damn RU

9
PENDAHULUAN Tuberkulosis(TB) merupakan suatu infeksi kronik yang sudah lama dikenal manusia. sejak kira-kira 2000-4000 tahun sebelum masehi. Walaupun pengobatan TB yang efektif telah tersedia, hingga saat ini TB masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia yang utama. Tahun 1993 WHO melaporkan TB sebagai global health emergency karena diperkirakan kurang lebih 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi mikobakterium TB. Sebagian besar kasus infeksi Mikobakterium Tuberkulosis terjadi di negara – negara berkembang dengan kategori usia produktif 20-49 tahun dengan jumlah kasus sekitar 75% kasus. 1 Indonesia memiliki prevalensi kasus TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India sekitar 266.000 kasus pada tahun 1998. Tingkat mortalitas kasus TB di Indonesia menempati urutan tertinggi ke-3. 1 Survey yang dilakukan pemerintah pada tahun 2014 terhadap kasus TB di Indonesia yang terdaftar telah terinfeksi Mikobakterium Tuberkulosis di Indonesia sebesar 135 kasus per 100.000 penduduk. Sulawesi Utara menempati urutan ke-5 tertinggi setelah daerah DKI, daerah Maluku dan daerah Papua.(infodatin) dalam hal ini juga dengan tingkat keberhasilan penanganan kasus TB yang rendah yaitu sekitar 25% kasus. 2 Tinggi-rendahnya Treatment success rate (TSR) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pasien yaitu kepatuhan minum obat anti TB (OAT), faktor pengawasan menelan obat (PMO) dan

description

aggaga

Transcript of damn RU

Page 1: damn RU

PENDAHULUAN

Tuberkulosis(TB) merupakan suatu infeksi kronik yang sudah lama dikenal manusia.

sejak kira-kira 2000-4000 tahun sebelum masehi. Walaupun pengobatan TB yang efektif telah

tersedia, hingga saat ini TB masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia yang utama. Tahun

1993 WHO melaporkan TB sebagai global health emergency karena diperkirakan kurang lebih

1/3 penduduk dunia telah terinfeksi mikobakterium TB. Sebagian besar kasus infeksi

Mikobakterium Tuberkulosis terjadi di negara – negara berkembang dengan kategori usia

produktif 20-49 tahun dengan jumlah kasus sekitar 75% kasus.1

Indonesia memiliki prevalensi kasus TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India

sekitar 266.000 kasus pada tahun 1998. Tingkat mortalitas kasus TB di Indonesia menempati

urutan tertinggi ke-3.1 Survey yang dilakukan pemerintah pada tahun 2014 terhadap kasus TB di

Indonesia yang terdaftar telah terinfeksi Mikobakterium Tuberkulosis di Indonesia sebesar 135

kasus per 100.000 penduduk. Sulawesi Utara menempati urutan ke-5 tertinggi setelah daerah

DKI, daerah Maluku dan daerah Papua.(infodatin) dalam hal ini juga dengan tingkat

keberhasilan penanganan kasus TB yang rendah yaitu sekitar 25% kasus.2

Tinggi-rendahnya Treatment success rate (TSR) dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya faktor pasien yaitu kepatuhan minum obat anti TB (OAT), faktor pengawasan

menelan obat (PMO) dan faktor ketersediaan serta kualitas obat sendiri dari setiap lembaga

kesehatan. Tahun 2000-2005 pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan kebijakan

penanggulangan kasus TB di Indonesia dengan strategi directly Observed Treatment Success-

rate (DOTS) yang mana pengobatan dan pemantauan secara berkala pengobatan TB di setiap

lembaga kesehatan primer dimana pemantauan pengobatan dilakukan oleh keluarga dan strategi

ini masih di implementasikan hingga saat ini.3

Gejala dan tanda klinis TB Paru umumnya dibagi menjadi 2 kategori antara lain gejala

respiratorik dan gejala sistemik. Gejala respiratorik yaitu; batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak

napas, nyeri dada. Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat

medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin

Page 2: damn RU

tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk

diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala sistemik antaralain yaitu demam subfebrile

yang mana dapat hilang dan kemudian muncul lagi (pasien tidak pernah bebas demam), malaise,

keringat malam, anoreksia dan penurunan berat badan.(papdi dan TB paru indonesia). Diagnosis

pasti atau gold standar seseorang dikatakan sebagai penderita TB paru adalah jika ditemukan

bakteri Mikobakterium Tuberkulosa pada sampel pemeriksaan (sputum atau biopsi).1,4. Pada

kesempatan ini akan dibahas kasus mengenai kasus TB paru relaps di RSUP Prof R D Kandou.

LAPORAN KASUS

Seorang Perempuan, Ny. LNH, usia 47 tahun, suku Minahasa, agama Kristen Protestan,

Kelurahan Teling Atas Lingkungan I, sudah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, datang ke

Instalasi Gawat Darurat Medik RSUP Prof. R.D. Kandou dan dirawat di Irina C5 tanggal 17

September 2015 dengan keluhan utama batuk darah ± ¼ gelas aqua, sejak 4 hari SMRS.

Pada anamnesis didapatkan batuk darah dialami oleh penderita sejak ± 4 hari SMRS,

dengan frekuensi 5-6 x/hari, lendir awalnya berwarna utih dengan adanya darah kurang lebih ¼

gelas aqua/ hari, lemah badan, batuk bersifat hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu disertai

dengan sesak napas terutama ketika batuk. Keringat malam hari dialami pasien walaupun tidak

melakukan aktifitas . Nafsu makan penderita menurun sejak beberapa minggu terakhir dengan

disertai penurunan berat badan sebanyak ±5 kg dalam 1 bulan terakhir. Panas badan dialami

pasien hilang timbul tanpa obat panas beberapa bulan terakhir. Penderita mengaku tidak

mengalami mual dan muntah. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Penderita

pernah menjalani pengobatan OAT selama 6 bulan hingga tuntas kurang lebih 13 tahun yang

lalu. Riwayat darah tinggi, asam urat, gula, penyakit hati, Paru, Jantung, Ginjal disangkal oleh

penderita. Riwayat sosial merokok dan alkohol disangkal. Hanya penderita yang mengalami

sakit seperti ini di dalam keluarga.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita tampak sakit sedang

dengan kesadaran compos mentis ( E4V5M6 ). Tekanan Darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali per

menit, reguler, isi cukup, kuat angkat, frekuensi pernapasan 24 kali per menit dan suhu badan

axilla 36, 4 ºC. Saturasi O2 98 %. Tinggi badan 160 cm, berat badan 60 kg, dan IMT 20,0 kg/m².

Pada pemeriksaan kulit didapatkan warna sawo matang, lapisan lemak tipis, tidak ada edema.

Pada pemeriksaan kepala didapatkan ekspresi tampak sakit, rambut tidak mudah dicabut,

Page 3: damn RU

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm, refleks

cahaya +/+, gerakan bola mata aktif. Pada pemeriksaan telinga tidak ditemukan tofi, lubang

normal, serumen tidak ada. Pada pemeriksaan hidung tidak didapatkan deviasi, sekret dan

perdarahan. Pada pemeriksaan mulut, foetor tidak ada, bibir tidak sianosis, gigi tidak ada caries,

lidah beslag tidak ada, mukosa basah, pembesaran tonsil tidak ada dan tidak hiperemis serta

faring tidak hiperemis. Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah

bening di leher, trakea letak tengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, tekanan JVP: 5±0 cm

H2O.

Pada pemeriksaan thoraks, inspeksi bentuk dada dan pergerakan dada tidak simetris,

dimana pergerakan dada kanan tertinggal, pada palpasi stem fremitus terdapat perbedaan pada

dada kiri dan kanan dimana dada kanan meningkat. Perkusi redup ditemuka pada paru kanan.

Auskultasi suara pernapasan vesikuler pada kedua paru dan terdengar rhonki kasar pada paru

kanan, wheezing (-). Pada pemeriksaan jantung didapatkan pada inspeksi iktus kordis tidak

nampak, pada palpasi iktus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra, pada perkusi

didapatkan batas jantung kiri di ICS V linea midclavicula sinistra, sedangkan batas kanan di ICS

IV linea parasternalis dextra, Auskultasi irama teratur, denyut jantung 80 kali per menit, tidak

ditemukan bising ataupun gallop pada pasien ini. Pada abdomen didapatkan inspeksi : datar;

palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium tidak ada, hepar dan lien tidak teraba, ballotement tidak

ada; perkusi : timpani, nyeri ketok CVA kiri dan kanan tidak ada; auskultasi : bising usus

normal. Pada pemeriksaan kelamin tidak terdapat kelainan. Pada ekstremitas superior didapatkan

kulit telapak tangan warna merah pucat, tidak terdapat tremor, tidak ada deformitas pada jari,

clubbing finger tidak ada, kuku tidak sianosis, tidak ada edema, otot eutrofi, tofi tidak ada,

bengkak pada sendi tidak ada, nyeri sendi tidak ada, gerakan sendi aktif normal dan pasif

normal, kekuatan otot 5/5. Pada pemeriksaan ekstremitas inferior, didapatkan tidak ada luka,

varises, jaringan parut, otot eutrofi, tophi tidak ada, bengkak pada sendi tidak ada, nyeri sendi

tidak ada, gerakan sendi aktif normal dan pasif normal, kekuatan otot 5/5, suhu raba hangat,

edema tidak ada. Pada pemeriksaan refleks didapatkan refleks fisiologis berupa refleks biseps,

triseps, patella, dan achilles (+) normal; sedangkan refleks patologis berupa refleks babinski,

brudzinski, kernig, dan laseque (-).

Dari hasil laboratorium tanggal 17 September 2015, pada pemeriksaan darah lengkap

leukosit 10800 /µL, eritrosit 4.49 x 106 /µL, trombosit 349.000 /µL, hemoglobin 13,2 g/dL,

Page 4: damn RU

hematokrit 38.8 % .Pada pemeriksaan darah lainnya didapatkan nilai ureum 23 mg/dL, kreatinin

0.6 mg/dL, natrium 140 mEq, kalium 3.90 mEq, klorida 109,0 mEq, SGOT 34 U/L, SGPT 40

U/L, GDS 96 mg/dL. Pada pemeriksaan radiologis (foto Thorax) tanggal 17 September 2015

didapatkan jantung dalam batas normal, fibrosis +, infiltrat +. Dari hasil pemeriksaan sputum

BTA 3x pada tanggal 02 Agustus 2015, didapatkan hasil yaitu negatif pada ketiga pemeriksaan

sputum.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, penderita

didiagnosis sebagai, hemoptoe et causa suspek Tuberkulosis Paru relaps

Tatalaksana awal yang dilakukan pada kasus ini yaitu pemberian O2 2-3 liter/menit

melalui nasal kanul, pemberian cairan intravena NaCl 0,9% 20 tetes/menit, Injeksi Asam

Tranexamat 3x 500 mg intavena, Injeksi Ranitidin 2x1 ampul intavena, Codein 3 x 20 mg tablet

per oral. Diet tinggi kalori tinggi protein.

Hari perawatan kedua ( 18 September 2015 ), penderita masih mengalami batuk darah

kurang lebih 30 cc . Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis.

Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, teratur, isi cukup, frekuensi pernapasan

24x/menit, suhu badan aksiler 36,5ºC. Pada pemeriksaan thoraks, inspeksi pergerakan dada

asimetris, palpasi stem fremitus paru kanan meningkat, perkusi hipersonor pada paru kanan,

auskultasi suara pernapasan vesikuler menurun dan ronkhi kasar pada kedua paru. Tatalaksana

pasien ini masih sama dengan hari yang pertama, dengan planning permeriksaan sputum BTA 3

kali, Pemeriksaan laboratorium asam urat, albumin, globulin, fosfat.

Hari perawatan ketiga ( 19 September 2015 ) ), penderita masih mengalami batuk darah

kurang lebih 30 cc. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis.

Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74x/menit, teratur, isi cukup, frekuensi pernapasan

20x/menit, suhu badan aksiler 36,5ºC. Pemeriksaan fisik lainnya masih sama seperti hari

sebelumnya. Tatalaksana sama seperti hari sebelumnya, ditambah dengan injeksi ceftriaxone 2x1

gram intravena.

Hari perawatan keempat ( 20 September 2015 ) penderita masih mengalami batuk,

dengan strip darah positif. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos

mentis. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, teratur, isi cukup, frekuensi pernapasan

20x/menit, suhu badan aksiler 36,5ºC. Tatalaksana sama seperti hari sebelumnya, ditambah

dengan ambroxol 30 mg tablet 3 x 1 per hari.

Page 5: damn RU

Hari perawatan kelima ( 21 September 2015 ) penderita masih mengalami batuk, dengan

strip darah positif. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis.

Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, teratur, isi cukup, frekuensi pernapasan

28x/menit, suhu badan aksiler 36,5ºC. Tatalaksana sama seperti hari sebelumnya, dengan

Nebulizer ventolin dan pulmicort per 8 jam.

Hari perawatan keenam (22 September 2015), batuk dengan strip darah negatif. Keadaan

umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 100/70 mmHg,

nadi 84x/menit, teratur, isi cukup, frekuensi pernapasan 20x/menit, suhu badan aksiler 36,5ºC.

Tatalaksana sama seperti hari sebelumnya.

Page 6: damn RU

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata KM, Setiohadi B, Syam AF. Ilmu penyakit

dalam. Ed. IV. Interna Publishing. Jakarta. 2014.

2. Infodatin. Pusat data dan Informasi kementerian kesehatan. 2015

3. Permenkes. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia tahun 2010-2014. 2010. p21.

4. Pedoman penatalaksanaan TB (lupa gan wkwkw)