cybex.pertanian.go.idcybex.pertanian.go.id/files/x2c4qvUi/20171102110251... · Web viewMoretan jadi...
Transcript of cybex.pertanian.go.idcybex.pertanian.go.id/files/x2c4qvUi/20171102110251... · Web viewMoretan jadi...
Meningkatan Kesuburan Tanah Dengan Menggunakan Moretan Faktor yang berpengaruh terhadap produksi
padi salah satunya adalah dari tanah.
Kondisi saat ini tanah sangat berkurang
kesuburannya akibat pemakaian bahan
anorganik. Untuk meningkatkan kesuburan
tanah salah satunya dengan penambahan
bahan organik antara lain bisa dengan
menambahkan mikroba. Tanah dikatakan
subur apabila mengandung 100 juta
mikroba per gram tanah. Sebagian besar
mikroba memiliki peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam
menghancurkan limbah organik, recycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen,
pelarutan fosfat, meransang pertumbuhan, biokontrol pathogen dan membantu
penyerapan unsur hara. Pengaruh mikrobia untuk kesuburan tanah adalah sebagai berikut
:
1. Memperbaiki lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah (memperbaiki struktur tanah);
2. Memperbaiki atau menambah ketersediaan hara tanaman;
3. Mampu menekan perkembangan hama dan penyakit tanaman;
4. Meningkatkan kapasitas fotosintesa tanaman;
5. Menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman;
6. Memperbaiki perkembangan bunga, buah serta kematangan tanaman;
7. Menstabilkan/memperbaiki pH tanah.
Moretan merupakan jenis Mikroba atau jenis bakteri pengurai yang bisa digunakan untuk
proses pembuatan pupuk organik “ kompos”. Moretan ialah cairan yang terbuat dari
bahan-bahan alami yang di sukai sebagai media hidup dan berkembang bagi mikro
organisme yang berguna untuk mempercepat bahan-bahan organik (dekomposer)
sekaligus sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan. Moretan biasanya tidak
ada di pasaran atau diperdagangkan di masyarakat seperti bakteri pembusuk umumnya,
dengan demikian kami sarankan agar anda dapat menyimpan persediaan untuk membuat
kompos dan pupuk organik lainnya. Moretan merupakan ragi fermentasi bahan organik
dalam pembuatan proses komposisasi secara cepat, selain sebagai dekomposer moretan
juga bisa digunakan sebagai pupuk organik cair (POC) bagi tanaman padi.
Cara perbanyakan moretan adalah sebagai berikut :
Bahan
1. Biang : ½ liter
2. Bekatul : 2 kg
3. Gula jawa : ½ kg
4. Air : 2 liter
Cara Pembuatan
1. Gula jawa direbus dengan 1/2 liter air, diamkan
2. Campur bekatul, air, gula jawa aduk merata ke dalam wadah
3. Tambahkan biang aduk rata lalu tutup dengan rapat dan buka setiap hari sekali agar
udaranya supaya keluar sehingga wadah tidak pecah.
4. Moretan jadi dalam 7-9 hari, dengan ciri berbau masam khas fermentasi dan siap
biang.
Penyimpanan Biang.
Untuk menyimpanan lama, sebaiknya biang diberi makan buah-buahan yang dihaluskan
setiap 3-4minggu sekali.
Moretan bisa digunakan untuk pembuatan kompos dari jerami, dengan cara sebagai
berikut :
1. Jerami dipotong-potong atau dicacah 5 cm.
2. Hasil cacahan diratakan diatas tanah.
3. Permukaannya disemprotkan Moretan.
4. Jerami dibolak-balik, kemudian disemprot dengan moretan yang sudah ditambah air
5. Tutup permukaannya dengan karung goni selama 7 hari.
6. Komposisi ; Moretan 1 liter dicampur dengan air 14 liter/tangki.
Sebagai pupuk cair, moretan bisa diaplikasikan pada umur : 3 HST, 10 HST, 20HST,
30HST, 40HST, 50 HST.
Dengan penggunaan moretan diharapkan kesuburan tanah dapat meningkat sehingga
peningkatan produksi dapat tercapai.
Penulis : Nurul Faridha, SP (BPP Kecamatan Gatak)
Sumber :
http://www.agrotani.com/cara-membuat-meretan-mikrobia-rekan-petani-yang-benar/
http://kttsumbermulyo.blogspot.com/2016/02/membuat-moretan.html
https://bp3kgelumbang.blogspot.com/.../perbanyakan-moretan-mikroba-sahabat.
Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Dengan Pestisida NabatiPenurunan produksi padi yang signifikan
salah satunya disebabkan oleh serangan
hama. Wereng Coklat ( Nilaparvata Lugens )
adalah hama yang sering menyerang
tanaman padi. Untuk mengatasi hama
wereng coklat petani biasa menggunakan
pestisida kimia. Selain menggunakan
pestisida kimia kita juga dapat
memanfaatkan tumbuh -tumbuhan sebagai
bahan membuat pestisida atau yang biasa
disebut dengan pestisida nabati.
Pestisida nabati adalah ramuan alami pembasmi hama yang bahan-bahan aktifnya
berasal dari alam seperti ekstrak tanaman tertentu yang sudah diketahui efek positifnya
dalam membasmi hama tertentu. Beberapa teknik yang umum digunakan untuk mengolah
pestisida nabati diantaranya dengan teknik merendam, mengekstrak dan ataupun
merebus bagian tertentu dari tanaman yang memiliki efek mengusir hama. Beberapa
keunggulan pestisida nabati diantaranya yaitu:
Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga memungkinkan untuk
dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.
Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap
makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan.
Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga, tanaman yang
diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia
berbahaya.
Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian pestisida nabati
aman bagi keseimbangan ekosistem.
Hasil petanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari residu pestisida kimiawi.
Mekanisme kerja pestisida nabati dalam melindungi tanaman dari organisme pengganggu
adalah sebagai berikut :
Menghambat proses reproduksi serangga hama, khususnya serangga betina;
Mengurangi nafsu makan atau menolak makan;
Merusak perkembangan telur, larva dan pupa, sehingga perkembangbiakan serangga
hama dapat dihambat.
Menghambat pergantian kulit
Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang
menyengat
Antifidan, menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa
yang pahit
Racun syaraf
Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
Attraktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai
perangkap
Berikut resep pestisida nabati untuk pengendalian hama wereng batang coklat :
Bahan
1. Daun mimba 1 kg
2. Daun trembesi/munggur 1 kg
3. Daun johar 1 kg
4. Daun mahoni 1 kg
5. Buah mahoni segar
6. Daun sirsak 1 kg
Cara Pembuatan
1. Tumbuk semua bahan, masukan ke dalam wadah yang berisi air 20 liter
2. Rebus hingga mendidih, dinginkan
3. Saring, ambil airnya
4. Sisa daun-daun bisa direbus kembali dengan 20 liter air
5. Ulangi sekali lagi, 1 resep bisa menjadi 60 liter
Diharapkan dengan memanfaatkan pestisida nabati hama bisa dikendalikan dan tidak
berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman padi.
Penulis : Nurul Faridha, SP (BPP Kecamatan Gatak)
Sumber :
mitalom.com/cara-membuat-pestisida-pengendali-hama-wereng-coklat/
http://informasitips.com/pestisida-nabati-pengertian-kelebihan-kelemahan-dan-
mekanisme-kerja
http://petanitop.blogspot.com/2016/01/cara-membuat-berbagai-jenis-pestisida.html
http://tipspetani.blogspot.co.id/2011/10/mengenal-pestisida-nabati.html
Pengolahan Tanah Budidaya Padi Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras
menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi
humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga
dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan
pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan
agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan
mempermudah perawatan tanaman.
Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup kegiatan–kegiatan sebagai
berikut :
1. Perbaikan Pematang dan Saluran
Pematang harus dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat cukup tinggi. Fungsi
utama untuk menahan air selama pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan,
sebab dalam penggarapan tanah air tidak boleh mengalir keluar. Fungsi selanjutnya
berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman padi.Saluran atau
parit diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Kegiatan ini bertujuan agar dapat
memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke dalam
petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah dibersihkan sebelum tanah
diolah.
2. Pencangkulan
Setelah dilakukan perbaikan Pematang dan Saluran, tahap berikutnya adalah
pencangkulan. Sudut–sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau
traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan tanah.
3. Pembajakan dan Penggaruan
Pembajakan dan Penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan
tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanam padi.
a. Pembajakan
Airi petakan sawah seminggu sebelum pembajakan, untuk melunakan tanah dan
menghindarkan melekatnya tanah pada mata bajak. Terlebihdahulu dibuat alur ditepi dan
ditengah petakan sawah agar air cepat membasahi saluran petakan. Kedalaman dalam
pembajakan + 15-25 cm. Hingga tanah benar-benar terbalikan dan hancur.
Adapun manfaat dari pembajakan adalah sebagai berikut :
1) Pemberantasan gulma, sebab dengan pembajakan tumbuhan dan biji gulma akan
terbenam.
2) Menambah unsur organik, karena pupuk hijau yang berasal dari rumput akan terbenam
dan tercampur dengan tanah.
3) Mengurangi pertumbuhan hama penyakit.
Setelah dibajak tanah segera harus digenangi, untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa
tanaman dan menghindari hilangnya nitrogen juga melunakan bongkahan tanah yang
disebabkan pembajakan dan juga agar racun pada tanah menjadi netral dan juga kondisi
netral dan juga kondisi tanahpun menjadi berlumpur.. Penggenangan dilakukan selama
kira-kira seminggu.
b. Penggaruan
Sebelum penggaruan dimulai, terlebihdahulu air didalam petakan dibuang, ditinggalkan
sedikit untuk membasahi bongkahan bongkahan tanah. Selama penggaruan, saluran
pemasukan dan pembuangan air harus ditutup, untuk menjaga supaya sisa air jangan
sampai habis keluar dari petakan.Dengan cara menggaru tanah memanjang dan
melintang, bongkahan-bongkahan tanah dapat dihancurkan. Dengan penggaruan yang
berulang-ulang :
1) Peresapan air ke bawah dikurangi
2) Tanah menjadi rata
3) Penanaman bibit menjadi mudah
4) Rumput-rumput yang ada akan terbenam
Setelah penggaruan pertama, sawah digenangi lagi selama 7-10 hari.
4. Perataan
Proses perataan sebenarnya adalah penggaruan yang kedua, yang dilakukan setelah
lahan digenangi 7-10 hari. Pengaruan yang kedua ini dilakukan dengan maksud :
a. Meratakan tanah sebelum tanam pindah
b. Membenamkan pupuk dasar guna menghindari denitrifikasi
c. Melumpurkan tanah dengan sempurna
Tahapan pengolahan tanah mulai dari perbaikan pematang/galengan sampai perataan
memerlukan waktu ± 25 hari atau ± sama dengan umur bibit di persemaian.
Ciri-ciri Tanah Telah Selesai Diolah dan Siap Untuk Ditanami1. Tanah terolah sampai berlumpur;
2. Air tidak lagi banyak merembes ke dalam tanah;
3. Permukaan tanah rata;
4. Pupuk tercampur rata;
5. Bersih dari sisa gulma dan tanaman.
Pada saat pengolahan tanah juga bisa diaplikasikan pembenah tanah atau pupuk organik
agar meningkatkan kesuburan tanah. Pengolahan tanah yang baik merupakan salah satu
kunci budidaya tanaman padi.
Penulis : Utomo (BPP Kecamatan Gatak)
Sumber :
http://www.budidayapetani.com/2015/11/teknik-pengolahan-tanah-yang-benar.html
https://lasealwin.wordpress.com/2016/10/25/10-cara-mengolah-tanah-yang-benar-alami-
dan-tidak-merusak-lingkungan/
Tabela, Solusi Keterbatasan Tenaga Tanam PadiUsaha budidaya padi konvensional banyak
menyerap tenaga kerja mulai dari kegiatan
pengolahan tanah, penanaman dan
pemanenan. Sementara ketersediaan
tenaga kerja atau buruh tani mulai
berkurang karena banyak generasi muda
enggan untuk terjun ke pertanian. Selama ini
tenaga kerja khususnya yang berperan
dalam kegiatan tanam dilakukan oleh kaum
perempuan yang sudah tua. Di masa
mendatang diperkirakan akan semakin sulit
mencari tenaga kerja untuk tanam padi.
Oleh karena itu, sangat perlu dicari cara lain
dalam usaha budidaya padi yang dapat menghemat penggunaan tenaga kerja.
Tabela merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tabela adalah
singkatan dari Tanam benih padi secara langsung, dimana benih padi langsung disebar di
lahan budidaya tanpa melalui proses penyemaian terlebih dahulu. Jadi sistem tabela
sangat cocok diterapkan pada lahan yang beririgasi baik, tidak mudah kebanjiran, dan
pengolahan tanahnya harus sempurna, dimana kondisi tanah benar-benar gembur dan
rata. Jika dapat diterapkan, akan mendapatkan keuntungan lain selain dapat menghemat
tenaga kerja, yaitu umur tanaman padi tabela lebih cepat sekitar 15 hari dibandingkan
tanaman padi sistem pindah-tanam. Hal ini karena pada sistem tabela, tanaman padi tidak
mengalami stagnasi pertumbuhan. Keuntungan lainnya, sistem perakarannya lebih cepat
berkembang sehingga mampu berkompetisi dengan gulma untuk memperoleh unsur hara
di dalam tanah. Hal ini karena sistem perakarannya tidak terbenam dalam tanah, maka
mudah menyerap udara untuk bernafas. Berbeda dengan tanaman padi sistem pindah-
tanam yang mengalami stagnasi pertumbuhan pada saat bibit dipindah dari lahan
persemaian ke lahan budidaya. Bila dipindah, tanaman perlu waktu untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Dan kebiasaan petani selama ini, bibit tanaman dibenam
dalam tanah sampai semua perakarannya terbenam. Kondisi ini menyebabkan sistem
perakarannya kurang cepat untuk berkembang.
Sistem tabela dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan bantuan
alat. Tabela secara manual hanya bertujuan untuk menghemat tenaga kerja, namun hasil
produksi tanaman padi kurang optimal. Dengan cara manual, tata-letak benih padi tidak
teratur, sehingga pertumbuhan kurang optimal dan menyulitkan dalam pemeliharaanya.
Saat ini telah banyak dilakukan pengembangan alat bantu tabela. Dengan alat bantu tata-
letak benih lebih teratur. Namun alat yang ada sekarang belum mempunyai kinerja yang
optimal dengan hasil yang diinginkan petani pada umumnya, yaitu tata-letak benih rapi
baik dalam larikan dan barisan, benih yang jatuh setiap rumpun sama jumlahnya
Untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman padi yang optimal, sebelum disebar
sebaiknya benih diberi perlakuan khusus (seed treatment), sebagai usaha imunisasi
terhadap serangan hama dan penyakit dan merangsang pertumbuhan akar. Dengan cara
ini pertumbuhan akar lebih cepat sehingga mampu bersaing dengan gulma untuk
memperebutkan unsur hara. Untuk kegiatan pemeliharaan, sistem tabela dengan sistem
pindah-tanam tidak ada perbedaan. Masalah kondisi gulma, pada sistem tabela biasanya
gulma lebih dominan. Sifat gulma yang lebih mudah tumbuh dapat mengalahkan
pertumbuhan tanaman padi di lahan sistem tabela. Kalau di lahan sistem pindah-tanam,
yang ditanam adalah bibit padi yang sudah tumbuh, sementara biji-biji gulma yang ada di
lahan belum tumbuh. Jadi pertumbuhan gulmanya lebih terlambat. Untuk mengatasinya
bisa dengan cara manual atau dengan cara kimiawi menggunakan herbisida padi.
Namun, dalam penerapannya sistem tabela tidak terlepas dari kendala-kendala yang
dihadapi, yaitu:
1. Budidaya tabela hanya sesuai untuk lahan sawah yang rata dan telah diolah
sempurna. Benih tidak akan tumbuh bila jatuh pada tanah yang tergenang air.
2. Tabela sesuai untuk sawah beririgasi teknis yang mudah diatur pengairannya. Tabela
kurang sesuai dilakukan pada musim penghujan. Saat curah hujan yang tinggi, apalagi
pada saat baru sebar benih, benih dapat terhanyut.
3. Benih yang baru disebar relatif lebih mudah diserang hama burung atau tikus.
4. Gulma dapat tumbuh lebih pesat dibanding benih padi yang ditanam, sehingga
membutukan usaha penggendalian gulma yang lebih intensif.
5. Usaha kegiatan penyulaman juga lebih intensif, akibat kerusakan benih karena
serangan hama atau supaya tata-letak tanam lebih rapi.
Penulis : Karyadi (BPP Kecamatan Gatak)
Sumber :
http://kttsumbermulyo.blogspot.co.id/2016/02/tabela-tanam-padi-secara-langsung.html
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/panduan-
Pengendalian GulmaTak bisa dipungkiri, keberadaan tanaman gulma
yang mengganggu pertumbuhan tanaman padi di
lahan persawahan sangat meresahkan para
petani. Dalam pembudidayaan tanaman padi,
sangat membutuhkan lahan yang bersih dari
segala hama, agar pertumbuhan tanaman padi
sebagai tanaman utama bisa maksimal. Gulma
merupakan segala jenis tanaman liar yang tumbuh
di antara area lahan atau persawahan yang
sifatnya mengganggu dan pertumbuhannya tidak
diinginkan, gulma bersifat ‘menjajah’ yaitu merebut nutrisi di dalam tanah maupun intensitas sinar
matahari. Bisa dikatakan, jika gulma didiamkan saja dan tidak dikendalikan maka bisa menurunkan
hasil produksi padi di lahan sawah. Jenis gulma ada 2 yaitu :
1. Gulma berdaun lebar , misalnya enceng padi, wewehan, genjer
2. Gulma berdaun sempit, misalnya teki, jawan, rumput banto
Berikut ini beberapa cara mengendalikan gulma pada tanaman padi sawah :
1. Cara Mengendalikan Gulma Padi Sawah Secara Tradisional
a. Penggunaan varietas padi yang tahan bersaing dengan gulma;
b. Mengendalikan gulma secara langsung baik dengan cara manual, cara mekanis,
cara fisik, cara biologis dan cara kimiawi;
c. Pengendalian gulma secara biologis, yaitu dengan memanfaatkan itikyaitu dengan
menempatkan anak itik pada lahan sawah selama beberapa hari. Anak-anak itik
tersebut membantu mengendalikan gulma dengan cara memakannya;
d. Menyingkirkan sisa gulma dari lahan sawah yang dilakukan pada saat pengolahan
lahan;
e. Menghambat pertumbuhan rumput dan teki dengan cara menggenangi lahan dengan
ketinggian tertentu;
f. Menggunakan alat penyiang gulma;
g. Penggunaan pupuk briket yang dibenamkan kedalam tanah;
h. Pemanfaatan azolla pinnata sebagai mulsa hidup yang mengapung dipermukaan air;
i. Menggunakan kumbang baja hitam, imago dan larva dari kumbang tersebut akan
memakan daun gulma
2. Cara Mengendalikan Gulma Padi Sawah Menggunakan Herbisida
Banyak sekali jenis herbisida yang bisa digunakan untuk mengendalikan gulma pada
padi sawah. Cara penggunaan herbisida (racun rumput) ini banyak sekali macamnya.
Ada yang harus disemprotkan pada saat gulma sudah tumbuh, ada juga yang
digunakan khusus untuk membunuh gulma yang baru mulai tumbuh yang belum
tumbuh. Herbisida yang disemprotkan sesudah gulma tumbuh biasanya jenis yang
dapat membunuh gulma secara cepat. Kadang-kadang herbisida itu juga dapat
mengenai padi, sehingga daun padi akan menguning untuk sementara sebelum
sembuh kembali setelah diberi pupuk susulan.
Perkembangan teknologi telah membantu kita untuk mendapatkan herbisida yang
bersifat selektif. Artinya, kalau kita semprotkan pada padi sawah akan sangat efektif
mengendalikan gulma tetapi tidak meracuni atau mengganggu tanaman padi. Setiap
tanaman mempunyai periode kritis dalam persingannya dengan gulma. Hal ini dapat
ditentukan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman tersebut yang umumnya periode
kritis tersebut sejak tanaman tumbuh hingga sepertiga pertama dari siklus hidup
tanaman. Pada padi,periode kritis persaingan dengan gulma hingga tanaman berumur
40 hari pertama dari siklusnya. Penggunaan herbisida sebaiknya lebih banyak
dilakukan di periode kritis tersebut.
Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence
herbicide) dengan cara disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih
ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat
nonselektif yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Jenis herbisida lainnya
adalah herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide) yang diberikan setelah benih
memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak
mengganggu tumbuhan pokoknya. Jenis gulma rumput adalah spesies yang sulit
dikendalikan dikarenakan mempunyai sifat yang hampir sama dengan tanaman padi.
Herbisida dengan bahan aktif butaklor, oksadiason, klometoksinil, pretilaktor dan
kuinklorak diyakakini mampu mengendalikan gulma rumput. Herbisida fenoksi efektif
mengendalikan gulma berdaun lebar dan teki.
Penulis : Utomo (BPP Kecamatan Gatak)
Sumber :
http://budidayatanamanpadisawah.blogspot.co.id/2016/01/cara-pengendalian-gulma-pada-
tanaman.html
http://www.litbang.pertanian.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itp_10.pdf
Pengairan BerselangAir dalam budidaya padi merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi
sawah. Masalah pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah satu faktor penting
yang harus mendapat perhatian penuh demi mendapat hasil panen yang melimpah
diwaktu yang akan datang. Umumnya pemberian air yang dipraktekkan petani pada padi
sawah irigasi adalah dengan digenangi terus menerus sehingga sangat boros. Selain tidak
efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi (1) efisiensi serapan hara nitrogen, (2)
meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer, (3) dan menaikkan rembesan yang
menyebabkan makin banyak air irigasi yang dibutuhkan. Teknik hemat air pada padi
sawah merupakan upaya untuk menekan kehilangan air dipetakan sawah untuk
mempertahankan atau meningkatkan hasil gabah per satuan luas dan volume air. Umur
varietas padi sawah berpengaruh terhadap tingkat konsumsi air. Makin pendek atau
genjah (90-100 hari) umur tanaman padi, makin sedikit total konsumsi air bila dibanding
dengan varietas padi sawah berumur lebih panjang (>125 hari).
Pengairan berselang (intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam
kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara lain
untuk:
1. menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas;
2. memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat
berkembang lebih dalam;
3. mengurangi timbulnya keracunan besi;
4. mengurangi penimbunan asam organik dan hidrogen sulfida (H2S) yang menghambat
perkembangan akar;
5. mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat;
6. mengurangi kerebahan;
7. mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan
gabah);
8. menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen;
9. memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah);
10. memudahkan pengendalian hama keong mas;
11. mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang;
12. mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus;
Cara pengelolaan air dengan pengairan berselang adalah sebagai berikut:
1. Lakukan teknik pergiliran pengairan dalam satu musim tanam. Bibit ditanam pada
kondisi tanah jenuh air dan petakan sawah dialiri lagi setelah 3-4 hari. Pengelolaan air
selanjutnya diatur sebagai berikut: Lakukan pergiliran air selang 3 hari. Tinggi
genangan pada hari pertama lahan diairi sekitar 3 cm dan selama 2 hari berikutnya
tidak ada penambahan air. Lahan sawah diairi lagi pada hari ke 4. Cara pengairan ini
berlangsung sampai fase anakan maksimal. Mulai dari fase pembentukan malai sampai
pengisian biji, petakan sawah digenangi terus. Sekitar 10-15 hari sebelum tanaman
dipanen, petakan sawah dikeringkan. Lakukan pengairan berdasar ketersediaan air.
Perhatikan ketersediaan air selama musim tanam. Apabila sumber air tidak cukup
menjamin selama satu musim, maka lakukan pengairan bergilir dengan periode lebih
lama sampai selang 5 hari.
2. Lakukan pengairan dengan mempertimbangkan sifat fisik tanah. Pada tanah berpasir
dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek.
Sistem irigasi berselang merupakan sistem yang dapat diandalkan. Irigasi berselang dapat
meningkat hasil padi sebesar 7%, dibanding hasil pada lahan yang digenangi terus
menerus.
Penulis : Karyadi (BPP Kecamatan Gatak)
Sumber :
https://kabartani.com/tehnik-irigasi-dan-pengaturan-pengairan-pada-lahan-
persawahan.html
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/234-teknik-
irigasi-hemat-air
http://www.mangyono.com/2016/09/cara-dan-aturan-pengairan-sesuai-umur-tanaman-
padi-sawah.html
Jenis – Jenis Pupuk Dalam Budidaya PadiMemberi pupuk merupakan hal terpenting untuk dilakukan. Dikarenakan tanpa adanya
pupuk yang baik maka tanaman padi akan sulit untuk tumbuh dengan sempurna.
Tentunya akan mendapatkan hasil panen yang tidak bisa maksimal pula.
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan yang
dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah.Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan,
tanaman padi memerlukan hara N sebanyak 17,5 kg (setara 39 kg Urea), P sebanyak 3
kg (setara 9 kg SP-36) dan K sebanyak 17 kg (setara 34 kg KCl). Dengan demikian bila
petani menginginkan hasil gabah yang tinggi tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak.
Pada dasarnya pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Terdapat 2 jenis pupuk yaitu
pupuk anorganik (pupuk pabrik) dan pupuk organik.
Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan tetap mempertahankan kesuburan
tanah, maka perlu dilakukan kombinasi pemupukan antara pupuk anorganik dengan
pupuk organik. Keuntungan dari aplikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah
kekurangan sifat pupuk organik dipenuhi oleh pupuk anorganik, sebaliknya kekurangan
dari pupuk anorganik dipenuhi oleh pupuk organik. Jenis pupuk yang diperlikan pada
budidaya padi adalah sebagai berikut :
UREA
Pupuk Urea diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara Nitrogen
(N). Adapun manfaat dari unsur N adalah: Menjadikan bagian daun menjadi hijau segar
sehingga banyak mengandung butir hijau daun yang diperlukan dalam proses fotosintesa.
Mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi, jumlah anakan, tunas dan lain-lain)
sehingga memperbanyak produksi serta menambah kandungan protein dari hasil
tanaman.
ZA
Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen (N) dan
Belerang (S). Adapun manfaat dari unsur hara Belerang (S) adalah : Membantu
pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau. Menambah kandungan protein dan
vitamin tanaman. Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada proses pembuatan
gula. Memacu pertumbuhan anakan produktif. Pemberian belerang mempunyai pengaruh
yang positif terhadap hasil produksi padi sawah.
SuperPhostPupuk SuperPhost diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara
Fosfat (P) Adapun manfaat dari unsur hara Fosfat (P) adalah : Memacu pertumbuhan
akan dan pembentukan sistim perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur hara
lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat dan kuat. Menambah daya
tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Mempercepat pertumbuhan
jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman. Memacu pertumbuhan generatif
tanaman yaitu mempercepat pembentukan bunga dan masaknya buah/bji sehingga
mempercepat masa panen. Memperbesar prosentase pembentukan bunga menjadi buah
dan biji.
KCL
Pupuk KCL diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Kalium (K).
Adapun manfaat unsur hara Kalium (K) adalah : Memperlancar proses fotosintesa.
Memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan Memperkuat ketegaran batang
sehingga mengurangi resiko mudah rebah. Mengurangi kecepatan pembusukan hasil
selama pengangkutan dan penyimpanan. Menambah daya tahan tanaman terhadap
serangan hama, penyakit dan kekeringan. Memperbaiki mutu hasil yang berupa bunga
dan buah (rasa dan warna).
Sebagai pengganti pupuk anorganik bila terjadi kelangkaan pupuk, ataupun harga pupuk
pabrik yang mahal, dapat digunakan pupuk organik dalam bentuk Azolla, Sesbania,
Gliricidia, orok-orok dan petai cina. Kelebihan pupuk hijau tersebut adalah mampu
menambat N berasal dari udara dalam jumlah yang cukup besar serta tumbuh dengan
cepat. Sebagai gambaran, tanaman Azolla mampu menambat N dari udara sebanyak 60
kg N/ha, Sesbania : 267 kg N/ha, Gliricidia : 42 kg N/ha, Orok-orok : 110 kg N/ha dan petai
cina : 200 kg N/ha. Secara umum dikatakan bahwa pupuk hijau mampu memenuhi
kebutuhan hara N sebanyak 80 % kebutuhan N tanaman. Pemberian pupuk hijau dapat
dilakukan dengan cara membenamkan daun-daunnya ke dalam tanah pada waktu
pengolahan tanah.
Hal yang diperhatikan saat pemupukan adalah faktor cuaca, karena jika melakukan
pemupukan di saat hujan turun maka akan terjadi pencuncian unsur hara, sehingga unsur
hara yang di serap oleh akar tanaman akan diperoleh sedikit, dan juga kadar dosis untuk
pemupukan tanaman per hektar perlu diperhatikan agar dapat mengurangi
perkembangbiakan organisme pengganggu tanaman (OPT), serta memahami sifat fisik,
kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain tingkat kesuburannya, agar pertumbuhan
tanaman padi bisa memberikan hasil yang produktif.
Penulis : Saryanto (BPP Kecamatan Gatak)
Sumber :
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/226-
pemupukan-pada-tanaman-padi
http://www.budidayapetani.com/2015/11/jenis-jenis-pupuk-yang-digunakan-untuk.html
http://dspenganten.blogspot.co.id/2013/07/mengenal-jenis-pupuk-dan-manfaatnya.html
Pemupukan Unsur N Dengan Bagan Warna Daun (BWD)Unsur hara N (Nitrogen) sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu untuk
pembentukan batang dan daun. Namun demikian, pemakaian pupuk yang mengandung
unsur N secara berlebihan juga akan berakibat buruk pada tanaman, yaitu tanaman
mudah rebah dan mudah terserang penyakit. Selain pemborosan, pemakaian pupuk N
yang berlebihan mengakibatkan rusaknya struktur kimia tanah dan pencemaran
lingkungan. Mengetahui waktu yang tepat untuk memberikan pupuk dengan unsur hara N
tentu saja akan meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara N oleh tanaman.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pemupukan N adalah faktor musim
tanam. Pada musim hujan jumlah pupuk N yang diaplikasikan lebih sedikit daripada
musim kemarau. Hal ini disebabkan pada musim hujan jumlah anakan cenderung lebih
banyak dan tanaman padi relatif lebih tinggi sehingga sinar matahari tidak sampai ke
pangkal batang (bagian bawah tanaman) dan mengurangi produksi makanan pada daun.
Akibatnya tanaman tidak dapat menggunakan semua pupuk N yang diaplikasikan.
Sedangkan pada musim kemarau, tanaman padi cenderung lebih pendek dengan jumlah
anakan yang sedikit sehingga perlu penambahan pupuk N untuk meningkatkan jumlah
anakan dan rata-rata produksi makanan. Untuk penentuan dosis pemupukan unsur N bisa
menggungakan Bagan Warna Daun (BWD).
Bagan warna daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk
mengetahui kadar hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna,
mulai dari hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan daun
tanaman padi. Sebagai contoh, kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti tanaman
kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya, jika daun tanaman berwarna hijau
tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada BWD berarti
tanaman sudah memiliki hara N yang cukup sehingga tidak perlu lagi dipupuk. Cara
menggunakan BWD adalah sebagai berikut :
1. Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk
dasar N dengan takaran 50-75 kg per hektar. Pada saat itu BWD belum diperlukan.
2. Pengukuran tingkat kehijauan daun padi dengan BWD dimulai pada saat tanaman
berumur 25-28 HST. Pengukuran dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali, sampai tanaman
dalam kondisi bunting atau fase primordia. Cara ini berlaku bagi varietas unggul biasa.
Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan daun
tanaman dilakukan sampai tanaman sudah berbunga 10%.
3. Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih
daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun.
4. Taruh bagian tengah daun di atas BWD, lalu bandingkan warna daun tersebut dengan
skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antara dua skala warna di BWD,
maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya 3,5 untuk nilai warna
daun yang terletak di antara skala 3 dengan skala 4 BWD.
5. Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD, petugas tidak boleh menghadap
sinar matahari, karena mempengaruhi nilai pengukuran.
6. Bila memungkinkan, setiap pengukuran dilakukan pada waktu dan oleh orang yang
sama, supaya nilai pengukuran lebih akurat.
7. Jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai
rata-rata kurang dari 4,0 maka tanaman perlu diberi pupuk N dengan takaran:
50-70 kg urea per hektar pada musim hasil rendah (di tempat-tempat tertentu
seperti Subang Jawa Barat, musim hasil rendah adalah musim kemarau).
75-100 kg urea per hektar pada musim hasil tinggi (di tempat-tempat tertentu
seperti Kuningan Jawa Barat dan Sragen Jawa Tengah, musin hasil tinggi adalah
musim kemarau).
100 kg urea per hektar pada padi hibrida dan padi tipe baru, baik pada musim hasil
rendah maupun musim hasil tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan pemupukan N dapat
menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 15 - 20% dari takaran yang umum
digunakan petani tanpa menurunkan hasil. Maka sebaiknya setiap petani harus memiliki
bagan warna daun tersebut.
Penulis : Saryanto (BPP Kecamatan Gatak)
Sumber :
http://www.gerbangpertanian.com/2011/03/7-langkah-menggunakan-bagan-warna-daun.html
http://tabloidsahabatpetani.com/efisiensi-pemupukan-nitrogen-pada-tanaman-padi/