DAFTAR ISI JUDUL i KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI x … · 1.3. Ruang Lingkup Masalah .....7 1.4....
Transcript of DAFTAR ISI JUDUL i KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI x … · 1.3. Ruang Lingkup Masalah .....7 1.4....
x
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................... i
PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM .................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ..................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
ABSTRAK ............................................................................................................... xiii
ABSTRACT .............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
1.3. Ruang Lingkup Masalah ............................................................................... 7
1.4. Orisinalitas Penelitian ................................................................................... 7
1.5. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10
1.5.1. Tujuan Umum ..................................................................................... 10
1.5.2. Tujuan Khusus .................................................................................... 10
1.6. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................................... 10
xi
1.6.1. Manfaat Teoritis ................................................................................. 10
1.6.2. Manfaat Praktis ................................................................................... 11
1.7. Landasan Teoritis .......................................................................................... 11
1.7.1. Faktor Psikologis Atas Kejahatan....................................................... 11
1.7.2. Upaya Penanggulangan Kejahatan ..................................................... 12
1.8. Metode Penelitian.......................................................................................... 17
1.8.1. Jenis Penelitian ................................................................................... 18
1.8.2. Jenis Pendekatan ................................................................................. 19
1.8.3. Data dan Sumber Data ........................................................................ 19
1.8.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 20
1.8.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 21
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Tinjauan Umum Kriminologi ........................................................................ 23
2.1.1. Pengertian Kriminologi ...................................................................... 23
2.1.2. Ruang Lingkup Kriminologi .............................................................. 26
2.1.3. Kajian Kriminologi ............................................................................. 28
2.2. Tinjauan Umum Mengenai Tindak Pidana ................................................... 31
2.2.1. Pengertian Tindak Pidana ................................................................... 31
2.2.2. Unsur-Unsur Tindak Pidana ............................................................... 33
2.2.3. Jenis-Jenis Tindak Pidana ................................................................... 35
2.3. Tinjauan Umum Mengenai Penganiayaan “Penyayatan Paha” Yang
Dilakukan Terhadap Pengendara Motor ........................................................ 35
2.3.1. Pengertian Penganiayaan .................................................................... 35
xii
2.3.2. Jenis-Jenis Penganiayaan .................................................................... 40
2.3.3. “Penyayatan Paha” Yang Dilakukan Terhadap Pengendara Motor ... 43
BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK
PIDANA PENGANIAYAAN “PENYAYATAN PAHA”
TERHADAPPENGENDARA MOTOR DI WILAYAH
HUKUM POLRESTA DENPASAR
3.1.Faktor sosio psikologis yang mempengaruhi penyimpangan / melanggar
hukum ............................................................................................................. 45
3.2.Faktor terjadinya tindak pidana penganiayaan “penyayatan paha”
terhadap pengendara sepeda motor ................................................................ 51
3.3. Analisis Kasus menggunakan Teori Psikologi dari Sigmund Freud ............. 55
BAB IV UPAYA POLRESTA DENPASAR DALAM PENANGGULANGAN
TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN “PENYAYATAN
PAHA” TERHADAP PENGENDARA MOTOR
4.1.Upaya Preventif dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penganiayaan
“Penyayatan Paha” Yang Dilakukan Terhadap Pengendara Motor ............... 58
4.2.Upaya Represif dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penganiayaan
“Penyayatan Paha” Yang Dilakukan Terhadap Pengendara Motor ............... 62
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 67
5.2.Saran ............................................................................................................... 68
xiii
DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN SKRIPSI
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
xiv
ABSTRAK
Karya ilmiah ini berjudul Tinjauan Kriminologis Tindak Pidana
Penganiayaan “Penyayatan Paha” Yang Dilakukan Terhadap Pengendara Sepeda
Motor (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Denpasar). Yang menjadi latar
belakang didalam karya ilmiah ini untuk mengetahui apakah yang menjadi faktor-
faktor kejahatan “penyayatan paha” dan bagaimana upaya penanggulangannya.
Adapun didalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan penelitian
hukum empiris dengan jenis pendekatan deskriptif yang bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala dengan gejala lain dalam
masyarakat.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah terdapat dua
faktor yang menjadi penyebab terjadinya tindak pidana penganiayaan “penyayatan
paha” yang dilakukan terhadap pengendara sepeda motor. Faktornya meliputi
faktor psikologi dan faktor minuman beralkohol.
Kata Kunci: Kriminologi, Kejahatan Jalanan, Penganiayaan, Polresta Denpasar
xv
ABSTRACT
The title of this paper “the review of criminology of criminal acts of
persecution “thighs slash” that happened to motorcycle rider” (case study belong
to law area of police of Denpasar city). The background of this paper is to find
out what is the factors of cause of persecution of “thighs slash” to motorcycle
rider, and how the way of Denpasar police to cope this criminal acts.
This paper use empirical research with a type of descriptive approach that
aims to describe precisely the properties individuals, circumstances, symptoms, or
specific group, or to determine the dissemination of a symptoms with other
symptoms in society.
The conclusion that can be drawn from this paper is that there are two
factors became the cause of the crime of persecution of “thighs sagging” that
happene to motorcycle rider. The factor is a psychological factor and alcoholic
beverages.
Keyword: Criminology, Persecution, Police Denpasar, Street Crime
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu Negara besar
yang sangat mengedepankan ketentuan-ketentuan hukum yang mana pada
Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
(selanjutnya disebut dengan UUD NRI 1945) dengan tegas menyebutkan
bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Dengan demikian hukum
merupakan perangkat sikap tindakan atau perilaku manusia itu sendiri
sehingga hukum sebagai kaedah atau norma sosial, tidak lepas dari nilai-nilai
yang berlaku dalam suatu masyarakat dan bahkan dapat dikatakan bahwa
hukum merupakan pencerminan dan konkritisasi dari nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat.1
Aturan hukum positif yang berlaku di Indonesia jelas menjadi komponen
penting dalam membangun kehidupan yang aman, tentram dan damai. Salah
satu bidang hukum dalam rangka menjaga ketertiban dan keamanan warga
Negara Indonesia sendiri yaitu hukum pidana yang memiliki Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (selanjutnya disebut dengan KUHP) sebagai salah
satu pedoman yang sangat penting untuk mewujudkan keadilan di
masyarakat. KUHP pun menjadi dasar-dasar yang kuat dalam menentukan
perbuatan atau tingkah laku yang terlarang dan memiliki sanksi yang
1 Ishaq, tanpa tahun, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, h. 28
2
tegas bagi yang melanggarnya. KUHP juga memuat tiga bagian penting yaitu
tentang ketentuan umum, kejahatan hingga dengan pelanggaran.
Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat
dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita
dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang
berbeda satu dengan yang lain. Didalam pengalaman kita ternyata tak mudah
untuk memahami kejahatan itu sendiri. Usaha memahami kejahatan ini
sebenarnya telah berabad-abad lalu dipikirkan oleh para ilmuwan terkenal.
Plato (427-347 s.m.) menyatakan dalam bukunya “republiek” menyatakan
antara lain bahwa manusia merupakan sumber dari banyak kejahatan.
Sementara itu, Aristoteles (382-322 s.m.) menyatakan bahwa kemiskinan
menimbulkan kejahatan dan pembrontakan. Kejahatan yang besar tidak dapat
diperbuat untuk memperoleh apa yang perlu untuk hidup, tetapi untuk
kemewahan.2
Proses globalisasi serta pembangunan dapat menimbulkan kemajuan
dalam kehidupan masyarakat, selain itu juga dapat mengakibatkan perubahan
kondisi sosial masyarakat. Yang mana pada dasarnya kehidupan di dunia ini
tidak terlepas dari perubahan terhadap suatu lingkungan, baik lingkungan
fisik, lingkungan biologis, maupun lingkungan sosial masyarakat. Pengertian
dari perubahan sosial itu sendiri antara lain perubahan-perubahan sosial
merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik,
2 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminologi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 1
3
karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,
komposisi penduduk, ideologi maupun adanya difusi ataupun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat tertentu.3 Menurut Soerjono Soekanto
bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga
kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempergunakan sistem
sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola
perikelakuan diantara kelompok-kelompok masyarakat.4
Perubahan sosial itu sendiri adalah dimana hal ini selain membawa
dampak positif juga membawa dampak negatif, dampak negatif dari pada
perubahan sosial ini juga merambah kearah perkembangan tindak kejahatan
terutama dalam hukum pidana yang salah satunya tindak pidana
penganiayaan. Penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit (pijn) atau luka (letsel) pada
tubuh orang lain.5
Tindak pidana penganiayaan atau mishandeling itu diatur dalam Bab ke-
XX Buku ke-II KUHP dalam Pasal 351 sampai dengan Pasal 355. Unsur
mutlak dari adanya tindak pidana penganiayaan adalah adanya rasa sakit atau
luka yang dikehendaki oleh pelaku atau dengan kata lain adanya unsur
kesengajaan atau melawan hukum yang ada.
3H. Zainuddin Ali, 2006, Sosiologi Hukum, Cet. Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, h. 18
(selanjutnya disingkat H. Zainuddin Ali I)
4Soerjono Soekanto, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja GrafindoPersada, Jakarta, h.
11 (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I)
5 Adami Chazawi, 2007, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Edisi. Revisi,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 10
4
Aturan dan sanksi walaupun telah diterapkan, tindak pidana
penganiayaan tetap saja banyak terjadi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah
kasus penganiayaan di Kota Denpasar yang menunjukan angka yang
signifikan sepanjang tahun 2014 sampai dengan 2016, yang dapat dilihat pada
data dari Kepolisian Resor Kota Denpasar (selanjutnya disebut dengan
Polresta Denpasar), sebagai berikut:
Jumlah Tindak Pidana Penganiayaan
Diwiliyah Hukum Polresta Denpasar
Tahun 2014 – 2016
No Tahun Lapor Selesai
1 2014 131 127
2 2015 139 121
3 2016 147 121
Sumber: KBO Reskrim
Berdasarkan banyaknya kasus penganiayaan yang terjadi diwilayah
hukum Polresta Denpasar yang paling menjadi sorotan publik adalah kasus
tindak pidana penganiayaan penyayatan paha. Karenanya didalam aksi pelaku
hanya melukai korban saja dan tidak ada perampasan barang berharga milik
korban. Salah satu contoh kasus adalah sebagai berikut:
a. Menurut informasi yang berhasil dihimpun Tribun Bali, korban
sayat paha yang terjadi di Jalan Tukad Baru Barat, Denpasar, Bali
di depan rumah kos Pondok Rukun Pemogan, ini bernama Dayu
5
(22). Ia diserang oleh seseorang yang tidak dikenal hingga
mengakibatkan paha kanannya mengalami luka sepanjang 22
centimeter. Akibatnya, korban pun harus mendapatkan 17 jaritan.6
b. Korban yang melapor akibat teror sayat paha ini adalah Komang
Ayu Lasmini. Komang Ayu mendapat teror tersebut saat berangkat
bekerja disebuah restoran dikawasan Kuta. Kala itu Komang Ayu
berangkat dari rumahnya di Jalan Raya Pemogan, Denpasar Selatan
pada 7 Desember 2015 pukul 05.45 Wita, mengendarai sepeda
motor otomatis. Wanita 29 tahun ini harus menerima 31 jahitan
akibat luka sayatan benda tajam sepanjang 21 sentimeter.7
c. Informasi yang dihimpun, Senin (1/5) menyebutkan insiden sayat
paha yang dialami korban yang tinggal di Jalan Gunung Mas, Gang
Singapur, Banjar Tegal Buah, Padangsambian, Denpasar ini
berawal ketika ia baru pulang bekerja di salah satu diskotik di
Legian pukul 03.30 Wita. Korban mengendarai sepeda motor
Honda Scoopy ini melewati Gang Samuan Tiga dan keluar di Jalan
Dewi Sri, selanjutnya korban masuk ke Jalan Sunset Road yang
tembus ke jalan Kunti. Nah, dari situ korban melewati Gang Salak
menuju Gang Sanghyang dan Jalan Buluh Indah (TKP). Sampai
disana, korban yang kesehariannya sebagai dailyworker (pekerja
harian) ini dipepet oleh seseorang yang diketahui mengendarai
6http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/09/06/waspadalah-kasus-sayat-paha-merebak-
di-denpasar-bali, diakses pada tanggal 11 November 2016, pukul 10.34
7http://regional.liputan6.com/read/2393510/2-kasus-teror-sayat-paha-di-bali, diakses pada
tanggal 29 Juli 2017, pukul 10.34 wita
6
sepeda motor Honda Vario 125 warna hitam. Tanpa basa-basi,
pelaku yang mengendarai sepeda motor sendirian ini langsung
menyabet paha korban dengan senjata tajam sejenis kater.8
Sampai saat ini sesungguhnya masih banyak hal yang menjadi
pertanyaan apakah yang menjadi faktor penyebab semakin maraknya tindak
pidana penganiayaan penyayatan paha. Ada sebuah teori dari W.A.Bonger
yang mempelajari apakah ada hubungan suku bangsa dengan kejahatan,
ataukah kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat, dan pengaruh kejiwaan
yang mengakibatkan seseorang melakukan tindak pidana. Namun hal ini
kemudian masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hal
yang lebih komprehensif dan mendalam.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik mengkaji lebih dalam
dan menyusun dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Kriminologis
Tindak Pidana Penganiayaan “Penyayatan Paha” Yang Dilakukan Terhadap
Pengendara Sepeda Motor (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta
Denpasar)”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana penganiayaan
“penyayatan paha” terhadap pengendara sepeda motor di wilayah hukum
Polresta Denpasar?
8http://www.nusabali.com/berita/12736/karyawati-diskotik-jadi-korban-sayat-paha,
diakses pada tanggal 29 Juli 2017, pukul 10.34 wita
7
2. Bagaimanakah upaya Polresta Denpasar dalam penanggulangan terhadap
tindak pidana penganiayaan “penyayatan paha” terhadap pengendara
sepeda motor?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Untuk mengarahkan dalam penulisan karya ilmiah ini, maka penulis
membatasi ruang lingkup permasalahan yang bertujuan agar dalam
membahas permasalahan tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas.
Oleh karena itu, ruang lingkup yang akan penulis bahas yang pertama adalah
apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana penganiayaan khusus
penyayatan paha terhadap pengendara motor di wilayah hukum Polresta
Denpasar dan yang kedua adalah bagaimanakah upaya Polresta Denpasar
dalam penanggulangan terhadap tindak pidana penganiayaan khusus
penyayatan paha terhadap pengendara sepeda motor.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan data yang ada dan penelusuran yang telah dilakukan, baik
terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada maupun sedang dilakukan
penelitian mengenai “Tinjauan Kriminologis Tindak Pidana Penganiayaan
“Penyayatan Paha” Yang Dilakukan Terhadap Pengendara Sepeda Motor
(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Denpasar)” belum pernah
dilakukan oleh peneliti lainnya. Penulis ada menemukan skripsi yang
menyangkut masalah penganiayaan akan tetapi permasalahan dan bidang
kajiannya sangat berbeda. Skripsi terkait kepailitan yang pernah diangkat
oleh :
8
No Penulis Judul Rumusan Masalah
1 Muhammad
Zulfikar
Ahmad dari
Fakultas
Hukum
Universitas
Hasanuddin
Makassar
2012
Tinjauan Yuridis
Terhadap Tindak
Pidana
Penganiayaan Yang
Dilakukan Anggota
Polri (Polisi
Republik Indonesia)
Terhadap
Masyarakat Yang
Melakukan
Pelanggaran Lalu
Lintas (Putusan
Nomor
38/Pid.B/2010/PN.
Sinjai)
1) Bagaimanakah
penerapan hukum
terhadap tindak Pidana
Penganiayaan yang
dilakukan anggota
POLRI terhadap
masyarakat yang
melakukan pelanggaran
lalulintas berdasarkan
Putusan Nomor
38/PID.B/2010/PN.
Sinjai?
2) Bagaimanakah
pertimbangan hukum
hakim dalam
menjatuhkan pidana
terhadap anggota POLRI
yang melakukan tindak
pidana Penganiayaan
terhadap pelaku
pelanggaran lalulintas
9
berdasarkan Putusan
Nomor
38/PID.B/2010/PN.
Sinjai?
2 Yusran dari
Fakultas
Hukum
Universitas
Hasanuddin
Makassar
2015
Tinjauan
Kriminologis
Terhadap Tindak
Pidana
Penganiayaan Yang
Dilakukan Oleh
Guru Terhadap
Muridnya Di
Kabupaten Takalar
1) Faktor-faktor apakah
yang menyebabkan
tindak pidana
penganiayaan yang
dilakukan oleh guru
terhadap muridnya di
Kabupaten Takalar?
2) Bagaimanakah upaya
penanggulangan tindak
pidana penganiayaan
yang dilakukan oleh
guru terhadap muridnya
di Kabupaten Takalar?
Jika menunjuk permasalahan dan bidang kajiannya yang telah diteliti
sebelumnya sebagaimana disebutkan diatas dengan penelitian yang dilakukan
saat ini adalah sangat berbeda, maka dari itu penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keaslian dan kebenarannya.
10
1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan lebih
memahami mengenai Tinjauan Kriminologis Tindak Pidana
Penganiayaan Penyayatan Paha Yang Dilakukan Terhadap Pengendara
Sepeda Motor (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Denpasar).
1.5.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan
penganiaayan penyayatan paha yang dilakukan terhadap
pengendara sepeda motor.
2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan yang dapat dilakukan
Polresta Denpasar terhadap tindak pidana penganiayaan khususnya
penyayatan paha yang dilakukan terhadap pengendara sepeda
motor.
1.6. Manfaat Hasil Penelitian
1.6.1. Manfaat Teoritis
1. Diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai sebab-sebab
pelaku dalam melakukan tindak pidana penganiayaan penyayatan
paha dan memberikan upaya-upaya penanggulangannya.
2. Untuk mendalami teori-teori yang telah diperoleh selama menjalani
kuliah Strata I di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
11
1.6.2. Manfaat Praktis
1. Diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
Penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk masuk ke dalam
instansi penegak hukum maupun praktisi hukum.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi suatu referensi di bidang
ilmiah serta menjadi bahan masukan bagi penelitian sejenis.
1.7. Landasan Teoritis
Untuk membahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan tindak pidana penganiayaan penyayatan paha yang dilakukan
terhadap pengendara motor dan upaya penanggulangan terhadap kejahatan
penganiayaan tersebut, maka akan dibahas terlebih dahulu beberapa teori
yang yang berkaitan dengan hal tersebut. Adapun teori-teori yang digunakan
antara lain :
1.7.1. Faktor Psikologis Atas Kejahatan
Sigmund Freud, penemu dari Psychoanalysis, berpendapat bahwa
kriminalitas mungkin hasil dari “an overactive conscience” yang
menghasilkan perasaan bersalah yang berlebih.9 Meskipun Freud tidak
menulis karya-karya dalam konteks ilmu kejahatan (kriminologi) tetapi
teori-teori yang dikemukakannya berkaitan dengan kepribadian
maupun psikopatologi diterapkan untuk menjelaskan perilaku
kriminal.
9 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op. Cit, h. 51
12
Pengikut Psikonalisis Freudian memandang bahwa sebagian
besar perilaku jahat digerakkan secara tidak sadar dan sering
disebabkan oleh represi, konflik kepribadian dan problem yang tak
diselesaikan pada awal masa kanak-kanak, atau kebencian terhadap
simbol-simbol otoritas laki-laki (oidipus complex).10 Teori Freud
sebenarnya banyak bersinggungan dengan pengertian-pengertian
abstrak tentang psike manusia, tidak benar-benar selaras dengan
analisis empiris. Menurut Cullen dan Agnew ada dua tipe umum teori
psikologi dalam kriminologi yang berfokus pada sifat dan yang
berfokus pada teori pembelajaran.
a. Yang pertama menyelidiki individu-individu dengan sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan mereka condong pada kejahatan.
b. Yang kedua menelaah kejahatan sebagai sebuah proses
pembelajaran.11
1.7.2. Upaya Penanggulangan Kejahatan
Upaya penanggulangan kejahatan telah dilakukan oleh semua
pihak, baik pemerintah, lembaga sosial masyarakat, maupun
masyarakat pada umumnya. Berbagai program serta kegiatan yang
telah dilakukan sambil terus mencari cara yang paling tepat dan efektif
dalam mengatasi masalah tertentu.
10 M. Ali Zaidan, 2016, Kebijakan Kriminal, Sinar Grafika, Jakarta, h. 61
11Ibid
13
Menurut Barda Nawawi Arief, bahwa upaya atau kebijakan
untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk
bidang kebijakan kriminal. Kebijakan kriminal inipun tidak terlepas
dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari
kebijakan / upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan /
upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat.12
Seperti yang dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland dan
Cressey yang mengemukakan bahwa dalam crime prevention dalam
pelaksanaannya ada dua buah metode yang dipakai untuk mengurangi
frekuensi dari kejahatan, yaitu:
a. Metode untuk mengurangi pengulangan dari kejahatan
Yakni suatu cara yang ditujukan kepada pengurangan jumlah
residivis (pengulangan kejahatan) dengan suatu pembinaan yang
dilakukan secara konseptual
b. Metode untuk mencegah kejahatan pertama kali (the fisrt crime)
Yakni suatu cara yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
kejahatan yang pertama kali (the first crime) yang akan dilakukan
oleh seseorang dan metode ini juga dikenal sebagai metode
preventif (prevention).13
12 Barda Nawawi Arief, 2001, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
Dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, h. 77
13 Romli Atmasasmita, 1992, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT. Eresco,
Bandung, h. 66
14
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa upaya
penanggulangan kejahatan mencakup preventif dan sekaligus berupaya
untuk memperbaiki perilaku seseorang yang telah dinyatakan bersalah
di lembaga permasyarakatan. Dengan kata lain, upaya penanggulangan
kejahatan dapat dilakukan secara preventif dan represif.
1. Upaya Preventif
Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk
mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali.
Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik
penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan
dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu
diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan
ulangan.14 Menurut Barnest dan Teeters ada beberapa cara untuk
menanggulangi kejahatan, yakni:
a) Menyadari bahwa akan adanya kebutuhan-kebutuhan untuk
mengembangkan dorongan-dorongan sosial atau tekanan
sosial dan tekanan ekonomi yang dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang kearah perbuatan jahat.
b) Memusatkan perhatian kepada individu-individu yang
menunjukan potensialitas kriminal atau sosial, sekalipun
potensialitas tersebut disebabkan gangguan-gangguan
biologis dan psikologis atau kurang mendapat kesempatan
14 Syarifin, 2000, Hukum Pidana Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, h. 35
15
sosial ekonomis yang cukup baik sehingga dapat
merupakan suatu kesatuan yang harmonis.15
Upaya Preventif ini dapat melakukan suatu usaha yang
positif, serta menciptakan suatu kondisi seperti keadaan ekonomi,
lingkungan, juga kultur masyarakat yang menjadi suatu daya
dinamika dalam pembangunan dan bukan sebaliknya seperti
menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang mendorong
timbulnya perbuatan menyimpang, selain itu dilakukan
peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa
keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama.
2. Upaya Represif
Upaya Represif adalah suatu upaya penanggulangan
kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya
kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan
untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatanya
serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan
yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum
dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya
danorang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi
yang ditanggungnya sangat berat.16
15 Romli Atmasasmita, Op.cit, h. 79
16 Syarifin, loc.cit
16
Sistem refresif, tentunya tidak terlepas dari sistem peradilan
pidana Indonesia, yang didalamnya terdapat lima sub sistem yaitu
sub sistem kehakiman, kejaksaan, kepolisian, pemasyarakatan dan
kepengacaraan yang merupakan suatu keseluruhan yang terangkai
dan berhubungan secara fungsional.17 Upaya Refresif dalam
pelaksanaanya dilakukan pula dengan metode perlakuan
(treatment) dan penghukuman (punishment) yang sebagai berikut:
a) Perlakuan (Treatment)
Perlakuan ini dititik beratkan pada usaha pelaku kejahatan agar
dapat kembali sadar akan kekeliruannya dan kesalahannya.
Menurut Abdul Syani yang membedakan perlakuan
berdasarkan penerapan hukum dari segi jenjang berat dan
ringannya suatu perlakuan, yakni:
a. Perlakuan yang tidak menerapkan sanksi-sanksi pidana,
artinya perlakuan yang paling ringan diberikan kepada
orang-orang yang belum terlanjur melakukan kejahatan.
Dalam perlakuan ini, suatu penyimpangan dianggap belum
begitu berbahaya sebagai usaha pencegahan.
b. Perlakuan dengan sanksi-sanksi pidana secara tidak
langsung, artinya tidak berdasarkan putusan yang
menyatakan suatu hukum terhadap sipelaku kejahatan.18
17 Abdul Syani, 1987, Sosiologi Kriminologi, Pustaka Refleksi, Makassar, h. 137
18Ibid, h. 139
17
b) Penghukuman (Punishment)
Jika ada pelanggar hukum yang tidak memungkinkan untuk
diberikan perlakuan (treatment), mungkin karena kronisnya
atau terlalu beratnya kesalahan yang telah dilakukan, maka
perlu diberikan penghukuman yang sesuai dengan perundang-
undangan dalam hukum pidana.19
1.8. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan, “suatu upaya pencarian” dan
bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu obyek yang mudah
terpegang, di tangan.20 Pada dasarnya sesuatu yang dicari itu tidak lain adalah
“pengetahuan” atau lebih, tepatnya “pengetahuan yang benar”, dimana
pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab
pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.21 Menurut Soerjono Soekanto,
penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisisnya. Di samping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam
terhadap faktor hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala
19 A.S. Alam, 2010, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Book’s, Makassar, h. 80
20 Bambang Sunggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan ke-14, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 27
21Ibid, h. 28
18
yang bersangkutan.22 Penelitian ini bertujuan mengungkap kebenaran secara
sistematis, metodelogis, konsisten. Adapun metode penelitian yg digunakan
yaitu :
1.8.1. Jenis Penelitian
Penelitian mengenai “Tinjauan Kriminologis Tindak Pidana
Penganiayaan “Penyayatan Paha” Yang Dilakukan Terhadap
Pengendara Sepeda Motor (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta
Denpasar)” adalah merupakan jenis penelitian ilmu hukum dengan
kajian empiris. Karena penelitian ini menyangkut data maka dengan
sendirinya merupakan penelitian hukum empiris.23 Kajian hukum
empiris adalah kajian yang memandang hukum sebagai kenyataan
yang mencakup kenyataan sosial, kenyataan kultur dan lain-lain
(mengkaji law in action).24 Penelitian hukum empiris ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dilakukannya tindak pidana
penganiayaan “penyayatan paha” terhadap pengendara sepeda motor
dan untuk mengetahui upaya penanggulangannya dari pihak
Kepolisian Resor Kota Denpasar.
22 H. Zainuddin Ali, 2015, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 18
(selanjutnya disingkat H. Zainuddin Ali II)
23Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, 2005, Argumentasi Hukum, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, h. 2.
24Achmad Ali dan Wiwie Heryani, 2012, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 2.
19
1.8.2. Jenis Pendekatan
Jenis Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
bersifat Deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan
secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala dengan gejala
lain dalam masyarakat.25
1.8.3. Data dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
a) Data Primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh terutama dari penelitian
yang dilakukan langsung didalam masyarakat.26 Penelitian ini
dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan informan
dan responden yang ada pada lokasi penelitian tersebut. Sumber
data primer yang diperoleh dari penelitian ini dengan melakukan
penelitian yang berlokasi di Polresta Denpasar.
b) Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh oleh suatu organisasi
atau perorangan yang berasal dari pihak lain yang pernah
25 Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
UI Press, h. 32 (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II)
26Ibid, h. 156
20
mengumpulkan dan mengelolanya sebelumnya.27 Bahan hukum
sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku, makalah,
dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen yang
berkenaan dengan masalah yang dibahas.
1.8.4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian Hukum Empiris dikenal teknik-teknik untuk
mengumpulkan data, yaitu :
a) Teknik Kepustakaan
Teknik studi dokumen/kepustakaan merupakan langkah awal dari
setiap penelitian hukum (baik normatif maupun empiris), karena
penelitian hukum selalu bertolak dari premis normatif.28
b) Teknik Wawancara (Interview)
Menurut M. Mochtar, teknik wawancara adalah teknik atau metode
memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara
melakukan tanya jawab secara langsung (tatap muka), antara
pewawancara dengan responden. Selain dengan cara tatap muka
wawancara dapat dilakukan secara tidak langsung dengan telepon
atau surat.29 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan
Staf Ahli dari bagian Reskrim Polresta Denpasar yang diharapkan
27Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press,
Malang, h. 112.
28Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta, h. 68.
29 M. Mochtar, 1998, Pengantar Metodelogi Penelitian, Sinar Karya Dharma HP, Jakarta,
h. 78.
21
dapat berlangsung dengan terarah dan terbuka dari informan,
sehingga pokok permasalahan yang akan dibahas menjadi relevan.
c) Teknik Observasi
Teknik observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu teknik
observasi langsung dan teknik observasi tidak langsung. Yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung
dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala tertentu dalam masyarakat, tetapi peneliti tidak
menjadi anggota dari kelompok yang diamati. Observasi ini
dilakukan diwilayah hukum Polresta Denpasar.
1.8.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dan analisis data adalah kegiatan merapikan data
hasil pengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk
dianalisis. Setelah data-data yang berhubungan dengan tindak pidana
penganiayaan “penyayatan paha” terhadap pengendara sepeda motor
terkumpul, maka data-data tersebut akan dianalisis dengan
menggunakan analisis kualitatif, sedangkan untuk keseluruhan data
yang terkumpul baik secara primer ataupun data sekunder akan
dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis kemudian
dikategorikan, diklasifikasikan dan dihubungkan antara yang satu
dengan yang lainnya untuk memahami makna data dalam situasi sosial
22
lalu dianalisis secara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara
deskriptif kualitatif dan sitematis.30
30H. Zainuddin Ali, Op. Cit, h. 24