DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan...

73

Transcript of DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan...

Page 1: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.
Page 2: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

Unit PembelajaranPROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN AUTISSEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

Melakukan Komunikasi Dua Arah

Penulis:dr. Ana Lisdiana, M.Pd

Penyunting:Drs. Haryana, M.Si

Desainer Grafis dan Ilustrator:TIM Desain Grafis

Copyright © 2019Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan KhususDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 3: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

3

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI_____________________________________________________3DAFTAR GAMBAR______________________________________________4DAFTAR TABEL________________________________________________4PENDAHULUAN________________________________________________5KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK_________________6

A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi_________________________________6

B. Indikator Pencapaian Kompetensi___________________________________________6

APLIKASI DI DUNIA NYATA____________________________________7A. Berkomunikasi dengan Anak Autis__________________________________________7

B. Kesulitan Mengungkapkan Keinginan Menyebabkan Tantrum___________8

BAHAN PEMBELAJARAN______________________________________10A. Aktivitas Pembelajaran_____________________________________________________10

Aktivitas 1: Mengucapkan Berbagai Kata Benda, Kata Kerja , dan Kata Sifat___12

Aktivitas 2: Mengucapkan Berbagai Kata Preposisi______________________________14

Aktivitas 3: Mengungkapkan Keinginan__________________________________________17

Aktivitas 4: Menjawab Pertanyaan________________________________________________19

Aktivitas 5: Memberi Komentar___________________________________________________21

B. Bahan Bacaan________________________________________________________________22

Tahapan Perkembangan Komunikasi Anak Autis________________________________22

Menetapkan Tujuan Komunikasi__________________________________________________23

Beri Anak Alasan untuk Berkomunikasi__________________________________________38

Mengajarkan Anak Menjawab Pertanyaan________________________________________42

PENGEMBANGAN PENILAIAN________________________________45KESIMPULAN_________________________________________________47UMPAN BALIK________________________________________________48DAFTAR PUSTAKA____________________________________________50

Page 4: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

4

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Fase I PECS______________________________________________________________18

Gambar 2 Contoh Papan Komunikasi____________________________________________19

Gambar 3 Contoh Buku Komunikasi______________________________________________19

Gambar 4 Contoh Kartu Tanya (5W+1H Question)______________________________19

Gambar 5 Mengembangkan Keterampilan Berkomunikasi_____________________25

Gambar 6 Enam Fase PECS________________________________________________________27

Gambar 7 Berkomunikasi dengan Menunjuk____________________________________36

Gambar 8 Isyarat Tangan “lagi”___________________________________________________37

Gambar 9 Respon Penolakan Anak_______________________________________________39

Gambar 10 Latihan Menyapa_____________________________________________________40

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kompetensi dan Target Kompetensi_____________________________________6

Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi_______________________________________6

Tabel 3. Disain Aktivitas Pembelajaran__________________________________________11

Page 5: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

5

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

PENDAHULUAN

Program kebutuhan khusus merupakan bentuk layanan yang diberikan

kepada Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) untuk mereduksi

hambatan yang diakibatkan oleh kekhususannya sehingga mereka dapat

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Program kebutuhan khusus bagi

peserta didik autis adalah pengembangan interaksi, komunikasi dan perilaku.

Hal tersebut sesuai dengan hambatan yang pada umumnya dimiliki oleh

peserta didik autis.

Unit ini disusun sebagai salah satu alternatif sumber bahan ajar bagi guru untuk

memahami unit pengembangan komunikasi peserta didik autis. Melalui

pembahasan materi yang terdapat pada unit ini, guru dapat memiliki dasar

pengetahuan untuk mengajarkan materi yang sama ke peserta didiknya yang

disesuaikan dengan indikator yang telah disusun, dan terutama dalam

memfasilitasi kemampuan peserta didik. Selain itu unit ini juga aplikatif untuk

guru sendiri sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-

hari.

Dalam rangka memudahkan guru mempelajari konten dan cara

mengerjakannya, di dalam unit dimuat kompetensi dan indikator pencapaian

kompetensi, bahan bacaan tentang pentingnya komunikasi pada kehidupan

sehari-hari, deskripsi alternatif aktivitas pembelajaran, bahan bacaan yang

dapat dipelajari untuk memperkaya wawasan guru, serta prosedur

pengembangan penilaian.

Komponen-komponen di dalam unit ini dikembangkan dengan tujuan agar

guru dapat dengan mudah memfasilitasi pembelajaran pengembangan

komunikasi peserta didik autis agar dapat mencapai kemampuan

berkomunikasi seoptimal mungkin.

Page 6: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

6

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KOMPETENSI DASAR DAN PERUMUSAN IPK

A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi

Subunit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan kompetensi yang

ditetapkan dalam Pedoman Program Pengembangan Kekhususan: Program

Pengembangan Interaksi, Komunikasi dan Perilaku Peserta Didik yang

dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan PKLK, Ditjen Dikdasmen,

Kemendikbud. Kompetensi dasar dan target kompetensi yang menjadi

sasaran dalam subunit pembelajaran ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi

No. Kompetensi Dasar Target KD

KD Keterampilan

4.1

2

Melakukan komunikasi dua arah

dengan benar.

Melakukan komunikasi dua arah

dengan benar.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK) KETERAMPILAN

4.12 Melakukan komunikasi dua arah dengan benar.

IPK Pendukung:

4.12.1 Mengucapkan berbagai kata benda, kata kerja, dan kata sifat.

4.12.2 Mengucapkan berbagai kata preposisi.

IPK Kunci:

4.12.3 Mengungkapkan keinginan

4.12.4 Menjawab pertanyaan (apa, siapa, di mana, sedang apa, bagaimana)

4.12.5 Mengomentari situasi atau kejadian

Page 7: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

7

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

APLIKASI DI DUNIA NYATA

A. Berkomunikasi dengan Anak Autis

Setiap manusia terlahir dengan kelebihan dan kekurangan yang setiap

individunya pasti berbeda. Dalam hal ini, kelebihan dan kekurangan itu juga

terdapat dalam diri seorang anak autis. Saat ini anak-anak autis masih saja

dipandang sebelah mata oleh khalayak. Cara pandang khalayak kepada anak-

anak autis memang tidak selalu buruk, namun masyarakat pada umumnya

merasa bahwa untuk berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan

mereka tidaklah mudah.

Hal ini disebabkan karena sedikitnya pengetahuan akan pentingnya cara

berkomunikasi yang tepat dengan anak-anak autis. "Menurut saya cara

berkomunikasi yang paling efektif terhadap anak-anak autis adalah

memahami bagaimana cara pertama kali mereka mengajak kita untuk

berinteraksi terlebih dahulu." ujar Ibu L seorang pengajar di SLB Negeri 5,

Jakarta.

Anak-anak autis biasanya dilihat dari dua segi permasalahan yang dialami

anak tersebut; segi verbal dan segi performa. Jika dilihat dari segi verbal

maka anak tersebut mengalami kesulitan di bidang interaksi sosial dan

komunikasi. Sedangkan jika dilihat dari segi performa maka anak tersebut

sulit memproses gambaran visualisasi atau menyelesaikan suatu

permasalahan.

“Pengunaan kalimat kiasan, abstrak, atau memiliki makna ganda harus

dihindari ketika berbicara dengan anak autis. Penyederhanaan kalimat juga

harus dilakukan agar mereka dapat mudah memahami ucapan kita. Hal ini

dapat kita lakukan dengan memberikan instruksi yang jelas terhadap

mereka. Dalam berkomunikasi dengan anak autis jangan menuntut merelka

Page 8: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

8

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

untuk memahami kita tapi sebaiknya kita yang harus memahami mereka,”

ucap seorang psikolog.

Sebagian dari anak autis memang cukup hiperaktif, namun dalam beberapa

konteks lainnya merasa bisa saja menjadi pasif dan menjadi begitu tidak peka

terhadap lingkungannya. Karena hal tersebutlah anak-anak penyandang autis

sulit dalam berinteraksi sosial. Sifat hiperaktif juga bisa dipicu dari pola

makan mereka, semakin banyak karbohidrat yang dikonsumsi semakin

hiperaktif pula perilaku mereka.

Ketangkasan anak penyandang autis untuk bisa beradaptasi dengan keadaan

lingkungan sekitarnya juga dapat dinilai dari IQ yang dimiliki anak tersebut.

Saat ini para ilmuwan di bidang psikologi menggolongkan hal tersebut

dengan istilah Autistic Spectrum Disorder (ASD) --berdasarkan DSM – 5

(Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders) fifth edition. Semakin

tinggi IQ yang dimiliki anak autis, semakin mudah dia menangkap maksud

seseorang dan belajar memahami keadaan sekelilingnya.

Dukungan dari orangtua yang bisa menerima dan memahami keadaan

anaknya akan memberi kemudahan bagi orang-orang di sekeliling si anak

untuk berkomunikasi dengannya. Karena melalui bimbingan orangtua, anak-

anak belajar untuk lebih bisa memahami dirinya dan orang-orang di

sekitarnya.

(sumber: https://m.fimela.com/beauty-health/read/3777787/tips-

berkomunikasi-dengan-anak-penyandang-autisme)

B. Kesulitan Mengungkapkan Keinginan Menyebabkan

Tantrum

Tantrum adalah ledakan amarah atau emosi akibat luapan energi yang tinggi

dan tidak sesuai dengan kecepatan berpikir saraf otak. Tantrum biasa dialami

Page 9: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

9

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

anak-anak. Gejalanya tidak hanya dialami anak-anak dengan kondisi normal.

Anak-anak berkebutuhan khusus (termasuk autis) juga bisa mengalami

tantrum. Biasanya, anak berkebutuhan khusus akan mengalami tantrum jika

kesal karena tidak dapat mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada

orang lain.

Faktor lain yang memicu tantrum pada anak berkebutuhan khusus ialah

keinginan yang tidak terpenuhi, tidak sabar menunggu orang lain memahami

keinginannya, serta rasa bosan. Rutinitas yang berubah dan sakit pada bagian

tertentu juga dapat menjadi penyebab.

Risiko terbesar yang mungkin terjadi saat anak berkebutuhan khusus

mengalami tantrum ialah ia dapat membahayakan diri dan orang lain.

Beberapa perilaku yang dapat membahayakan dirinya adalah membenturkan

kepala ke dinding, loncat dari tangga, lari ke jalanan, memecahkan atau

membanting barang barang berharga, menjatuhkan diri sendiri, serta

memukul kepala sendiri.

(Sumber: https://merahputih.com/post/read/jurus-jitu-mengatasi-tantrum-

pada-anak-berkebutuhan-khusus)

Dari kedua artikel di atas dapat tergambar pentingnya anak autis memiliki

keterampilan untuk berkomunikasi. Dengan memiliki kemampuan

berkomunikasi, anak akan mudah mengungkapkan keinginannya dan

terhindar dari rasa frustrasi yang dapat menyebabkan anak autis tantrum.

Dengan memiliki kemampuan berkomunikasi, orang-orang di sekitar anak

autis juga menjadi mudah memahami apa yang diinginkan anak sehingga

dapat memberikan respon yang sesuai.

Page 10: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

10

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

BAHAN PEMBELAJARAN

A. Aktivitas Pembelajaran

Bahan pembelajaran yang diuraikan di sini merupakan contoh panduan

pembelajaran yang dapat diimplementasikan oleh Saudara ketika akan

membelajarkan topik pengembangan komunikasi. Bahan pembelajaran

dikembangkan dengan prinsip berpusat pada peserta didik. Bahan

pembelajaran ini berisikan rincian aktivitas pembelajaran dan bahan bacaan

pendukungnya.

Peserta didik autis ada yang verbal (dapat berbicara) dan ada yang nonverbal

(tidak dapat berbicara). Kita tidak akan memaksakan peserta didik autis yang

nonverbal untuk berbicara, anak-anak ini dapat didorong untuk

menggunakan gambar, gesture atau isyarat untuk berkomunikasi. Ketika

peserta didik autis yang verbal diharapkan dapat mengucapkan kata, peserta

didik autis nonverbal diharapkan dapat memberikan kartu gambar,

melakukan gesture, atau menunjukan isyarat yang mewakili kata yang

dimaksud.

Sebelum melakukan aktivitas-aktivitas pengembangan komunikasi,

identifikasi terlebih dahulu kemampuan komunikasi anak saat ini. Aktivitas

komunikasi dua arah (aktivitas 3 dst) dapat dilakukan lebih efektif apabila

anak sudah dapat melabel objek, aktivitas, sifat, perasaan, dan memahami

preposisi. Apabila anak belum menguasai, lakukan terlebih dahulu aktivitas 1

dan atau aktivitas 2, baru melakukan aktivitas 3 dan seterusnya. Apabila

anak sudah menguasai, latihan dapat dilakukan langsung ke aktivitas 3.

Mata pelajaran program kekhususan di SDLB memiliki alokasi waktu 4 x 30

menit per minggu. Dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 2 pertemuan

per minggu @ 2 x 30 menit sesuai kebutuhan.

Page 11: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

11

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Tabel 3. Disain Aktivitas Pembelajaran

Indikator Pencapaian Kompetensi

Aktivitas PembelajaranAlokasi Waktu

4.12.1 Mengucapkan

berbagai kata benda,

kata kerja, dan kata

sifat.

1. Latihan mengucapkan

berbagai kata benda,

kata kerja, dan kata sifat.

4 x 30’

4.12.2 Mengucapkan

berbagai kata

preposisi.

2. Latihan mengucapkan

berbagai kata preposisi.

4 x 30’

4.12.3 Mengungkapkan

keinginan.

3. Latihan mengungkapkan

keinginan menggunakan

gambar.

4 x 30’

4.12.4 Menjawab pertanyaan

(apa, siapa, di mana,

sedang apa,

bagaimana).

4. Latihan menjawab

pertanyaan.

4 x 30’

4.12.5 Mengomentari situasi

atau kejadian.

5. Latihan mengomentari

situasi atau kejadian.

4 x 30’

Page 12: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

12

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Aktivitas 1: Mengucapkan Berbagai Kata Benda, Kata Kerja,

dan Kata Sifat

Tujuan

Anak mampu “mengucapkan” berbagai kata benda, kata kerja, dan kata sifat

Persiapan

Guru perlu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan agar anak mudah

memahami arti kata yang dimaksud. Selain itu, untuk memfasilitasi anak-

anak nonverbal, siapkan pula kartu yang terdiri dari gambar dan tulisan kata

yang mewakili gambar.

Prosedur Latihan

1. Identifikasi kata-kata yang akan dikenalkan kepada anak. Prioritaskan

pada kata-kata yang kemungkinan besar akan sering digunakan oleh

anak.

2. Kelompokkan menjadi kategori tertentu, misalnya makanan, pakaian,

tempat, orang, kegiatan, perasaan, dan kata sifat.

3. Simpanlah di depan anak dua atau tiga kartu gambar yang akan

dikenalkan pada anak.

4. Salah satu tangan guru memegang objek yang akan dikenalkan sambil

menyebutkan nama objeknya dan tangan satu lagi sebagai prompt

posisinya terbuka (posisi tangan meminta sesuatu). Diharapkan anak

memberikan gambar yang sesuai dengan objek itu ke guru.

5. Ulangi sampai tiga kali. Jika anak masih tidak bereaksi sesuai yang

diharapkan maka asisten dapat memberikan bantuan/prompt dengan

cara memegang tangan anak untuk meraih gambar objek yang sesuai dan

memberikannya pada tangan guru. Mintalah anak untuk melepas gambar

itu sambil mengucapkan kata yang mewakili objek, misal: “jeruk”.

Page 13: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

13

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

6. Dorong anak verbal untuk mencoba mengucapkan kata tersebut, bagi

anak nonverbal cukup dengan memberikan kartu yang sesuai.

7. Ulangi langkah-langkah tersebut sambil dicoba menghilangkan prompt

dari asisten dan guru.

8. Berikan penguatan positif kepada anak setiap kali dia melakukan dengan

benar, misal dengan mengatakan “hebat!” atau memberikan isyarat

dengan jempol.

9. Latihan dapat dilanjutkan pada objek selanjutnya jika respon anak benar

dan tidak membutuhkan prompt dari guru ataupun asisten.

10. Jika anak sudah mengenal tiga atau lebih objek, lakukan latihan dengan

menempatkan tiga objek sekaligus dan kartu gambar dalam posisi acak.

11. Minta anak untuk memasangkan kartu gambar dengan objek yang sesuai.

12. Lanjutkan terus aktivitas itu hingga anak dapat mendiskriminasi semua

gambar yang ditargetkan.

Catatan:

Saat mengenalkan kata kerja atau aktivitas, guru sebaiknya memeragakan

aktivitas tersebut atau membawa anak ke tempat terjadinya aktivitas, dan

mengenalkan kartu gambar yang sesuai dengan aktivitas tersebut. Jangan

lupa untuk tetap mengucapkan nama aktivitasnya.

Demikian juga saat mengenalkan kata sifat atau perasaan, peragakan

sehingga anak memahami kondisi tersebut dan kartu gambar atau kata apa

yang tepat mewakili sifat atau perasaan tersebut. Mengenalkan sifat dan

perasaan merupakan yang paling sulit karena sifatnya abstrak. Lakukan

dengan perlahan-lahan.

Page 14: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

14

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Aktivitas 2: Mengucapkan Berbagai Kata Preposisi

Tujuan

Anak mampu menentukan posisi benda dengan benda di sekitarnya (atas,

bawah, depan, belakang, samping) dan mengucapkannya.

Aktivitas ini merupakan salah satu aktivitas yang cukup sulit dipahami oleh

anak karena sifatnya abstrak. Dapat dikatakan abstrak karena satu benda

dapat berpindah dan dapat diletakkan di berbagai tempat dan posisi.

Yang paling penting dalam mengajarkan aktivitas ini adalah membuat latihan

ini menyenangkan. Gunakan objek yang disukai anak dan objek yang dapat

dengan jelas membedakan posisi (atas, bawah, depan, belakang, luar, dalam,

dsb). Gunakanlah satu objek terlebih dahulu saat pertama kali

memperkenalkan aktivitas ini. Apabila anak sudah menguasai dengan satu

objek, baru dapat diganti dengan objek yang lain. Apabila dengan beberapa

benda anak dapat memahami konsep preposisi ini, generalisasikan dengan

tempat yang lainnya.

Persiapan

Siapkanlah kartu gambar yang mewakili berbagai posisi benda, sebuah bola,

sebuah patung orang kecil, sebuah mobil-mobilan yang cukup besar, dan

sebuah kotak yang dapat dibuka tutup.

Prosedur Latihan

1. Perlihatkan dua buah kartu gambar yang menunjukkan satu benda pada

dua posisi yang berbeda, misal “di atas” dan “di bawah”.

2. Sambil menunjuk bendanya, sebutkan “di atas” kemudian “di bawah”.

Page 15: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

15

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Ulangi berkali-kali sampai dirasa anak paham konsep “di atas” dan “di

bawah”

3. Berikan beberapa pasang gambar yang menunjukkan benda yang

berbeda pada posisi yang sama.

4. Berikan perintah kepada anak “samakan… di atas” atau “samakan… di

bawah”. Berikan intonasi yang berbeda (lebih ditekankan) ketika

menyebutkan “di atas” atau “di bawah”.

Page 16: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

16

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

5. Berikan penguatan positif kepada anak setiap kali dia melakukan dengan

benar, misal dengan mengatakan “hebat!” atau memberikan isyarat

dengan jempol.

6. Lakukan berulang-ulang sampai anak tidak melakukan kesalahan.

7. Setelah anak menguasai konsep “di atas” dan “di bawah”, kenalkan

konsep posisi yang lain seperti “di depan”, “di belakang”, “di samping”, “di

luar”, dan “di dalam” dengan menggunakan langkah 2 s.d 5.

8. Setelah anak paham preposisi menggunakan gambar, sekarang gunakan

benda. Gunakan mobil-mobilan dan patung kecil untuk mengajarkan

konsep “di depan”, “di belakang” dan “di samping” dengan memposisikan

patung kecil di depan/belakang/samping mobil. Untuk mengenalkan

konsep “di dalam” dan “di luar”, gunakan box dan bola.

9. Setelah anak paham preposisi menggunakan gambar dan benda, gunakan

tubuh anak untuk memposisikan dirinya terhadap benda di sekitarnya.

10. Minta anak untuk melakukan berbagai posisi misalnya, “pergi ke bawah

meja”, “berdiri di atas kursi”, “lompat ke depan”, “lompat ke belakang”,

“lompat ke samping” dan sebagainya. Pada tahap awal berikan prompt

fisik kepada anak.

11. Lanjutkan latihan sampai anak dapat melakukan dengan benar tanpa

prompt.

12. Guru juga dapat mengajarkan gesture atau isyarat yang mewakili

proposisi tertentu, misal minta anak menunjuk ke atap ketika disebut

atas, atau menunjuk ke lantai ketika disebut bawah.

Page 17: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

17

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Aktivitas 3: Mengungkapkan Keinginan

Tujuan

Anak mampu meminta objek yang diinginkannya dengan menggunakan

gambar secara mandiri.

Persiapan

Siapkan berbagai gambar yang dapat mewakili keinginan anak dan benda

aslinya.

Prosedur Latihan

Fase I

1. Simpanlah di depan anak dua atau tiga objek yang disukai, sering

digunakan, dan sudah dikenal oleh anak.

2. Pada saat anak memilih objek tersebut biarkanlah ia memainkannya

untuk beberapa saat, kemudian guru utama mengambil objek itu.

Simpanlah objek itu, jangan sampai terlihat oleh anak.

3. Gantilah objek itu dengan gambarnya dan simpan gambar itu di depan

anak. Sementara salah satu tangan guru memegang objek yang diinginkan

oleh anak dan tangan satu lagi sebagai bantuan/prompt posisinya terbuka

(posisi tangan meminta sesuatu). Diharapkan anak memberikan gambar

objek itu ke guru. Reaksi anak mungkin akan berusaha untuk merebut

objek yang diinginkan dari guru, oleh karena itu asisten harus menjaga

agar anak tetap duduk. Reaksi seperti itu adalah reaksi yang tidak

diinginkan.

4. Jika anak bereaksi tidak sesuai yang diharapkan maka asisten dapat

memberikan prompt dengan cara memegang tangan anak untuk meraih

gambar objek dan memberikannya pada tangan guru. Mintalah anak

untuk melepas gambar itu sambil melabel perbuatan anak itu dengan

Page 18: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

18

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

mengatakan, misalnya: “Oh, kamu ingin main mobil-mobilan, ya!”

Kemudian segera berikanlah objek yang diinginkannya.

Gambar 1 Fase I PECS

Sumber: http://www.autismoutreach.ca/pecs_series

5. Biarkanlah anak beberapa saat memainkan objek itu. Kemudian ambil

lagi objek itu dan lakukan langkah 3) dan 4). Langkah-langkah itu terus

diulang sambil coba dihilangkan prompt dari asisten dan guru.

6. Berikan penguatan positif kepada anak setiap kali dia melakukan dengan

benar, misal dengan mengatakan “hebat!” atau memberikan isyarat

dengan jempol.

7. Latihan dapat dilanjutkan pada fase kedua jika respon anak benar dan

tidak membutuhkan prompt dari guru ataupun asisten.

(Langkah-langkah PECS fase 2 dst dapat dilihat pada Bahan Bacaan)

Pada akhir kegiatan, anak diharapkan dapat menjawab menggunakan

gambar ketika ditanya “Kamu ingin apa?” atau “Kamu mau apa?” Meskipun

demikian, yang paling penting adalah anak mampu mengungkapkan

keinginannya secara spontan tanpa harus dibantu pertanyaan lagi.

Page 19: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

19

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Gambar 2 Contoh Papan KomunikasiSumber: http://www.widgit.com

Gambar 3 Contoh Buku KomunikasiSumber: http://www.ebay.com

Aktivitas 4: Menjawab Pertanyaan

Tujuan

Anak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Prosedur Latihan

1. Siapkan kartu tanya.

Gambar 4 Contoh Kartu Tanya (5W+1H Question)

Page 20: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

20

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Jelaskan kaitan antara kata tanya dengan jawaban apa yang diharapkan.

Letakkan sebuah kartu tanya, misalnya “siapa” di atas meja, lalu jejerkan

kartu-kartu yang merujuk pada “orang” di bawahnya (ayah, ibu, kakak,

adik, kakek, nenek, bu guru, dsb). Pastikan anak sudah mengetahui arti

kartu-kartu tersebut.

3. Tanyakan kepada anak “siapa ini” sambil mengangkat kartu “siapa”

dengan tangan kiri sementara tangan kanan menunjuk diri sendiri (guru).

4. Berikan waktu kepada anak untuk menjawab. Apabila tidak ada reaksi,

ulangi pertanyaan sekali lagi.

5. Asisten dapat memberikan bantuan dengan mengarahkan tangan anak

untuk menunjuk gambar “bu guru” sambil mengatakan “bu guru”.

6. Ulangi sampai anak berhasil menunjukkan gambar yang benar tanpa

bantuan asisten.

7. Berikan penguatan positif kepada anak setiap kali dia melakukan dengan

benar, misal dengan mengatakan “hebat!” atau memberikan isyarat

dengan jempol.

8. Lakukan latihan dengan menunjukkan orang yang berbeda memakai

media foto keluarga untuk menanyakan anggota keluarga lainnya.

9. Lakukan latihan yang sama untuk kata tanya “apa”, “kapan”, dan “di

mana”.

10. Terakhir lakukan latihan untuk kata tanya “mengapa” dan “bagaimana”.

Pertanyaan ini cukup sulit karena dapat memiliki jawaban yang beragam.

Page 21: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

21

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Aktivitas 5: Memberi Komentar

Tujuan

Anak mampu berkomentar dan mengekspresikan perasaan

Persiapan

Membuat simbol “Menurut saya”, “Saya suka”, “Saya rasa”, dan lain-lain.

Prosedur Latihan

1. Ciptakan kesempatan agar anak berkomentar dalam aktivitas secara

alami, misalnya, saat istirahat, guru dapat membuat komentar “mmm,

Saya suka kue” (menggunakan kartu gambar milik anak), “Kamu suka

apa?”

Contoh yang lain “Saya senang”, “Bagaimana perasaanmu?”

2. Pada akhir kegiatan ini, diharapkan anak siap menggunakan gambar

untuk mengungkapkan komentar dan perasaannya.

3. Konsep warna/ukuran/lokasi dapat dipelajari oleh anak bersamaan

dengan mengungkapkan komentar atau perasaan. Anak tidak hanya

mengatakan “Saya ingin bola”, anak boleh menambahkan dengan “Saya

ingin bola merah”, atau “Saya ingin bola besar”, atau “Saya ingin bola

merah yang besar”. Konsep tersebut dapat diajarkan melalui format

struktur konteks secara alamiah.

Page 22: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

22

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Bahan Bacaan

Tahapan Perkembangan Komunikasi Anak Autis

Menurut Sussman (2001) komunikasi anak autis berkembang melalui empat

tahapan:

1. The Own Agenda Stage (Tahapan Asyik dengan Dunianya Sendiri)

Pada tahapan ini anak lebih suka bemain sendiri dan tampaknya tidak

tertarik pada orang-orang di sekitarnya. Kita harus memperhatikan gerak

tubuh dan ekspresi wajah anak agar dapat mengetahui keinginannya.

Anak seringkali mengambil sendiri benda-benda yang diinginkannya.

2. The Requester Stage (Tahapan Meminta)

Pada tahapan ini anak mulai menyadari bahwa tingkah lakunya dapat

mempengaruhi orang di sekitarnya. Bila menginginkan sesuatu, anak

biasanya menarik tangan kita dan mengarahkannya ke benda yang

diinginkannya. Sebagian anak telah mampu mengulangi kata-kata atau

suara tetapi bukan untuk berkomunikasi melainkan untuk menenangkan

dirinya dan juga anak mulai bisa mengikuti perintah sederhana tapi

responnya belum konsisten.

3. The Early Communication Stage (Tahapan Komunikasi Awal)

Pada tahapan ini anak telah menyadari bahwa ia dapat menggunakan

satu bentuk komunikasi tertentu secara konsisten pada situasi khusus.

Namun demikian, inisiatif berkomunikasi masih terbatas pada

pemenuhan kebutuhannya. Anak mulai memahami isyarat visual/gambar

komunikasi dan memahami kalimat-kalimat sederhana yang kita

ucapkan. Bila terlihat perkembangan bahwa anak mulai memanggil nama,

Page 23: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

23

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

menunjuk sesuatu yang diinginkan, atau melakukan kontak mata untuk

menarik perhatian, maka berarti anak sudah siap untuk melakukan

komunikasi dua arah.

4. The Partner Stage (Tahapan Komunikasi Timbal Balik)

Pada tahapan ini merupakan fase yang paling efektif yakni dua arah,

tetapi biasanya anak masih terpaku pada kalimat-kalimat yang telah

dihapalkan dan sulit menemukan topik pembicaraan yang tepat pada

situasi baru. Bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan untuk

berbicara, komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian

gambar atau menyusun kartu-kartu bertulis.

Menetapkan Tujuan Komunikasi

Agar peserta didik berhasil berkomunikasi, bantulah mereka untuk mencapai

empat tujuan berikut:

1. untuk berinteraksi dengan orang lain,

2. untuk berkomunikasi dengan cara yang baru,

3. untuk berkomunikasi karena alasan yang baru, dan

4. untuk memahami hubungan antara apa yang dikatakan dengan apa yang

terjadi di dunia ini.

Keempat tujuan ini tidak mungkin dicapai dalam sekali waktu. Pada suatu

saat, mungkin kita akan fokus pada bagaimana anak berkomunikasi dengan

membantunya beralih dari menggunakan gesture ke menggunakan kata. Di

saat lain, mungkin kita mendorong anak berkomunikasi dengan tujuan bukan

sekedar untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Kita dapat selalu memasukkan “interaksi” dan “pemahaman” di setiap

kegiatan yang kita lakukan bersama dengan anak. Bantu terus anak untuk

memahami hubungan antara apa yang Saudara katakan dengan apa yang

Page 24: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

24

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

terjadi. Kita harus selalu berusaha untuk menjalin hubungan dengan anak.

Perlu selalu diingat bahwa “komunikasi dimulai dari interaksi”.

Tujuan 1: Berinteraksi dengan Orang Lain

Ketika Saudara mendorong anak untuk berinteraksi, anak akan menemukan

bahwa ada kesenangan yang didapat saat berinteraksi dengan orang lain. Di

samping itu anak akan memahami bahwa ketika dia melakukan sesuatu, hal

tersebut akan berdampak terhadap orang lain. Anak juga akan belajar bahwa

komunikasi itu adalah pemainan dua arah.

Tujuan 2: Berkomunikasi dengan Cara yang Baru

Belajar komunikasi merupakan suatu perkembangan. Meskipun anak autis

tidak mengembangkan komunikasi seperti anak-anak pada umumnya, tetapi

mereka tetap mengikuti pola pembelajaran tertentu sebagaimana

digambarkan pada gambar berikut.

Bantu anak beralih dari menarik tangan Saudara ke benda yang diinginkan….

… ke menggunakan gambar…

Page 25: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

25

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

… atau menggunakan gesture. Dan jika mampu, dari menggunakan gambar atau gesture …

…ke menggunakan suara, dengan atau tanpa gambar…

… dan kemudian mengatakannya sendiri

Gambar 5 Mengembangkan Keterampilan BerkomunikasiSumber: diadaptasi dari Sussman, 2004

Alasan pertama anak memulai komunikasi adalah meminta apa yang

diinginkan dengan cara menarik atau mengarahkan orang dewasa menuju

benda yang dia inginkan. Langkah selanjutnya adalah mengajarkan cara lain

yang lebih efektif untuk melakukan hal tersebut. Ada beberapa cara yang

dapat dilakukan, misalnya menggunakan gambar, menunjuk sesuatu, atau

menggunakan isyarat tangan.

Page 26: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

26

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

a. Menggunakan Gambar

Picture Exchange Communication System (PECS) yang dikembangkan oleh

Lori Frost dan Andrew Bondy mengajarkan anak untuk meminta sesuatu

yang diinginkan dengan cara memberikan gambar objek untuk ditukar

dengan objek nyata yang diinginkan. Melalui pertukaran gambar ini, anak

mengembangkan symbolic thought, dia belajar bahwa sebuah gambar,

seperti halnya sebuah kata, mewakili sesuatu yang nyata. Keuntungan

lain dari pertukaran gambar adalah memaksa anak untuk berinteraksi.

Pada tahap awal pertukaran gambar, anak akan memerlukan bantuan

fisik untuk belajar bagaimana menukar gambar dengan apa yang dia

inginkan, misalnya kue atau mainan. Seiring waktu dia akan belajar

menukar gambar tanpa bantuan.

Berikut adalah beberapa keunggulan yang dimiliki oleh PECS:

1) Setiap pertukaran menunjukkan tujuan yang jelas dan mudah

dipahami. Pada saat tangan anak menunjukkan gambar atau kalimat,

maka dapat dengan cepat dan mudah permintaan atau pendapatnya

itu dipahami. Melalui PECS, anak telah diberikan jalan yang lancar dan

mudah untuk menemukan kebutuhannya.

2) Sejak dari awal, tujuan komunikasi ditentukan oleh anak. Anak-anak

tidak diarahkan untuk merespon kata-kata tertentu atau pengajaran

yang ditentukan oleh orang dewasa, akan tetapi anak-anak didorong

untuk secara mandiri memperoleh “jembatan” komunikasinya dan

terjadi secara alamiah. Guru atau pembimbing mencari apa yang anak

inginkan untuk dijadikan penguatan dan jembatan komunikasi dengan

anak.

3) Komunikasi menjadi sesuatu penuh makna dan tinggi motivasi bagi

anak autis.

Page 27: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

27

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

4) Material (bahan-bahan) yang digunakan cukup murah, mudah

disiapkan, dan bisa dipakai kapan saja dan dimana saja. Simbol PECS

dapat dibuat dengan digambar sendiri atau dengan foto.

5) PECS tidak membatasi anak untuk berkomunikasi dengan siapapun.

Setiap orang dapat dengan mudah memahami simbol PECS sehingga

anak autis dapat berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya

dengan keluarganya sendiri.

Terdapat 6 fase dalam menerapkan PECS.

Fase 1 Fase 2 Fase 3

Fase 4 Fase 5 Fase 6

Gambar 6 Enam Fase PECSSumber: www.pecsaustralia.com

Dalam pelaksanaan PECS ini, anak dibimbing oleh dua orang guru atau

pembimbing. Salah satunya sebagai pembimbing/guru utama, satunya

lagi sebagai asisten. Posisi guru utama berhadapan dengan anak,

sedangkan asisten berada dibelakang dekat anak. Guru utama bertugas

sebagai pembimbing untuk mengajarkan dan melakukan penukaran

gambar/berkomunikasi dengan anak. Asisten bertugas untuk

Page 28: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

28

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

memberikan bantuan (prompting) kepada anak dan membantu guru

utama menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Imandala (2009) menjelaskan fase-fase dalam PECS sebagai berikut.

1) Fase I

Tujuan: Anak mampu mengamati item/objek yang disajikan, anak

memilih salah satu gambar dari item itu, mengambil gambar itu dan

menyerahkannya pada guru atau pembimbing.

Pada fase ini tidak ada prompt verbal (misalnya: “Apa yang kamu

inginkan?” atau “Berikan gambar itu!”). Anak boleh belajar berbagai

gambar. Gambar yang bebeda boleh diajarkan jika gambar

sebelumnya sudah dikuasai.

Prosedur Latihan:

a) Simpanlah di depan anak dua atau tiga objek yang disukai, sering

digunakannya dan sudah dikenal oleh anak.

b) Pada saat anak memilih objek tersebut biarkanlah ia

memainkannya untuk beberapa saat, kemudian guru utama

mengambil objek itu. Simpanlah objek itu, jangan sampai terlihat

oleh anak.

c) Gantilah objek itu dengan gambarnya dan simpan gambar itu di

depan anak. Sementara salah satu tangan guru memegang objek

yang diinginkan oleh anak dan tangan satu lagi sebagai prompt

posisinya terbuka (posisi tangan meminta sesuatu). Diharapkan

anak memberikan gambar objek itu ke guru. Reaksi anak mungkin

akan berusaha untuk merebut objek yang diinginkan oleh guru,

oleh karena itu asisten harus menjaga agar anak tetap duduk.

Reaksi seperti itu adalah reaksi yang tidak diinginkan.

Page 29: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

29

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

d) Jika anak bereaksi tidak sesuai yang diharapkan maka asisten

dapat memberikan bantuan/prompt dengan cara memegang

tangan anak untuk meraih gambar objek dan memberikannya

pada tangan guru. Mintalah anak untuk melepas gambar itu sambil

melabel perbuatan anak itu dengan mengatakan, misalnya: “oh,

kamu ingin main mobil-mobilan, ya!”. Kemudian segera berikanlah

objek yang diinginkannya.

e) Biarkanlah anak beberapa saat memainkan objek itu. Kemudian

ambil lagi objek itu dan lakukan langkah 3) dan 4). langkah-

langkah itu terus diulang sambil coba dihilangkan

bantuan/prompt dari asisten dan guru.

f) Latihan dapat dilanjutkan pada fase kedua jika respon anak benar

dan tidak membutuhkan promptdari guru ataupun asisten.

2) Fase II

Tujuan: Anak berkomunikasi menggunakan buku/papan komunikasi,

menempel/menyimpan gambar, mampu berganti partner komunikasi,

dan menyerahkan gambar pada tangan partner komunikasinya.

Persiapan: Siapkanlah papan komunikasi untuk menempelkan atau

mengaitkan kartu gambar. Siapkanlah gambar ditempat yang mudah

dijangkau guru.

Tidak ada prompting verbal. Anak boleh belajar berbagai gambar.

Gambar yang bebeda boleh diajarkan jika gambar sebelumnya sudah

dikuasai. Posisi sebagai guru dan asisten bergantian, boleh juga

diganti oleh guru lain.

Prosedur Latihan:

Page 30: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

30

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

a) Tempelkan pada papan komunikasi gambar tertentu yang

mewakili keinginan anak.

b) Anak harus mengambil gambar dari papan itu dan

memberikannya kepada guru, kemudian guru memberikan apa

yang diinginkan anak. Guru memasang kembali gambar tersebut.

c) Jika anak tidak mengambil gambar di papan atau responnya salah

maka perlu promting (bantuan) dari asisten dengan cara

memegang tangan anak untuk meraih gambar dan

menyerahkannya pada tangan guru.

d) Apabila respon anak sudah benar maka perlebarlah sedikit-sedikit

jarak guru dengan anak. Sehingga anak akan bergerak/berjalan

keluar dari kursi menuju guru untuk menyerahkan gambar.

Segeralah guru memberikan objek yang diinginkannya. Guru

memasang kembali gambar.

e) Selanjutnya perlebar juga sedikit-sedikit jarak antara anak dengan

papan komunikasi.

f) Cobalah lakukan agar anak memasang kembali gambar yang telah

diberikan kepada guru. Jangan mengatakan “Tempel kembali

gambar ini!”

g) Apabila anak sudah konsisten dan mandiri bisa mengambil

gambar dan menyerahkannya kepada guru maka lanjutkanlah

pada fase III.

3) Fase III

Tujuan: Anak mampu meminta objek yang diinginkannya dengan cara

bergerak menuju papan komunikasi kemudian memilih gambar

Page 31: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

31

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

tertentu yang mewakili keinginannya dan menyerahkan gambar itu ke

guru atau partner komunikasinya.

Persiapan: Tempellah dua gambar pada papan komunikasi, termasuk

gambar objek yang diinginkan oleh anak. Gambar yang tidak mewakili

keinginan anak harus benar-benar bertolak belakang dengan

keinginannya (misalnya anak ingin snack dipasang pula gambar

sepatu, atau baju, dll).

Tidak ada prompt verbal. Anak boleh belajar berbagai gambar.

Gambar yang bebeda boleh diajarkan jika gambar sebelumnya sudah

dikuasai. Posisi sebagai guru dan asisten bergantian, boleh juga

diganti oleh guru lain. Lokasi gambar yang diingankan pada papan

komunikasi harus berubah-ubah, sehingga mendorong anak untuk

mengidentifikasi dan mengamati.

Prosedur Latihan:

a) Pasanglah pada papan komunikasi satu gambar objek yang

diinginkan dan gambar objek lain yang tidak diinginkannya.

b) Awalnya pasangkan gambar objek yang diinginkan dengan objek

kongkritnya (dengan cara menempatkan gambar diantara objek

dan anak).

c) Kemudian secepatnya ambil/pindahkan objek kongkrit dan hanya

gambar objek yang ada di hadapan anak.

d) Kembali ke papan komunikasi. Jika anak memilih gambar objek

yang tidak diinginkannya, bantulah ia untuk mengambil gambar

yang sesuai dengan yang diinginkan, sambil mengatakan “Kalau

kamu mau kue, kamu minta kue”. Kalau kesalahan itu terus terjadi

berarti tidak benar-benar menginginkan objek yang diinginkan itu.

Page 32: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

32

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

e) Untuk meyakinkan hubungan antara gambar objek dengan objek

yang diinginkan, melalui cara memberikan langsung objek yang

diinginkan ketika anak menyerahkan gambar objek yang

diinginkan. Kemudian amati apakah anak menolak atau tidak. Cara

seperti itu, dapat pula untuk melihat apakah anak sudah memiliki

atau belum, konsep hubungan antara gambar dengan objek yang

diinginkannya.

f) Langkah-langkah di atas menyebabkan anak belajar

memperhatikan gambar dan melakukan diskriminasi terhadap

gambar-gambar itu. Lalu, mulailah menambahkan gambar-gambar

lain sehingga anak belajar berbagai permintaan melalui berbagai

gambar pula.

g) Lanjutkan terus aktifitas itu hingga anak dapat mendiskriminasi 1

– 20 gambar.

h) Pada poin ini guru dapat mengembangkan tema-tema pada papan

komunikasi ini dan bisa ditempel di dinding atau buku.

i) Anak dapat melanjutkan ke fase IV bila anak sudah mampu

membedakan (mendiskriminasi) berbagai gambar dan mampu

meminta melalui gambar objek yang diinginkan diantara

sekelompok gambar lain.

4) Fase IV

Tujuan: Siswa mampu meminta objek yang diinginkan dengan atau

tanpa ada gambar objeknya disertai penggunaan frase multi-kata

sambil membuka buku kompilasi gambar, kemudian mengambil

gambar/simbol “Saya ingin” atau “Saya mau”, lalu gambar/simbol itu

diletakan pada papan kalimat, selanjutnya anak mengambil gambar

objek yang diinginkan dan diletakan disebelah kanan simbol “Saya

Page 33: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

33

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

ingin”. Susunan gambar tersebut diserahkan kepada guru atau

pasangan komunikasinya. Di akhir fase ini, diharapkan anak dapat

menggunakan 20 – 50 gambar dalam berkomunikasi dan

bekomunikasi dengan berbagai partner (pasangan).

Persiapan: Sediakan papan kalimat dan siapkan gambar/simbol “Saya

ingin” atau “Saya mau”.

Tidak ada prompt verbal. Teruskan menguji pemahaman anak tentang

hubungan antar gambar dengan yang diinginkannya. Lanjutkan pula

dengan berbagai aktivitas dengan berbagai partner komunikasi.

Prosedur Latihan:

a) Simpanlah simbol “Saya ingin” pada papan kalimat.

b) Bimbinglah anak untuk menempatkan gambar objek yang

diinginkan disebelah kanan simbol “Saya ingin”.

c) Mintalah anak untuk menyerahkan susunan gambar itu kepada

guru, sambil guru membacakan keinginan anak “Saya ingin ....”

(ada jeda diharapakan anak mengulangi ucapan guru atau mengisi

jeda itu).

d) Apabila siswa sudah konsisten mampu melakukan ini, pasanglah

terus simbol “Saya ingin” pada papan kalimat.

e) Pada saat siswa menginginkan sesuatu, bimbinglah ia

menempatkan simbol “Saya ingin”, kemudian bimbinglah anak

untuk menempatkan gambar objek yang diinginkannya di sebelah

kanan simbol “Saya ingin”.

f) Lanjutkan terus latihan ini hingga anak mampu melengkapi

langkah-langkah latihan secara mandiri.

Page 34: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

34

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

g) Mulai jauhkan dari pandangan anak objek yang diinginkannya.

5) Fase V

Tujuan: Anak mampu secara spontan meminta objek yang diinginkan

melalui gambar dan dapat menjawab dengan gambar pertanyaan “Apa

yang kamu inginkan?” atau “Kamu mau apa?”

Prosedur Latihan:

a) Pada fase ini, anak dapat secara mandiri menggunakan simbol

“Saya ingin” atau “saya mau” diikuti gambar objek yang diinginkan.

b) Idealnya, untuk mengungkapkan pada yang anak inginkan, ia tidak

perlu dibantu dengan pertanyaan “Apa yang kamu inginkan?”

Namun hal itu tidak bisa dielakkan lagi, bahwa orang akan selalu

mengatakan itu. Oleh karena itu fase ini mengajarkan anak untuk

merespon pertanyaan itu.

c) Meskipun demikian yang paling penting adalah anak mampu

mengungkapkan keinginannya secara spontan tanpa harus

dibantu pertanyaan lagi.

6) Fase VI

Tujuan: Anak mampu berkomentar, mengekspresikan perasaan, suka

dan tidak suka, dll.

Persiapan: Membuat simbol “Menurut saya”, “Saya suka”, “Saya rasa”,

dan lain-lain.

Page 35: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

35

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Guru juga menggunakan kartu gambar untuk berkomunikasi dengan

anak. Hal itu akan menjadi model untuk penggunaan fungsi-fungsi

komunikasi.

Prosedur Latihan:

a) Ciptakan kesempatan agar anak berkomentar dalam aktivitas secara

alami, misalnya, saat jam istirahat, guru dapat membuat komentar

“mmm, Saya suka kue” (menggunakan kartu gambar milik anak), “Apa

yang kamu sukai?” Contoh yang lain “Saya bahagia”, “Bagaimana

Perasaan mu?”

b) Akhir dari fase ini, diharapkan siswa siap menggunakan gambar untuk

mengungkapkan komentar dan perasaannya kepada siapa pun,

meskipun harus membawa buku/papan komunikasi kemana-mana.

c) Konsep warna/ukuran/lokasi dapat dipelajari oleh anak bersamaan

dengan mengungkapkan komentar atau perasaan (anak tidak hanya

mengatakan “Saya ingin bola”, anak boleh menambahkan dengan

“Saya ingin bola merah”, atau “Saya ingin bola besar”, atau “Saya ingin

bola merah yang besar”). Konsep tersebut dapat diajarkan melalui

format struktur konteks secara alamiah.

Demikianlah cara penerapan PECS untuk anak autis. Dari fase I sampai VI

selalu diawali dengan apa yang anak inginkan. Jika pembelajaran dimulai

dari yang anak suka atau inginkan maka tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai pun akan mudah dikuasai oleh anak.

Ada kemungkinan anak menolak untuk melakukan pertukaran gambar,

misalnya karena mengalami kesulitan untuk memegang kartu gambar

atau mungkin tidak tertarik dengan gambar. Pada kondisi demikian, alih-

Page 36: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

36

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

alih menggunakan gambar, Saudara dapat mengajarkan anak untuk

menukar benda dengan sesuatu yang dia inginkan. Misalnya, ajarkan anak

memberikan gelas pada saat dia ingin minum.

b. Menunjuk Gambar

Menunjuk gambar merupakan alternatif dari pertukaran gambar jika

anak sudah mulai berkomunikasi dengan sengaja. Namun, cara ini jangan

dulu diajarkan pada anak apabila anak belum bisa mengalihkan

pandangannya dari benda yang diinginkan ke orang yang dimintai

bantuan. Beberapa anak mempelajari pertukaran gambar terlebih dahulu

baru belajar menunjuk gambar.

Gambar 7 Berkomunikasi dengan MenunjukSumber: diadaptasi dari Sussman, 2004

c. Menggunakan Isyarat Tangan

Anak juga dapat berkomunikasi dengan menggunakan isyarat tangan.

Metode komunikasi ini jarang dipakai oleh anak autis karena sulit bagi

anak autis untuk meniru gerakan isyarat terutama yang memiliki

gangguan perencanaan motorik.

Page 37: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

37

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Namun, mempelajari satu atau dua isyarat tangan dapat membantu anak

memberikan pesan penting pada tahap awal komunikasi. Saudara dapat

mengajarkan beberapa isyarat khusus yang mungkin akan sering

digunakan anak, misalnya “makan” atau “minum”. Atau, Saudara dapat

mengajarkan isyarat yang lebih umum seperti “lagi” atau “berhenti” yang

dapat digunakan dalam berbagai situasi.

Gambar 8 Isyarat Tangan “lagi”Sumber: www.communicationbyhand.com

d. Menggunakan Gabungan Beberapa Metode

Ketika anak baru mulai berkomunikasi, dia bisa menggunakan gabungan

dari metode-metode di atas. Misalnya, dia bisa menggunakan gambar saat

meminta kue, atau menggunakan isyarat tangan untuk mengatakan “ingin

lagi”.

Tujuan 3: Berkomunikasi untuk alasan yang baru

Apabila anak belum mulai berkomunikasi dengan disengaja, kita dapat

mengubah kegiatan yang dia lakukan menjadi bentuk komunikasi yang

disengaja. Ketika anak berupaya untuk mengambil mainannya sendiri, ajari

dia untuk meminta bantuan. Ketika anak sudah mulai dapat meminta apa

Page 38: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

38

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

yang dia inginkan, dorong anak untuk melakukan komunikasi lebih, bukan

sekedar meminta, misalnya untuk menjawab pertanyaaan atau untuk

sekedar mengucapkan “hai” atau “halo”. Ketika anak sudah mulai menguasai

keterampilan komunikasi ini, ciptakan situasi baru yang memungkinkan anak

untuk berlatih melakukan komunikasi tersebut.

Dengan kata lain, dorong anak untuk mengubah komunikasi yang tidak

disengaja menjadi komunikasi yang disengaja. Bantu anak untuk

berkomunikasi tidak sekedar melakukan permintaan menjadi komunikasi

sosial.

Tujuan 4: Memahami Hubungan Antara Apa yang Dikatakan Dengan Apa

yang Terjadi

Satu-satunya cara untuk membantu anak memahami apa yang kita katakan

adalah dengan membuat apa yang kita katakan berarti bagi anak. Dia harus

familiar dulu dengan orang, benda, dan tindakan dalam sebuah situasi, baru

dia dapat memahami apa yang kita katakan. Kata-kata di luar konteks tidak

akan berarti apa-apa. Agar anak dapat memahami, anak harus terlibat aktif

dalam situasi di mana kata-kata tersebut digunakan dan mendengarkan kata-

kata tersebut berulang-ulang.

Beri Anak Alasan untuk Berkomunikasi

Ada kecenderungan untuk menempatkan segala sesuatu yang dibutuhkan

anak berada dalam jangkaunnya. Misalnya, mainan favorit anak sengaja

ditempatkan di laci paling bawah atau menempatkan snack kesukaan anak di

tepi meja agar anak mudah meraihnya. Tetapi, apabila segala sesuatu yang

diinginkan anak mudah untuk dia dapat, maka dia tidak memiliki alasan

untuk memulai berkomunikasi. Oleh karena itu kita perlu menciptakan

berbagai situasi yang mendorong atau memaksa anak untuk memulai

komunikasi.

Page 39: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

39

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Berikut beberapa tips dalam menciptakan situasi agar anak terdorong untuk

berinteraksi dan memulai komunikasi untuk berbagai alasan, seperti

meminta, menolak, menyapa, berkomentar, dan membuat pilihan.

1. Membantu Anak Membuat Permintaan

a. Tempatkan mainan kesukaan anak di tempat yang terlihat oleh anak

tetapi sulit untuk diraih atau tempatkan makanan kesukaan anak di

toples bening yang sulit untuk dibuka. Ketika menemui kesulitan,

anak akan terdorong untuk mendatangi Saudara dan meminta

bantuan.

b. Berikan anak mainan yang agak sulit dioperasikan atau dimainkan,

misalnya bola gelembung, kotak musik, gasing, balon, dan sebagainya.

Anak diharapkan akan meminta bantuan Saudara untuk

memainkannya.

c. Berikan sedikit demi sedikit. Misalnya, tuangkan jus ke gelasnya

dalam jumlah sedikit, dengan melakukan hal ini Saudara menciptakan

peluang agar anak mau mengomunikasikan keinginnannya untuk

meminta lebih banyak.

2. Membantu Anak Mengatakan “tidak”, “cukup”, atau “stop”

a. Tawarkan makanan, minuman, atau mainan yang tidak disukai anak

dalam rangka memberi kesempatan anak untuk mengatakan “tidak!”

Page 40: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

40

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 9 Respon Penolakan AnakSumber: www.childrens.com

b. Biarkan anak menghentikan aktivitas sendiri. Tunggulah sampai anak

merasa bosan dan menyatakan bahwa dia merasa sudah cukup atau

ingin berhenti baik itu dengan ekspresi wajah, isyarat, ataupun kata-

kata. Misalnya, teruslah mendorong anak di ayunan sampai dia lelah

main ayunan, memainkan satu permainan berulang-ulang atau

berikan satu mainan untuk dimainkan dalam waktu yang lama, dan

goda anak dengan memperlihatkan permainan lain yang disukainya.

3. Membantu Anak Menyapa atau Mengatakan Ucapan Berpisah

a. Gunakan boneka tangan untuk mengajarkan cara menyapa atau

mengucapkan perpisahan pada anak. Pasang boneka tangan di tangan

kiri, lalu sembunyikan di bawah meja atau di balik punggung.

Panggillah nama boneka tersebut (misal, Unyil!). Keluarkan boneka

tangan, lalu lambaikan tangan padanya sambil mengatakan “Hai!”

Ulangi berkali-kali dan dorong anak untuk melambaikan tangan atau

mengatakan “Hai!” Terakhir, munculkan boneka dan tunggu sampai

anak melambaikan tangan atau berucap dengan sendirinya.

b. Ajaklah anak berdiri dekat jendela. Lambaikan tangan dan katakan

“hai” setiap ada orang yang lewat. Suatu ketika, diamlah saat ada yang

lewat dan tunggu respons anak, bantu anak untuk melambaikan

Page 41: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

41

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

tangan dan bimbing untuk mengucapkan “hai”. Latihkan sampai anak

dapat menyapa sendiri tanpa bantuan.

Gambar 10 Latihan Menyapa Sumber: www.masterfile.com

4. Membantu Anak Berkomentar

Ketika anak selalu melakukan sesuatu dengan cara yang sama, Saudara

sebaiknya melakukan sesuatu yang di luar dugaan. Perubahan terhadap

rutinitas mendorong anak untuk bereaksi terhadap kejutan tersebut dan

mungkin mau mengkomunikasikannya. Berikut beberapa contoh dalam

keseharian yang dapat dilakukan sebagai sebuah kejutan:

a. Tempatkan mainan baru yang merupakan kesukaan anak di laci atau

loker miliknya dan tunggu sampai anak menemukan kejutan itu. Jika

anak tidak berkomentar seperti yang diharapkan, berikan prompt

dengan mengucapkan “Kejutan…!” atau “Menemukan sesuatu?”

b. Ketika waktunya membaca buku, sebelumnya sisipkan gambar atau

foto di dalam buku. Tunggu anak bereaksi saat menemukan foto itu.

c. Berikan sesuatu yang berbeda. Ajak anak bermain dengan mainan

yang terdiri dari banyak bagian, misalnya puzzle atau blok. Berikan

Page 42: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

42

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

beberapa sekaligus. Kemudian berikan satu yang benar-benar

berbeda, dan tunggu bagaimana anak bereaksi.

d. Pura-pura tidak tahu. Ketika Saudara bertindak seolah-olah tidak

mengetahui di mana suatu benda berada, Saudara dapat mencarinya

bersama-sama dengan anak. Anak mungkin mengatakan atau

melakukan sesuatu yang baru dalam situasi yang tidak biasa seperti

ini.

e. Lakukan sesuatu yang “bodoh”. Anak akan senang jika orang dewasa

melakukan kesalahan. Lakukan hal yang “bodoh” dan anak akan

memberi perhatian untuk itu. Misalnya, taruh kaca mata Saudara di

atas kepala, dan bertindaklah seolah-olah Saudara bingung mencari

kaca mata.

f. Ajak anak duduk di dekat jendela. Dan tunjukkan sesuatu yang

Saudara lihat dengan antusias. “Lihat, ada truk!” “Lihat, itu kucing!”

Lalu suatu saat melihat sesuatu, lakukan ekspresi akan mengatakan

sesuatu tetapi tidak, tunggu anak untuk menunjuk atau

mengomentari.

5. Membantu anak membuat pilihan

a. Mulailah dengan pilihan yang mudah. Yang paling mudah bagi anak

adalah ketika harus memilih sesuatu yang dapat dia lihat, yang satu

benda yang dia sukai dan yang lainnya yang tidak disukai. Perlihatkan

kedua benda tersebut di hadapan anak.

b. Tawarkan pilihan yang disukai anak di akhir. Pada saat awal anak

belajar membuat pilihan, anak biasanya memilih apa yang terakhir

ditawarkan. Dia melakukan ini karena itulah yang terakhir dia lihat,

sama halnya ketika anak echolali, dia akan menyebutkan apa yang

terakhir dia dengar.

Page 43: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

43

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

c. Selanjutnya, tawarkan pilihan yang disukai anak di awal. Hal ini

sekaligus untuk mengkonfirmasi apakah anak tersebut benar

membuat pilihan atau sekedar menyebutkan apa yang terakhir dia

dengar atau terakhir dia lihat. Perhatikan respons anak ketika

diberikan benda pilihannya, apakah dia suka atau sebaliknya.

Mengajarkan Anak Menjawab Pertanyaan

Banyak anak autis yang mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan.

Orang tua sering melaporkan bahwa anak mereka "tahu jawabannya tetapi

tidak mengerti pertanyaannya." Sebagai contoh, anak mungkin dapat

menunjuk warna (reseptif) dan melabel warna (ekspresif), tetapi ketika

ditanya, "Warna apa?" anak merespons dengan menyebutkan nama objek

tersebut.

Ketika kita mengajar seorang anak untuk menjawab pertanyaan, kita harus

"menghubungkan" jenis pertanyaan dengan jawaban mereka. Kita harus

yakin bahwa anak dapat membedakan jawaban yang diperlukan untuk

pertanyaan tertentu.

Anak biasanya sudah memiliki banyak pengalaman dengan pertanyaan.

Sayangnya, riwayat belajar yang paling umum terjadi adalah bahwa anak

telah "belajar" untuk TIDAK menjawab pertanyaan! Orang tua, pengasuh

anak dan yang lainnya biasanya mulai mengajukan pertanyaan kepada anak-

anak ketika mereka masih kecil. Jika anak tidak tahu bagaimana menjawab,

pahamilah bahwa mereka memang tidak tahu!

Orang-orang yang mengajukan pertanyaan sering tidak tahu bagaimana

membantu atau mengajarkan anak untuk menjawab pertanyaan sehingga

ketika anak itu tidak menjawab, mereka tidak melakukan apa-apa. Ketika

penguatan (reinforcement) terjadi setelah anak tidak menjawab pertanyaan,

hal itu meningkatkan kemungkinan bahwa di masa depan anak tidak akan

Page 44: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

44

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

menjawab pertanyaan saat dia ditanya! Misalnya, katakanlah seorang anak

berada di tempat penitipan anak dan gurunya bertanya, "Apa yang kamu

lakukan?" Jika anak tersebut tidak mengetahui jawabannya, ia mungkin

mengabaikan guru itu. Respons tipikal terhadap pengabaian ini adalah guru

bertanya lagi, sedikit lebih keras. Sekali lagi, anak tersebut tidak mau

menanggapi. Guru mungkin mengajukan pertanyaan lagi, dengan sedikit

nada kesal dalam suaranya. Anak tersebut mungkin akan merasa interaksi ini

sangat tidak menyenangkan! Akhirnya, guru mungkin "menyerah" dan

berjalan menjauh dari anak itu.

Ketika interaksi yang tidak menyenangkan ini "hilang" saat guru pergi,

penguatan negatif dapat terjadi. Hal ini akan mengakibatkan anak merespons

dengan cara yang sama pada saat dia ditanya. Karena dari pengalaman

sebelumnya anak menemukan "interaksi terkait pertanyaan" ini tidak

menyenangkan, ia mungkin berusaha menghindari situasi tersebut. Jadi,

ketika lain kali seseorang bertanya kepadanya, dia mungkin akan pergi.

Untuk menghindari agar kejadian seperti ini tidak terjadi, lebih baik jangan

menanyakan kepada anak-anak pertanyaan yang mereka tidak tahu

jawabannya. Ketika pertanyaan diajukan, anak tersebut harus diajari untuk

menjawab secara tepat dengan cara diberi tahu, dibantu, dan dibetulkan.

Penting untuk dipahami bahwa pertanyaan menjadi bagian dari rangkaian

kondisi stimulus yang menentukan respons mana yang tepat. Kata tanya

berkaitan erat dengan jenis jawabannya. Sebagai contoh, jika seorang anak

telah diajarkan untuk melabeli objek, dia diajarkan untuk menjawab dengan

nama objek ketika ia mendengar kata "Apa" sebagai bagian dari pertanyaan.

Kemudian, ketika diajarkan tentang tindakan atau aktivitas, anak harus

membedakan antara "Apa" dan "Sedang apa" atau “Apa yang …. lakukan”

sebagai bagian dari pertanyaan untuk menjawab dengan benar. Untuk alasan

ini, disarankan agar guru berhati-hati dalam memberikan pertanyaan untuk

memastikan anak dapat merespons stimulus yang dalam pertanyaan.

Page 45: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

45

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

PENGEMBANGAN PENILAIAN

Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu

penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu

kompetensi tertentu. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala

penilaian.

Contoh Instrumen Observasi 1

Nama : …………………………………………………

Kelas : …………………………………………………

Tanggal : …………………………………………………

No. Aspek yang diamati 0 1 2

Page 46: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

46

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

1. Menarik/mendorong ke arah objek yang diinginkan.

2. Mengungkapkan keinginan dengan gesture dan ekspresi wajah.

3. Menunjuk pada benda yang diinginkan tetapi tidak melihat lawan bicara.

4. Menunjuk pada benda yang diinginkan lalu melihat ke lawan bicara.

5. Dapat berkomunikasi menggunakan gambar.

6. Dapat membuat suara.

7. Dapat mengucapkan kata.

8. Dapat mengucapkan kalimat.

9. Dapat menjawab pertanyaan.

10. Dapat memberikan komentar.

Keterangan:0 : tidak dapat melakukan1 : dapat melakukan dengan bantuan2 : dapat melakukan secara mandiri

Page 47: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

47

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

Contoh Instrumen Observasi 2

Nama : …………………………………………………

Kelas : …………………………………………………

Tanggal : …………………………………………………

No. Aspek Pengamatan Deskripsi*

1. Pelabelan objek/benda

2. Pelabelan aktivitas/kegiatan

3. Pelabelan kata sifat

4. Memahami preposisi

*) Diisi dengan kata-kata yang sudah dikuasai anak

Page 48: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

48

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KESIMPULAN

Program kebutuhan khusus merupakan bentuk layanan yang diberikan

kepada Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) untuk mereduksi

hambatan yang diakibatkan oleh kekhususannya sehingga mereka dapat

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Program kebutuhan khusus bagi

peserta didik autis adalah pengembangan interaksi, komunikasi dan perilaku.

Hal tersebut sesuai dengan hambatan yang pada umumnya dimiliki oleh

peserta didik autis.

Unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan kompetensi yang

ditetapkan dalam Pedoman Program Pengembangan Kekhususan: Program

Pengembangan Interaksi, Komunikasi dan Perilaku Peserta Didik yang

dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan. Unit ini dikembangkan berdasarkan

Kompetensi 4.12 yaitu “Melakukan komunikasi dua arah”. Kompetensi ini

kemudian dijabarkan menjadi tiga indikator kunci yaitu 1) mengungkapkan

keinginan, 2) menjawab pertanyaan, dan 3) mengomentari situasi atau

kejadian.

Aktivitas-aktivitas dan instrumen penilaian yang disediakan dalam unit ini

hanya merupakan contoh. Saudara diharapkan dapat mengembangkan

aktivitas pembelajaran dan instrumen penilaian sesuai dengan kondisi

peserta didik autis yang Saudara hadapi di sekolah.

Page 49: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

49

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

UMPAN BALIK

Dalam rangka mengetahui pemahaman Saudara terhadap unit ini, isilah

lembar persepsi pemahaman di bawah ini. Berdasarkan hasil pengisian

instrumen tersebut, Saudara dapat mengetahui posisi pemahaman beserta

umpan baliknya. Isilah lembar persepsi diri ini dengan objektif dan jujur

dengan memberikan tanda silang (X) pada kriteria yang menurut Saudara

tepat.

Lembar Persepsi Pemahaman Unit

No AspekKriteria

1 2 3 4

1. Memahami semua indikator yang telah dikembangkan di unit ini dengan baik.

2 Mampu menghubungkan konten dengan fenomena kehidupan sehari-hari.

3 Memahami bahwa aktivitas pembelajaran yang disusun dapat menggambarkan kompetensi peserta didik.

4 Memahami tahapan aktivitas pembelajaran yang disajikan dengan baik.

5 Mampu mengaplikasikan aktivitas pembelajaran di dalam kelas dengan baik.

6 Mampu mengembangkan desain pembelajaran pengembangan komunikasi pada peserta didik autis.

8 Memahami konten secara menyeluruh dengan baik.

9 Memahami prosedur penyusunan instrumen penilaian pembelajaran sesuai indikator.

10. Memahami cara mengolah penilaian pengembangan komunikasi pada peserta didik autis.

Jumlah

Jumlah Total

Page 50: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

50

Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Keterangan1 = tidak menguasai2 = cukup menguasai3 = menguasai4 = sangat Menguasai

Pedoman Penskoran

Skor = Jumlah Total X 100 40

Keterangan Umpan Balik

Skor Umpan Balik

< 70 : Masih banyak yang belum dipahami, di antara konten, mengembangkan desain pembelajaran, cara membelajarkannya, mengembangkan penilaian dan melaksanakan penilaian. Saudara perlu membaca ulang unit ini dan mendiskusikannya dengan dengan guru inti di Gugus sampai Saudara memahaminya.

70-79 : Masih ada yang belum dipahami dengan baik, di antara konten, mengembangkan desain pembelajaran, cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan melaksanakan penilaian. Saudara perlu mendiskusikan bagian yang belum dipahami dengan guru inti atau teman lain di Gugus.

80-89 : Memahami konten, mengembangkan desain pembelajaran, cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan melaksanakan penilaian dengan baik.

> 90 : Memahami konten, mengembangkan desain pembelajaran, cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan melaksanakan penilaian dengan sangat baik. Saudara dapat menjadi fasilitator bagi teman-teman lain di Gugus untuk membelajarkan unit ini.

Page 51: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.

51

Unit PembelajaranMelakukan Komunikasi Dua Arah

DAFTAR PUSTAKA

Imandala, Iim. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Autis dengan Menggunakan PECS. Diunduh tanggal 20 Mei 2019 dari https://pendidikankhusus.wordpress.com/2008/09/29/upaya-meningkatkan-kemampuan-komunikasi-anak-autis-dengan-menggunakan-pecs-bagian-1/

Lisdiana, Ana dan Haryana. (2017). Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter Kelompok Kompetensi B. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Taman Kanak-kanak & Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Sussman, Fern. (2001). More Than Words. Canada:The Beacon Herald Fine Printing Division.

Tim Penyusun. 2014. Program Pengembangan Kekhususan Program Pengembangan Interaksi, Komunikasi, dan Perilaku Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 52: DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web view(ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders ) fifth edition.