebar sebesar 163 MW dan PTMPD 80 MW. PLTU batubara akan mendominasi

jenis pembangkit thermal yang akan dibangun, yaitu mencapai 9,1 GW atau 54,9%,

disusul oleh PLTG/MG dengan kapasitas 1,5 GW atau 9,1% dan PLTGU 1,2 GW

atau 7,2%. Sementara untuk energi terbarukan khususnya panas bumi sebesar 2,9

GW atau 17,2%, PLTA/PLTM/ pumped storage sebesar 1,8 GW atau 11,2%, dan

pembangkit lainya sebesar 0.08 GW atau 0.5 %.

. 20132014

20152016

20172018

20192020

20212022

0

500

1000

1500

2000

2500

3000Proyek PLTP 2013-2022

Upgrade PembangkitIPPPLN

Gambar 10.2.4. Proyek pembangunan dan pengambangan PLTP per tahun.

Neraca Daya sistem interkoneksi Sumatera direncanakan dengan reserve

margin yang tinggi, yaitu mencapai 65% pada tahun 2022, angka ini sudah lebih

rendah bila dibandingkan reserve margin pada RUPTL 2012-2021 yang mencapai

70% pada tahun 2018. Potensi beban di Sumatera masih bisa lebih tinggi dari yang

telah direncanakan. Dengan reserve margin yang cukup tinggi maka memungkinkan

untuk mengambil potensi beban yang tinggi tersebut. Namun apabila reserve margin

lebih rendah dari 40% perlu dilakukan pengendalian beban. Pengembangan PLTP

oleh PLN masih jauh dibawah swasta, seharusnya pengembangannya dapat lebih

ditingkatkan.

Gambar 10.2.4. Proporsi pengembangan PLTP (PLTP & IPP)

Berikut ini rencana PLTP yang akan dibangun di DAOP Sumatra:

Daerah Pemilik Proyek Pembangkit MW CODLampung Swasta PLTP Ulubelu 3 dan 4 110 2016-2017Sumbar Swasta PLTP Muara Laboh 220 2017-2018Jambi PLN PLTP Hululai 110 2018-2019Aceh Swasta PLTP Jaboi 110 2019Bengkulu PLN PLTP Rawa Dano 110 2019Lampung Swasta PLTP Rajabasa 220 2021-2022Lampung Swasta PLTP Suoh Sekincau 220 2021-2022Lampung Swasta PLTP Danau Ranau 110 2022Lampung Swasta PLTP Wai Ratai 55 2022Sumbar Swasta PLTP Bonjol 165 2022Jambi Swasta PLTP Sungai Penuh 110 2024

10.3. Pembangunan PLTP Indonesia Timur

Rencana pengembangan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Timur untuk

memenuhi kebutuhan beban periode 2013 – 2022, diperlukan tambahan kapasitas

pembangkit sebesar 11,45 GW untuk seluruh wilayah operasi Indonesia Timur,

termasuk committed dan ongoing projects

Dari daerah Indonesia timur hanya daerah Kalimantan yang sama sekali tidak

ada pengembangan sistem pembangkit Geothermal sehingga untuk kajian studi

pengembangan PLTP tidak dilakukan. .daerah Indonesia timur yang dilakukan

kajian tentang pembangunan PLTP adalah daerah Sulawesi, NTT, dan Maluku

Sebagian besar daerah operasional PLN indonesia timur tidak interkoneksi secara

grid melainkan terpisah-pisah dan berjalan sendiri-sendiri sehingga sulit untuk

diketahui karakteristik beban tahunan dan data-data

Beberapa daerah yang diketahui antara lain adalah

Sulawesi bagian utara.

Beberapa hal yang menjadi perhatian pada Sistem Sulbagut antara lain: Pada

tahun 2014 - 2015 perlu dilakukan penambahan kapasitas pembangkit secara cepat

dan bersifat sementara agar tidak terjadi defisit daya, sebelum pembangkit non-BBM

selesai pembangunannya. Adanya indikasi bahwa beberapa proyek PLTU batubara

diperkirakan akan mundur dari jadwal semula. Untuk mengisi kekurangan daya dan

sekaligus dalam rangka memenuhi kebutuhan beban puncak, direncanakan

penambahan kapasitas pada proyek peaker yaitu PLTG/GU/MG Minahasa Peaker

150 MW dan Gorontalo Peaker 100 MW. Adanya proyek-proyek tersebut, maka

reserve margin 2016 - 2022 masih dalam batas yang diperbolehkan yaitu antara

30% sampai 58%.

20132014

20152016

20172018

20192020

20212022

050

100150200250300350400450

Kapasitas Pembangkit Panas Bumi (Sulut) per Tahun

Kapasitas TerpasangLinear (Kapasitas Terpasang)PLNIPPSewa

Tahun

MW

Gambar 10.3.1. Kapasitas pembangkit panas bumi daerah Sulawesi yang diprediksi akan

mengalami penurunan tiap tahun (Derating).

Proyek pembangkit panas bumi yang direncanakan akan berjalan di Sulawesi

bagian utara hampir kesemuanya hanya berupa penambahan kaspasitas saja.

Seperti PLTP Kotamobagu 1,2 (FTP), Kotamobagu 3,4 (FTP2), Lahendong 5(FTP2)

Lahendong 6(FTP2).

20132014201520162017201820192020202120220

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Proyek PLTP 2012-2022

Upgrade Pembsngkit

Gambar 10.3.2. proyeksi pengembangan PLTP Sulbagut

Sulawesi Bagian Selatan

Sistem Sulbagsel merupakan penggabungan sistem Sulsel-Sulbar, Sulteng

dan sistem Sultra. Sistem ini direncanakan akan terbentuk pada tahun 2016 setelah

proyek transmisi 150 kV interkoneksi sistem Sulsel dengan sistem Sultra selesai

dibangun termasuk IBT 275/150 kV GI Wotu. Rencana penempatan pembangkit di

sistem Sulsel-Sulbar, Sultra, Sulteng diupayakan seimbang dengan menganut

kriteria regional balance. Proyek pembangkit panas bumi yang dilakukan seluruhnya

merupakan PLTP Skala Menengah (>10MW dan <55 MW). PLTP yang akan

dibangun adalah PLTP Marana (↑20 MW) dan PLTP Lainea (↑20 MW).

20132014

20152016

20172018

20192020

20212022

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

Kapasitas Pembangkit Per Tahun

Kapasitas TerpasangPLNIPPsewaRetired & Mothballed

Gambar 10.3.3. Kapasitas Pembangkit dari PLTP Sulbagsel yang terus menurun per

tahun.

Pembangunan PLTP Maluku, NTT dan NTB

PLTP yang akan dibangun merupakan PLTP skala kecil dan menengah

berkisar antara 5-20 MW dan sebagian besar merupakan kontribusi pemerintah

melalui PLN yang bekerjasama dengan pihak swasta, PLTP yang akan dibangun

adalah PLTP Atadei, PLTP Tulehu, PLTP Mataloko, PLTP Sokoria, PLTP Jailolo,

PLTP Songa Wayaua, PLTP Sembalun , PLTP Oka Ile Ange, PLTP Huu, sebagian

besar dibangun di wilayah NTT dan NTB. Kebutuhan terbesar listrik di NTT adalah di

Kupang sebagai ibu kota Provinsi, yaitu 36%. Hampir semua pembangkit di NTT

menggunakan PLTD dan terdapat tiga unit PLTM serta PLTP, sehingga biaya pokok

produksi listrik sangat tinggi.

Berikut ini adalah daftar PLTP yang akan dibangun di daerah Indonesia Timur

Daerah Pemilik Proyek Pembangkit MW COD

NTT Swasta PLTP Atadei 5 2017

sulut SwastaPLTP Lahendong V dan VI 40 2017-2018

Maluku PLN PLTP Tulehu 20 2018

NTT Swasta PLTP Mataloko 5 2018

NTT Swasta PLTP Sokoria 15 2018-2020Maluku Utara Swasta PLTP Jailolo 10 2019

NTB PLN PLTP Songa Wayaua 5 2019

NTB PLN PLTP Sembalun 20 2020

NTT Swasta PLTP Oka Ile Ange 10 2020

NTB Swasta PLTP Huu 20 2021

Sulteng Swasta PLTP Bora Pulu 55 2022

Sulteng Swasta PLTP Marana/Masaingi 20 2022

sulut PLNPLTP Kotamobagu 1 dan 2 40 2022

sulut PLNPLTP Kotamobagu 3 dan 4 40 2022

10.4. Pembangunan PLTP Indonesia

Pembangunan PLTP di Indonesia berdasarkan UU No 9 tahun 2009, PP no 14

tahun 2012 dll, maka Pembangunan PLTP diberbagai daerah diIndonesia

dilaksanakan

Gambar 10.4.1. Komposisi PLTP Skala Menengah-Besar (Sumber: RUPTL PLN)

Pembangunan PLTP skala besar secara tidak langsung juga memacu pertumbuhan

PLTP skala kecil yang diaplikasikan untuk daerah dengan reservoir relative kecil

ataupun pemodal /investor kecil.

Gambar 10.4.2. Komposisi PLTP Skala kecil (Sumber: RUPTL PLN)

PLTP yang akan dibangun diIndonesia sebagian besar masih dikuasai oleh swasta

dan porsi pemerintah masih jauh lebih kecil baik dari pembangunan PLTP skala kecil

maupun skala besar.

89%

11%

PLTP SKALA KECILSwasta PLN

Gambar 10.4.3. Komposisi PLTP milik PLN dan Swasta (Sumber: RUPTL PLN)

PLTP yang dibangun oleh PLN sebesar 11-18 % dari total keseluruhan proyek

pembangunan.

11. Kesimpulan

1. PLTP Skala kecil yang direncanakan akan dibangun oleh PLN dalam rentang

waktu 2014-2024 ternyata jumlah tidak terlalu banyak. Hanya ada 6 PLTP

yaitu PLTP Atadei (5 MW-NTT), PLTP Mataloko (5 MW-NTT), PLTP Cibuni

(10 MW-Jawa Barat), PLTP Jailolo (10 MW-Maluku Utara), PLTP Songa

Wayaua (5 MW-NTB), PLTP Oka Ile Ange(10 MW-NTT).

2. Industri PLTP Skala kecil yang akan dibangun terdiri dari; 5 unit dari pihak

IPP/Swasta dan 1 unit dari PLN, total kapasitas keseluruhan ±45 MW dan

rata-rata akan dibangun pada kurun waktu2017,2018,2019 dan 2020

12.Daftar Pustaka.

1. PT. PLN, (2013), Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2014-2024, PT

PLN (Persero); Jakarta, Indonesia.

2. BPPT, (2013), Kajian desiminasi PLTP Binary Cycle, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi; Jakarta, Indonesia