Ctm

7
CTM mengandung chlorpheniramine maleate. Chlorpheniramine maleate termasuk dalam kategori agen antialergi, yaitu histamin (H1- receptor antagonist). Chlorpheniramine maleate memiliki nama kimia 2- Pyridinepropanamine, b-(4-chlorophenyl)-N,N- dimethyl. Obat ini biasa digunakan untuk meredakan bersin, gatal, mata berair, hidung atau tenggorokan gatal, dan pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau alergi pernapasan lainnya. Penelitian pada hewan pada obat ini tidak menunjukkan risiko pada janin tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil. Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita dalam 1 trimester, serta tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya. Obat golongan ini memiliki efek penenang yang relatif lemah dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama. Chlorphenamine sering dikombinasikan dengan fenilpropanolamin untuk membentuk suatu obat alergi dengan

description

tugas

Transcript of Ctm

Page 1: Ctm

CTM mengandung chlorpheniramine maleate.

Chlorpheniramine maleate termasuk dalam

kategori agen antialergi, yaitu histamin (H1-

receptor antagonist). Chlorpheniramine

maleate memiliki nama kimia 2-

Pyridinepropanamine, b-(4-chlorophenyl)-N,N-

dimethyl. Obat ini biasa digunakan untuk

meredakan bersin, gatal, mata berair, hidung

atau tenggorokan gatal, dan pilek yang

disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau

alergi pernapasan lainnya.

Penelitian pada hewan pada obat ini tidak

menunjukkan risiko pada janin tetapi tidak ada

studi terkontrol pada wanita hamil. Penelitian

pada hewan telah menunjukkan efek samping

(selain penurunan fertilitas) yang tidak

dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada

wanita dalam 1 trimester, serta tidak ada bukti

risiko pada trimester berikutnya.

Obat golongan ini memiliki efek penenang yang

relatif lemah dibandingkan dengan antihistamin

generasi pertama. Chlorphenamine sering

dikombinasikan dengan fenilpropanolamin

untuk membentuk suatu obat alergi dengan

antihistamin dan dekongestan. Antihistamin

Page 2: Ctm

sangat membantu dalam kasus di mana alergi

merupakan penyebab batuk atau pilek.

CTM memiliki indeks terapetik (batas

keamanan) cukup besar dengan efek samping

dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat

perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM

sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin

dalam tubuh manusia. Menurut Dinamika Obat

(ITB,1991), CTM merupakan salah satu

antihistaminika H1 (AH1) yang mampu

mengusir histamin secara kompetitif dari

reseptornya (reseptor H1) dan dengan

demikian mampu meniadakan kerja histamin.

Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H1

dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh-

pembuluh yang lebih besar, kontraksi otot

(bronkus, usus, uterus), kontraksi sel-sel

endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamin

mencapai kulit misal pada gigitan serangga,

maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri

akibat pelebaran kapiler atau terjadi

pembengkakan yang gatal akibat kenaikan

tekanan pada kapiler. Histamin memegang

peran utama pada proses peradangan dan pada

sistem imun.

Page 3: Ctm

CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin

pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-

macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk

mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan

lain yang disertai pelepasan histamin endogen

berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi

IV (FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin

endogen bersumber dari daging dan bakteri

dalam lumen usus atau kolon yang membentuk

histamin dari histidin.

Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan

penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala

seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan

waktu reaksi yang lambat. Efek samping ini

menguntungkan bagi pasien yang memerlukan

istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka

yang dituntut melakukan pekerjaan dengan

kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna

CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang

mengendarai kendaraan.

Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan

setelah penggunaan CTM merupakan efek

samping dari obat tersebut. CTM adalah

sebagai antihistamin yang menghambat

pengikatan histamin pada resaptor histamin.

Page 4: Ctm

Indikasi

Kondisi alergi Bersin, gatal, mata berair,

hidung atau tenggorokan gatal, dan pilek

yang disebabkan oleh hay fever (rinitis

alergi), atau alergi pernapasan lainnya.

Syok anafilaktik

Kontraindikasi :

Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap

obat antihistaminCTM mengandung chlorpheniramine maleate.

Chlorpheniramine maleate termasuk dalam

kategori agen antialergi, yaitu histamin (H1-

receptor antagonist). Chlorpheniramine

maleate memiliki nama kimia 2-

Pyridinepropanamine, b-(4-chlorophenyl)-N,N-

dimethyl. Obat ini biasa digunakan untuk

meredakan bersin, gatal, mata berair, hidung

atau tenggorokan gatal, dan pilek yang

disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau

alergi pernapasan lainnya.

Penelitian pada hewan pada obat ini tidak

menunjukkan risiko pada janin tetapi tidak ada

studi terkontrol pada wanita hamil. Penelitian

pada hewan telah menunjukkan efek samping

(selain penurunan fertilitas) yang tidak

dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada

Page 5: Ctm

wanita dalam 1 trimester, serta tidak ada bukti

risiko pada trimester berikutnya.

Obat golongan ini memiliki efek penenang yang

relatif lemah dibandingkan dengan antihistamin

generasi pertama. Chlorphenamine sering

dikombinasikan dengan fenilpropanolamin

untuk membentuk suatu obat alergi dengan

antihistamin dan dekongestan. Antihistamin

sangat membantu dalam kasus di mana alergi

merupakan penyebab batuk atau pilek.

CTM memiliki indeks terapetik (batas

keamanan) cukup besar dengan efek samping

dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat

perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM

sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin

dalam tubuh manusia. Menurut Dinamika Obat

(ITB,1991), CTM merupakan salah satu

antihistaminika H1 (AH1) yang mampu

mengusir histamin secara kompetitif dari

reseptornya (reseptor H1) dan dengan

demikian mampu meniadakan kerja histamin.

Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H1

dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh-

pembuluh yang lebih besar, kontraksi otot

(bronkus, usus, uterus), kontraksi sel-sel

Page 6: Ctm

endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamin

mencapai kulit misal pada gigitan serangga,

maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri

akibat pelebaran kapiler atau terjadi

pembengkakan yang gatal akibat kenaikan

tekanan pada kapiler. Histamin memegang

peran utama pada proses peradangan dan pada

sistem imun.

CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin

pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-

macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk

mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan

lain yang disertai pelepasan histamin endogen

berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi

IV (FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin

endogen bersumber dari daging dan bakteri

dalam lumen usus atau kolon yang membentuk

histamin dari histidin.

Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan

penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala

seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan

waktu reaksi yang lambat. Efek samping ini

menguntungkan bagi pasien yang memerlukan

istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka

yang dituntut melakukan pekerjaan dengan

Page 7: Ctm

kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna

CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang

mengendarai kendaraan.

Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan

setelah penggunaan CTM merupakan efek

samping dari obat tersebut. CTM adalah

sebagai antihistamin yang menghambat

pengikatan histamin pada resaptor histamin.

Indikasi

Kondisi alergi Bersin, gatal, mata berair,

hidung atau tenggorokan gatal, dan pilek

yang disebabkan oleh hay fever (rinitis

alergi), atau alergi pernapasan lainnya.

Syok anafilaktik

Kontraindikasi :

Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap

obat antihistamin