Cultivation analysis

4
CULTIVATION ANALYSIS LATAR BELAKANG Cultivation analysis (George Gerbner) adalah sebuah teori yang memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi pesan-pesan media. Gerbner menitikberatkan media pada televisi sebagai media komunikasi massa. Menurutnya, bahwa dalam cultivation analysis televisi mengkultivasi (menanamkan) keyakinan tertentu mengenai kenyataan yang dianggap sebagai sesuatu yang umum oleh konsumen komunikasi massa. Gerbner mengamati bahwa kebanyakan dari apa yang kita ketahui atau yang kita pikir kita ketahui sebenarnya tidak pernah kita alami sendiri secara pribadi. Kita “mengetahui” hal tersebut karena adanya ceirta-cerita yang kita lihat dan kita dengar dari media. Gerbner juga menyatakan bahwa cultivation analysis ini mencerminkan transformasi pelan teori media dari ketergantungan pada perspektif transmisional menjadi penerimaan yang lebih luas akan perspektif ritual mengenai komunikasi massa. Perspektif transmisional melihat media sebagai pengirim pesan-pesan berupa informasi yang jelas ke seluruh penjuru ruang. Jadi orang dapat memilih untuk menggunakan informasi tersebut atau tidak menggunakan informasi tersebut sesuai kehendak mereka. Perspektif ritual mengonseptualisasikan media sebagai pembawa representasi mengenai keyakinan yang dimiliki bersama. ASUMSI CULTIVATION ANALYSIS 1. Secara esensi dan fundamental, televisi berbeda dengan bentuk-bentuk media massa lainnya. Untuk menonton televisi, kita tidak membutuhkan kemampuan membaca seperti halnya kita menikmati media seperti surat kabar atau koran dan media cetak lain. Televisi juga pada dasarnya gratis, tidak seperti film yang jika kita ingin menontonnya kita harus membayar sejumlah uang. Televisi juga mengombinasikan suara dan gambar (audio visual), tidak hanya audio (suara) seperti halnya radio. Menikmati televisi juga tidak terlalu membutuhkan mobilitas yang tinggi, artinya kita dapat stay di satu tempat untuk menikmati televisi, tidak harus ke bioskop, misalnya. Televisi juga dapat dikatakan sebagai “senjata budaya” yang utama karena kemudahan mengakses dan ketersediaannya. Televisi dapat memberikan pandangan yang berbeda dari sebuah masalah dan memberikan kesempatan pada

Transcript of Cultivation analysis

Page 1: Cultivation analysis

CULTIVATION ANALYSIS

LATAR BELAKANGCultivation analysis (George Gerbner) adalah sebuah teori yang memprediksikan dan

menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi pesan-pesan media. Gerbner menitikberatkan media pada televisi sebagai media komunikasi massa. Menurutnya, bahwa dalam cultivation analysis televisi mengkultivasi (menanamkan) keyakinan tertentu mengenai kenyataan yang dianggap sebagai sesuatu yang umum oleh konsumen komunikasi massa. Gerbner mengamati bahwa kebanyakan dari apa yang kita ketahui atau yang kita pikir kita ketahui sebenarnya tidak pernah kita alami sendiri secara pribadi. Kita “mengetahui” hal tersebut karena adanya ceirta-cerita yang kita lihat dan kita dengar dari media. Gerbner juga menyatakan bahwa cultivation analysis ini mencerminkan transformasi pelan teori media dari ketergantungan pada perspektif transmisional menjadi penerimaan yang lebih luas akan perspektif ritual mengenai komunikasi massa. Perspektif transmisional melihat media sebagai pengirim pesan-pesan berupa informasi yang jelas ke seluruh penjuru ruang. Jadi orang dapat memilih untuk menggunakan informasi tersebut atau tidak menggunakan informasi tersebut sesuai kehendak mereka. Perspektif ritual mengonseptualisasikan media sebagai pembawa representasi mengenai keyakinan yang dimiliki bersama.ASUMSI CULTIVATION ANALYSIS1. Secara esensi dan fundamental, televisi berbeda dengan bentuk-bentuk media massa

lainnya. Untuk menonton televisi, kita tidak membutuhkan kemampuan membaca seperti halnya kita menikmati media seperti surat kabar atau koran dan media cetak lain. Televisi juga pada dasarnya gratis, tidak seperti film yang jika kita ingin menontonnya kita harus membayar sejumlah uang. Televisi juga mengombinasikan suara dan gambar (audio visual), tidak hanya audio (suara) seperti halnya radio. Menikmati televisi juga tidak terlalu membutuhkan mobilitas yang tinggi, artinya kita dapat stay di satu tempat untuk menikmati televisi, tidak harus ke bioskop, misalnya. Televisi juga dapat dikatakan sebagai “senjata budaya” yang utama karena kemudahan mengakses dan ketersediaannya. Televisi dapat memberikan pandangan yang berbeda dari sebuah masalah dan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk memilih mereka akan lebih memihak pada siapa.

2. Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat kita. Asumsi kedua ini sangat berkaitan dengan dampat televisi. Gerbner dan Gross menyatakan bahwa “substansi dari kesadaran yang dikultivasi oleh televisi bukan merupakan sikap dan opini yang lebih spesifik dibandingkan asumsi-asumsi yang lebih mendasar mengenai ‘fakta-fakta’ kehidupan dan standar-standar penilaian yang mendasari penarikan kesimpulan”. Maksudnya, televisi pada dasarnya tidak berusaha untuk mempengaruhi kita melainkan hanya melukiskan gambaran yang kurang lebih meyakinkan mengenai seperti apa dunia yang sebenarnya. Fungsi kebudayaan utama dari televisi adalah untuk menstabilisasi pola-pola sosial, untuk memperkuat resistensi terhadap perubahan. Televisi adalah medium sosialisasi dan enkulturasi. Cultivation analysis tidak menyatakan mengenai apa yang akan kita lakukan berdasarkan menonton televisi yang penuh dengan kekerasan, melainkan, teori ini mengasumsikan bahwa menonton televisi yang penuh dengan kekerasan akan membuat kita merasa takut karena televisi menanamkan di dalam diri kita gambaran dunia yang kejam dan berbahaya.

3. Pengaruh dari televisi terbatas. Mungkin akan terdengar aneh jika dampak televisi terbatas apalagi ditambah dengan fakta bahwa televisi tersebar sangat luas. Tetapi kontribusi televisi terhadap budaya yang dapat diamati, diukur dan independen relatif kecil. Gerbner menyatakan bahwa permasalahan yang sebenarnya adalah bukan

Page 2: Cultivation analysis

bagaimana kasus yang ada pada tayangan program televisi tertentu yang ditonton oleh seseorang akan membentuk perilaku tertentu pada seseorang, tetapi menonton televisisecara umum memiliki dampak yang kumulatif dan menyebar luas terhadap pandangan kita mengenai dunia. Kita tidak bisa mengatakan bahwa suatu perilaku A merupakan dampak dari menonton acara A, tetapi Gerbner lebih menekankan bahwa dampak televisi bersifat kumulatif dan digambarkan seperti Analogi Zaman Es (bahwa televisi tidak memiliki satu dampak besar, melainkan mempengaruhi penonton melalui dampak-dampak yang berkelanjutan dan terbatas).

PROSES DAN PRODUK CULTIVATION ANALYSIS1. PROSES EMPAT TAHAP. Proses ini dikembangkan untuk menunjukkan secara

empiris keyakinan para peneliti bahwa televisi memiliki dampak kausal terhadap budaya. Tahap pertama adalah message system analysis, terdiri atas analisis isi mendetail dari pemrograman televisi untuk menunjukkan presentasi gambar, tema, nilai dan penggambaran yang paling sering berulang dan konsisten. Tahapan kedua yaitu formulation of question about viewers’ social realities, melibatkan penyusunan pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan sehari-hari mereka. Tahap ketiga yaitu surveying the audience yang mensyaratkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dari tahap kedua diberikan kepada anggota khalayak dan bahwa para peneliti menanyakan para penonton ini mengenai level konsumsi mereka. Tahap keempat yaitu comparing the social realities of light and heavy viewers. Bagi Garbner, terdapat sebuah cultivaton differential (persentase perbedaan dalam respons antara penonton televisi kelas ringan dan kelas berat) antara penonton televisi kelas ringan dan penonton televisi kelas berat. Garbner menjelaskan bahwa penonton kelas berat adalah mereka yang paling sering menonton televisi dari sekelompok sampel yang diukur, sementara penonton kelas ringan adalah mereka yang paling sedikit menonton televisi dari sekelompok sampel yang diukur.

2. MAINSTREAMING AND RESONANCE. Proses cultivation terjadi dalam dua cara: (1) Mainstreaming terjadi ketika simbol-simbol televisi mendominasi sumber informasi lainnya dan ide mengenai dunia (terutama bagi penonton kelas berat). Karena terlalu banyak menonton televisi, konstruksi realitas sosial seseorang akan bergerak ke arah mainstream, sebagai realitas budaya dominan yang lebih mirip dengan realitas dalam televisi, daripada dengan realitas eksternal mana pun yang dapat diukur dan objektif. Para penonton kelas berat cenderung percaya akan realitas mainstream bahwa dunia lebih berbahaya dari yang sebenarnya. Mainstream berarti bahwa para penonton televisi kelas berat dari co-budaya yang berbeda cenderung untuk memiliki keyakinan mengenai dunia yang sama dengan anggota dari kelompok co-budaya lain. (2) Resonance terjadi ketika hal-hal di dalam televisi, pada kenyataannya, sesuai dengan realitas keseharian pada penonton. Resonance memiliki dampak buruk bagi penonton karena dapat menghilangkan harapan mereka dapat membangun kehidupan yang lebih baik.Cultivation, baik sebagai mainstreaming maupun resonance menghasilkan dampak pada dua level. Dampak tingkat pertama merujuk pada pembelajaran mengenai fakta-fakta. Dampak tingkat kedua melibatkan hipotesis mengenai isu dan asumsi yang lebih umum yang dibuat oleh orang mengenai lingkungan mereka.

3. THE MEAN WORLD INDEX. Terdiri dari tiga pernyataan: (1) kebanyakan orang berhati-hati untuk diri mereka sendiri, (2) kita tidak dapat selalu berhati-hati dalam berurusan dengan orang, (3) kebanyakan orang akan mengambil keuntungan dari kita jika mereka memiliki kesempatan. Cultivation analysis mempredisksi bahwa persetujuan dengan pernyataan-pernyataan ini dari penonton kelas ringan dan berat akan berbeda. Penonton kelas berat memandang dunia sebagai dunia yang lebih kejam dibandingkan penonton kelas ringan.