cuka
-
Upload
nur-rohmah -
Category
Documents
-
view
790 -
download
11
Transcript of cuka
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 1 dari 10
Matakuliah : Mikrobiologi Industri
FERMENTASI ASAM CUKA
Nama : Nur Rohmah
NIM : 07/251815/BI/07914
Asisten : Abdulrahman Siregar
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 2 dari 10
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fermentasi adalah proses metabolisme dalam pengubahan ATP melalui
penguraian produk bahan-bahan organik yang dapat menyediakan sumber
hidrogen sekaligus sebagai aseptor hidrogen, misalnya pada fermentasi bahan
yang mengandung gula dapat dihasilkan alkohol, asam laktat dan asam Asetat
(Schlegel, 1994). Proses fermentasi merupakan mekanisme respirasi yang
aseptor elektron terakhirnya adalah bahan organik. Bila dibandingkan dengan
respirasi aerob, jumlah energi yang dihasilkan jauh lebih sedikit.
Sebagaimana respirasi aerob, dalam fermentasi, glukosa mula-mula diubah
menjadi asam piruvat melalui proses glikolisis. Perbedaannya, pada proses
fermentasi asam piruvat diubah menjadi asetildehid dan CO2 oleh enzim
piruvat dekarboksilase. Asetildehid kemudian diubah menjadi etanol dan
enzim alkohol dehidrogenase dengan melepaskan energi (Madigan et al.,
2003).
Fermentasi asam cuka merpakan pengubahan alkohol menjadi asam
cuka yang dilakukan oleh mikrobia tertentu. Mikrobia yang umum dipakai
dalam fermentasi asam cuka yaitu dari genus Acetobacter dan Glucobacter
(Adams and Moss, 1997). Asam asetat merupakan senyawa organik yang
mengandung gugus karboksilat. Asam asetat dengan kadar 2-12% disebut
vinegar (cuka). Senyawa ini yang memberikan rasa asam dan bau tajam pada
cuka. Cuka dapat dibuat dari bahan makanan yang mengandung gula atau pati
dengan cara fermentasi alkohol, diikuti dengan fermentasi asam cuka. Setiap
buah yang megandung gula lebih dari 9% dapat dikonversi menjadi cuka
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 3 dari 10
yang mengandung lebih dari 4 gram asam cuka per 100 ml larutan (Radiyati,
2000).
Gambar 1. reaksi fermentasi asam cuka (Wanto dan Subagyo, 1980).
Salah satu bakteri pembentuk asam cua adalah Axetobacter xylinum.
Jika ditumbuhkan dalam medium yang mengandung gula, bakteri tersebut
dapat mengubah 19% gula menjadi selulosa. Selulosa ini berupa benang-
benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk suatu
masa dan dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan bakteri Axetobacter xylinum adalah
tingkat keasaman medium, lama fermentasi, sumber karbon, sumber nitrogen,
konsentrasi starter dan suhu. Suhu merupakan faktor pembatas kehidupan
mikrobia, suhu yang tepat bergantung pada mikroorganisme yang terlibat dan
kondisi fermentasi (Radiyati, 2000).
Tabel 1. Komposisi Kimia air kelapa (Anonim, 2004).
No Komponen Persentase (%)
1 Air 95,5
2 Kalsium 6,6
3 Zat padat Total 4,71
4 Gula total 2,08
5 Gula Reduksi 0,80
6 Kalium Oksida 0,69
7 Mineral 0,62
8 Magnesium Oksida 0,59
9 Asam fosfat 0,56
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 4 dari 10
10 Zat Besi 0,50
11 Nitrogen 0,05
Proses pembasian air kelapa ini memberikan dampak yang positif
karena air kelapa secara alami terkontaminasi oleh bakteri asam cuka dan
fermentasi awal terjadi dan mengakibatkan turunnya pH air kelapa. Proses
pembasian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas air kelapa kecuali
jika fermentasi awal berrlngsung lama sehingga kadar gula air kelapa makin
menipis dan pada akhirnya air kelapa dapat busuk karena bakteri pembusuk
mengambil alih proses dekomposisi lanjut (Anonim, 2004).
B. Tujuan
Tujuan praktikum fermentasi asam cuka antara lain mempelajari
mikrobia khususnya bakteri yang berperan dalam pembuatan cuka serta
mempelajari cara menentukan produk aktivitas bakteri dalam fermentasi
cuka
II. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum fermentasi asam cuka
antara lain serangkaian alat gelas untuk titrasi (buret, erlenmeyer),
penyangga buret, pipet tetes, Tabung reaksi besar 50 ml, kertas sampul,
jarum ose, bejana pengecatan, kipas angin, penjepit kayu, penangas air,
lampu bunsen, gelas benda, dan mikroskop.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum
fermentasi asam cuka antara lain air kelapa, akuades netral, NaOH,
Indikator phenolphetalin 1%, Gram A, Gram B, Gram C, dan Gram D.
B. Cara Kerja
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 5 dari 10
Pada tahap fermentasi asam cuka, dimasukkan air kelapa ke dalam
10 tabung reaksi masing-masing 50 ml. Setelah itu tabung ditutup dengan
kertas buram, pada perlakuan aerasi, kertas buram dilubangi kecil-kecil. 5
tabung digunakan untuk perlakuan tidak dipanaskan, yaitu 1 tabung
kontrol tertutup, 2 tabung aerasi, dan 2 tabung non aerasi. Demikian pula
untuk perlakuan yang dipanaskan, dibutuhkan 5 tabung: 1 kontrol tertutup,
2 tabung aerasidan 2 tabung non aerasi. Pada perlakuan pemanasan,
tabung reaksi yang telah diisi dipanaskan dalam penangas air. Tabung-
tabung tersebut kemudian diinkubasi dalam suhu kamar (30±2ºC).
Pengamatan fermentasi yang diamati meliputi pengamatan aktivitas
mikrobia di dalam fermentasi dilakukan dengan pengambilan sampel pada
interval waktu tertentu (tiga hari dan 7 hari). Perubahan pH medium dan
keasaman total dengan titrasi diamati.
Pengamatan mikroskopi dilakukan dengan cara dibuat preparat
bakteri dengan pengecatan gram. Caranya, suspensi air kelapa diambil
menggunakan ose dan diratakan pada gelas benda yang ditetesi akuades
steril. Gelas benda di fiksasi dengan lampu bunsen, kemudian diberi label.
Gelas benda yang telah difiksasi diletakkan diatas rak pengecatan.
Selanjutnya ditetesi dengan Gram A selama 1 menit, dicuci dengan air
mengalir, dikeringanginkan, kemudian ditetesi dengan gram B selama 1
menit, dicuci dengan air mengalir, dan dikeringanginkan. Setelah kering,
apusan ditetesi dengan gram C selama 0,5 menit, dicuci dengan air
mengalir dan dikering anginkan, dan terakhir ditetesi dengan gram D
selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir dan dieringanginkan. Setelah
kering diamati dengan mikroskop. Bentuk sel, warna dan sifatnya terhadap
pengecatan gram diamati.
Dilakukan penentuan asam total dengan ditrasi. Diambil 5 ml
sampel dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 25 ml. Akuades netral
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 6 dari 10
ditambahkan sebanyak 10 ml dan dibubuhkan 2-3 tetes indikator
phenolphetalin 1%. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,1 N, dari
kemerahan (rose) sampai warna tepat hilang.
C. Analisis hasil
Kandungan total asam ditentukan berdasarkan jumlah (ml) NaOH
yang dipakai untuk titrasi dan dinyatakan sebagaiasam cuka (asam asetat)
dengan persamaan berikut ini:
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil pengamatan praktikum fermentasi asam cuka adalah sebagai
berikut.
Tabel 2. Hasil pengamatan organoleptik asam cuka
hari penga-matan
Warna rasa
Dipanaskan tidak dipanaskan dipanaskantidak di-
panaskan
aerasinon-
aerasi Aerasinon-
aerasi aerasinon-
aerasi aerasinon-
aerasihari ke 0 (11/10) Keruh Keruh Keruh Keruh
manis manis manis manis
hari ke 3 (14/10) Keruh Keruh Keruh Keruh asam asam asam asam hari ke 7 (18/10)
Lebih keruh
Lebih keruh
Lebih keruh
Lebih keruh asam asam asam asam
Tabel 3. Hasil pengukuran total asam cuka dan pH
hari % asam cuka Ph tidak dipanaskan Dipanaskan tidak dipanaskan aerasi non-aerasi aerasi non-aerasi aerasi non-aerasi0 0,12 5 4-5 6
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 7 dari 10
3 0,312 0,132 4 4 4 47 0,21 0,132 5 5 3 -- 4 4
Tabel 4. Hasil pengamatan mikrobia yang berperan dalam aktivitas fermentasi
asam cuka
Hari Gambar mikrobia Keterangan mikrobia Dipanaskan tidak dipanaskan Dipanaskan tidak dipanaskan
Aerasi non-aerasi Non- aerasi aerasi Aerasinon-
aerasiNon- aerasi Aerasi
0 3
Gram negatif bentuk bacil
Gram negatif bentuk bacil
Gram negatif, bentuk coccus, bacillus
Gram negatif, coccus
7
Gram negative coccus
Gram negative coccus
1. bacil tebal2. gram negatif, bacil ke-cil3. gram negatif, bulat hingga lonjong
1. gram negatif, bacil
2. Gram negatif, lonjong
B. PEMBAHASAN
Pada umumnya, asam cuka atau asam asetat terbentuk dari oksidasi etanol
hasil fermentasi alkohol. Namun pada praktikum ini dilakukan fermentasi asam
cuka dengan bahan dasar air kelapa. Sebelum menjadi asam cuka, etanol terlebih
dahulu dioksidasi menjadi aldehid. Baru aldehid dioksidasi lagi menjadi asam
cuka. Fermentasi asam cuka ini terjadi secara aerob, karena proses oksidasi
alkohol membutuhkan oksigen. Air kelapa dimasukkan kedalam tabung reaksi
besar, kemudian diinkubasi selama 7 hari. Pada hari ke 0,3, dan 7
dilakukanpengukuran pH. pH awal adalah 6 pada hari ke-0, berubah menjadi 4
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 8 dari 10
pada hari ke 3, dan berkisar antara 3-4 pada hari ke-7, baik pada perlakuan aerasi
maupun non aerasi. Hal ini menunjukkan air kelapa berubah menjadi bersifat
lebih asam. Pada uji organoleptik rasa, juga menunjukkan perubahan rasa air
kelapa yang pada hari ke-0 manis, menjadi asam pada hari ke-3 dan ke-7.
Perubahan air kelapa menjadi lebih asam disebabkan oleh aktivitas
mikrobia Acetobacter terhadap air kelapa yang mengandung alkohol. Alkohol
pada air kelapa dioksidasi menjadi acetaldehid, kemudian acetaldehid dioksidasi
menjadi asam asetat atau asam cuka. Asam cuka yang dihasilkan menyebabkan
pH air kelapa turun menjadi lebih asam. Fermentasi alkohol menjadi asam cuka
ini terjadi secara aerob karena terjadi oksidasi alkohol yang membutuhkan
oksigen.
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan
mikrobia. Temperatur pertumbuhan suatu mikrobia dibagi menjadi tiga kategori:
Temperatur minimum, temperatur optimum, dan maksimum. Temperatur
minimum pada suatu mikrobia ialah temperatur yang paling rendah dimana
kegiatanmikrobia masih berlangsung. Temperatur optimum adalah temperatur
yang paling baik untuk kehidupan mikrobia, sedangkan temperatur maksimum
adalah temperatur tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikrobia, tetapi pada
tingkatan fisiologi yang paling minimal (Clifton,1958). Pada praktikum ini, pH,
dan uji organoleptik asam cuka tidak berbeda signifikan antara perlakuan
dipanaskan dan tidak dipanaskan. Namun pada pengukuran kadar asam cuka,
terjadi perbedaan yang sigifikan Pada hari ke-7, persentase asam cuka dipanaskan
baik aerasi maupun non aerasi adalah 5, sedangkan pada perlakuan tidak
dipanaskan % asam cuka 0,21 pada aerasi dan 0,132 pada non aerasi. Kenaikan
suhu dapat mempercepat proses reaksi fermentasi, sehingga kadar asam cuka
yang dihasilkan lebih banyak.
Selain asam cuka, fermentasi asam cuka juga menghasilkan senyawa lain
dalam jumlah yang sedikitseperti alkohol, gliserol, ester, pentase, dan garam.
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 9 dari 10
Pada fermentasi asam cuka dihasilkan gumpalan-gumpalan putih yang
mengapung dipermukaan air kelapa. Gumpalan tersebut meliputi lapisan film
yang tersusun oleh substansi gelatinous yang dibentuk oleh mikrobia yang
dnamakan Zooglea, yang termasuk golongan bakteri dari genus Acetobacter.
Menurut Adam and Mosss (1997), Lapisan hasil fermentasi asam cuka ini bersifat
semi solid, terdiri dari bermacam-macam kultur diantaranya A. Guropaenus, A.
Hansenii, A. Acidophilum, A. Polyxogenes, dan A. Pasteuerianes. Berdasarkan
hasil pengamatan, gumpalan putih pada permukaan air kelapa pada tabung non
aerasi lebih banyak daripada tabung aerasi. Hal ini dapat disebabkan karena pada
tabung aerasi, nutrisi untuk fermentasi digunakan oleh organisme atau
mikroorganisme lain yang dapat masuk ke dalam tabung karena tabung tidak
tertutup, sehingga sumber nutrisi untuk zooglea berkurang. Selain itu, warna
larutan dari tabung non aerasi lebih keruh dan baunya lebih alkoholis/menyengat
dibandingkan pada tabung reaksi.
Pada praktikum ini pada perlakuan dipanaskan aik aerasi maupun non
aerasi didominasi oleh bakteri gram negatif berbentuk bacillus pada hari ke-3, dan
dominan berbentuk coccus pada hari ke-7. sedangkan pada perlakuan yang tidak
dipanaskan baik pada aerasi maupun non aerasi didominasi oleh gram negatif
berbentuk bacillus, lonjong, dan beberapa berbentuk coccus. Bakteri tersebut
diduga golongan Acetobacter, selain karena pada pengamatan ini dihasilkan asam
asetat, golongan Acetobacter mempunyai ciri-ciri bersifat gram negatif pada sel
muda, Sel bakteri ini mampu mengoksidasi berbagai macam senyawa termasuk
aseton, alkohol, sorbose dari sorbitol.
IV. SIMPULAN
Produktivitas asam cuka dapat diukur dengan cara titrasi. Perlakuan
dipanaskan menghasilkan produk asam cuka yang lebih banyak daripada
perlakuan yang tidak dipanaskan, sedangkan bakteri yang berperan dalam
BORANGLAPORAN PRAKTIKUM
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 07 Januari 2009
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman 10 dari 10
fermentasi asam cuka didominasi oleh bakteri bersifat gram negatif, berbentuk
coccus, lonjong, atau bacillus.
V. DAFTAR PUSTAKA
Adam, M.R. and M.O. Moss. 1997. Food Microbiology. 4th Edition. The royal society of Chemistry, Pub. Cambridge, p:291.
Anonim, 2004. Sistem informasi Pola pembiayaan Lending model usaha kecil. Http://asam%20cuka/sipuk%20%20Bank%20Sentral%20Republi%20Indonesia.htm.diakses tanggal 15 Mei 2009.
Clifton, C.E. 1958. Introduction to the Bacteria. 2nd ed. McGraw Hill Book Company. New York.
Madigan, M.T. John M.M., and Jack P. 2003. Biology of microorganism 10th Ed. Pearson Education. Inc. USA.
Radiyati, T. 2000. Pembuatan cuka dari kulit dan buah pisang. Implementasi Teknologi Tepat Guna di Daerah Pedesaan Tahun 2000. ISBN No. Katalog/Klasifikasi : 06.055:62.001.5 (1-22).
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi keenam. Gadjah Mada University. Yogyakarta, hal.290,307.
Wanto, E.P. dan A. Subagyo. 1980. Dasar-dasar mikrobiologi Industri. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, hal:169.