Bab i Manajemen Klmpk 1 Ctm Dalam

40
BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat.Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Menurut Nursalam (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada 1

description

hjj

Transcript of Bab i Manajemen Klmpk 1 Ctm Dalam

BAB IPENDAHULUAN

A. Dasar PemikiranRumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat.Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.Menurut Nursalam (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standard professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal).Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999), sedangkan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat.Salah satu lingkup keperawatan yang harus di miliki setiap Rumah Sakit adalah lingkup keperawatan dewasa, dimana Rumah Sakit dapat meberikan fasilitas rawat inap untuk dewasa. Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada dewasa dalam mencapai derajat kesehatan secara optimal dengan melibatkan keluarga seperti adanya dukungan, pendidikan kesehatan dan upaya dalam rujukan ke tenaga kesehatan dalam program perawatan. Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama, yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapetik. Bentuk intervensi utama yang diperlukan adalah pemberian dukungan, pemberian pendidikan kesehatan dan upaya rujukan kepada tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan setelah pasien siap untuk dipulangkan kelingkungannya pasca perawatan.Dan salah satu Rumah Sakit yang telah miliki rawat inap khusus dewasa adalah BLUD RS Sekarwangi, yang dimana merupakan rumah sakit pusat rujukan terbesar di Kabupaten Sukabumi. BLUD RS Sekarwangi memiliki segala fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan gawat darurat, bedah, rawat jalan, dan rawat inap. Salah satu unit yang menampung paling banyak pasien adalah unit rawat inap, dengan berbagai jenis bangsal perawatan. Diantaranya bangsal perawatan dewasa untuk penyakit dalam, yaitu ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam. Ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam merupakan ruang rawat penyakit dalam bagi pasien dewasa laki-laki dan Perempuan di khususkan pada pasien dengan masalah panyakit dalam seperti diantaranya penyakit Diabetes Mellitus, Penyakit jantung, Hipertensi, Thyfoid dll, yang dimana untuk kemungkinan besar resiko kekambuhan penyakit yang sama pasca perawatan dirumah sakit pada penyakit yang disebutkan diatas sangat besar apabila proses penatalaksanaan discharge planning pada pasien sebelum pulang tidak dilakukan secara optimal. Di Ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam, berbagai pasien dengan diagnosa medis mulai dari yang ringan sampai yang berat berinteraksi setiap harinya di sini. Kadangkalanya pasien yang mempunyai penyakit menular disatukan dengan pasien yang lainya dalam satu ruangan. Bahkan akibat dari kurangnya pemahaman keluarga pasien tentang penyakit yang diakibatkan dari infeksi nosokomial, mengakibatkan sebagian besar keluarga pasien yang menjenguk ke ruangan sengaja membawa anak mereka yang masih dibawah umur untuk ikut menjenguk. Padahal kenyatannya anak yang masih dibawa umur masih belum memiliki daya tahan tubuh yang cukup kuat, sehingga kemungkinan untuk tertular dari penyakit infeksi nosokomiao sanagat tinggi.Dari lingkup kajian ruangan melalui observasi dan validasi dari petugas di ruangan kelompok menemukan beberapa masalah di Ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1NoTanggalTemuan MasalahKesimpulan

130 Oktober 2013Resiko Tinggi Kekambuhan Penyakit Pasca Perawatan Dirumah SakitMasih kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang dialaminya, belum terlaksananya penatalaksanaan discharge planning dengan optimal.

Resiko Tinggi Terjadinya Infeksi Nosokomial Kurangnya dukungan manajemen RS, dan kurangnya pemahaman pasien dan keluarga tentang infeksi nosokomial

Berdasarkan paparan diatas maka kelompok akan melakukan rencana tindak lanjut dari gap atau masalah manajemen yang ditemukan, serta melengkapi dan menjalankan intervensi yang telah disusun oleh kelompok bersama dengan stakeholder dan perawat ruangan.

B. Tujuan Pelaporan1. Tujuan UmumMengetahui gambaran aplikasi tahapan managemen operasional keperawatan di ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi dari tanggal 07 April 19 April 2014.2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi gap atau problem managemen yang sedang terjadi di ruang ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumib. Menyusun planning of action (POA) dengan stackholder di ruang ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi c. Melakukan implementasi seseuai dengan POA yang telah disepakati bersama antara mahasiswa program profesi ners 2013 dengan pihak di ruang ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi d. Melakukan evaluasi managemen baik secara kuantitatif dan kualitatif terhadap problem yang sedang terjadi di ruang ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumie. Melakukan rencana tindak lanjut dari hasil evaluasi sebelumnya f. Melakukan implementasi dan evaluasi rencana tindak lanjut.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Discharge Planning1. Pengertian Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untukkembali ke lingkungannya.Kozier (2004), mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Sedangkan Jackson (1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain.2. Tujuan penatalaksanaan Discharge PlanningAdalah meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui Discharge Planning ( Naylor, 1990 ). Dan menurut Mamon et al (1992), pemberian discharge planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996). Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning ( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998 ). 3. Proses Pelaksanaan Discharge planningProses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning. Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit , telah merancang berbagai bentuk format Discharge Planning, namun discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang harus di sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya, untuk itu pelaksanaan discharge planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang memiliki resiko tinggi untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga terjadinya perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai kondisi kesehatannya.Sehingga salah satu bentuk format yang Discharge Planning yang dapat dipakai adalah seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini :

21

TABEL PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING Tahap IPengetahuanTahap IITindakanTahap IIIPencegahan berulangTahap IVPertemuan keluargaTahap VRencana Tindak Lanjut

Objektif

EvaluasiObjektifEvaluasiObjektifEvaluasiObjektifEvaluasiObjektifEvaluasi

Pengertian penyakit yang di derita Penyebab penyakit yang di derita Tanda & Gejala penyakit yang di derita Penatalak sanaan Pencegahan Komplikasi

Apakah anda mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, cara penatalaksanaan, pencegahan dan komplikasi dari penyakit yang di derita?

Disesuaikan dengan penyakit yang di derita

Menanyakan apa yang akan dilakukan apabila timbul tanda gejala yang diakibatkan oleh penyakit yang di derita oleh pasien Nutrisi

Obat

Lingkungan

Menanyakan jenis nutrisi apa yang baik dan buruk terhadap penyakit yang di derita oleh pasien

Menanyakan jenis obat apa yang akan dikonsumsi apabila penyakit yang di derita oleh pasien kambuh ? dan harus berobat kemana untuk mendapatkan obat tersebut ? Menanyakan bagaimana upaya yang akan dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat disesuaikan dengan penyakit yang di derita oleh pasien. Pengawasan asupan nutrisi pada klien oleh keluarga klien

Support system Siapa yang akan menjadi pengawas asupan nutrisi pada klien ketika sudah dipulangkan ? Apa yang akan keluarga lakukan selama klien dalam proses pengobatan?Menentukan sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau2. Tempat pelayanan kesehatan manakah yang akan klien dan keluarga kunjungi setelah klien dipulangkan dari rumah sakit untuk mengontrol kesehatannya ?

B. 4. Cara Mengukur Discharge planningSebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004). Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006).

C. Infeksi Nosokomial1. PengertianNosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit" kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu terkena hama penyakit (Purwandari,2005). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang berasal dari rumah sakit yang timbul pada pasien yang sudah dirawat minimal selama 72 jam dan tidak ada gejala infeksi terebut pada saat pasien masuk rumah sakit (Roper, 1987).Menurut Central Disease of Control (CDC), infeksi didapatkan di rumah sakit apabila (Iwansain, 2007) :a. Pada waktu penderita masuk rumah sakit, tidak ditemukan gejala klinis dari infeksi tersebut.b. Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.c. Tanda klinis infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya sesudah 3 x 24 jam sejak masuk rumah sakit.d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (kelanjutan) dari infeksi sebelumnya.e. Apabila pada saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi tersebut diperoleh penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.2. Cara Penularan Infeksi Nosokomiala. Penularan secara kontakIni dapat terjadi baik secara kontak langsung, konmtak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person. Pada penularan infeksi hepatitis A virus secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi dengan sumber infeksi, mislanya kontaminasi peraltan medis oleh mikroorganismeb. Penularan melalui percikanKontak pada selaput lendir hidung, mulut atau mata dengan partikel infeksi ukuran > 5 m bisa dikeluarkan melalui batuk, bersin, bicara atau tindakan seperti bronkoskopi atau pengisapan. Penularan dengan percikan melalui kontak tertutup antara sumber dan seseorang yang sensitif karena penularan melalui udara dan penyebaran dengan jarak dekat 1 meter atau kurang.c. Penularan terjadi melalui common vehicle.Penularan ini melaluin benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah atau produk darah, cairan intravena, obat-obatan dan sebagainya.d. Penularan melalui udara dan inhalasiPenularan ini terjadi bila organisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak cukup jauh dan melalui saluran pernafasan, misalnya organisme yang terdapat dalams el-sel kulit yang terlepas akan membentuk debu yang dapat menyebar jauh (staphyloccocus) dan tuberculosise. Penularan dengan perantara vektorPenularan ini dapat terjadi secara eksternal dan internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella ddan salmonella oleh lalat.3. Etiologi Kuman penyebab nosokomial, yaitu:a. Staphyloccocus aureusUmumnya ditularkan oleh para petugas kesehatan yang menularkan biasa carier dan ditularkan melalui tangan di tempat perawatan dimana penyakit yang disebabkan kuman ini berupa endemik atau pandemik amka koloni staphyloccocus aureus ini dapat ditemukan di kulit, lubang hidung, dan nasofaring. Semakin tinggi koloni ini ditemukan, semakin tinggi pula angka kejadian infeksi oleh kuman tersebut. Infeksi yang ditimbulkan dapat berupa pustule di kulit, sepsis konjungtivitis, pneumonia, enteritis, dan lain-lain.b. StreptoccocusKoloni ini dapat ditemukan di kulit, liang telinga, dan nasofaring. Oleh karena kuman ini dibawa bayi pada waktu lahir atau didapat ditempat perawatan yang ditularkan oleh petugas bangsal. Pada umunya infeksi streptoccocus ini masuk ke tubuh melalui kulit tubuh yang lecet, jalan nafas atau pencernaan, dan kemudian menimbulkan selulitis, pneumonia, sepsis, dan lain-lain.c. PneumoccocusPenularan biasanya berasal dari carier yaitu petugas kesehatan. Kuman ini dapat menyebabkan pneumonia, infeksi kulit, infeksi tali pusat, sepsis, dan lain-laind. Kuman gram negativeKuman gram negative seperti klebsila pneumonia, flapobacterium meningosepticum, pseudomonnas aeruginosa, E. Coli, Salmonella, Shigela, dan lain-lain. Penyakit ynag ditimbulkan adalah enteritis, sepsis, meningitis, pneumonia, dan infeksi traktus urinarius.4. Patogenis dan PatofisiologiInfeksi oleh populasi oleh kuman Rumah Sakit terhadap seorang pasien yang memang sudah lemah fisiknya tidak terhindarkan. Lingkungan Rumah Sakit harus diusahakan agar sebersih mungkin dan steril mungkin. Hal tersebut tidak harus bisa sepenuhnya terlaksanan karenanya tak mungkin infeksi nosokomial ini bisa diberantas secara total. Setiap langkah yang tampaknya mungkin ahrus dikerjakan untuk menekan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Yang paling penting adalah kembali pada kaidah sepsis dan antisepsis dan perbaikan sikap dan perilaku personil Rumah Sakit (Dokter dan Perawat). Pada pasien dengan daya tahan yang kurang oleh karena penyakit kronik, usia tua, dan penggunaan imunosupresan, kuman yang awalnya patogen dan hidup simbiosis berdampingan secara damai dengan penjamu, akibat daya tahan yang turun dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Maka infeksi nosokomial bisa merupakan infeksi oportunistik.

5. Dampak Infeksi NosokomialInfeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :a. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanent dan kematian.b. Dampak tertinggi pada negara-negara sedang berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.c. Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan layanan lainnya, serta tuntuntan hukum.6. PencegahanInfeksi nosokomial sebagian besar dapat dicegah dengan berbagai cara pencegahan infeksi yang telah tersedia dan relative murah yaitu :a. Menerapkan tindakan pencegahan (universal precaution) yang baku khususnya cuci tangan (atau pengunaan larutan cuci tangan aseptik) dan memakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker, apron).b. Pengelolaan Jarum dan Alat Tajam untuk mencegah perlukaan.c. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (pengelolaan alat kesehatan)d. Pengelolaan limbah dan sampah rumah sakit.7. Kewaspadaan UniversalKewaspadaan Universal (Universal Precaution) yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dpat berpotensi menularkan penyakit, baik yang berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Disebut universal karena harus diberlakukan pada semu pasien dan semua prosedur tindakan tanpa kekecualian. Tujuannya adalah melindungi tenaga kesehatan dan semua pasien dari tertular penyakit selama menjalani perawatan, mengurangi jumlah mikroba patogen di lingkungan rumah sakit.

Kewaspadaan universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi, ekskeri terkecuali keringat, luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak diketahui misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan sputum di dalam layanan kesehatan. Prinsip penatalaksanaan kewaspadaan universal dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok, yaitu mencuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diri diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah perlukaan, dan pengelolaan limbah (Dep Kes RI, 2003).

BAB IIIPROSES MANAGEMEN KEPERAWATAN

A. Profil Area KajianTenaga sumber daya manusia di Ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi terdiri dari 1 orang dokter penanggung jawab, tenaga perawat keseluruhan berjumlah 17 orang, yang terdiri dari S.Kep Ners sebanyak 2 orang, S.Kep 1 orang, dan AMK berjumlah 14 orang. Diluar tenaga kesehatan, ada tenaga administrasi berjumlah 1 orang, petugas kebersihan berjumlah 2 orang, petugas keamanan di bawah koordinasi satpam.Sarana ruangan yang ada di Ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi terdiri dari : Ruang 1, 2 , 3, 4 : Kelas 3 ( Infeksius dan Non Infeksius) Ruang laki- kali 1 dan 2 Ruang wanita 1 dan 2 Ruang Kepala Ruangan Ruang Perawat Gudang WCFasilitas alat medis dan non medis terdiri dari : Tabung O2 Ready Stock Alat pemeriksaan jantung ( EKG ) Blankar dan kursi roda Resusitasi Set Alat Pemeriksaan GDS Alat Nebulizer Stetoskop, Tensimeter, Termometer, Penlight Timbangan BB

B. Hasil Kajian Situasi TerfokusBerdasarkan hasil orientasi dan observasi, ditemukan 6 data yang menurut kelompok harus segera diperbaiki dan ditindak lanjuti :Tabel 2.1 Pemetaan DataNoJenis InformasiSudah TerjadiDivalidasiDilengkapiSumber InformasiDokumentasi

1Tidak adanya pemantauan massa pemasangan infus

Pasien, KaRu dan Perawat Ruangan

2Seorang klien mengatakan bahwa dari sejak ia masuk rumah sakit sampai hari kelima dirawat belum pernah diganti abocath infusnya

Pasien, KaRu dan Perawat Ruangan

3Terjadinya phlebitis pada beberapa pasien

Pasien, KaRu dan Perawat Ruangan

4Tempat kapas alcohol yang tidak bertutup sering digunakan untuk pemasangan, perawatan, dan penggunaan up infus

Pasien, perawat ruangan

5Penjelasan prosedur tindakan pada pasien yang jarang dilakukan

KaRu, KaTim dan Perawat Ruangan

6Belum optimalnya penatalaksanaan standar perawatan luka pada pasien post opKaRu, KaTim dan Perawat Ruangan

Setelah ditemukan masalah masalah pada tabel 2.1 maka data tersebut dikelompokan dan dibuat kesimpulan / masalah yang berkaitan dengan data yang ada, maka dibuatlah rumusan masalah yaitu sebagai berikut :Tabel 2.2 Rumusan MasalahKelompok DataKesimpulan / Masalah

1. Salah satu dari klien yang dirawat di ruang CMT Penyakit Dalam mengatakan bahwa dalam kurun waktu 12 bulan terakhir dirinya telah dirawat sebanyak 3 kali akibat dari penyakit yang sama yang diderita oleh klien 2. Sebagian besar klien yang dirawat di ruang CMT Penyakit Dalam tidak mengetahui secara jelas mengenai penyakit yang dialami oleh klien3. Sebagian besar Klien dan keluarga merasa khawatir penyakit yang klien derita kambuh kembali setelah klien pulang dari rumah sakit4. Sebagian besar klien dan keluarga mengatakan bahwa penyampaian informasi oleh petugas kesehatan mengenai penyakit yang dialami oleh klien belum optimal5. Penatalaksanaan proses Discharge Planning pada pasien belum dilakukan secara optimal

Resiko Tinggi Kekambuhan Penyakit Pasca Perawatan Dirumah Sakit

1. Pembatasan jumlah pengunjung pasien yang membawa anak di bawah umur belum dilaksanakan secara optimal 2. Tidak adanya pamphlet yang menginformasikan tentang pengertian dan pencegahan infeksi nosokomial untuk pasien dan keluarga3. Belum tersedianya petunjuk pemisahan sampah infeksius dan non infeksius di meja tindakan ruang CMT penyakit dalam

Resiko Tinggi Infeksi Silang

Setelah dibuat rumusan masalah pada tabel 2.2 ,oleh kelompok dan di diskusikan dengan CI/Ka.Zona di ruangan maka di ambil kesimpulan masalah menjadi 2 masalah dan disusun sesuai prioritas, yaitu dengan cara seperti pada tabel 2.3 dibawah ini :0. Prioritas Masalah Menurut Metode Skoring CARL

NoDaftar MasalahCARLTotal NilaiUrutan

1.Resiko Tinggi Kekambuhan Penyakit Pasca Perawatan Dirumah Sakit3333121

2.Resiko Tinggi Infeksi Silang2333112

Keterangan :C = Capability (ketersediaan sumber daya (dana, sarana, dan peralatan)A= Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksana seperti peraturan)R =Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan motivasi)L= Leverage (seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas)0 = Masalah tidak mungkin diatasi 1 = Masalah tidak bisa diatasi2= Masalah sulit diatasi3 = Masalah bisa diatasi4 = Masalah bisa diatasi segera5 = Masalah mudah diatasi

Sehingga setelah dilakukan proses skoring, maka prioritas masalah menurut metode skoring CARL adalah :1. Resiko Tinggi Kekambuhan Penyakit Pasca Perawatan Dirumah Sakit 2. Resiko Tinggi Infeksi SilangSetelah dibuat rumusan masalah pada tabel 2.2 dan dilakukan prioritas masalah menurut metode skoring CARL pada tabel 2.3, maka kemudian dibuatlah rumusan pemecahan dari setiap masalah yang muncul di ruang CMT penyakit dalam yaitu :Tabel 2.4 Rumusan Pemecahan MasalahNoDaftar MasalahStrategi Penyelesaian MasalahIndikator Hasil

Resiko Tinggi Kekambuhan Penyakit Pasca Perawatan Dirumah Sakit1. Validasi kembali data hasil kajian situasi.2. Komunikasikan dengan perawat dan kepala ruangan mengenai peran perawat sebagai health educator3. Membuat media berupa lifleat dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien khususnya yang akan pulang.4. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien yang akan pulang1. Validasi dapat dapat dilakukan2. Komunikasi dapat dilakukan, dan perawat ruangan mengerti tentang apa yang telah disampaikan3. Media leaflet telah dibuat, dan dapat dimengerti baik oleh petugas kesehatan yang akan melakukan health educator maupun oleh pasien yang diberikan health educator4. Penyuluhan kesehatan kepada pasien yang akan pulang dapat dilakukan

Resiko Tinggi Infeksi Silang1. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam penyelesaian pembatasan jumlah pengunjung pasien yang bertujuan untuk mengurangi dampak infeksi nosokomial2. Membuat pamphlet tentang pengertian dan pencegahan infeksi nosokomial untuk pasien dan keluarga3. Membuat petunjuk pemisahan sampah infeksius dan non infeksius di meja tindakan ruang CMT penyakit dalam1. Koordinasi dapat dilakukan, sehingga pembatasan jumlah pengunjung dapat diatasi dan akan mengurangi dampak dari infeksi nosokomial2. Pamphlet tentang bahaya dan dampak dari infeksi nosokomial telah dibuat dan dapat dipahami obaik oleh petugas, pasien, dan keluarga penunggu pasien3. Petunjuk pemisahan sampah infeksius dan non infeksius di meja tindakan ruang CMT penyakit dalam telah dibuat

Setelah dibuat rumusan pemecahan dari setiap masalah yang muncul di CMT penyakit dalam pada tabel 2.4 maka dibuatlah rencana kegiatan dari setiap rumusan pemecahan masalah yang ada di ruangan bersama dengan para stakeholder yang ada di ruangan, yaitu sebagai berikut :Tabel 2.5 Planning of ActionNoJenis KegiatanSasaran Waktu & Tempat KegiatanSumber DanaCara Evaluasi KegiatanPenanggung Jawab Kegiatan

1Memvalidasi kembali data hasil kajian situasi.

Ka Ruangan, Ka Tim, perawat ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSabtu, 12, April, 2014.Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamUang KasObservasi dan Wawancara Ka Ruangan, CI, Mahasiswa

2Mengkomunikasikan dengan perawat dan kepala ruangan mengenai peran perawat sebagai health educator

Ka Ruangan, Ka Tim, perawat ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSabtu, 12, April, 2014.Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamUang KasObservasiKa Ruangan, CI, Mahasiswa

3Membuat media berupa lifleat dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien khususnya yang akan pulang.

Ka Ruangan, Ka Tim, perawat ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam, pasien dan keluarga yang dirawat di ruangan CMT Penyakit Dalam yang akan persiapan pulangSenin- Rabu 14- 16, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamUang KasPendKesKa Ruangan, CI, Mahasiswa

4Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien yang akan pulangperawat ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam Senin- Rabu 14- 16, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamUang KasObservasi dan WawancaraKa Ruangan, CI, Mahasiswa

5Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam penyelesaian pembatasan jumlah pengunjung pasien yang bertujuan untuk mengurangi dampak infeksi nosokomial

Ka Ruangan, Ka Tim, perawat ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSabtu, 12, April, 2014.Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamUang KasObservasi dan WawancaraKa Ruangan, CI, Mahasiswa

4Membuat pamphlet tentang pengertian dan pencegahan infeksi nosokomial untuk pasien dan keluarga

Petugas kesehatan dan non kesehatan yang berada di ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam, pasien dan keluarga pasien yang dirawat di ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam

Rabu, 16, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamUang KasObservasidan WawancaraKa Ruangan, CI, Mahasiswa

5Membuat petunjuk pemisahan sampah infeksius dan non infeksius di meja tindakan ruang CMT penyakit dalamPetugas kesehatan dan non kesehatan yang berada di ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSelasa, 15, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamUang KasObservasi

Ka Ruangan, CI, Mahasiswa

C. Implementasi POAImplementasi manajemen keperawatan dilakukan dua tahap, yaitu tahap awal yang dimulai dari kajian situasi sampai menetukan masalah dan tahap kedua yaitu penatalaksanaan dari planning of action. Implementasi tahap planning of action dimulai pada tanggal 12 April 2014 sampai dengan tanggal 16 April 2014 yang terdekskripsikan pada pemaparan di bawah ini.Tabel 2.6 ImplementasiNoJenis KegiatanWaktu & Tempat KegiatanEvaluasiDokumentasi

11.Memvalidasi kembali data hasil kajian situasi 2.Mengkomunikasikan dengan perawat dan kepala ruangan mengenai peran perawat sebagai health educator3.Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam penyelesaian pembatasan jumlah pengunjung pasien yang bertujuan untuk mengurangi dampak infeksi nosokomial

Sabtu, 12, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSudah Terealisasi

2Membuat media berupa lifleat dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien khususnya yang akan pulang.

Senin- Rabu 14- 16, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSudah Terealisasi

3Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien yang akan pulangSenin- Rabu 14- 16, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSudah Terealisasi dan perlu follow up

4Membuat pamphlet tentang pengertian dan pencegahan infeksi nosokomial untuk pasien dan keluarga

Rabu, 16, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSudah Terealisasi

5Membuat petunjuk pemisahan sampah infeksius dan non infeksius di meja tindakan ruang CMT penyakit dalamSelasa, 15, April, 2014. Ruangan Christina Martha Tiahahu Penyakit DalamSudah Terealisasi

D. Evaluasi Evaluasi terhadap proses manajemen di ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi yang dilakukan pada tanggal 17 April 2014, didapatkan hasil sebagai berikut :1. Komunikasi dapat dilakukan, dan perawat ruangan mengerti tentang apa yang telah disampaikan2. Media leaflet telah dibuat, dan dapat dimengerti baik oleh petugas kesehatan yang akan melakukan health educator maupun oleh pasien yang diberikan health educator3. Penyuluhan kesehatan kepada pasien yang akan pulang dapat dilakukan4. Koordinasi dapat dilakukan, sehingga pembatasan jumlah pengunjung dapat diatasi dan akan mengurangi dampak dari infeksi nosokomial5. Pamphlet tentang bahaya dan dampak dari infeksi nosokomial telah dibuat dan dapat dipahami baik oleh petugas, pasien, dan keluarga penunggu pasien6. Petunjuk pemisahan sampah infeksius dan non infeksius di meja tindakan ruang CMT penyakit dalam telah dibuatBAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanPada tanggal 07- 09 April 2014, kelompok melakukan kajian situasi di ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam dan ditemukan beberapa data yang menurut kelompok merupakan suatu masalah yang kemudian dilakukan cek validasi kepada perawat ruangan, setelah itu dilakukan perumusan masalah dan dibuat kesimpulan masalah yang selanjutnya dikonsultasikan kepada tim pembimbing yang ada di ruangan dan dibuatlah strategi pemecahan dari setiap masalah yang ada di ruangan, setelah dibuat rumusan pemecahan masalah, kelompok dengan tim pembimbing yang ada di ruangan bersama-sama membuat perumusan POA (Planning of Action). Lalu pada tanggal 12 April sampai dengan 17 April 2014 dilakukan implementasi dan evaluasi dari setiap rencana kegiatan yang disusun berdasarkan POA yang telah dibuat dan disepakati bersama di ruang Christina Martha Tiahahu Penyakit Dalam BLUD RS. Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

B. Rencana Tindak Lanjut1. Masalah yang sudah teratasia) Resiko Tinggi Kekambuhan Penyakit Pasca Perawatan Dirumah Sakit1) Memvalidasi kembali data hasil kajian situasi, 2) mengkomunikasikan dengan perawat dan kepala ruangan mengenai peran perawat sebagai health educator3) Membuat media berupa lifleat dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien khususnya yang akan pulang.4) Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien yang akan pulangb) Resiko Tinggi Infeksi Silang1) Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam penyelesaian pembatasan jumlah pengunjung pasien yang bertujuan untuk mengurangi dampak infeksi nosokomial2) Membuat pamphlet tentang pengertian dan pencegahan infeksi nosokomial untuk pasien dan keluarga3) Membuat petunjuk pemisahan sampah infeksius dan non infeksius di meja tindakan ruang CMT penyakit dalam.

2. Masalah yang perlu follow upa) Resiko Tinggi Kekambuhan Penyakit Pasca Perawatan Dirumah Sakit1) Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien yang akan pulang perlu dilakukan follow up, sehingga penatalaksanaan proses penyuluhan tersebut dapat dilakukan secara berkesinambungan