Aktifitas | Student Blog · Web viewTepung roti harus segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik...
Transcript of Aktifitas | Student Blog · Web viewTepung roti harus segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik...
PERANCANGAN PABRIK
“ NUGGET WORTEL “
Oleh :
Merlyana Kusuma W. 105100300111026
Rizkiyatul M. 105100300111030
Shinta Eka L. 105100301111042
Laella Mallini 105100301111050
Suka Wika P. 0911030122
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia dituntut untuk menjadi lebih
praktis dan lebih efisien dalam menjalankan kehidupannya. Salah satu akibatnya
adalah terjadinya perubahan pola konsumsi pangan. Perubahan gaya konsumsi
menjadikan makanan siap masak (ready to cook) dan siap makan (ready to eat)
menjadi alternatif pilihan masyarakat. Konsumsi fast food mulai menjadi kebiasaan di
masyarakat karena jenis makanan tersebut mudah diperoleh dan dapat disajikan
dengan cepat. Salah satu produk fast food adalah produk olahan daging, termasuk
daging ayam.
Nugget merupakan salah satu produk pangan cepat saji yang saat ini dikenal
baik oleh masyarakat. Nugget, seperti juga sosis, burger, dan corned, telah menjadi
salah satu pilihan masyarakat sebagai produk pangan yang praktis. Nugget terbuat
dari daging cincang yang telah dibumbui dan biasanya dibentuk menjadi bulat, stik
atau bentuk lain. Produk nugget yang ada di pasaran biasanya berupa nugget ayam,
nugget daging sapi, dan nugget ikan. Saat ini nugget ayam adalah salah satu produk
unggas yang cukup populer.
Di sisi lain meningkatnya kesadaran masyarakat tentang gizi dan kesehatan
mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan mempunyai efek menyehatkan. Kondisi ini harus disadari dan segera
direspon oleh produsen, tidak terkecuali oleh industri chicken nugget. Salah satu
upaya untuk memenuhi keinginan konsumen adalah upaya pengembangan produk
baru dan inovasi teknologi.
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka dalam penelitian ini dilakukan
pengembangan produk baru berbasis chicken nugget dengan penambahan flakes
wortel. Tujuan utama penambahan flakes wortel disini adalah untuk meningkatkan
palatabilitas produk chicken nugget dan menurunkan harga bahan baku (raw
material). Selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan penerimaan konsumen
terhadap produk chicken nugget karena adanya efek positif dari penambahan flakes
wortel. Penambahan flakes wortel juga bertujuan untuk meningkatkan kandungan
serat makanan dan karotenoid, terutama β-karoten pada produk chicken nugget.
Ada beberapa alasan mengapa wortel dipilih sebagai “vegetable” yang
ditambahkan pada chicken nugget. Salah satunya adalah wortel merupakan tumbuhan
yang sudah popular (Heinerman, 2003). Produk hortikultura ini telah dikenal oleh
masyarakat luas karena kandungan gizinya. Wortel (Daucus carota Linneus) terkenal
sebagai sayuran sumber provitamin A karena kandungan β-karotennya yang tinggi.
Kondisi ini diharapkan dapat memudahkan perusahaan dalam memasarkan produk
chicken nugget vegetable.
Selain kandungan vitamin dan mineralnya, wortel juga merupakan sumber
serat yang baik. Meskipun tidak memiliki nilai gizi, ternyata serat makanan diakui
memberikan pengaruh positif bagi metabolisme zat gizi dan kesehatan tubuh. Peranan
serat makanan untuk kesehatan tubuh seringkali dikaitkan penyakit konstipasi,
kegemukan (obesitas) serta memberikan efek hipokolesterolemik dengan cara
mengikat asam empedu dan membuangnya ke feses. Peranan terakhir ini berkaitan
erat dengan pencegahan penyakit jantung koroner.
Ditinjau dari segi organoleptik, wortel memiliki warna yang menarik. Warna
merah kekuningan hingga merah jingga menjadikan wortel memiliki daya pikat
tersendiri. Selain itu, wortel memiliki rasa yang enak sehingga digemari oleh
masyarakat. Tekstur umbi wortel juga sangat baik (renyah), tidak telalu keras dan
tidak terlalu lembek. Alasan lain pemilihan wortel sebagai salah satu bahan baku
dalam pembuatan chicken nugget vegetable adalah umbi wortel dapat diawetkan
dalam bentuk flakes melalui proses pengeringan. Penyimpanan dalam bentuk flakes
kering ini memungkinkan industri untuk menyimpan dalam waktu yang cukup lama
sebagai stok sehingga memudahkan penggunaannya sebagai bahan baku industri.
Selain itu, penyimpanan dalam bentuk flakes kering dapat menghemat cost
perusahaan. Penyimpanan flakes wortel tidak memerlukan refrigerasi. Selain itu
flakes wortel memiliki berat dan volume yang kecil sehingga diperlukan ruang yang
lebih kecil untuk menyimpannya.
1.2 Tujuan
1. meningkatkan palatabilitas produk chicken nugget dan menurunkan harga
bahan baku (raw material).
2. Diharapkan dapat meningkatkan penerimaan konsumen terhadap produk
chicken nugget karena adanya efek positif dari penambahan flakes wortel.
3. Meningkatkan kandungan serat makanan dan karotenoid, terutama β-karoten
pada produk chicken nugget.
4. Identifikasi kandungan protein, lemak, karbohidrat, air, abu, serat makanan
(IDF dan SDF), dan total karoten, pada produk chicken nugget vegetable.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nugget
Nugget adalah suatu bentuk produk daging giling yang dibumbui, kemudian
diselimuti oleh perekat tepung, pelumuran tepung roti (breading), dan digoreng
setengah matang lalu dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama
penyimpanan. Nugget seperti hasil olahan daging pada umumnya memiliki
kelemahan pada kandungan serat yang rendah (Bintoro, 2008). Nugget adalah suatu
bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang dicetak dalam
bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung berbumbu (battered dan
braded) (Maghfiroh, 2000). Nugget dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam
(deep fat frying) (Saleh et al, 2002). Nugget dibuat dari daging giling yang diberi
bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk tertentu, dikukus,
dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan diselimuti tepung roti (breading).
Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu produk
yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian
dibekukan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan selama
1 menit pada suhu 150º C (Afrisanti, 2010).
Standarisasi kualitas untuk bahan pangan untuk nugget meliputi sifat kimia
dan organoleptik. Persyaratan untuk menguji kualitas bahan pangan menggunakan uji
kualitas kimia meliputi kadar lemak, air, abu, protein dan karbohidrat. Uji kualitas
organoleptik meliputi aroma, rasa, dan tekstur. Pada SNI.01-6638-2002
mendefinisikan nugget ayam sebagai produk olahan ayam yang dicetak, dimasak,
dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan
(BSN, 2002).
2.2 Pembuatan Nugget
Pembuatan nugget mencakup lima tahap, yaitu penggilingan yang disertai
oleh pencampuran bumbu, es dan bahan tambahan, pengukusan dan pencetakan,
pelapisan perekat tepung dan pelumuran tepung roti, penggorengan awal (pre-frying)
dan pembekuan (Aswar, 2005). Tahapan pembuatan nugget adalah sebagai berikut:
1. Penggilingan
Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15ºC, yaitu dengan
menambahkan es pada saat penggilingan daging (Tanoto, 1994). Pendinginan ini
bertujuan untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Pada proses
penggilingan daging terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan panas. Air
yang ditambahkan ke dalam adonan nugget pada waktu penggilingan daging keong
sawah dalam bentuk serpihan es. Air es digunakan untuk mempertahankan temperatur
selama pendinginan. Air es selain berfungsi sebagai fase pendispersi dalam emulsi
daging, juga berfungsi untuk melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut
garam yang akan melarutkan protein myofibril (Afrisanti, 2010).
2. Pengukusan
Pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan granula-granula pati
yang disebut gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan peristiwa pengembangan granula
pati sehingga granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan semula (Winarno,
1997). Mekanisasi gelatinisasi, diawali oleh granula pati akan menyerap air yang
memecah kristal amilosa dan memutuskan ikatan–ikatan struktur heliks dari molekul
tersebut. Penambahan air dan pemanasan akan menyebabkan amilosa berdifusi keluar
granula, sehingga granula tersebut hanya mengandung sebagian amilopektin dan akan
pecah membentuk suatu matriks dengan amilosa yang disebut gel (Winarno, 1997).
3. Batter dan Breading
Menurut Fellow (2000), perekat tepung (batter) adalah campuran yang terdiri
dari air, tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk
sebelum dimasak. Pelumuran tepung roti (breading) merupakan bagian yang paling
penting dalam proses pembuatan produk pangan beku dan industri pangan yang lain.
Coating adalah tepung yang digunakan untuk melapisi produk-produk makanan dan
dapat digunakan untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan
penyimpangan. Breading dapat membuat produk menjadi renyah, enak dan lezat.
Nugget termasuk salah satu produk yang pembuatannya menggunakan batter dan
breading. Batter yang digunakan dalam pembuatan nugget berupa tepung halus dan
berwarna putih, bersih dan tidak mengandung benda–benda asing. Tepung roti harus
segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik atau asam, warnanya cemerlang, serpihan
rata, tidak berjamur dan tidak mengandung benda-benda asing (BSN, 2002).
4. Penggorengan
Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan orang dengan
menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang digoreng mempunyai
permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul disebabkan karena
reaksi pencoklatan (Maillard) (Ketaren, 1986). Reaksi Maillard terjadi antara protein,
asam amino, dan amin dengan gula aldehida dan keton, yang merupakan penyebab
terjadinya pencoklatan selama pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama
pada bahan pangan berprotein. Penggorengan awal (pre-frying) adalah langkah yang
terpenting dalam proses aplikasi batter dan breading. Tujuan penggorengan awal
adalah untuk menempelkan perekat tepung pada produk sehingga dapat diproses lebih
lanjut dengan pembekuan selanjutnya didistribusikan kepada konsumen.
Penggorengan awal akan memberikan warna pada produk, membentuk kerak pada
produk setelah digoreng, memberikan penampakan goreng pada produk serta
berkontribusi terhadap rasa produk (Fellow, 2000). Penggorengan awal dilakukan
dengan menggunakan minyak mendidih (180-195°C) sampai setengah matang. Suhu
penggorengan jika terlalu rendah, pelapis produk menjadi kurang matang. Jika suhu
terlalu tinggi, pelapis produk akan berwarna gelap dan gosong. Waktu untuk
penggorengan awal adalah sekitar 30 detik. Penggorengan awal dilakukan karena
penggorengan pada produk akhir hanya berlangsung sekitar 4 menit, atau tergantung
pada ketebalan dan ukuran produk (Tanoto, 1994). Menurut Jamaludin et al (2008)
selama proses penggorengan terjadi secara simultan perpindahan panas dan massa.
2.3 Nugget Sayur
Sayuran merupakan sumber serat yang utama, antioksidan alami, dan banyak
mengandung vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai zat pengatur. Menurut
Nurhadi (2011) sayuran berwarna lebih baik daripada sayuran yang tidak berwarna
karena warna pada makanan memiliki efek fungsional bagi tubuh. Warna pada
makanan memiliki khasiat masing – masing dan tergantung dari pigmen yang
membentuk warna tersebut. Contoh sayuran berwarna yaitu bayam, kangkung,
wortel, daun singkong, daun pepaya, daun katuk, tomat, kacang panjang, dan
sebagainya.
Nugget sayur adalah nugget yang dicampur dengan sayuran baik itu wortel,
brokoli atau bayam merah kaya gizi dengan kandungan murni daging ayam.
Ditambah susu segar, telur dan keju. Diberi racikan bumbu alami. Dan dibalut tepung
roti renyah. Mengandung omega-3, zat besi serta protein ayam, telur dan susu dan
keju. Kandungan zat gizi alami dalam sayuran hijau sangat banyak. Selain kaya
dengan vitamin A dan C, sayuran hijau juga mengandung berbagai unsur mineral
seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua
merupakan sumber karotenoid (pigmen dalam tanaman yang terdapat pada tumbuhan)
terbaik dan tergolong penting untuk memerangi radikal bebas (Prihantoro, 2003).
2.4 Wortel
Wortel (Daucus carota L) merupakan jenis sayuran yang tergolong umbi akar
yang berbentuk bulat panjang, berasa agak manis, gurih dan renyah. Umbi wortel
berkulit tipis dan berwarna kemerah-merahan karena mengandung karotenoid yang
tinggi. Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran tropis yang dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah dan dapat tumbuh sepanjang musim (Rubatzky dan Yamasuchi,
1995).
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (tumbuhan biji tertutup)
Kelas : Dicotylodone (tumbuhan berbiji keping-kepingan)
Ordo : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota L.
Wortel (Daucus carota L) termasuk kelompok sayuran yang memiliki umbi
berwarna jingga. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau
akarnya. Wortel merupakan bahan pangan yang kaya akan kandungan gizi yaitu β-
karoten sebagai sumber antioksidan alami, serat pangan, tokoferol, asam askorbat,
dan α-tokoferol (Ali dkk, 2003).Tanaman wortel tumbuh baik didaerah yang
mempunyai suhu udara dingin dan lembab. Tanaman wortel menghendaki tanah yang
gembur dan subur dengan pH 5,5-6,5 dan ketinggian diatas 600 meter diatas
permukaan laut. Pada ketinggian 1200 meter tanaman ini tumbuh lebih baik (Friska,
2002).
2.5 Kandungan Gizi
Standarisasi kualitas untuk bahan pangan untuk nugget meliputi sifat kimia
dan organoleptik. Persyaratan untuk menguji kualitas bahan pangan menurut Badan
Standarisasi Nasional (2002) menggunakan uji kualitas kimia meliputi kadar lemak,
air, abu, protein dan karbohidrat. Uji kualitas organoleptik meliputi aroma, rasa, dan
tekstur. Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2002) pada SNI 01-6638-2002
mendefinisikan nugget ayam sebagai produk olahan ayam yang dicetak, dimasak,
dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Sebagai pedoman standar karakteristik nugget wortel, mengacu pada SNI 01–
6638–2002 (BSN, 2002) yang membahas tentang standar kualitas nugget ayam.
Berikut ini persyaratan mutu dan karakateristik nugget ayam:
No
.
Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Aroma - Normal
1.2 Rasa - Normal
1.3 Tekstur - Normal
2 Benda asing - Tidak boleh ada
3 Air % b/b Max 60
4 Protein % b/b Min 12
5 Lemak % b/b Max 20
6 Karbohidrat % b/b Max 25
7 Kalsium Mg/100 gr Max 30
8 Bahan tambahan
8.1 Pengawet - -
8.1 Pewarna - -
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
pisau
kukusan
parutan
panci
mixer
baskom
loyang
cobek
sendok
kemasan plastik
piring
freezer
kompor gas
cetakan
peeler
3.2 Bahan
wortel
roti tawar (buang kulitnya)
susu cair
bawang bombay
bawang putih
merica bubuk
telur
garam
tepung terigu
tepung panir
Roti tawar
Dimixer
Susu cair, kuning telur, bawang bombay, bawang putih, garam dan merica bubuk
Wortel dan tepung teriguDiaduk
Dikukus 20 menit
Dicetak
Battering dan breading
Putih telur dan tepung panir
Dikemas
Dibekukan ke dalam freezer
Disimpan
3.3 Diagram Alir
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Operation Process Chart (OPC)
PETA PROSES OPERASI
Identitas Peta
Nama Obyek : Nugget Sayur
No. Peta : 1
Dipetakan Oleh : Shinta, Rizkiyatul, Merlyana. Laella, Wika
Tanggal Dipetakan : 4 April 2013
B. Hasil Perbandingan Skala Lab dan Skala Ganda
1. Uji Organoleptik
Uji Organolepti
kSkala Lab Skala Ganda
Aroma Nugget Nugget
Rasa Wortel, susu dan asinWortel, susu dan roti (lebih dominan)
Warna Kuning keemasan Kuning keemasan
Tekstur Lembut Lembut
2. Perhitungan Kadar Air
Skala LaboratoriumBerat cawan kosong = 46 gramBerat sampel = 20 gramBerat konstan = 61 gram
Kadar Air = Berat sampel – (Berat konstan – Berat cawan kosong) x 100% Berat sampel
= 20 gram – ( 61 gram – 46 gram ) x 100 % 20 gram
= 20 gram – 15 gram x 100 % 20 gram
= 25 % Skala Ganda
Berat cawan kosong = 40 gramBerat sampel = 17 gramBerat konstan = 51 gram
Kadar Air = Berat sampel – (Berat konstan – Berat cawan kosong) x 100% Berat sampel
= 17 gram – ( 51 gram – 40 gram ) x 100
17 gram
= 17 gram – 11 gram x 100 %
17 gram
= 35,29 %C. Daftar Mesin dan Peralatan
No. Mesin dan Peralatan Fungsi1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Pisau
Kukusan
Parutan
Panci
Mixer
Baskom
Loyang
Cobek
Sendok
Kemasan plastik
Piring
Freezer
Kompor gas
Cetakan
Digunakan untuk memotong bahan.
Digunakan untuk mengukus bahan agar menjadi matang/
Digunakan untuk mengecilkan ukuran wortel
Digunakan untuk melakukan blanching wortel.
Digunakan untuk mencampurkan semua bahan.
Digunakan untuk mencuci wortel
Digunakan sebagai wadah untuk pengukusan dan pencetakan
Digunakan untuk menghaluskan bumbu.
Digunakan untuk mengaduk bahan.
Digunakan untuk meletakkan bahan sebelum dikukus.
Digunakan untuk meletakkan tepung panir
Digunakan untuk penyimpanan/pembekuan
Digunakan untuk pemasakan, sebagai bahan bakar.
Digunakan untuk mencetak bahan.
15. Peeler Digunakan untuk melakukan pengupasan wortel.
D. Kebutuhan Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Utilitas
No BahanBerat
Skala Lab Skala Ganda
1.
2.
3.
Bahan Baku :
a. Wortel
b. Roti tawar kupas
c. Susu cair
d. Kuning telur
e. Tepung terigu
Bahan Tambahan :
a. Bawang Bombay
b. Bawang putih
c. Merica bubuk
d. Garam
e. Putih telur
f. Tepung panir
Utilitas :
a. Gas elpiji
b. Air
c. Listrik
100 gr
27 gr
100 ml
1 butir (3 gr)
70 gr
1/4 buah (1 gr)
1siung (0.5 gr)
1 sdt (0.5 gr)
2 sdt (1 gr)
1 butir (3 gr)
50 gr
1 kg
19 liter
-
1000 gr
150 gr
800 ml
10 butir (30 gr)
158 gr
1.5 buah (6 gr)
10 siung (5 gr)
10 gr
5 sdm (2.5 gr)
10 butir (30 gr)
200 gr
1 kg
25 liter
10 watt
E. Rendemen Produk
Rumus : Berat akhir x 100 %Berat awal
- Skala Laboratorium :Berat Awal : 356 gramBerat Akhir : 493 gramRendemen : 356 x 100 % = 138,48 %
493 - Skala Ganda :
Berat Awal : 2383.5 gramBerat Akhir : 3040 gramRendemen : 3040 x 100 % = 127,54 %
2383.5
- Neraca Massa1. Skala Laboratorium
a. Potongan Wortel Pengupasan
Pemotongan
Blanching
b. Pembuatan Nugget Pengecilan Ukuran
Pencampuran 1
Pencampuran 2 dan Pengadukan 1
Pencampuran 3 dan Pengadukan 2
Pengukusan
Pencetakan
Battering dan Breading
Pengemasan dan Penyimpanan
2. Skala Gandaa. Potongan Wortel
Pengupasan
Pemotongan
Blanching
b. Pembuatan Nugget Pengecilan Ukuran
Pencampuran 1
Pencampuran 2 dan Pengadukan 1
Pencampuran 3 dan Pengadukan 2
Pengukusan
Pencetakan
Battering dan Breading
Pengemasan dan Penyimpanan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Nugget adalah suatu bentuk produk daging giling yang dibumbui, kemudian
diselimuti oleh perekat tepung, pelumuran tepung roti (breading), dan digoreng
setengah matang lalu dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama
penyimpanan. Nugget seperti hasil olahan daging pada umumnya memiliki
kelemahan pada kandungan serat yang rendah. Pembuatan nugget wortel dapat
mengatasi adanya kelemahan nugget daging, yaitu adanya kandungan serat dalam
nugget wortel.
Pembuatan nugget ini dilakukan pada skala lab dan skala ganda. Standarisasi
kualitas untuk bahan pangan untuk nugget meliputi sifat kimia dan organoleptik.
Persyaratan untuk menguji kualitas bahan pangan menggunakan uji kualitas kimia
meliputi kadar air. Uji kualitas organoleptik meliputi aroma, rasa, dan tekstur. Uji
kadar air nugget pada skala lab didapatkan sebesar 25% dan kadar air nugget pada
skala ganda sebesar 35,29%. Uji organoleptik nugget wortel skala lab didapatkan
hasil yaitu memiliki aroma nugget, rasa kombinasi dari wortel, susu dan cenderung
asin, berwarna kuning keemasan dan bertekstur lembut. Untuk organoleptik nugget
skala ganda didapatkan hasil yaitu memiliki aroma nugget, rasa kombinasi dari
wortel, susu dan roti lebih dominan, berwarna kuning keemasan dan bertekstur
lembut. Dari hasil yang didapatkan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan
nugget skala lab dan skala ganda ada sedikit perbedaan.
5.2 Saran
Pembuatan nugget membutuhkan peralatan yang memadai agar hasil yang
didapatkan lebih baik. Perlunya ketelitian dalam menimbang bahan juga sangat
berpengaruh dalam hasil yang didapatkan. Dalam proses pembuatan sebaiknya
melakukan penelitian pendahuluan karena takaran bahan dalam jurnal terkadang tidak
sesuai dengan kondisi sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci dengan Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Program Studi Peternakan. Fakultas Pertanian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Ali, N.B Venus, E.Rahayu dan H.Sunarjono. 2003. Wortel Lobak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Aswar. 2005. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp.). Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Nugget Ayam. SNI 01-6683-2002. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Bintoro,V.P. 2008. Teknologi Pengolahan Daging dan Analisis Produk. Universitas Diponegoro, Semarang.
Erawaty, R.W. 2001. Pengaruh Bahan Pengikat, Waktu Penggorengan dan Daya Simpan terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Produk Nugget Ikan Sapu – Sapu (Hyposascus pardalis). Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Fellow, A.P. 2000. Food Procession Technology, Principles and Practise.2nd ed. Woodread.Pub.Lim. Cambridge. England. Terjemahan Ristanto.W dan Agus Purnomo.
Friska, T. 2002. Penambahan Sayur Bayam (Amaranthus tricolor L), Sawi (Brassica juncea, L.), dan Wortel (Daucus carota, L) pada Pembuatan Crackers Tinggi Serat Makanan. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Heinerman, J. 2003. Ensiklopedia Juice Buah dan Sayur untuk Penyembuhan. Terjemahan: Hermes. Delapratasa PresS. Jakarta.
Jamaludin, R.B; Hastuti P; dan Rochmadi.2008. Model Matematik Perpindahan Panas dan Massa Proses Penggorengan Buah pada Keadaan Hampa. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta : Universitas Gajah mada.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan ke VI. 2001. Jakarta : Universitas Indonesia Press41.
Maghfiroh, I. 2000. Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Terhadap Karakteristik Nugget dari Ikan Patin (Pangasius hypothalamus). Skripsi, Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nurhadi, B. 2011. Manfaat yang Terkandung dalam Warna Warni Makanan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Palungkun, R., A. Budiarti. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Prihantoro, S. 2003. Pengembangan Produk Nugget Berbasis Sayuran dengan Bahan Pengikat Tepung Beras sebagai Pangan Fungsional. Skripsi IPB. Bogor.
Rahayu, R.Y. 2007. Komposisi Kimia Rabbit Nugget dengan Komposisi Filler Tepung Tapioka yang Berbeda. Skripsi.Yogyakarta : Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada
Rismunandar, M., N. Riski. 2003. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Edisi revisi. Jakarta : Penebar Swadaya
Rubatzky, V. E. dan M. Yamasuchi. 1995. Dunia Sayuran I. Ganesha Exact. Bandung.
Saleh, M., K. Prana, S. Hartatik. 2002. Dokumen Tepat Guna. Institut Pertanian Bogor. UPT. Perpustakaan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tanoto, E. 1994. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Tenggiri. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
a. Biaya Tetap :
pisau Rp 5.000 kukusan Rp 120.000 parutan Rp 10.000 panci Rp 25.000 oven Rp 175.000 baskom Rp 3.000 loyang Rp 16.500 sendok Rp 5.000 kemasan plastik Rp 7.000 piring Rp 3.000 wajan Rp 20.000 freezer Rp 1.750.000 kompor gas Rp 120.000 +
JUMLAH Rp 2.259.500
b. Biaya Variabel :
wortel Rp 2.000 roti tawar (buang kulitnya) Rp 6.000 susu cair Rp 11.000 margarine Rp 6.000 bawang bombay Rp 4.000 bawang putih Rp 3.000 merica bubuk Rp 2.000 telur Rp 4.000 garam Rp 500 tepung terigu Rp 4.000 tepung panir Rp 9.000 + JUMLAH Rp 51.500